Vous êtes sur la page 1sur 33

COOPERATIVE LEARNING

PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN MASALAH KESEHATAN DIARE

SGD 1
Komang Noviantari

(1302105006)

Gusti Ayu Putu Budianingsih

(1302105025)

Ni Made Dita Andayani

(1302105027)

Dewa Ayu Made Yuni Maryastuti

(1302105030)

Ni Luh Putu Listiana Yanti

(1302105038)

Ni Putu Pebriani Widiasih

(1302105039)

Kadek Putra Sancahya

(1302105042)

Ni Ketut Natalia Kristianingsih

(1302105054)

Ni Putu Asvi Widariestini

(1302105068)

Wayan Sri Utami Dewi

(1302105069)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Berbagai permasalahan yang sering dialami pada Negara maju ataupun berkembang

sangat erat berkaitan dengan kebiasaan masyarakat terutama dalam hal kesehatan, sanitasi,
serta daya minat masyarakat dalam mengunjungi fasilitas kesehatan. Berbagai masalah
kesehatan yang timbul disebabkan karena kebiasaan masyarakat yang kurang baik, sanitasi
yang kurang baik serta minat masyarakat dalam mengunjungi fasilitas kesehatan yang masih
rendah. Permasalahan yang sering dialami pada Negara maju dan berkembang salah satunya
adalah diare (Hasan, 2007).
Diare merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada bayi, anak-anak serta
pada orang dewasa. Diperkirakan setiap tahunnya angka kejadian diare sebanyak 99.000.000
kasus (Simadibrata & Daldiyono, 2007). Lebih dari 1 milyar penduduk di dunia terkena 1
atau lebih episode diare per tahun. Seratus juta orang per tahunnya di Amerika Serikat
terkena diare dan 3000 diantaranya meninggal dunia. Diare merupakan penyebab kematian
utama di negara berkembang, terutama pada anak-anak. Lima sampai delapan juta penduduk
per tahun meninggal dunia akibat diare akut di negara berkembang (Ahlquist dan Camilleri,
2005). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang masih tinggi. Hal ini disebabkan karena angka kematian pada bayi dan balita
serta angka malnutrisi yang masih tinggi. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara
berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju
( Simadibrata dan Daldiyono, 2007).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare
301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi
423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008
terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR
2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan
kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). Salah satu langkah
dalam pencapaian target MDGs (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3
bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset
Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang
tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena
diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. Berdasarkan pada pernyataan diatas penulis
tertarik untuk membuat laporan terkait dengan asuhan keperawatan keluarga pada klien
dengan penyakit diare.
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan penyakit diare?

1.3

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
Untuk mengidentifikasi pentingnya asuhan keperawatan keluarga terkait dengan
penyakit diare
Tujuan Khusus:
1. Agar mampu melakukan pengkajian pada klien dengan diare
2. Agar dapat merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan diare
3. Agar dapat melakukan tindakan keperawatan guna memandirikan keluarga dalam
melaksanakan tugas asuhan keperawatan dengan penyakit diare

1.4
1.4.1

Manfaat penulisan
Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat serta memiliki perilaku positif
terhadap penanganan diare. Selain itu keluarga dapat melakukan penanganan secara
dini kepada klien.

1.4.2

Manfaat Praktis
a. Institusi Keperawatan
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya pada disiplin ilmu keperawatan mengenai asuhan keperawatan
keluarga pada penyakit diare
b. Masyarakat
Diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pedoman pengetahuan
dan informasi mengenai penyakit diare. Hal ini disebabkan karena diare
merupakan suatu penyakit yang dapat dicegah, serta mendapatkan pertolongan
dengan segera. Serta memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan
pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

BAB II
ISI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB (defekasi) ditandai dengan BAB
lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses cair, dapat disertai dengan darah
dan atau lendir (Kemenkes RI, 2013). Diare adalah buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya

(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Diare atau

gastroenteritis (GE) adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi


pengeluaran tinja dibandingkan individu dengan keadaan usus besar yang normal.
Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cairan/setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada
tinja lebih banyak dari biasanya berlangsung kurang dari 7 hari terjadi secara
mendadak (Nurmasari, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode
diare berat (Simatupang, 2004).
2. Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum yang ditemukan di seluruh dunia. Menurut
WHO dan UNICEF, ada sekitar dua miliar kasus diare di seluruh dunia setiap tahun
dan 1,9 juta anak-anak di bawah lima tahun meninggal setiap tahunnya yang sebagian
besar terjadi di negara berkembang. Jumlah ini merupakan 18% dari seluruh kematian
anak dibawah usia lima tahun yang berarti bahwa 5000 anak meninggal setiap hari
akibat diare. Dari semua kematian anak akibat diare, 78% diantaranya terjadi di
wilayah Afrika dan Asia Tenggara (WGO, 2012). Di Indonesia, prevalensi diare
mencapai 7% sementara itu, di Bali prevalensinya mencapai 5,5% (Kemenkes RI,
2013).
Diare dapat disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi. Dari seluruh kejadian
diare, yang terbanyak disebabkan oleh infeksi baik berupa infeksi bakteri, virus dan

