Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sedangkan kematian yang tanpa didahului sebab itulah maksud kematian yang
mendadak yang belum bisa diprediksi sebelumnya.
Seiring majunya ilmu kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab
kematian seperti kanker, endemik, atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini
mengisyaratkan dekatnya kematian, tetapi sebab yang utama adalah mandeknya
jantung secara tiba-tiba yang datang tanpa memberi peringatan.
Para ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang
terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang
dialami orang yang terkena serangan jantung.
Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab, Bab
kematian yang datang tiba-tiba. Kemudian beliau menyebutkan hadits Saad bin
Ubadah radliyallah anhu ketika berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam,
Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin
seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu,
apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?
Beliaupun menjawab, Ya. (Muttafaq alaih)
. . . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu
yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang
terkena serangan jantung.
Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi
orang-orang jahat. (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam
Syuab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dhaif al Jami
no. 5896)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud dan Aisyah radliyallah anhuma, keduanya
berkata, Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi
orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al
Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf).
Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia
merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnahfitnahnya.
Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi
dalam al Sunan al-Kubra pada kitab Al-Janaiz Bab, Fi Mautil Fajah, dari hadits
Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah dilalui iring-iringan
jenazah. Beliau lalu bersabda, Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya. Para
sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang
diistirahatkan darinya? Beliau menjawab,
Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya,
kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri,
pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya. (HR. Muslim
no. 950, Ahmad no. 21531)
Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia
merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnahfitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir merupakan
kabar gembira bagi hamba Allah. Mereka akan terbebas dari gangguannya. Di
antara gangguannya adalah kedzalimannya terhadap mereka, kesenangannya
melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan
mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi
berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi selalu
menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya, tidak
memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri dan
pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak turun, dia
mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.
Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan
atas orang-orang kafir. Ibnu Masud
10- Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari
kiamat): Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada
kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu
kafir
11- Mereka menjawab: Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan
telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka
adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?
Ketika manusia dikumpulkan dipadang Mahsyar pada hari berbangkit kelak dan
orang kafir telah melihat dengan jelas akibat perbuatan mereka menentang ayat
ayat Allah selama ini, mereka mengeluh : Ya Allah Engkau telah mematikan kami
dua kali, dan menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami mengakui dosa kami,
adakah jalan keluar bagi kami dari kesulitan yang dahsyat pada hari ini (neraka
jahanam) . Dialog antara orang kafir dengan Allah ini diabadikan dalam surat Al
Mukmin ayat 10 -11, sebagaimana kami kutipkan diawal artikel ini.
Selama hidup didunia ini kita hanya mengerti bahwa mati dan hidup itu hanya
sekali saja, namun setelah diakhirat kelak kita baru, mengerti bahwa kita hidup dan
mati sebanyak dua kali. Memperhatikan dialog diatas kita jadi bertanya, apakah
yang dimaksud dengan kematian itu? Dalam Al Quran dikatakan bahwa kita mati
dan hidup sebanyak dua kali, padahal yang kita ketahui selama ini kita hidup dan
mati hanya satu kali.
berbeda dengan yang telah mereka kerjakan selama ini sebagaimana disebutkan
dalam surat As Sajdah ayat 12:
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): Ya
Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke
dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orangorang yang yakin. (As Sajudah 12)
Itulah proses mati kemudian hidup, selanjutnya mati dan kemudian hidup kembali
yang akan dialami oleh semua manusia dalam perjalanan hidupnya yang panjang
dan tak terbatas. Proses ini juga disebutkan Allah dalam surat Al Baqaqrah ayat 28:
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Al Baqarah 28)
Demikianlah definisi mati menurut Al-Quran, mati adalah saat terpisahnya Ruh dari
Jasad. Kita akan mengalami dua kali kematian dan dua kali hidup. Jasad hanya
hidup jika ada Ruh, tanpa Ruh jasad akan mati dan musnah. Berarti yang
mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad sedangkan Ruh tidak akan pernah
mengalami kematian.
Pada saat mati yang pertama, jasad belum ada namun Ruh sudah ada dan hidup
dialam Ruh. Pada saat hidup yang pertama Ruh dimasukan kedalam jasad ,
sehingga jasad tersebut bisa hidup. Pada saat mati yang kedua, Ruh dikeluarkan
dari jasad , sehingga jasad tersebut mati, namun Ruh tetap hidup dan disimpan
dialam barzakh. Jasad yang telah ditinggalkan oleh Ruh akan mati dan musnah
ditelan bumi. Pada saat hidup yang kedua, Allah menciptakan jasad yang baru
dihari berbangkit, jasad yang baru itu akan hidup setelah Allah memasukan Ruh
yang selama ini disimpan dialam barzak kedalam tubuh tersebut. Kehidupan yang
kedua ini adalah kehidupan yang abadi, tidak ada lagi kematian atau perpisahan
antara Ruh dengan jasad sesudah itu.
