Vous êtes sur la page 1sur 3

akteriuria asimtomatik adalah kolonisasi bakterial yang persisten pada traktus

urinarius tanpa gejala simtomatik/klinis. Prevalensi bakteriuria asimtomatik adalah 5%


sampai 10% pada wanita hamil. Patogenesis bakteriuria asimtomatik berlangsung seperti
infeksi saluran kemih pada umumnya. Pada sosial ekonomi rendah, sickle cell anemia,
kateterisasi dan diabetes mellitus, prevalensi bakteriuria asimtomatik meningkat.
Mikroorganisme patogen yang menjadi penyebabnya terutama adalah Escherichia coli
(75,2%- 86%), yang lainnya seperti Staphilococcus,, Streptoccocus, Klebsiella, Enterobacter,
dan Proteus.
Penelitian yang dilakukan terhadap wanita hamil menunjukan bahwa sekitar 7%
memberikan hitung bakteri dalam urine > 100,000 cfu (colony forming unit) / ml. Sedangkan
pada wanita yang tidak hamil frekuensinya berkisar antara 2,8%-22%. Infeksi nyata terjadi
pada kehamilan antara 26 hingga 36 minggu dengan puncak insiden pada kehamilan 30-32
minggu. Bakteriuria asimtomatik dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah,
kelahiran prematur, abortus dan kematian ibu dan janin
isiko bakteriuria asimtomatik pada kehamilan bila tidak diobati adalah 20% sampai
30% menjadi pielonefritis akuta, yang dapat menybabkan sepsis, insufisiensi pernafasan,
anemia, transient renal dysfunction, abortus, kelahiran prematur dan bayi lahir berat badan
rendah. Risiko abortus spontan pada bakteriuria asimtomatis pada ibu hamil 3,38 kali lebih
sering dari pada ibu hamil yang tidak menderita bakteriuria asimtomatis.
Patofisiologi
Pada kehamilan, terjadi perubahan fisiologik dan struktur traktus urinarius, berupa
pelebaran kalises, pelvis ginjal dan ureter di sebelah atas tulang pelvis. Kapasitas ureter yang
di luar kehamilan sekitar 2 - 4 ml akan meningkat sampai 50 ml atau lebih selama kehamilan,
kapasitas kandung kemih juga meningkat sampai 2 kali lipat pada kehamilan aterm.
Pelebaran tersebut terjadi akibat berkurangnya tonus otot polos traktus urinarius akibat kerja
progesteron dan kompresi ureter akibat pembesaran uterus, sehingga mekanisme
pengosongan vesika urinaria tidak sempurna dan terjadi stasis urine. Hal ini menyebabkan
mudahnya bakteri berkembang biak dengan cepat pada vesika urinaria. Perubahan traktus
urinarius pada wanita hamil di mulai kehamilan 7 minggu dan keadaan menjadi normal
setelah 8 minggu kelahiran. Uretra pada wanita relatif pendek, panjangnya antara 3-4 cm dan
letaknya di ujung depan atas vagina di mana terdapat kolonisasi bakteri dari traktus
gastrointestinal. Bakteri tersebut (uropatogens) umumnya dapat diisolasi pada bakteriuria
asimtomatik, sistitis dan pielonefritis. Escherichia coli merupakan bakteri patogen utama
pada 65% sampai 80% kasus, bakteri lainnya Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis,
Enterobacter species, Staphylocooccus saprophyticus dan Streptoccus grup B.
Diagnosis
Untuk mendeteksi bakteriuria diperlukan pemeriksaan bakteriologik yang secara
konvensional dilakukan dengan metode biakan dan ditemukannya jumlah kuman > l00,000
colony forming unit/ml urine. Metode biakan ini tidak selalu dapat dilakukan laboratorium
sederhana, karena tidak semua laboratorium mempunyai kemampuan untuk pembiakan itu,
yang biayanya cukup tinggi dan membutuhkan waktu yang lama. Yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan mikroskopik pewarnaan secara Gram, dengan ditemukannya kuman
batang Gram negatif. Namun cara ini membutuhkan keahlian khusus. Selain itu dapat
dilakukan dengan hitung jumlah lekosit dalam urine untuk membantu diagnosis bakteriuria
yang infektif. Bahan pemeriksaan adalah urine arus-tengah pagi hari, urine diambil sebelum

