Vous êtes sur la page 1sur 9

Analisis dan Dampak dari Kasus Dana Korupsi Bank Century

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Kasus korupsi dana bailout (dana talangan) Bank Century sebesar 6,76 triliun ternyata membawa dampak
terhadap berbagai sektor, khususnya stabilitas politik dan perekonomian di Indonesia, terlebih setelah hasil audit
BPK menyatakan bahwa telah terjadi penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran pidana dalam kasus ini,
diantaranya unsur kerugian Negara, pelanggaran undang-undang, dan ditemukannya bukti kuat rekayasa kebijakan
yang sengaja dirancang untuk penyelamatan Bank Century.

Isu kasus ini berkembang menjadi isu kasus yang berbau politik, hal ini disebabkan karena dalam
pengambilan kebijakan kasus Bank Century melibatkan banyak pejabat Negara, termasuk orang nomor satu di
Indonesia, tentu hal ini akan membawa banyak opini negatif dari masyarakat, dan dampak tersebut berpengaruh
terhadap stabilitas politik di Indonesia, mengingat bahwa stabilitas politik di suatu negara akan mempengaruhi
keadaan perekonomian Negara tersebut.
Menurut Maswadi Rauf (Guru Besar ilmu Politik FISIP UI) opini publik yang berkembang di dalam
masyarakat sudah menjurus ke arah tuduhan bersalah, sehingga pejabat-pejabat yang terkait harus diganti,
pemerintah seharusnya tidak melakukan serangan balik dengan mengatakan tuduhan tersebut sebagai fitnah atau
bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan, tuduhan balik ini justru tidak membantu menenangkan masyarakat.
Tidak hanya itu saja, opini masyarakat makin berkembang ketika kasus ini dikaitkan antara kasus
persengketaan antara 2 lembaga penegak hukum yaitu KPK dan Kepolisian, banyak masyarakat yang makin
beranggapan negatif pada pemerintah, ini diperkuat dengan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam
pidatonya bahwa segala tuduhan dan isu yang dituduhkan pada dirinya dan pemerintah bertujuan untuk menjatuhkan
pemerintahannya, dengan melihat tindakan pembelaan tersebut membuat masyarakat makin beranggapan negatif,
karena masyarakat merasa pemerintah tidak terfokus untuk memecahkan masalah, yang ada malah saling
menyalahkan antara dua kubu yang berbeda persepsi dalam pandangan kasus bank century ini.
Terlebih persepsi publik makin beragam ketika buku yang berjudul Membongkar Gurita Cikeas Dibalik
Skandal Bank Century karangan George Aditjondro diterbitkan, buku tersebut berisi data-data sekunder yang
mengarahkan bahwa skandal Bank Century ini memang didalangi oleh pejabat tingggi pemerintah.
Berbagai isu kasus ini terus bergulir hingga sekarang, dan hal ini dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas
perekonomian Indonesia pada tahun 2010 ini, maka dalam makalah inilah kami akan mencoba menganalisis
bagaimana kasus Bank Century ini dapat terjadi, dan perkiraan dampaknya terhadap stabilitas politik serta
perekonomian Indonesia.

1.2
a.

Rumusan Masalah
Apa sajakah pelanggaran dan penyalahgunaan wewenang yang mengindikasikan bahwa telah terjadi kasus korupsi
pada Bank Century?

b.

Seperti apakah kasus Bank Century ini dilihat dari sudut pandang Buku Membongkar Gurita Cikeas Dibalik
Skandal Bank Century?

c.

Bagaimanakah perkiraan dampak dari kasus Bank Century pada stabilitas politik dan perekonomian Indonesia?

1.3

Maksud dan Tujuan

a.

Mengindentifikasi segala bentuk pelanggaran dan tindakan korupsi dalam kasus ini.

b.

Untuk menganalisis bagaimana kasus Bank Century dilihat dari penelitian George aditjondro.

c. Untuk menganalisis dampak apasajakah yang mungkin terjadi pada keadaan politik dan perekonomian Indonesia
akibat kasus korupsi dana Bank Century.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sekilas Sejarah Bank Century


Berdasarkan data yang kami gunakan, sejarah Bank Century berawal dari didirikannya pada tahun 1989,
hingga 20 November 2008 dinyatakan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Gagal yang berdampak sistemik berikut
ini adalah ringkasan dimana Bank Century Mulai didirikan hingga Bank tersebut dinyatakan Bank Gagal oleh Bank
Indonesia.