Kalau kita amati proses hidup dan mati diatas ternyata yang mengalami kematian
dan musnah hanyalah jasad, sedangkan Ruh tidak pernah mengalami kematian dan
musnah. Ruh tetap hidup selamanya, ia hanya berpindah pindah tempat, mulai dari
alam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan terakhir dialam Akhirat. Pada saat datang
kematian pada seseorang yang sedang menjalani kehidupan didunia ini, maka yang
mengalami kematian hanyalah jasadnya saja, sedangkan Ruhnya tetap hidup
dialam barzakh. Allah mengingatkan hal tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 154 :
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,
(bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu h idup, tetapi kamu tidak
menyadarinya. (Al Baqarah 154)
Oleh
Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari
Kita berada di akhir zaman, banyak terjadi kematian mendadak, memang itu
merupakan salah satu tanda-tanda hari kiamat. Sebagaimana disebutkan di dalam
hadits :
: :
Dari Anas bin Mlik, dia meriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ,
beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Di antara dekatnya hari kiamat, hilal
akan terlihat nyata sehingga dikatakan ini tanggal dua, masjid-masjid akan
dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) kematian mendadak.[1]
berapa banyak orang sehat yang engkau lihat tanpa sakit; jiwanya yang sehat pergi
dengan mendadak
Maka bertakwalah kepada Allh wahai hamba Allh- janganlah engkau seperti dia,
sementara engkau tahu bahwa dunia ini telah berjalan ke belakang, dan akhirat
berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian dan perpindahan, dan (ingatlah) apaapa yang akan tergambarkan di hadapanmu, berupa keburukan yang banyak
sedangkan kebaikan begitu sedikit. Kebaikan yang ingin engkau amalkan, maka
segera amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan, maka
(tinggalkanlah) sejak sekarang:
Dari Ubaid bin Khalid as-Sulami, seorang laki-laki dari sahabat Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam , perawi terkadang mengatakan dari Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam , dan terkadang mengatakan dari Ubaid, dia berkata: Kematian mendadak
adalah siksaan yang membawa penyesalan.[4]
Akh-dzatu artinya siksaan atau serangan atau musibah. Sedangkan asaf memiliki
dua makna, yaitu kesusahan yang serius dan kemurkaan. Dan para ulama telah
Ibnu Baththl rahimahullah berkata, Hal itu wallhu alam- karena di dalam
kematian mendadak dikhawatirkan terhalangi dari membuat wasiat dan tidak
mempersiapkan untuk (bekal) akhirat dengan taubat, dan amal-amal shalih
lainnya.[6]
Akan tetapi bukan berarti semua orang yang mati mendadak merupakan orang
yang dimurkai oleh Allh Azza wa Jalla . Sesungguhnya hal itu berlaku bagi orang
kafir atau orang yang selalu berada dalam maksiat. Adapun orang Mukmin, yang
selalu mempersiapkan diri dengan iman yang shahh dan amalan yang shalih, maka
kematian mendadak merupakan keringanan baginya.
:
:
Yang dimaksud Mukmin di sini, adalah orang Mukmin yang telah mempersiapkan
diri menghadapi kematian dan selalu memperhatikannya. Sedangkan orang kafir,
maka sangatlah jelas, karena dengan kematian mendadak, ia tidak sempat
bertaubat dan mempersiapkan diri untuk akhirat.
Semoga Allh selalu menolong kita untuk selalu mengingat-Nya, bersyukur kepadaNya, dan meningkatkan ibadah kita kepada-Nya. Hanya Allh tempat mengadu dan
memohon.
[4]. HR Ahmad (no. 15.496, 15.497, 17.924, 17.925), Abu Dawud (no. 3.112), alBaihaqi dalam Sunan al-Kubra (6.809). Dishahhkan oleh al-Albni dalam al-Misykah
(no. 1.611) dan Syuaib al-Arnauth dalam Taliq Musnad Ahmad.
[5]. Dinukil dari Aunul Mabd, 8/260.
[6]. Fathul Bri, 3/254.
[7]. HR Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf, no. 6.781.
[8]. Riwayat Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (no. 6.776), ath-Thabrani dalam
Mujamul Kabr (no. 6.782).
[9]. Fathul-Bari, 3/255.
