Vous êtes sur la page 1sur 13

KONSEP MEDIS ABORTUS

A. Pengertian
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di
luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur

kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992).


Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
16 minggu atau sebelum plasenta selesai terbentuk. (Mansjoer, Arif, dkk,

2001).
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di
luar kandungan dengan berat badan 1000 gr atau umur kehamilan kurang

dari 28 minggu. (Manuaba, 1998).


Abortus adalah ancaman atau pegeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat) tertentu pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan

belum mampu untuk hidup di luar kandungan.


Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai vialibitas. Di mana masa
gestasi belum mencpai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram.

(Derek Liewollyn & Jones, 2002)


B. Klasifikasi Abortus
1. Abortus Spontan
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi yang tidak diketahui faktor-faktor
mekanis ataupun medinals, semata-mata oleh faktor alamiah. Klinis abortus
spontan dapat di bagi atas :
a. Abortus Imminens
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi sperti ini, kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan.

b. Abortus Insipiens
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda di masa hasil
konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ni menunjukkan
proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus
inkomplit atau komplit.
c. Abortus Inkomplit
Perdarahan pada kehamilan muda, di mana dari sebagian hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.
d. Abortus Komplit
Perdarahan pada kehamilan muda, di mana hasil seluruh hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri.
e. Abortus Habitualis (Keguguran Berulang)
Di mana penderita mengalami keguguran tiga kali berturut-turut atau
lebih.
f. Abortus Infeksioasa
Abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau
toksin ke dalam sirkulasi dan kav um peritoneum dapat menimbulkan
septicemia, sepsis dan peritonitis.
g. Missed Abortion
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi
yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak
dapat ditentukan hanya dlam satu kali pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulang.
2. Abortus Provakatus (Induced Abortion)
Abortus provakatus yaitu abotrus yang di sengaja, baik dengan memakai obatobatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a. Abortus Medisinalis (Abortus Therapeutica)
Abortus karena tindakan kta sendiri, dengan alasan apabila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2-3 tim dokter ahli.

b. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.
C. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah : a) kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosom X;
b) lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna; c) pengaruh
teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol.
2. Kelainan traktus genitalis : seperti inkompetensi serviks, (untuk abortus pada
trimester kedua), retro versi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus.
3. Kelainan pada plasenta : misalnya endarteritis korialis karena hipertensi
menahun.
4. Faktor maternal : seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan di anggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 814 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar
dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas

bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kteunta,
fentus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
E. Manifestasi Klinik
1. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi norma atau cepat
dan kecil, suhu badan normal atau menigkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mual dan kram di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan Ginekologi
a. Inspeksi Vulva
Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo
Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak jaringan berbau
busuk dari ostium.
c. Vagina Touche
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio di goyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum
douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan Dopller atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

4. Histerosalfingografi : untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus sub


mukosa dan anomali kongenital.
5. BMR dan kadar undian darah di ukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
6. Psiko analisa.
7. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
G. Penatalaksanaan
1. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan melanik
berkurang.
2. Periksa denyut nadi dan suhu tubuh 2x sehari bila pasien tidak panas dan tiap
4 jam bila pasien panas.
3. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
Pemerksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4. Bila syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl atau RL dan selekas
mungkin ditrasfusi darah.
5. Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
6. Bila kondisi pasien baik, berikan egrometrin 3x1 tablet selama 3 5 hari.
7. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
H. Komplikasi
1. Perdarahan
perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah, kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada watunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada
uterus dan apakah ada perlukaan alat-alat lain.

3. Syok
Syok pada abortus bila terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berak.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genetalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genetalia eskterna yaitu
staphylococci, streptococci, gram negatif, enteric bicilli dan lain-lain.

I. Penyimpangan KDM
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Virus
Masuk ke aliran
darah

Tembakau

Alkohol

Nikotin

Menyebar ke seluruh
tubuh

Emboli/trombus
pada pembuluh
darah

Masuk ke rahim

Menyumbat ke pembuluh

Nodul-nodul
dan
jaringan parut

darah rahim
Gangguan transportasi O2
dan nutrisi rahim

Nekrosis jaringan pada


endometrium

Gangguan aliran darah ke rahim


Gangguan perkembangan
hasil konsepsi
Hasil konsepsi mudah terlepas
Benda asing
Reaksi imun
Pengeluaran hormon oksitosin
Kontraksi uterus

