Vous êtes sur la page 1sur 30

Edy Suharyanto, STP, MP

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA


Divisi Industri Hilir dan Rekayasa Alat-Mesin
Kopi dan Kakao

KAKAO INDONESIA
Pada akhir Th. 2009 Produksi kakao
sekitar 850 ribu ton
315 ribu ton diproses industri olahan
535 ribu ton diekspor
90% Perkebunan rakyat
63% biji Kakao diekspor
60% dikuasai eksportir asing
6/8/2011

Trend harga biji kakao Dunia US $ per Ton


Fluktuasi harga kakao dunia
40,000,000
35,000,000
30,000,000

Harga

25,000,000
20,000,000
US$ per
tonne

15,000,000
10,000,000
5,000,000

Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
May-09
Jun-09
Jul-09
Aug-09
Sep-09
Oct-09
Nov-09
Dec-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
May-10
Jun-10
Jul-10
Aug-10
Sep-10
Oct-10

6/8/2011

KAKAO : MENGAPA TETAP MENJADI PRIORITAS?

MENJADI SUMBER DEVISA NEGARA


MENJADI SUMBER LAPANGAN KERJA DAN
PENDAPATAN 1,7 JUTA PETANI
EFEK PENGGANDAAN PENDAPATAN DAN
LAPANGAN KERJA RELATIF BESAR
EFEK DISTRIBUSIONALNYA CUKUP BAIK /
TERSEBAR

Posisi Kakao Indonesia


2001/02

2002/03

2003/04

Cote dIvore

1.240

1.315

1.300

Indonesia

443

425

465

Ghana

340

490

475

Nigeria

167

150

160

Cameroon

126

140

130

Brazil

124

162

170

72

78

95

Dunia

2.773

3.045

3.068

Grinding

2.865

2.954

3.042

-133

+68

+3

Ecuador

Selisih

PRODUSEN KAKAO

JALUR PERDANGANKAKAO

Peta Pelaku Bisnis Kakao Dunia


Kluster produsen biji kakao
Kluster industri cokelat

3000
2500
2000
1500
1000
500
0
op
r
u
.E
W

r
r
e
ia
ia
ia
st
vr
p
m
m
s
a
d
a
n
o
A
.E
.A
ea
/In
rA
ur
rld
L
a
c
M
N.
e
/
E
o
.
n
h
O
.
i
r
W
E
Ot
Af
Ch

Komposisi Ekspor
4%
0,7%
(12.587
ton)
(2.418
ton)
9%
(29.880 ton)

9%
(11.050 ton)

18%
(21.109 ton)

28%
(33.343 ton)

3%
(9.955 ton)

14%
(16.203 ton)

Biji
Pasta
Lemak
83%
(278.146 ton )

Bubuk
Cokelat

31%
(36.067 ton)

Indonesia

Malaysia

(332.986ton)

(117.772 ton)

Komposisi Impor
12%
(142 ton)

0,4% 1%
(5 ton)(12 ton)

8%
(9.087
ton)
2%
(2. 611 ton)

2%
(20 ton)

0,0%
(52 ton)
0,3%
(349 ton)

Biji
Pasta
Lemak
85%
(1.038 ton)

Bubuk
Cokelat

90%
(99.192 ton)

Indonesia

Malaysia

(1.217 ton)

(111
(11
1.219 ton)

Nilai Ekspor (US $ 000)


Biji

233..052
233
250..000
250

Produk

200..000
200
150..000
150

158..665
158
108..807
108

100..000
100
14..974
14

50..000
50
0

Indonesia

Malaysia

74

Kbg gula lain

13

Permen ckl

52

Kbg gula

Ckl cair

Bbk manis

18

Ckl butiran

105

Ckl batangan

462

Lemak

239

Bbk tdk manis


Kps,krg&bersih

36

Biji

34

100

200

300

400

500

Proporsi nilai tambah terhadap ratarata-rata nilai tambah (%)

Perubahan Jumlah Grinding Kakao

Fluktuasi Harga Biji Kakao Dunia


2750

2500

Harga US$ per Tonne

2250

2000

1750
1500
1250

1000

750

500
250

0
Jan-02

Jul-02

Jan-03

Jul-03

Jan-04

Jul-04

Jan-05

Waktu

Jul-05

Jan-06

Jul-06

Jan-07

Jul-07

Jan-08

Mulai tahun 2002 2005 produksi biji


kakao dunia ternyata melampui kebutuhan
dari negara-negara konsumen maupun
produsen, tertapi mulai tahun 2006 terlihat
mengalami kekurangan produksi dan
diprediksi sampai tahun 2008.
Posisi jumlah produksi dengan jumlah
konsumsi biji kakao dunia akan
mempengaruhi harga jual biji kakao pada
tahun tersebut.

PERMASALAHAN KAKAO INDONESIA


PRODUKSI & PRODUKTIVITAS RENDAH:
Tanaman dari klon non Unggul, rendahnya tingkat
pengetrapan tehnologi budidaya, serangan PBK
MUTU HASIL RENDAH:
Adanya serangan hama PBK, panen dan pengolahan
hasil tidak sesuai standar teknis, banyaknya bahan
ikutan lain dalam penjualan biji kakao
PRODUK TURUNAN MASIH TERBATAS: Sebagian
besar ekspor masih berbentuk biji ( 75 %) dari total
ekspor 400.000 ton , berbentuk biji 330 ribu ton

KERANGKA PEMIKIRAN
A. Pendekatan Masalah
1.

