Vous êtes sur la page 1sur 5

1.

1 Penyakit Endemik
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang
dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa
berkonsultasi dengan seorang dokter. Sebaran peyakit di Indonesia disebabkan
berbagai factor. Karena Indonesia merupakan Negara pariwisata yang setiap
tahunnya dapat mendatangkan bayak wisatawan asing. Endemik dalam biologi
dan ekologi berarti secara ekslusif merupakan spesies asli dari suatu tempat
yang berupa wilayah geografis tertentu seperti pulau, kepulauan atau negara.
Pulau atau kepulauan mudah mengembangkan spesies endemik dikarenakan
isolasi geografisnya.
Sebaran penyakit di Indonesia dapat disebabkan rendahnya kualitas gizi
dan makanan yang dikonsumsi orang Endemik dalam biologi dan ekologi berarti
secara ekslusif merupakan spesies asli dari suatu tempat yang berupa wilayah
geografis tertentu seperti pulau, kepulauan atau negara. Pulau atau kepulauan
mudah mengembangkan spesies endemik dikarenakan isolasi geografisnya.
Indonesia. Kebanyakan masyarakat Indonesia tidak memperhatikan kualitas
makanan dan gizi mereka, sehingga kualitas hidup dan kesehatan mereka juga
berkurang. Seiring dengan berkurangmya kualitas hidup, berkurang pula kualitas
daya tahan mereka terhadap penyakit. Untuk itu diperlukan adanya upaya
pencegahan penyebaran penyakit di Indonesia.
Pencegahan sebaran penyakit di Indonesia dapat dilakukan dengan
banyak cara. Salah satunya dengan diperketat penjagaan turis asing yang masuk
ke Indonesia. Dan juga dilakukan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan
orang Indonesia. Hal tersebur harus dilakukan untuk mencegah penyebaran
peyakit endemik di Indonesia.

1.2 Demam Berdarah Dengue


Hasil Anamnesis
Keluhan
Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam bifasik akut 2-7 hari,
nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia/atralgia, ruam, gusi berdarah, mimisan,
nyeri perut, mual/muntah, hematemesis dan dapat juga melena.
Faktor Risiko
a. Tinggal di daerah endemis dan padat penduduknya.
b. Pada musim panas (28-32 0C) dan kelembaban tinggi.
c. Sekitar rumah banyak genangan air.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


(Objective)
Pemeriksaan Fisik

Tanda patognomonik untuk demam dengue


a. Suhu Suhu > 37,5 derajat celcius
b. Ptekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa
d. Rumple Leed (+)

Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue


a. Suhu > 37,5 derajat celcius
b. Ptekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa
d. Rumple Leed (+)
e. Hepatomegali
f. Splenomegali
g. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda efusi
pleura dan asites.
h. Hematemesis atau melena

Pemeriksaan Penunjang :
a. Leukosit: leukopenia cenderung pada demam dengue
b. Adanya bukti kebocoran plasma yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas pembuluh darah pada Demam Berdarah Dengue dengan
manifestasi peningkatan hematokrit diatas 20% dibandingkan standard sesuai
usia dan jenis kelamin dan atau menurun dibandingkan nilai hematokrit
sebelumnya > 20% setelah pemberian terapi cairan.
c. Trombositopenia (Trombosit <100.000/ml) ditemukan pada Demam Berdarah
Dengue

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis
Kriteria WHO, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini terpenuhi:
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik/ pola
pelana
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut
1. Uji bendung positif

2. Petekie, ekimosis atau purpura


3. Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain
4. Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut: 1.
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standard sesuai dengan umur dan
jenis kelamin
2. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
3. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asistes atau hipoproteinemia
Klasifikasi
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi) berdasarkan klassifikasi WHO
1997:
a. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas dan satusatunya manifestasi perdarahan ialah uji bending.
b. Derajat II : Seperti derajat I namun disertai perdarahan spontan di kulit dan
atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar
mulut, kulit dingin dan lembab.
d. Derajat IV : Syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur.

Diagnosis Banding
a. Demam karena infeksi virus ( influenza , chikungunya, dan lain-lain)
b. Demam tifoid

Komplikasi
Dengue Shock Syndrome (DSS)
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3 x 500- 1000
mg).
b. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
c. Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue,
yaitu:

Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue


Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial
Konseling dan Edukasi
a. Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan
pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata
laksananya, sehingga pasien dapat mengerti bahwa tidak ada
obat/medikamentosa untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif dan
mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan
perjalanan alamiah penyakit.
b. Modifikasi gaya hidup
1. Melakukan kegiatan 3M menguras, mengubur, menutup.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan
melakukan olahraga secara rutin.

Kriteria rujukan

a. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena).


b. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/ jam kondisi belum
membaik.
c. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang,
penurunan kesadaran, dan lainnya.

Sarana Prasarana
Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
Prognosis
Prognosis jika tanpa komplikasi umumnya dubia ad bonam, karena hal ini
tergantung dari derajat beratnya penyakit.

Dapus: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 5 TAHUN 2014. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014

Vous aimerez peut-être aussi