parasit (Lung E, 2003). Di negara berkembang seperti Indonesia, bakteri enterik dan
parasit merupakan penyebab diare yang lebih sering daripada virus dimana kejadian
diare mencapai puncaknya pada musim panas (WGO, 2012). DiarrheagenicE. coli
merupakan salah satu bakteri penyebab diare yang tersering (Kaur et al., 2010).
3. Etiologi
Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius (Ahlquist
&Camilleri, 2005). Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus
(Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lainlain. Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada
anak dan balita. Infeksi rotavirus biasanya terdapat pada anak umur 6 bulan- 2 tahun
(Suharyono, 2008). Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri
pathogen yang paling sering menyebabkan diare. Infeksi bakteri seperti Vibrio,
E.Coli, Yersinia, Aeromonasjuga dapat menyebabkan diare. Selain itu, penyebab diare
juga bisa karena infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), dan jamur
(Candida albicans) (Kliegman, Marcdante, Jenson& Behrman, 2006).
Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa ataupun alergi protein susu
sapi namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia,
penyebab utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan
Entamoeba histolytica (Depkes RI, 2000). Pada balita terutama disebabkan karena
infeksi virus yaitu rotavirus yang biasanya disertai dengan muntah dan demam
(Karyana, Sanjaya &Nesa, 2014).
Melalui makanan atau minuman yang dikonsumsi dimana makanan dan minuman
tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri atau kuman misalnya E.coli (Schwartz &
Elbe, 1996).Kuman penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral antara lain melaui
makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja
penderita (Depkes RI, 2000).
Penularan diare juga dapat melalui 5 F yaitu :
1) Finger (jari): tangan yang terkontaminasi kuman
2) Food ( makanan): makanan yang mengandung kuman
3) Fly (lalat): lalat yang terkontaminasi kuman dan hinggap pada makanan
4) Feces (tinja): penularannya melalui lalat
5) Fomites (alat makan): peralatan makan yang kurang bersih
4. Klasifikasi
Menurut WHO (2013) diare dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2) Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.

3) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.


Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu
2) Diare persisten yaitu diare yang berlangsung selama 2-4 minggu
3) Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 4 minggu.
Menurut Kliegman et al. (2006), berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan
elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
1) Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare
masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2) Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun,
aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang
minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3) Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang ( 2 detik)
dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
4) Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,
tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang ( 3 detik) dengan kulit yang
dingin dan pucat.
5. Patofisiologi
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah gangguan osmotik,
gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus. Pada diare akut, mikroorganisme
masuk ke dalam saluran cerna, kemudian mikroorganisme tersebut berkembang biak
setelah berhasil melewati asam lambung,

mikroorganisme

membentuk

toksin

(endotoksin), lalu terjadi rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan


terjadinya hiperperistaltik

dan

sekresi

terjadinya diare (Suraatmaja, 2007).

cairan

tubuh

yang

mengakibatkan

Dasar

dari

semua

diare

adalah

gangguan

transportasi

larutan

usus,

perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini
ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium,
klorida, dan glukosa (Ulshen, 2000).
6. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan
cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir
ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang
berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah
dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit
(Kliegman et al., 2006). Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering (Hasan & Alatas, 1985).
7. Diagnosis
Untuk mendiagnosis pasien diare akut infeksi bakteri diperlukan pemeriksaan yang
sistematik dan cermat. Kepada pasien perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar
belakang dan lingkungan pasien, riwayat pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat
perjalanan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
Gelisah, (dehidrasi ringan/sedang)
Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b. Berat badan.
Menurut S. Partono (1999), diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan, sebagai berikut:
Tingkat
dehidrasi
Dehidrasi
ringan
Dehidrasi

% Kehilangan berat badan


Bayi
Anak besar
3% (30
5 % (50 ml/kg)
ml/kg)
5-10% (50-100
6% (60

sedang
Dehidrasi

ml/kg)
10-15% (100-150

ml/kg)
9% (90

berat

ml/kg)

ml/kg)

c. Kulit
Dilakukan pemeriksaan turgor untuk mengetahui elastisitas kulit, yaitu dengan
cara mencubit daerah perut pada bayi dan mencubit kulit punggung tangan pada
anak dan remaja menggunakan kedua ujung jari (bukan kedua kuku). Apabila
turgor kulit kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tanpa dehidrasi.
Apabila turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik), ini
berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat
lambat (cubitan kembali > 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
d. Kepala
Penderita diare yang berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubunubunnya biasanya cekung.
e. Mata
Diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal, apabila mengalami
dehidrasi ringan/sedang, kelopak matanya cekung (cowong), sedangkan apabila
mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
Mulut dan lidah
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
Mulut dan lidah kering (dehidras ringan/sedang)
Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
Abdomen
Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, bising usus yang meningkat.
h. Anus dan sekitarnya
Anus dan sekitarnya kemungkinan lecet karena seringnya defekasi dan tinja yang
f.