No

Tanggal
30 Mei 1989

12 Juli 1989

16 April 1990

2 Mei 1991

22 April 1993

16 April 2004

Keterangan
PT Bank Century Tbk didirikan berdasar akta No. 136 tahun 1989 yang
dibuat oleh notaris Lina Laksmiwardhani.
Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusannya No. C.2-6169.HT.01.01.TH 89
Bank Century memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum dari
Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
No.462/KMK.013/1990.
Didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan No.
284/Not/1991
Bank Century memperoleh peningkatan status menjadi Bank Devisa
dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No. 26/5/KEP/DIR.
Dalam pertemuan dengan Bank Indonesia manajemen Bank dan
pemegang saham pengendali First Gulf Asia Holdings Limited (d/h
Chinkara Capital Limited) setuju untuk melakukan merger dengan PT
Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk.

21 Mei 2004

7 September 2004

24 Oktober 2004

10

28 Desember 2004

11

29 Juni 2005

12

29 Desember 2005

13

6 Nopember 2008,

14

13 Nopember 2008

15

14-20 November 2008

20 Nopember 2008
21 Nopember 2008

Bank, PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk, telah


menandatangani kesepakatan untuk melakukan tindakan hukum
penyatuan kegiatan usaha dengan cara Penggabungan atau Merger
dengan Bank Century
Bank mengajukan Pernyataan Penggabungan kepada BAPEPAM dalam
rangka merger dan telah mendapat pemberitahuan efektifnya
penggabungan tersebut sesuai dengan surat Ketua BAPEPAM No.
S.3232/PM/2004 tanggal 20 Oktober 2004
Para pemegang saham PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk
telah menyetujui penggabungan usaha bank-bank tersebut ke dalam
Bank sesuai dengan risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
masing-masing bank yang diaktakan masing-masing dengan Akta
No.155 dan No.157 dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, notaris di
Jakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
6/92/KEP.GBI/2004 menyetujui perubahan nama PT Bank CIC
Internasional Tbk menjadi PT Bank Century Tbk
Anggaran Dasar Bank Century dirubah yang terakhir kalinya sesuai
Akta No. 159 tahun 2005, dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, S.E,
notaris di Jakarta
Bank Century dinyatakan sebagai Bank Dalam Pengawasan Intensif
sesuai dengan surat BI No. 7/135/DPwB1/PwB11/Rahasia.
PT Bank Century Tbk ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank
Dalam Pengawasan Khusus.
PT Bank Century Tbk mengalami keterlambatan penyetoran dana prefund untuk mengikuti kliring dan dana di Bank Indonesia yang telah
berada dibawah saldo minimal, sehingga Bank di-suspend untuk
transaksi kliring pada hari tersebut
Transaksi kliring sudah dibuka kembali namun terjadi penarikan dana
nasabah secara besar-besaran akibat turunnya tingkat kepercayaan yang
timbul sebagai akibat dari pemberitaan-pemberitaan seputar
ketidakikutsertaan Bank pada kliring tanggal 13 Nopember 2008
Berdasarkan Surat No. 10/232/GBI/Rahasia, Bank Indonesia
menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai Bank Gagal yang
ditengara berdampak sistemik.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui Keputusan No.
04/KSSK.03/2008 menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai bank
gagal yang berdampak sistemik dan menyerahkan penanganannya
kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Bank Century telah tiga kali berganti status oleh Bank Indonesia yaitu ketika pada tanggal 29 Desember 2005
Bank Century dinyatakan sebagai Bank dalam pengawasan Intensif, kemudian pada tanggal 6 November 2008
Bank Century ditetapkan oleh bank Indonesia sebagai Bank Dalam Pengawasan Khusus, dan yang terakhir yaitu
pada tanggal 20 November 2008, Bank Century ditetapkan sebagai Bank Gagal yang ditenggara berdampak
sistemik. Perubahan-perubahan tersebut diakibatkan oleh banyak kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
perbankan Bank Century, untuk lebih jelasnya berikut skema perubahan status Bank Century beserta penyebabnya :
Skema Status Bank Century
Merger
28 Des 2008
Bank Danpac