Perkebunan rakyat, mutu produk yang dihasilkan


sebagian besar masih rendah dan tidak konsisten
2. Di pasar internasional terkena penahanan otomatis
[automatic detention] dan potongan harga [discount]
Langkah-langkah [Aspek Pasca Panen]:
1. Perlu introduksi metode dan kelembagaan alat-mesin
pasca panen yang memadai
2. Pengembangan agroindustri di pedesaan disertai dan
pemasaran yang berorientasi mutu

B. Pendekatan Teknologi
1. Perlu pengembangan alat-mesin pasca
panen terpadu
2. Penyedian alat-mesin pasca panen skala
kelompok tani yang berorientasi pada :
Peningkatan nilai tambah
Peningkatan mutu
Tingkat kesejahteraan meningkat

Good Manufacturing Practices (GMP)


Perlindungan

3P

Produk
Personalia
Property

Personalia
peningkatan skrining dan supervisi

Produk
peningkatan pengendalian farm to table

Property
peningkatan keamanan (security)

Analisis Kesenjangan Industri Cokelat


Proses
Hilir

Proses
Awal

Produksi
Bahan Baku

Proses yang kurang efisien dan membutuhkan biaya


impor teknologi yang tinggi

Rendahnya kualitas dan efisiensi produksi


Proses pengeringan kurang efisien dan kualitas yang rendah
disebabkan oleh jamur (MC > 8%) atau rapuh (MC < 5%)
Pemupukan lebih lambat 10 minggu disebabkan oleh
pemupukan secara ilmiah
Produksi bibit yang baik kurang mencukupi; produktivitas
panen yg rendah
Perlu mengurangi penggunaan pupuk anorganik
Penggunaan tenaga kerja kurang efisien
Metode yang dipergunakan belum bersahabat dengan
lingkungan
Potensi kehilangan yang disebabkan oleh CPB (40-60%)

Daging biji
Biji
kering
Biji kering

BUAH

Pulpa

Kulit buah

Lemak kakao
Pasta kakao
Bubuk cokelat
Makanan cokelat
Poliphenol
Theobromin
Pakan ternak
Theobromin
Nata-kakao
Jus kakao
Sirup kakao
Kompos
Pakan ternak

DAUN

Kompos

RANTING

Kompos

BATANG

Energi pengering

KONSUMEN DEMAND
1. Lemak
2. Bungkil
3. Pasta
NIB [DAGING BIJI] +/- 80 %

BIJI KAKAO

Limbah

Kadar air 7 %
Kadar kulit 13 %

SHELL [KULIT BIJI] +/- 20 %

PRODUK KAKAO

Topeng dari Cokelat

Analisa Ekonomi
Produksi bubuk dan lemak kakao
Harga biji
Rp. 25.000,Harga bubuk
Rp. 45.000,Harga lemak
Rp. 65.000,Hasil olah 1 kg kakao:
Bubuk 0.5 kg
Lemak 0.22 kg
Jumlah
Nilai tambah kotor
= Rp. 36.800,-

= Rp 22.500,= Rp 14.300,= Rp. 36.800,Rp. 25.000,-

= Rp. 11.800,- / kg

Produksi cokelat (contoh: cokelat susu, paling banyak digemari)


Harga biji
Rp. 25.000,Harga pasta
Rp. 65.000,- (nilai lemak + bubuk tiap kg)
Harga lemak
Rp. 65.000,Harga gula
Rp. 12.000,Harga susu
Rp. 60.000,Harga produk cokelat
Rp. 75.000,Komposisi
Pasta
: 24%
= 0.24 kg
= Rp. 15.600,Lemak : 24%
= 0.24 kg
= Rp. 15.600,Gula
: 35%
= 0.34 kg
= Rp. 4.200,Susu
: 17%
= 0.17 kg
= Rp. 9.600,(Lecitin, vanili dll = <0.01 kg)= Rp. 1.500,-

Jumlah = Rp. 46.500,Nilai tambah

= Rp. 75.000,- Rp. 46.500,- sehingga profit = Rp. 28.500,-

Nb: dalam industri makanan, biaya operasional biasanya antara 50-75% dari keuntungan kotor

Penutup
Dampak sektor lain yang ditimbulkan dari pertumbuhan
agroindustri kakao hilir berskala UKM ini, sbb:
1. Pertumbuhan industri-industri ikutan
2. Perluasan lapangan kerja
3. Peningkatan konsumsi kakao nasional [dari 0.2 menjadi >1
kg/ kapita/tahun]
4. Resistensi komoditas kakao terhadap fluktuasi dan
penurunan harga
5. Pengurangan ketergantungan pada ekspor biji
6. Untuk menjamin terserapnya stok, untuk membuka pasar
dalam negeri
7. Peningkatan pemahaman arti penting mutu kakao bagi
seluruh pelaku bisnis kakao dan peningkatan citra mutu
kakao Indonesia, dan
8. Percepatan proses implementasi otonomi daerah.

Vous aimerez peut-être aussi