g.

asam.
9. Komplikasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Kejang
Bakterimia
Malnutrisi
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat

kerusakan mukosa usus


10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriskaan penunjang pada diare akut (At, Glance, 2009) adalah
a. Tes darah

Hitung darah lengkap, anemia atau trombositosis mengarahkan dugan adanya


penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat
keparahan penyakit namun tidak spesifik
b. Kultur tinja
Mengindeintifikasi organisme penyebab bakteri C. Difficle di temukan pada 5
% orang sehat. Oleh karena diagnosis ditegakan berdasarkan adanya gejala
disertai ditemukan toksin, bukan berdasarkan organisme saja
c. Foto polos abdomen
Dapat menunjukan gambaran kolitis akut.
Pemeriskaan penunjang pada diare kronis (At, Glance, 2009) adalah
a) Tes darah
Secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi darah, tes
khusus untuk mengukur albumin serum, vitamin B12, dan folat.
b) Lemak dalam tinja
Cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja denagn black kemudian
diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih sulit, kadar lemak tinja
harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan diet yang
terstandarisasi
c) Foto polos abdomen
Pada foto polos abdomen ini bisa terlihat klasifikasi pankras, walaupun jika di
duga terjadi insufiensi pankreas, sebaiknya di periksa dengan ERP atau CT
pankreas.
d) Kolonoskopi dan biospi
Endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih menguntungkan daripada
pencitraan radiologi dengan kontras karena jika mukosa terlihat normal. Pada
biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik.
e) Hydrogen breath
Untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan bakteri berlebihan pada usus
halus .
11. Penatalaksanaan
Diare merupakan salah satu penyebab kematian terutama pada anak-anak.
Penatalaksanaan yang tepat dapat menurunkan risiko kematian. Berikut ini merupakan
beberapa pilihan penanganan diare (WGO, 2012) :
1) Rehidrasi pada anak dan dewasa
Oral rehydration therapy (ORT) diberikan untuk mengkoreksi kehilangan cairan
dan elektrolit yang keluar bersama feses. Metode ini sangat efektif dalam
mengurangi angka hospitalisasi serta tidak memerlukan biaya yang banyak. Oral
rehydration salts (ORS) atau oralite merupakan komponen yang diberikan pada
pasien diare. WHO dan Unicef merekomendasikan pemberian ORS dengan

osmolaritas yang lebih rendah dengan mengurangi konsentrasi sodium dan


glukosa. Pemberian formula biasanya bergantung pada tipe diare.
2) Terapi suplemen zink, multivitamin, dan mineral pada anak
Defisiensi zink sangat sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Terapi
zink secara rutin sebagai tambahan ORT sangat berguna untuk mengurangi tingkat
keparahan diare dan yang lebih penting yaitu berguna untuk mengurangi episode
diare. Selain terapi zink, pemberian multivitamin dan mineral sangat dianjurkan
pada anak yang diare.
3) Diet
Tidak mengonsumsi makanan lebih dari 4 jam tidak dianjurkan pada penderita
diare. Makanan diberikan pada pasien yang sudah tidak mengalami tanda-tanda
dehidrasi.
4) Probiotik untuk penanganan diare akut
Pemberian probiotik secara oral dapat memperpendek durasi diare akut pada anak
hingga satu hari. Beberapa penelitian telah membuktian bahwa pemberian
probiotik aman dan efektif pada penderita diare.
5) Antibiotik
Secara empiris, pemberian antibiotik jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus sembuh kurang dari tiga hari tanpa pemberian antibiotik. Selain
itu, pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat mengakibatkan bakteri menjadi
resiten. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan tetapi antibiotik
spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi bakteri (Cielsa & Guerrant,
2003).
6) Antidiare non-spesifik
Obat-obatan antidiare yang digunakan antara lain antimotility agent, antisecretory
agents dan adsorbents. Tidak satupun dari obat tersebut digunakan untuk
mengobati penyebab atau mengatasi menifestasi diare. Selain itu, penggunaan
antidiare ini tidak memiliki manfaat untuk mengatasi diare pada anak.
7) Antimikroba pada dewasa dan anak
Penggunaan antimikroba ditujukan secara spesifik untuk mengatasi penyebab
diare.