subyek minum sesuatu untuk menghindarkan efek pengenceran. Kepada subyek dijelaskan
mengenai cara-cara menampung dan mengirim sampel urine yang dibutuhkan yaitu: sebelum
berkemih genitalia eksterna dibersihkan dahulu dengan air sabun kemudian dibilas dengan
air. Air kemih awal dibiarkan terbuang dan yang di tengahtengah ditampung sebanyak 20 ml
di dalam tempat steril yang telah disediakan. Subyek juga diminta untuk menjaga agar tempat
tampung urine tidak menyentuh paha, genitalia atau pakaian, dan tidak memegang bagian
dalam dari tempat tampung. Sampel urine setelah diperoleh, dimasukkan ke dalam kantong
plastik berisi potongan-potongan es dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Pemeriksaan Bakteriologis :
Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan terhadap sediaan hapus yang dibuat dari
sampel urine yang tidak disentrifugasi, dipulas dengan pewarnaan Gram dan dihitung
jumlah kuman yang tampak per lapangan pandangan besar (LPB) serta dicatat ada atau
tidaknya lekosit. Pewarnaan Gram adalah metode pemeriksaan penyaring yang cepat dan
sering dilakukan dengan hasil sensitivitas 90% dan sepesifisitas 88%. Bilamana pada
pemeriksaan mikroskopik urine dari subyek wanita didapatkan banyak sel epitel skuamosa
dengan flora normal vagina maka sampel urine tersebut menggambarkan adanya
kontaminasi.
Biakan kuman cara konvensional untuk hitung koloni dilakukan secara kuantitatif. Untuk
biakan ini, 0,00l ml urine yang tidak di sentrifugasi diambil dengan memakai sengkelit
baku (1/1000) atau dengan cara pengenceran urine terlebih dahulu dengan buffered water
dan kemudian ditanamkan pada lempeng agar darah dan MacConkey. Urine pada lempeng
agar tersebut disebar merata dengan spatel gelas dan lempeng agar itu kemudian
diinkubasikan pada suhu 37
0
C selama 18-20 jam. Koloni-koloni yang tumbuh dihitung dan
dicatat. Identifikasi koloni-koloni kuman dilakukan menurut metode baku yang berlaku.
Interpretasi hitung koloni bakteri jika pada lempeng agar darah didapatkan jumlah koloni
bakteri < 10, kemungkinan besar ini karena suatu kontaminasi dan identifikasi bakteri
tidak dilakukan. Dalam hal ini sediaan pulasan Gram urine harus memberikan hasil kuman
Gram negatif. Jika terdapat bakteri pada sediaan Gram maka lempeng agar diinkubasi
kembali untuk semalam karena mungkin bakteri tumbuh lambat. Jumlah koloni pada
lempeng agar di antara 10-100 juga tidak dianggap suatu bakteriuri, melainkan mungkin
karena pengambilan dan penanganan sampel yang tidak betul. Hitung koloni kuman yang
menghasilkan jumlah kuman pada lempeng agar > 100 dianggap bermakna sebagai
bakteriuria dan organisme yang tumbuh akan diidentifikasi.
Biakan kuman dapat juga dilakukan dengan cara Filter Paper Dilution system dari Novel.
Caranya dengan menggunakan 3 lapis filter yang dibawahnya adalah agar untuk
pembiakan kuman. Cara ini dapat untuk mendeteksi kuman Gram positif dan Gram negatif
dengan hasil yang memuaskan. Untuk kuman Gram negatif hasilnya dibandingkan dengan
kultur konvensional, ternyata sensitivitasnya 98,2 % dan spesifisitasnya 87,4%. Sedangkan
untuk kuman Gram positif, sensitivitasnya 91,2% dan spesifisitasnya 99,2%.
Pemeriksaan Leukosit Pada Urine :
Sepuluh ml sampel urine yang telah dikocok merata dan disentrifugasi dengan kecepatan
1500-2000 rpm selama 5 menit. Cairan yang terdapat di atas tabung pemusing dibuang,
ditinggalkan endapannya. Satu tetes dari endapan diletakkan di atas kaca objek, kemudian
ditutup dengan kaca penutup. Pertama kali dilihat di bawah mikroskop dengan lapangan