Sumber: https://almanhaj.or.id/4128-awas-kematian-mendadak.html
https://almanhaj.or.id/4128-awas-kematian-mendadak.html
"Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin
seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu,
apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?"
Beliaupun menjawab, "Ya". (Muttafaq 'alaih)
. . . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu
yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang
terkena serangan jantung.
Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama
Sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak,
karena dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan
wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih
lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini dinukil Imam Ahmad dan
sebagian ulama madzhab Syafi'i. Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang shalih meninggal secara
mendadak. An-Nawawi mengatakan, "Kematian mendadak itu disukai oleh para
muqarrabin (orang yang senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi
oleh Allah)." (Lihat (Fathul Baari: III/245)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat
disatukan." (Fathul Baari: III/255)
Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang
mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhuma, dia
berkata, "Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan
kemurkaan atas orang-orang kafir." Ini adalah lafadz Abdul Razaq dan al-Thabrani
dalam al-Mu'jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu Abi Syaibah, "Kematian mendadak
merupakan istirahat (ketenangan) bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang
kafir." (HR. Abdul Razaq dalam al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu'jam
al-Kabir no. no. 8865)
Dari Aisyah radliyallah 'anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau
menjawab,
"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi
orang-orang jahat." (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam
Syu'ab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami'
no. 5896)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dan Aisyah radliyallah 'anhuma, keduanya
berkata, "Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi
orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim." (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al
Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf).
Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi
dalam al Sunan al-Kubra pada kitab "Al-Janaiz" Bab, "Fi Mautil Faj'ah", dari hadits
Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah dilalui iring-iringan
jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya." Para
sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang
diistirahatkan darinya?" Beliau menjawab,
"Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya,
kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri,
pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Muslim
no. 950, Ahmad no. 21531)
Kematian mendadakn yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan bagianya. Dia
terbebas dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnahfitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir merupakan
kabar gembira bagi hamba Allah. Mereka akan terbebas dari gangguannya. Di
antara gangguannya adalah kedzalimannya terhadap mereka, kesenangannya
melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan
mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi
berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi selalu
menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya, tidak
memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri dan
pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak turun, dia
mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.
"Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan
atas orang-orang kafir." Ibnu Mas'ud
Menyikapi Kematian Mendadak
Bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari fenomena yang
ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan oleh orang yang
terpercaya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia akan bersegera kembali
kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.
Imam al-Bukahri pernah berkata,
Peliharalah waktu ruku'mu ketika senggang.
Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tiba
Betapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar
. . . Semoga Allah melindungiku dan Anda dari catatan amal, seperti catatan
amalnya, dan dari akhir kehidupan, seperti akhir kehidupannya. Maka bertakwalah
kepada Allah, Ya 'Ibaadallah!
Maka seandainya kita telah mati, kita dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu
merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Tetapi jika kita telah mati, kita
pasti dibangkitkan. Dan setelah itu, kita akan ditanya tentang segala sesuatu."
(Kitab Ahwalul Qiyamah, hal. 4-5. Secara ringkas dinukil dari Mukhtasar Ahkamul
Janaiz, karya Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi)
Oleh: Badrul Tamam
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2010/05/20/6206/waspadaikematian-mendadak/#sthash.j0Y6Jqab.dpuf
BERITA wafatnya Ustadz Jefri Al Buchori pada akhir April 2013 sempat membuat
banyak orang tidak percaya. Ketika itu tidak sedikit pula yang menganggap berita
tersebut hoax atau cerita bohong yang sengaja disebarkan oleh pihak tidak
bertanggungjawab.
Bahkan, sebagian orang menganggap kematian Ustadz Jefri ini hanyalah mimpi,
meskipun mereka secara langsung sudah melihat berita di berbagai media massa
terkait pemulangan jenazah dari rumah sakit, prosesi shalat jenazah di Masjid
Istiqlal, dan prosesi pemakaman Ustadz Jefri. Seperti mimpi menyaksikan kematian
Ustadz Jefri, celetuk salah seorang rekan kepada penulis.
Sebelum Ustadz Jefri, kita juga pernah dikejutkan dengan kematian mendadak
seorang politisi muda, Adjie Massaid, akibat serangan jantung. Jika dilihat dari
riwayat penyakit, Adjie tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Bahkan menjalani
gaya hidup sehat dan ia rutin berolahraga. Itulah takdir kematian yang tidak
mengenal istilah ketuk pintu.
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.
(Al-Munaafiquun [63]:11)
Ayat di atas menjadi peringatan bagi kita bahwa kematian itu bisa terjadi kapan
saja. Karena itu meskipun manusia berusaha menghindar dari kematian, dia tidak
akan bisa mengelak dari dari kematian itu sendiri, meskipun bersamanya ada
banyak dokter spesialis yang ahli dan dilengkapi dengan peralatan kedokteran yang
canggih dan mahal harganya.