12. Pencegahan
Selain penanganan, pencegahan merupakan hal yang penting untuk mengurangi
angka kejadian diare. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan vaksin.
Akan tetapi, vaksin juga memiliki kelemahan. Vaksin yang tersedia hanya untuk
beberapa jenis bakteri dan virus. Sebagai contoh, diare yang disebabkan bakteri E.

coli misalnya hanya tersedia untuk jenis bakteri enterotoxigenic E. coli

(WGO,

2012). Selain vaksin, upaya pencegahan yang dapat dilakukan terutama untuk
kejadian diare yang disebabkan bakteri dan parasit yaitu dengan menjaga sanitasi serta
hygiene air minum serta makanan yang akan dikonsumsi. Untuk menurunkan angka
kejadian diare, diperlukan upaya yang terintegrasi dalam meningkatkan kualitas air,
sanitasi, serta hygiene (PHBS) baik di tingkat rumah tangga dan komunitas
(Komarulzaman, Smits &Jong, 2014).
13. Diagnosa Banding
1. Penyakit radang usus
2. Malabsorpsi
3. Keganasan usus
14. Prognosis
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika
Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada
infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik
hemolitik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. A DENGAN


DIARE KHUSUSNYA PADA An. C DI DENPASAR
Kasus :
Keluarga Tn. A (35 th) mempunyai seorang istri bernama Ny. B (34 th) an. C (8 th). Hasil
wawancara dengan keluarga anaknya pernah sakit namun hanya sakit batuk pilek biasa, dan
cukup dibiarkan beberapa hari bisa sembuh sendiri. Tetapi 3 hari ini anaknya sering buang
air besar, kurang lebih 5 kali sehari dan encer . Selama 2 hari ini pula anak C nafsu
makannya menurun, hanya mau makan sedikit saja, kurang lebih 2 sendok makan 3 kali
sehari. Tn. A dan Ny. B sudah memeriksakan keadaan anaknya ke puskesmas, berdasarkan

hasil pemeriksaan dikatakan bahwa An. C mengalami diare.

PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1.

Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. A

Pendidikan

: SMA

Umur : 35 tahun

Pekerjaan

: Swasta

Agama : Hindu

Alamat

: Desa Marga

Suku : Bali

No Hp

: 083114xxxxx

2.

3.

Komposisi Keluarga:

No. Nama
1.
Ny.B

Umur
34 th

Sex
P

Hub. Dg KK
Istri

2.

7 th

Anak

An.C

Genogram

Nama: Kk. E
Umur: 75th
Status kes: Baik

Nama: Tn. A
Umur: 35th
Status kes: Baik

Nama: Nn.F
Umur: 70th
Status kes: Baik

Pekerjaan Pend.
Swasta
SMA
-

Nama: Kk. G
Umur: 80th
Status kes: PJK

Nama: Tn. D
Umur: 45th
Status kes: Baik

Ket
Sehat
Sakit

Nama: Nn. H
Umur: 80th
Status kes: Baik

Nama: Ny. B
Umur: 34 th
Status kes: Baik

Nama: An.C
Umur: 10th
Status kes: Diare

4.

Tipe keluarga.
1) Jenis tipe keluarga:
Keluarga inti terdiri dari Tn A, Ny. B, dan An. C.
2) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut:
Tidak ada masalah pada jenis tipe keluarga tersebut

5. Suku bangsa
1) Asal suku bangsa:
Suku bangsa keluarga ini adalah suku Bali.
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan adalah budaya kebiasaan keluarga
mengkonsumsi lawar merah.
6. Agama
Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: Keluarga Tn. A beragama Hindu, tidak ada
anggota keluarga lain yang beragama lain. Kepercayaan keluarga yang mempengaruhi
kesehatan adalah keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan anak anaknya.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga:


1) Anggota keluarga yang mencari nafkah adalah:
Tn. A bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah perusahaan.
Ny. B bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah perusahaan.
2) penghasilan:
penghasilan perbulan Tn. A Rp. 3.700.000,penghasilan perbulan Ny.B Rp. 3.000.000,3) Upaya lain untuk menambah penghasilan: tidak ada.
4) Kebutuhan yang dikeluarkan setiap bulan:
penghasilan yang didapatkan oleh Tn. A dan Ny. B digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, papan, kebutuhan pendidikan, kesehatan dan
kebutuhan sosial lainnya.
5) Harta benda yang dimiliki
keluarga Tn. A memiliki sebuah mobil dan perabotan keperluan rumah tangga
lainnya yang cukup bernilai.
6) Tabungan khusus kesehatan
keluarga Tn.A memiliki tabungan khusus kesehatan berupa asuransi kesehatan.
8. Aktifivitas Rekreasi Keluarga
Setiap malam ketika usai makan malam, keluarga Tn.A biasa berkumpul bersama
membahas tentang kegiatan yang dilakukan dalam satu hari. selain itu, biasanya setiap
bulan keluarga Tn. A juga melakukan rekreasi dengan mengunjungi objek wisata.