pandang kecil (LPK), kemudian dengan lapangan pandang besar (LPB). Penilaian
dilakukan dengan melihat beberapa kali dalam beberapa LPB. Laporan didasarkan pada
sedikitnya 3 LPB yang dianggap dapat mewakili sediaan. Piuria terjadi bila dijumpai lebih
dari 5 leukosit/LPB.
Tehnik Pemeriksaan Lain :
Teknik pemeriksaan baru dengan teknik penyaring cepat yaitu Uricult dipslide paddle
(Orion Diagnostica, Helsinki, Finland), Cult- Dip Plus (Merck, Gemany), Uristat test
(Shields Diagnostics Ltd, Scotland) dan Bioluminescence assay. Walaupun dengan cepat
dapat mendiagnosis bakteriuria, namum masih ada kekurangan dan tidak memenuhi tes
penyaring yang baik. Tes lain yaitu Uriscreen (Diatech Diagnostics Ltd, Kiryat
Weizmann, Ness Ziona, Israel), dengan enzymatic rapid screening test ini dalam beberapa
menit hasilnya dapat dibaca. Hasilnya dibandingkan dengan biakan positif. Ternyata
Uriscreen mempunyai sensitivitas 100% dan spesifisitas 81%, Cara ini baik untuk
screening sampel dalam jumlah yang besar.
Pengobatan
Pengobatan bakteriuria asimtomatik pada kehamilan perlu diberikan, sebab menurut
penelitian Elder dkk, dengan memberikan pengobatan bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan dapat menurunkan insiden bakteriuria dari 86% menjadi 11%. Komplikasi
pielonefritis akuta dapat berkurang hingga 80% setelah diberikan pengobatan pada
bakteriuria asimtomatik, juga dapat menurunkan angka kelahiran prematur dan lahir berat
badan rendah. Pengobatan dengan dosis tunggal dapat mendukung pengobatan bakteriuria
asimtomatik dan menghemat biaya pengobatan. Obat dosis tunggal yang dapat digunakan
antara lain :
1. Nitrofurantoin 100 mg / 4x sehari
2. Amoxillin 500 mg / 3x sehari
3. Cephalexin 250-500 mg / 4x sehari
4. Sulfisoxazole 500 mg / 4x sehari
Dalam pemilihan obat perlu diperhatikan efek samping dari obat-obat tersebut.
Misalnya penisilin dan sefalosporin dapat menyebabkan reaksi anafilaktik, sulfonamida dapat
menyebabkan fetal hyperbilirubinemia, nitrofurantoin dapat menyebabkan defisiensi glucose6-phosphate dehydrogenase, trimethoprim adalah kontraindikasi relatif untuk kehamilan
trimester pertama dan dapat bersifat teratogenik.
Kesimpulan
Infeksi saluran kemih pada kehamilan perlu diperhatikan karena dapat memberikan
komplikasi abortus, bayi lahir prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah sehingga
deteksi dini bakteriuria pada kehamilan sangat bermanfaat untuk pencegahan dan
penanggulangan komplikasi bakteriuria pada kehamilan.

Vous aimerez peut-être aussi