Chinkara Capital 55%


Status
Bank dalam
Pengawasan Intensif
29 Desember 2005
Praktek merugikan, menukar SSB senilai USD 75juta dan cash USD 60 juta dengan (total USD135juta) dengan
SSB lain seharga USD 57,48 juta.
CAR negative (-132,58%)
Pelanggaran BMPK, pelanggaran PDN
Kredit macet senilai Rp 356 miliar
Pengumpulan investasi dana tetap oleh PT Antaboga Delta Sekuritas (PT. ADS)
2 thn
10 bln
Bank Gagal
ditengarai berdampak
sistemik
20 November 2008
13 November 2009 kalah kliring
Tanggal 14 dan 18 November diberikan pengucuran FPJP sebesar Rp 502,07 miliar dan Rp 187,32 miliar, total
sebesar Rp 689,39 miliar.
Tanggal 20 November 2008 kondisi likuiditas terus memburuk, CAR turun dari koreksi per-31 Oktober dari positif
2,35 % menjadi negatif 3,53%.
Bank dalam
Pengawasan Khusus
6 Nopember 2008
Sejak Oktober 2008 Century berkali-kali melanggar ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM)
Likuiditas Bank Terus memburuk sejak BI meminta pemilik melunasi SSB Valas yang jatuh tempo dan pemilik
tidak mampu memenuhi komitmen.
Perhitungan CAR per 30 September melorot dari 14,76% menjadi 2,35%.
14 hari
Masalah
BANK CENTURY
Bank Picco
Chinkara Capital 67%
Bank CIC
Chinkara Capital 17%
Antaboga (ADS) 6%

2.2 Indikasi korupsi Pada Kasus Bank Century


Dalam indikasi kasus korupsi ini, kami mengambil sumber dari hasil audit BPK yang diserahkan kepada
DPR tanggal 20 November 2009, hasil audit ini memaparkan temuan yang sangat penting yaitu 8 penemuan. Sejak
meleburnya 3 bank ke dalam Bank Century dan penggelapan dana bank tersebut. Dalam audit ini BPK
menginformasikan bahwa penyelamatan Bank Century adalah keputusan keliru, sehingga dapat disimpulkan bahwa
keputusan menggelontorkan dana hingga triliunan rupiah terhadap bank century sangat beresiko untuk
diselewengkan.
Berikut ini hasil audit BPK yang mengindikasikan adanya pelanggaran aturan dan beberapa catatan korupsi
:
1)

Terkait Merger 3 Bank

2)

Terkait Penyaluran fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP)

3)

Terkait pengambilan keputusan KKSK dan Penyaluran Penyertaan Modal Sementara (PMS)

4)

Penyalahgunaan dana FPJP dan PMS

3.

Terkait pengambilan keputusan KSSK


Terhadap surat Gubernur BI No. 10/232/GBI/Rahasia tertanggal 20 November 2008 tentang Penetapan Bank
Century sebagai Bank Gagal dan Penetapan Tindak Lanjutnya, Departemen Keuangan dan LPS melakukan rapat
konsultasi KSSK pada tanggal 14, 17, 18, 19 dan 20 November 2008. KSSK kemudian mengadakan rapat pada
tanggal 21 November 2008. Rapat didahului dengan presentasi dari BI. Pada rapat ini banyak pihak yang tidak
setuju dengan argumentasi BI yang menyatakan Bank Century akan berdampak sistemik.
Dalam pengambilan keputusan bahwa Bank Century adalah Bank Gagal yang berdampak sistemik dinilai
bahwa BI dan KSSK tidak memiliki kriteria terukur dalam menetapkan dampak sistemik BC, dalam
menetapkan status ini dalam MOU disepakati bahwa status ini harus memenuhi 4 kriteria, yaitu aspek institusi
keuangan, aspek pasar keuangan, sistem pembayaran dan sektor riil, akan tetapi BI hanya mengukur aspek institusi
keuangan saja secara kuantitatif dan hasilnya adalah peran fungsi Bank Century relatif kecil dalam sector-sektor
perekonomian, sehingga BI menambahkan saru faktor lagi, yaitu aspek psikologi pasar. Dengan memunculkan
aspek ini, penentuan terhadap 3 indikator lain berdasarkan MOU dilakukan secara kualitatif. Dengan berdasarkan
aspek ini, BI mengambil kesimpulan; bahwa akan terjadi ketidakpastian yang tinggi terutama terhadap psikologi
pasar masyarakat yang selanjutnya dapat memicu gangguan/ketidakpastian di pasar keuangan dan system
pembayaran.
Rapat tersebut dihadiri oleh ketua KSSK yaitu menteri keuangan, Gubernur BI selaku anggota KSSK, dan
Sekertaris KSSK, rapat tersebut memutuskan bahwa Bank Century adalah Bank Gagal yang berdampak sistemik,
dan penanganannya diserahkan pada LPS, akan tetapi kondisi Bank Century makin memburuk selama periode
November 2008, sehingga BI mengeluarkan data baru mengenai kebutuhan dana untuk penyertaan modal sementara
(PMS) LPS untuk penyelamatan Bank Century.
Dana PMS kemudian membengkak dari Rp 632 miliar menjadi Rp 6,76 triliun. Kemudian dana ini disalurkan
dalam 4 tahap, akan tetapi dalam penyaluran dana ini dan munculnya data kebutuhan PMS tambahan yang sangat
besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa BI dan KSSK tidak memberikan informasi sesungguhnya mengenai
resiko penurunan CAR (keadaan BC) yang disebabkan oleh penurunan kualitas asset yang seharusnya
diketahui lebih awal oleh BI.