AI. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
tahap perkembangan keluarga Tn.A yang memiliki anak usia 7 tahun termasuk
dalam tahap keluarga dengan anak usia sekolah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya
segala perkembangan keluarga telah terpenuhi dan kendala yang muncul adalah
anak biasanya tidak mematuhi norma keluarga seperti mencuci tangan tanpa sabun
sebelum makan.
3. Riwayat keluarga inti:
1). Riwayat terbentuknya keluarga inti
Tn.A menikah pada usia 26 tahun dengan Ny.B yang pada saat itu berusia 25 tahun.
setelah satu tahun menikah dan merencanakan kehamilan dengan baik, akhirnya
Ny.B hamil dan memiliki anak laki-laki pada usia 27 tahun. Tidak ada riwayat
penyakit dalam keluarga.
2). Riwayat kesehatan keluarga saat ini
saat ini An.C menderita diare.
3). Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Imunisasi
Keadaan

Umu
No

Nama

BB/TB

(BCG/Polio/DPT/H

Tindakan
Masalah

telah

B/
kesehatan

kesehatan
Campak)

35
1.

Tn. A

tahun -

baik

lengkap

Tidak ada -

baik

lengkap

Tidak ada -

34
2.

Ny.B

tahun -

yang

dilakukan

7
3.

An. C

tahun -

Imunisasi
baik

sudah lengkap

wajib

Mengunjungi
diare

puskesmas

4). Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan


puskesmas di daerah tempat tinggal
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
tidak ada riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
BI. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
1). Luas rumah: 2). Tipe rumah: 3). Kepemilikan: 4). Jumlah dan rasio kamar/ruangan: 5). Ventilasi dan jendela: 6). Pemanfaatan ruangan: 7). Septic tank: ada
8). Sumber air minum: air dalam kemasan
9). Kamar mandi/WC: 10).Sampah: terkadang sisa makanan anak tersimpan di kamar tidur. limbah RT: 11).Kebersihan lingkungan: kebersihan lingkungan kurang baik karena anak sering
membuang sampah sembarangan.
12).Denah rumah: 2. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
1). Lingkungan fisik
lingkungan sekitar rumah tertata rapid an tampak bersih namun pada beberapa titik
masih terlihat beberapa sampah yang berserakan.
2). Kebiasaan
kebiasaan membuang sampah dibeberapa titik sekitaran lingkungan rumah.
3). Aturan atau kesepakatan penduduk setempat
4). Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan

3. Mobilitas geografis keluarga


keluarga Tn.A tinggal dirumah yang ditinggali sejak menikah dengan Ny.B
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
1). Waktu untuk berkumpul
biasanya Tn.A berbincang-bincang dengan masyarakat ketika ada waktu luang
2). Perkumpulan yang ada
tidak ada perkumpulan khusus disekitar lingkungan tempat tinggal
3). Interaksi keluarga dengan masyarakat
keluarga Tn.A berinteraksi dengan baik dengan masyarakat dan selalu bertegur sapa
ketika bertemu dengan masyarakat.
5. Sistem pendukung keluarga: jumlah anggota keluarga yang sehat adalah 2 orang
yaitu Tn.A dan Ny.B. keluarga Tn.A telah memiliki jaminan kesehatan beruypa
BPJS kesehatan.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola komunikasi keluarga
pola komunikasi keluarga telah baik, terdapat timbale balik ketika sedang
berkomunikasi
2. Struktur kekuatan keluarga
keputusan berada pada Tn.A yang notabene adalah kepala keluarga dan sejauh ini
segala keputusan yang dipilih telah dijalankan dengan baik.
3. Struktur peran
Formal: Tn.A sebagai Ayah, Ny.B sebagai Ibu dan An.C sebagai anak
informal: pembagian tugas dirumah telah adil
4. Nilai dan norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan, setelah datang
dari toilet, setelah bermain dan setelah menyentuh benda kotor. namun, An.C kurang
mematuhi nilai dan norma keluarga yang telah dibuat.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
1). Perasaan saling memiliki
setiap anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain

2). Dukungan terhadap anggota keluarga


setiap anggota keluarga saling memberikan dukungan terhadap satu sama lain.
ketika salah satu anggota keluarga mengalami kesulitan maka anggota keluarga
yang lain akan membantu.
3). Kehangatan
keluarga Tn.A tergolong harmonis
4). Saling menghargai
setiap anggota keluarga saling menghargai satu sama lain ditujukan dengan selalu
mematuhi keputusan yang telah dibuat sebelumnya.
2. Fungsi sosialisasi
1). Kerukunan hidup dalam keluarga
kerukunan keluarga Tn.A tergolong baik. segala masalah selalu diatasi dengan asas
kekeluargaan dan komunikasi keluarga terjalin dengan baik.
2). Interaksi dan hubungan dalam keluarga:
interaksi dan hubungan dalam keluarga terjalin dengan baik. setiap malam biasanya
keluarga berkumpul dan berbincang-bincang terkait kegiatan yang
3). Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan
anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan adalah Tn.A selaku
kepala keluarga
4). Kegiatan keluarga waktu senggang
diwaktu senggang keluarga biasanya berkumpul bersama dan berbincang-bincang
atau melakukan rekreasi
5). Partisipasi dalam kegiatan sosial
keluarga Tn.A berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang ada dilingkungan tempat
tinggalnya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
1). Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya
keluarga telah mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit yang
diderita oleh anaknya yaitu diare.
2). Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