Nyeri

Dx:1

Perdarahan pervaginam
Anemia
Kelemahan fisik

Int. aktivitas
Dx : 3

Kurang informasi

Vulva dlm keadaan lembab

Koping tidak adekuat

Tempat masuknya patogen

Devisit cairan

Ansietas

Ris. Ting infeksi

Dx : 2

Dx : 5

Dx : 4

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS


KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Adapun hal-hal ang perlu di kaji adalah :
1. Biodata klien : tinjau ulang catatan prenatal sampai adanya terjadi abotrus.
2. Keluhan utama
a. Riwayat kesehatan yang terdisi atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan masa lalu
b. Riwayat pembedahan
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami

d. Riwayat kesehatan keluarga


e. Riwayat pemakaian obat
3. Sirkulasi : kehilangan darah selama terjadi perdarahan karena abortus.
4. Integritas ego : dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan
sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien atau pasagan dapat memiliki
pertanyaan atau salah terima pesan dalam pengalaman kelahiran. Mungkin
mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi suasana baru.
5. Eliminasi : kateter urinarius mungkin terpasang.
6. Makanan / cairan : abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
7. Neurosensorik : kerusakan gerakan pada sensori di bawah tindak anestesi
spinal epidural.
8. Nyeri / kenyamanan : mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai
sumber, misal nyeri penyerta, distensi kandug kemih / abdomen, efek-efek
anestesi.
9. Pernapasan : bunyi napas jelas dan vesikular.
10. Keamanan : jalur perental bila digunakan risiko terkena infeksi karena
pemasangan infus dan nyeri tekan.
11. Seksualitas : fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.
12. Pemeriksaan fisik : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
13. Pemeriksaan diagnostik : jumlah darah lengkap, hemoglobin / hematokrik
(Hb/Ht). megkaji perubahan dari kadar

efek kehilangan darah pada

pembedahan urinalisis, kultur urin, darah vaginam, dan lokhea. Pemeriksaan


tambahan didasarkan pada kebutuhan indivudual.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri.
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
C. Perencanaan Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan


intruterin
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.
Perencanaan :
Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
Rasional : pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala
maupun deskripsi.
Terangkan nyeri yang dialami klien dan penyebabnya.
Rasional : meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spctrum
luas / spesifik.
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
Perencanaa :
Kaji kondisi status hemodinamika.
Rasional : pengeluaran cairan per vaginal sebagai akibat abortus memiliki
karakteristik bervariasi.
Ukur pengeluaran harian.
Rasional : jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian di
tambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal.
Berikan sejumlah cairan pengganti harian.
Rasional : transfusi mungkin diperukan pada kondisi perdarahan masif.
Evaluasi status hemodinamika.
Rasional : penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan
fisik.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi.

Perencanaan :
Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.
Rasional : mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif masih perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien
lebih buruk.
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
Rasional : mengistirahatkan klien secara optimal.
Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /
kondisi klien.
Rasional : mengoptimalkan kondisi klien, istirahat mutlak sangat
diperlukan.
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.
Rasional : menilai kondisi umum klien.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kondisi vulva lembab.
Tujuan : tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.
Perencanaan :
Kaji kondisi keluaran / dischart yang keluar, jumlah, warna, dan bau.
Rasional : perubahan yang terjadi pada dischart di kaji setiap saat dischart
keluar. Adanya warna yang gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi.
Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa
perdarahan.
Rasional : infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genitalia yang
lebih luar.
Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
Rasional : berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
Lakukan perawatan vulva.
Rasional : inkubasi kuman pada derah genitalia yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi.

Rasional : berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik


infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin
merupakan gejala infeksi.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
Tujuan : tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap
penyakit meningkat.
Perencanaan :
Kaji tingkat pengetahuan / persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
Rasional : ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.
Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.
Rasional : kecemasan ang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilain
obyektif klien tentang penyakit.
Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.
Rasional : pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan tingkat kesdaran diri klien.
Jelaskan hal-hal yang seputar abortus yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga.
Rasional : konseling bagi kilen sangat diperlukan bagi klien untuk
menignkatkan pengetahuan dan pembangunan support sistem
keluarga untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
D. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah ada.
E. Evaluasi
adapun evaluasi dari abortus adalah :
1. Nyeri tidak dirasakan lagi
2. Volume cairan kembali seimbang
3. Aktivitas kembali normal
4. Infeksi tidak terjadi pada ibu
5. Cemas telah terasatsi

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abotus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan janin kurang 500 gram. Pengkajian meliputi status
kesehatan, pemeriksaan fisik sampai dengan pemeriksaan laboratorium. Adapun
diagnosa yang muncul pada klien dengan abortus antara lain:
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
2.
3.
4.
5.

intrauteri.
Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

B. SARAN
Diharapkan

askep

ini

dapat

menambah

pengetahuan

mahasiswa dalam memberikan pelayanan Keperawatan dan dapat


menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk para tim
medis agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita

untuk memberikan health education dalam perawatan perdarahan


<ABORTUS >

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Maryllin E, Mary Frances moorhouse, Alice C. Geisller. 2001. Rencana
Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Mochtar, Rustom. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. Jakarta : EGC
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).
America : Mosby
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neunatal. Jakarta : YBP-S
Sastrawinata, Sulaiman dkk. 2005. Patoligi. Jakarta: EGC
www.http//abortus.html
www.google.abortus.com

Vous aimerez peut-être aussi