Legalitas Keputusan KSSK


Terkait dengan penyaluran dana yang diputuskan oleh KSSK yang Peraturan Pemerintah Pengganti UU
(Perpu) No. 4 tahun 2008 Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) pada 15 Oktober 2008. Dalam Perpu ini diatur
soal Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Gubernur BI dan Menteri Keuangan.
Terkait dengan hal ini, Rapat Paripurna DPR RI tertanggal 18 Desember 2008 telah memutuskan agar
pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang (RUU) tentang JPSK. Artinya KSSK telah berjalan dengan

tanpa persetujuan penuh oleh DPR RI. Dengan demikian, otoritas atau kewenangan KSSK sebenarnya belum
memiliki dasar hukum yang cukup kuat secara konstitusional, sehingga segala keputusan yang dihasilkan juga masih
dapat dipertanyakan.
Terkait dengan pengucuran dana ke Bank Century, jika mengacu pada persetujuan DPR RI, sejumlah Rp
2,88 triliun masih disalurkan oleh LPS tanpa dukungan pengesahan atau persetujuan DPR atas dasar KSSK.

4.

Terkait Penyalahgunaan Dana FPJP dan PMS

Adanya penarikan DPK oleh pihak terkait Bank Century sebesar Rp 938,654 M
Adanya unsur penggelapan dana kas Valas sebesar USD 18 Juta dengan masing-masing sebesar 2 M untuk
Dewi Tantular dan Robert Tantular

2.3 Kasus Bank Century dari sudut pandang Buku Geoge Aditjondro
Kasus bank Century memang menarik banyak pihak untuk berargumen, karena kasus ini berkembang
akibat terlibatnya nama-nama pejabat tinggi Negara, sebut saja wapres Boediono, dan menteri keuangan Sri
Mulyani, hal tersebut menuai banyak protes di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa, mereka menilai bahwa
pemerintah sangat lamban dalam menyelesaikan kasus ini, apalagi dengan sikap presiden SBY yang terkesan
lamban dan pandang pilih, hal ini dibuktikan dengan kasus lain yang menimpa bibit-chandra, dan kasus arthalita
suryani yang sekarang dipenjara dengan sel bintang lima.
Sikap lamban dan pandang bulu presiden SBY juga dikritik oleh seorang penulis yang menulis buku yang
berjudul membongkar gurita cikeas dibalik skandal bank century, buku yang ditulis oleh Geoge Aditjondro itu
menuai banyak protes dari kalangan pemerintah, hal tersebut dikarenakan dalam isi buku itu disebutkan bahwa pak
Presiiden SBY diindikasikan memiliki keterlibatan dengan kasus pengggelapan uang Bank Century. Tidak hanya di
dalam buku Membongkar Gurita Cikeas, banyak isu yang menyebar di masyarakat bahwa dana Bank Century
tersebut mengalir ke dana kampanye Partai Demokrat.
dalam buku tersebut diceritakan bahwa dalam skandal Bank Century pak SBY memiliki hal-hal yang
mengindikasikan bahwa dirinya terlibat dalam skandal ini, salah satunya adalah Hartati Murdaya dan Boedi
Sampoerno yang notabene nasabah kelas kakap Bank Century adalah penyokong dana kampanye Partai Demokrat,
mengingat bahwa skenario kisah kebangkrutan Bank Century sehingga Bank tersebut tidak bisa memenuhi rasio
kecukupan modal dikarenakan sebelum Bank Century diambil alih oleh LPS, Hartati Murdaya, pemimpin kelompok
CCM (Central Cipta Mudaya) dan Boedi Sampoerno, salah satu penerus keluarga Sampoerno telah menarik uang
mereka secara besar-besaran yaitu masing-masing 321 Miliar dan 1.895 Miliar pada bulan November, dan dua orang
tersebut adalah penyumbang logistic SBY dalam pemilu. Deposan kakap SBY lainnya yang merupakan nasabah
dari Bank Century yang menarik uang mereka secara besar-besaran antara lain PTPN Jambi, PT Sinar Mas,
Jamsostek.