keluarga telah dapat mengambil keputusan terkait tindakan yang tepat untuk
mengatasi diare yang dialami anaknya yaitu dengan mengantarkan anaknya ke
puskesmas.
3). Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
anggota keluarga mampu telah mampu merawat anggota keluarga yang sakit dalam
kasus ini An.C dengan mengantarkan dan memenuhi segala kebutuhan An.C selama
sakit.
4). Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat masih kurang
terlihat dari dibeberapa titik sekitar lingkungan rumah masih tampak adanya sampah
yang berserakan dan anggota keluarga mengatakan An.C sering menyisakan sisa
dan bungkus makanan diruang rumah.
5). Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat dengan baik.
4. Fungsi reproduksi
1). Perencanaan jumlah anak
Tn.A dan Ny.B berencana untuk memiliki dua orang anak
2). Akseptor: Ya............yang digunakan.........lamanya............................
3). Akseptor: Belum..................alasannya
4). Keterangan lain..................................................................................
5. Fungsi ekonomi
1). Upaya pemenuhan sandang pangan
kebutuhan sandang dan pangan keluarga Tn.A telah terpenuhi dengan baik
2). Pemanfaatan sumber di masyarakat
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
1. Stresor jangka pendek
keadaan anak yang sedang sakit diare
2. Stresor jangka panjang
3. Respon keluarga terhadap stressor
respon keluarga terhadap stressor yang ada telah baik.
4. Strategi koping
strategi koping adaptif

5. Strategi adaptasi disfungsional

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal pemeriksaan: 18 September 2016
Pemeriksaan
Kepala

Tn.A
Rambut: bersih,hitam

Ny.B
An.C
Rambut:
hitam, Rambut:
hitam,
bersih

bersih
N : 100
RR : 24
S : 37,5

TTV

N: 80
TD: 120/80
RR: 20
S: 36

N: 80
TD: 120/90
RR: 20
S: 37

BB, TB/PB

BB : 75 kg
TB : 185 cm (kondisi

BB : 55 kg
TB : 165

normal)

(kondisi normal)

Mata

cm

BB : 24 kg
TB : 122 cm

Konjungtiva merah muda,

Konjungtiva merah

Konjungtiva merah

sclera putih

muda, sklera putih

muda, sklera putih,


mata cekung

Hidung
Mulut

Tidak bersekret
Mukosa lembab, tidak

Tidak bersekret
Mukosa

Tidak bersekret
Mukosa
kering,

kesulitan menelan

lembab,

tidak

tidak

kesulitan

kesulitan

menelan

menelan
Leher

Tidak ada benjolan, tidak

Tidak ada benjolan,

Tidak ada benjolan,

ada pembesaran kelenjar

tidak

tidak

limfe

pembesaran

Dada

Bunyi jantung

Abdomen

normal
Simetris,
BU : 12x/mnt

ada

pembesaran

kelenjar limfe
kelenjar limfe
dan paru Bunyi jantung dan Bunyi jantung dan
paru normal
Simetris,
BU: 10x/mnt

Ekstremitas atas dan

Ekstremitas

bawah

kekuatan otot maksimal

hangat,

paru normal
Simetris,
BU : 17x/mnt

Ekstremitas hangat,

Ekstremitas dingin,

kekuatan

kekuatan

maksimal
Genetalia

ada

otot

otot

berkurang

Tidak ada benjolan ataupun Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
keluhan

VIII. HARAPAN KELUARGA


1. Terhadap masalah kesehatan

ataupun keluhan

ataupun keluhan

keluarga mengharapkan agar An.C dapat segera sembuh dan status kesehatan
seluruh anggota keluarga tetap baik.
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada
keluarga berharap petugas kesehatan dapat membantu proses penyembuhan
penyakit (diare) yang dialami oleh An.C.