Kematian akan menghampiri siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka,
baik yang tua maupun yang muda, baik yang miskin maupun yang kaya, seorang
yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang
bersemangat mengejar kehidupan akhirat, ataupun yang lalai dan malas-malasan.
Mengenai fenomena kematian mendadak seperti halnya kasus Ustadz Jefri alBuchori dan politisi Adjie Massaid ini, beberapa abad yang lalu sudah Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam sudah memberi isyarat. Dalam Haditsnya Rasulullah
bersabda, Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah munculnya
kematian mendadak. (Riwayat Thabarani)
Dalam pandangan Islam, mati bukanlah akhir dari kehidupan manusia, tetapi
hanyalah fase perpindahan dari kehidupan di dunia kepada kehidupan akhirat. Oleh
sebab itu, kita dapat menyatakan bahwa mati sebenarnya awal dari kehidupan yang
baru. Bahagia atau sengsaranya seseorang dalam kehidupan akhirat bergantung
apakah dia menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan nilai-nilai Islam atau
tidak. Manakala seseorang sudah menjalani kehidupan dengan baik hingga
kematiannya, kematiannya sering disebut husnul khatimah (akhir kehidupan yang
baik).
Seorang Mukmin sejatinya tidak mengenal kata malas atau menunda-nunda waktu
dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wataala. Dalam benaknya harus selalu
dipenuhi rasa curiga; jangan-jangan batas usianya di dunia akan berakhir lusa,
besok atau bahkan hari ini. Dengan mengingat kematian (dzikrul maut), seseorang
selalu berhati-hati dalam menapaki hidup di dunia. Rasulullah bersabda, Cukuplah
kematian itu sebagai nasihat. (Riwayat Thabrani dan Baihaqi)
Jika pun terjerembab dalam maksiat, buru-buru ia bangkit dan bertaubat kepada
Allah Subhanahu Wataala. Rasulullah bersabda: Orang yang cerdas adalah orang
yang mengevaluasi dirinya dan melakukan sesuatu untuk hidup setelah mati.
(Riwayat At Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Coba tanyakan dengan jujur pada diri kita, seberapa sering kita mengingat
kematian? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya. Jika kenyatannya kita masih
sangat sedikit dalam mengingat kematian di tengah kesibukan dan semua urusan
keduniaan, maka segeralah mengubah langkah.
Banyak manfaat yang diperoleh jika kita mengingat kematian. Umar bin Abdul Aziz
pernah berkata, Barangsiapa yang mendekatkan hatinya pada kematian, niscaya
dia akan banyak mendermakan apa yang dia punya.
Mengingat kematian juga merupakan satu cara yang sangat efektif untuk dapat
menaklukan dan mengendalikan hawa nafsu. Perhatikan sabda Rasulullah berikut ini
: Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu
kematian! (Riwayat Tirmidzi)
Dari uraian di atas, secara garis besar dzikrul maut akan membuat seseorang
meraih kemulian lantaran: segera bertaubat, qanaah hatinya, dan semangat dalam
beribadah. Sementara orang yang lupa dengan kematian dapat dicirikan: suka
menunda-nunda taubat, tidak puas dengan apa yang ada (rakus bin tamak), dan
bermalas-malas dalam beribadah.
Suatu ketika, Hasan Al Bashri, seorang ulama pada masa kekhalifahan Umayyah,
menjenguk seseorang yang sedang sakit. Didapati orang tersebut sedang
Sementara Umar bin Abdul Aziz punya cara unik untuk selalu mengingat kematian.
Biasanya secara rutin Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan para fukaha setiap
malam untuk mengingat kematian, kemudian mereka menangis seolah-olah di
hadapan mereka ada jenazah.
Ziarah kubur juga termasuk hal yang dapat mengingatkan kita pada akhirat
(termasuk di dalamnya kematian, sebagai pintu menuju akhirat), sebagaimana
sabda Nabi Shallallahu alaihi Wassalam: Dahulu aku melarang kalian berziarah
kubur, namun sekarang berziarahlah, karena hal itu akan menjadikan sikap hati-hati
di dunia dan akan dapat mengingatkan pada akhirat. (Riwayat Ahmad)
Pada akhir tulisan, marilah kita renungi Hadits Rasulullah berikut ini, Orang yang
paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah
orang-orang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan
kemuliaan akhirat. (Riwayat Ibnu Majah) *
http://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidupmuslim/read/2013/12/25/13782/saatnya-mencurigai-batas-umur.html