Dan apa hubungannya antara Boedi Sampoerno dengan keluarga Presiden?? Dalam buku tesebut
disebutkan bahwa Boedi Sampoerno mempunyai hubungan yang sangat dekat sekali degan keluarga Cikeas,
diantaranya Boedi merupakan deposan atau penyokonng dana SBY dalam Pilpres, juga Boedi ditenggarai menjadi
salah seorag penyokong SBY, termasuk dengan menerbitkan sebuah Koran (Rusly 2009;48). Koran yang
disebutkan disini adalah Koran nasional yang bernama Jurnal Nasional yang merupakan media massa yang menjadi
corong politik Partai SBY.
Disebutkan dalam buku tersebut bahwa pembiayaan Jurnas tersebut mencapai 1,4 Miliar per-tahun, boleh
jadi media massa tersebut telah menyedot dana sekitar 150 miliar, bila dihitung dari awal SBY memulai
kampanyenya saat menjadi Capres pertama, dan jumlah tersebut sama dengan jumlah yang ada dalam Ringkasan
Eksekutif Laporan Hasil Investigasi BPK atas Kasus Bank Century Tbk tertanggal 20 November 2009 menunjukkan
bahwa Bank Century telah mengalami kerugian karena harus mengganti deposito milik Boedi Sampoerna yang
dipinjamkan atau digelapkan oleh Robert Tantular dan Dewi Tantular sebesar US$ 18 juta atau sekitar Rp 150
milyar, dengan dana yang berasal dari Penempatan Modal Sementara LPS.
Dalam sebuah media massa disebutkan pula Boedi Sampoerna, nasabah terbesar Bank Century itu,
memiliki seorang anak bernama Soenaryo, yang jarang memakai nama keluarga Sampoerna. Soenaryo yang sangat
dipercaya dalam urusan bisnis, mendampingi ayahnya ketika ditemui Robert Tantular, yang berusaha menjual saham
Bank Century kepada Boedi Sampoerna. Juga dalam pertemuan dengan Susno Duadji dan Lucas, pengacara
ayahnya, Sunaryo ikut pula hadir (Tempointeraktif, 12 Juli 2009, Rakyatmerdekaonline, 15 Nov. 2009).
Buku Membongkar Gurita Cikeas Dibalik skandal Bank Century memang menyorot bagaimana
kedekatan keluarga Cikeas dengan pejabat-pejabat tinggi Negara dan para pengusaha yang menguasai sektor
penting BUMN dan lainnya, pejabat-pejabat tersebut terlibat di struktur kepengurusan yayasan-yayasan keluarga
Cikeas, adapula yang masuk dalam struktur kepengurusan Koran Jurnas dan tim sukses SBY saat pilpres, keadaan
ini justru sangat memudahkan untuk membuat jaringan untuk kemungkinan adanya korupsi.
Buku Membongkar Gurita Cikeas dibalik Skandal Bank Century memang belum terbukti, buku ini
memaparkan dugaan dan kemungkinan yang bisa terjadi, sebagai perbandingan dengan hasil audit BPK atas indikasi
tindakan korupsi yang terjadi pada Bank Century.

2.4 Kemungkinan Dampak dari Kasus Bank Century

Pro-Kontra dari kasus Bank Century cukup membuat heboh dimana Rp 6,7 Triliun mengalir begitu saja ke
dalam Bank ini. Nyatanya hingga sekarang nasabah-nasabah masih mempertanyakan uang yang selama ini ditabung
belum mendapatkan penggantian. Kenaikan jumlah uang penyelamatan untuk Bank Century banyak yang
mengakibatkan banyaknya tudingan pada Bank Indonesia (BI) dan Departemen Keuangan sebagai penentu
kebijakan ini pada tanggal 20 November 2008 melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Kemungkinan lain adanya penyelewengan dana begitu besar mengalir ke kas orang-orang tertentu yang
dapat merugikan Negara ini, banyak pihak yang meragukan kebenaran aliran dana untuk Bank Century karena