Denpasar, 18 September 2016


ttd

Nama Mahasiswa

FORMAT ANALISA DATA


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Kelompok: SGD 1


Tanggal Analisa: 18 September 2016
No

Tanggal

1. 18 September 2016

Data
Data Subjektif:

Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan

a. Ny. B mengatakan An. C

pemeliharaan

tidak mematuhi aturan

kesehatan pada An.

terkait lima waktu dalam

C keluarga Tn. A

mencuci tangan

berhubungan dengan

b. Ny. B mengatakan bahwa

ketidakmampuan

An. C memiliki kebiasaan

memodifikasi

tidak menggunakan sabun

lingkungan yang

saat mencuci tangan

bersih

c. Tn. A mengatakan An.C


sering menyisakan sampah
sisa makanan didalam
rumah
Data Objektif:
a. Lingkungan rumah Tn. A
kurang tertata rapi dan
kurang bersih
b. BAB >5x sehari dan
konsistensi encer, nafsu
makan menurun, dan makan
sedikit kurang lebih 2
sendok makan dalam 3x
sehari
c. TTV :
Nadi: 100x/menit
RR: 24x/menit
Suhu: 37 0C
FORMAT SKORING/ PRIORITAS
DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An. C keluarga Tn.
A berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi lingkungan yang bersih
Kriteria
Sifat masalah:
Aktual

Nilai

Bobot

Skoring

Pembenaran
Masalah tersebut harus segera diatasi karena
sudah terlihat jelas gangguan kesehatan
berupa BAB >5x sehari dan konsistensi encer,
nafsu makan menurun, makan sedikit kurang

lebih 2 sendok makan 3x sehari pada An.C

Resiko
Potensial

2
1
Sebagian, karena masalah tersebut
menyangkut dengan perubahan prilaku dari
keluarga Tn. A terkait kesehatan. Perubahan
prilaku memerlukan waktu yang cukup lama
karena perlunya interaksi antara individu

Kemungkinan masalah
untuk diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
Potensial masalah

dengan lingkungan
1
2
1
0

2
Keluarga (Tn.A) memiliki kesibukan yang
cukup tinggi namuntetap merawat anaknya

untuk dicegah
Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah

yang merupakan kewajiban sebagai orang tua


3
2
1

2/3
1
Segara diatasi, kejadian ini baru pertama kali
terjadi di keluarga Tn. A,selain itu anak
merupakan individu yang rentan terhadap
serangan penyakit dan mengingat komplikasi

Segera diatasi
Tidak segera
Diatasi
Tidak dirasakan
adanya masalah
TOTAL

2
1

yang dapat ditimbulkan dari penyakit diare


1

0
11/3

Rencana Keperawatan pada Keluarga Tn. M dengan Diare Khususnya pada An. C

No

Diagnosa

Keperawatan

1.

Tujuan
Jangka

Kriteria Evaluasi

Jangka Pendek

Kriteria

Rencana Intervensi

Standar

Ketidakefektifan

Panjang
Setelah

Setelah

pemeliharaan

dilakukan

intervensi keperawatan verbal

menyatakan

pemeliharaan

selama 2 x 45 menit,

masalah kesehatan

dilakukan khususnya mengenai diare


Beri pujian kepada keluarga atas

kesehatan

pada intervensi

dilakukan Respon

- Keluarga

dapat -

An. C keluarga keperawatan keluarga mampu:

yang dialami ole

Tn.

anggota

A selama

7 1. Mengenal masalah

berhubungan

kali selama

dengan

ketidakmampuan

ketidakefekt

memodifikasi

ifan

kesehatan

Diskusikan bersama keluarga tentang


kesehatan

yang

dapat

kemampuan dalam mengenal masalah


kesehatan.

keluarganya.

minggu,

lingkungan yang pemeliharaa


bersih

n kesehatan
dapat
teratasi
2. Mengambil

keputusan

Respon
yang verbal

tepat

Keluarga

menyatakan

kepada

keluarga

mengenai

tindakan yang harus dilakukan saat anak

keputusannya
-

dalam

Jelaskan

menderita diare
Bimbing dan motivasi keluarga untuk
mengambil keputusan dalam menangani

mengatasi
ketidakefektifa
n pemeliharaan
kesehatan

masalah diare pada An. C


Beri pujian atas keputusan yang diambil
untuk mengatasi masalah diare pada
anaknya

khususnya
diare pada An.
3. Merawat

yang
diare

An.

C Respon

menderita verbal
sebagai

C
- Keluarga

dapat -Jelaskan pada keluarga cara pembuatan

menjelaskan
tentang

oralit yang benar


cara

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI


No.
1.

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan
pemeliharaan

Implementasi
-

E
S:

kesehatan pada An. C keluarga Tn. A


berhubungan
ketidakmampuan

Ny. B menga

dengan

mematuhi atu

memodifikasi

dalam mencu

lingkungan yang bersih

Ny. B menga

memiliki keb

sabun saat m
O:
-

Lingkungan r

tertata rapi da
-

Frekuensi BA

konsistensi p

makan menin
3x sehari.
-

TTV :

Nadi: 80x/me

RR: 18x/men
Suhu: 37 0C
A:

Tujuan belum terca


P:

Lanjutkan interv
-

Modifikasi
meminimalisir

terjadinya masal
diare.

Modifik

dilakukan adalah

keluarga untuk m

sampah dilingku

sekaligus membia

menyimpan sisa m

Selain itu, perawa

kepada keluarga

yang benar degan


air mengalir.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan makalah ini yaitu salah satu masalah
kesehatan yang ada di dalam ruang lingkup keluarga yaitu diare, dimana diare merupakan
keluhan yang paling sering ditemukan pada bayi, anak-anak serta pada orang dewasa. Diare
merupakan gangguan buang air besar/BAB (defekasi) ditandai dengan BAB lebih dari tiga
kali sehari dengan konsistensi feses cair, dapat disertai dengan darah dan atau lender. Diare
yang disebabkan oleh bakteri enterik dan parasit merupakan yang paling sering terjadi di
Negara berkembang seperti Indonesia yang mencapai puncaknya pada musim panas. Diare
diklafikasikan menjadi beberapa kelompok. Diare hendaknya ditangani dengan tepat dan
segera terutama saat terjadi pada anak. Salah satu masalah keperawatan yang muncul di ruang
lingkup keluarga karena diare yaitu masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dimana
masalah diare yang muncul dalam ruang lingkup keluarga sering disebabkan oleh
pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu perlu
adanya partisipasi keluarga dalam memelihara kesehatan dan kebersihan lingkungan agar
anggota keluarga terbebas dari masalah kesehatan salah satunya yaitu diare.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam makalah ini yaitu disarakan perlu adanya
partisipasi keluarga dalam mewujudkan perilaku hidup sehat dan status sehat seutuhnya
dalam keluarga. Kesehatan individu ditentukan juga oleh kesehatan di dalam keluarga dan
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahlquist, D.A., and Camilleri, M. (2005). Diarrhea and Constipation. In : Kasper, D.L.,
Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., eds.
Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed.USA : McGraw-Hill
Alwi, Hasan. 2007. KBBI, edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
At, Glance, 2009 . Medicine At A Glance. Erlangga : Jakarta.
At, Glance, 2007 . Anamnesis dan Pemeriksaan fisik. Erlangga : Jakarta
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413.
Ciesla, W., Guerrant, RL. Infectious Diarrhea in: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al
editors. (2003). Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York:
Lange Medical Books
Departemen Kesehatan RI.

(2000).

Buku

Pedoman

Pelaksanaan

Program

Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM & PLP


Departemen Kesehatan RI.(2011). Buku Pedoman pengendalian Penyakit Diare. Jakarta:
Ditjen PP&PL
Hasan R, Alatas H. (1985). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK-UI
Kaur, P., Chakraborti, A., Asea, A. (2010). Enteroaggregative Escherichia coli: An
Emerging Enteric Food Borne Pathogen. USA: Hindawi Publishing Corporation
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kliegman,R.M., Marcdante,K.J.,Jenson, H.B., dan Behrman, R. E. (2006). Nelson
Essential of Pediatrics. Philadelphia: Elseivier Saunders
Komarulzaman, Ahmad., Smits, Jeroen., Jong, Eelke de. 2014. Clean Water, Sanitation
and Diarrhoea in Indonesia: Effects of Household and Community Factors.
Netherlands: Institute for Management Research Radboud University Nijmegen.
Lung E, Acute Diarrheal Disease in: Friedman, SL.,McQuaid, KR., Grendell, JH.(2003).
Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology 2nd edition. New York:
Lange Medical Books
Nesa, M., Sanjaya, dan Karnaya. (2014). Lecture Gangguan Sistem Pencernaan pada
Neonatus, Bayi dan Anak (Gastroenteritis) oleh dr. Metriani Nesa pada tanggal 11
Juni 2014.
. Kolopaking MS. Penatalaksanaan Muntah dan Diare akut. Dalam: Alwi I, Bawazier LA,

Kolopaking

MS,

Syam

AF,

Gustaviani,

editor.

Prosiding

Simposium

Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu penyakit Dalam II. Jakarta: Pusat


Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2002. 52-70
Nurmasari, M. (2010). Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut
(GEA) pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008
Scwartz, S.J dan Elbe, J.H.V. (1996). Food Chemistry(Third Edition). O.R. Fennena
(Ed.) New York : Marcell Dekker Inc
Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed
Simatupang M. (2004). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diare pada Balita di Kota Sibolga Tahun 2003. Program Pascasarjana, Medan :
Universitas Sumatera Utara
Suharyono. (2008). Diare Akut, Klinik dan Laboratorik (Cetakan Kedua). Jakarta:
Rineka Cipta
Suraatmaja, Sudaryat. (2007).

Kapita Selekta Gastroenterologi. Jakarta : Sagung

Seto
Ulshen, Martin.(2000). Nyeri Perut Berulang-ulang pada Masa Anak. Dalam: Wahab,
Samik A., ed. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Volume 2.Jakarta: EGC
World Gastroenterology Organisation Global Guidelines. (2012). Acute Diarrhea in
Adults and Children: a Global Perspective. USA: World Gastroenterology
Organisation
World
Health

Organization

(WHO).

Diarrhoeal

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/

Disease.

(2013).

Vous aimerez peut-être aussi