adanya benturan politis belaka. Adanya benturan ini menyebabkan keputusan untuk menyelamatkan Bank Century
dimaksudkan hanya untuk menyelamatkan deposan-deposan besar dan bukan untuk menyelamatkan sistem
perbankan.
Dampak yang lainnya adalah persoalan politik akan memengaruhi persepsi tingkat keyakinan investor
terhadap iklim usaha yang kondusif. Dalam sektor keuangan (finansial) dampak dari kegaduhan politik dengan
mudah terlihat melalui fenomena capital-outflow.Adapun bagi sektor riil, dampak dalam jangka pendek tidaklah
sesensitif sektor keuangan.
Pengamat perbankan dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Tony Prase-tyantono mengatakan kasus
yang sedang diselidiki di DPR itu dapat membuat pertumbuhan ekonomi tertahan. "Jika kasus Bank Century
berakhir happy ending dan politik dalam negeri tetap stabil maka target pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar lima
persen bisa terealisasi," ujarnya di Jakarta, Senin (21/12).
Dampak terhadap sektor riil juga penting diperhatikan, karena sektor ini mampu menjelaskan secara baik
penyerapan angkatan kerja, kemiskinan, pembangunan ekonomi daerah, dan kesejahteraan riil masyarakat. Di
Indonesia, permasalahan pengangguran dan kemiskinan menjadi target pemerintahan SBY-Boediono. Penyelesaian
dua persoalan ini hanya akan terwujud apabila Indonesia memiliki stabilitas politik dan ekonomi yang ditunjang
oleh sistem hukum yang baik. Ketiga hal ini memberikan rasa aman dan kepastian hasil bagi investor untuk
menggerakkan roda perekonomian.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan

Dari hasil audit BPK, BPK menemukan menemukan empat kelompok pelanggaran diantaranya, proses
merger dan pengawasan BC oleh BI, pemberian FPJP, penetapan BC sebagai Bank Gagal yang berdampak sistemik
dan penanganannya oleh LPS, penggunaan dana FPJP dan PMS, juga praktik-praktik tidak sehat lainnya.
Dalam proses merger terdapat beberapa Indikasi Pelanggaran. BI diduga memberikan kelonggaran terhadap
persyaratan merger. Dan terdapat praktik-praktik pelanggaran perbankan lainnya.
Dalam pemberian FPJP, pelanggaran tejadi dimana BI mengubah PBI mengenai persyaratan pemberian FPJP
dari semula dari semula CAR 8% menjadi CAR positif, dengan demikian perubahan PBI tersebut patut diduga
dilakukan untuk merekayasa agar BC mendapat FPJP.
Keputusan untuk menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal yang berdampak sistemik adalah suatu
kesalahan karena BI dan KSSK tidak memiliki kriteria terukur dalam menetapkan dampak sistemik BC, BI hanya
menggukur secara kuantitatif aindikator institusi keuangan saja, kemudian BI mneggunakan indikator psikologi
pasar. Dengan memunculkan aspek ini, penentuan terhadap 3 indikator lain berdasarkan MOU dilakukan secara
kualitatif. Sehingga status Bank Gagal berdampak sistemik dapat disandang oleh Bank Century

Dalam pengggunaan dana FPJP dan PMS, banyak tindakan pelanggaran dan korupsi diantaranya,. Adanya
penarikan DPK oleh pihak terkait Bank Century sebesar Rp 938,654 M, adanya unsur penggelapan dana kas Valas
sebesar USD 18 Juta dengan masing-masing sebesar 2 M untuk Dewi Tantular dan Robert Tantular
Dalam buku Membongkar Gurita Cikeas;dibalik Skandal Bank Century diindikasikan bahwa presiden
SBY memiliki keterlibatan cukup erat dengan kasuus Bank Century, walaupun belum bisa dibuktikan secara nyata,
akan tetapi SBY memiliki hubungan yang dekat dengan nama-nama orang yang terlibat dengan kasus ini.
Dampak dari kasus Bank Century ini bisa timbul akibat ketidakseimbangan stabilitas politik yang akan
berdampak pada perekonomian, bila stabilitas pollitik tidak stabil dan begitu pula stabilitas hukum di Indonesia
maka banyak investor yang mungkin saja menarik investasi mereka dari aset-aset di Indonesia, dan hal tersebut akan
berdampak pada sektor riil, pengangguran, pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Vous aimerez peut-être aussi