Vous êtes sur la page 1sur 4

Nama : Nur Mualifah

NPM : 1510631080114
Kelas : 3A

TUKANG CUKUR
Karya : Joko Pinurbo
Ia membabat padang rumput yang tumbuh subur di kepalaku.
Ia membabat rasa damai yang merimbun sepanjang waktu.
Di bekas hutan ini akan kubangun bandar, hotel, dan restoran. Tentunya
juga sekolah, rumah bordil, dan tempat ibadah.
Ia menyayat-nyayat kepalaku.
Ia mengkapling-kapling tanah pusaka nenek moyangku.
aku akan mencukur lentik lembut bulu matamu.
Dan kalau perlu akan kupangkas daun telingamu.
Suara guntingnya selalu mengganggu tidurku.

Alasan saya mengapresiasi puisi ini adalah saya suka dengan judul
puisinya sangat unik dan isinya pun sesuai dengan keadaan bumi pada

zaman sekarang. Awalnya saya tidak memahami makna dari puisi ini
tetapi saya terus membaca secara berulang-ulang hingga saya dapat
mengerti. Puisi ini termasuk puisi deskriptif karena isinya menceritakan
sesuatu yang sedang terjadi atau keadaan yang sedang di alami oleh
beberapa orang. Buku puisi karya Joko yang berjudul Malam Ini Aku Tidur
di Matamu sudah disertai dengan tanda baca jadi saya tidak perlu untuk
mencari kalimat terlebih dahulu ini juga memudahkan saya untuk mencari
tahu makna dari puisi tersebut. Puisi ini dibuat Joko Pinurbo pada tahun
1989 dan buku puisi ini baru di cetak pada tahun 2016. Hanya beberapa
puisi pilihan yang termasuk dalam buku ini termasuk puisi yang saya akan
apresiasi.
Puisi ini terdiri dari lima bait dan setiap baitnya terdiri dari satu
sampai tiga baris. Bait kedua dan keempat termasuk ungkapan atau
perkataan seseorang maka dari itu digukana tanda kutip. Kata-kata dalam
puisi ini termasuk kata konotatif karena ditulis bukan sesuai makna yang
sebenarnya banyak sekali imaji yang dibuat dalam puisi ini. Rima dalam
puisi ini juga berurutan yaitu di akhir kalimat selalu di akhiri dengan huruf
U kecuali pada bait kedua yang termasuk ungkapan seseorang. Jadi
bentuk rimanya adalah aa bc aa aa a.
Judul puisi ini adalah Tukang Cukur mungkin orang akan berpikiran
tentang pangkas rambut atau tukang potong rambut atau salon dan
sebagainya. Namun berbeda jika kita telah membaca isi puisi tersebut.
Imajinasi kita akan bermain-main dan mulai berpikir berbeda. Tema dari
puisi ini adalah tema sosial karena berhubungan dengan sosial
kemasyarakatan. Penyair menulis puisi ini seolah-olah ia sedang bercerita
keluhan

atau

kekesalannya

tentang

keadaan

sesuatu

yang

mengganggunya.
Kata-kata konotasi yang ada di dalam puisi ini adalah membabat,
bandar, hotel, hutan, kepalaku, tanah pusaka, mencukur, kupangkas dan

guntingnya. Yang pertama kata membabat dalam kamus besar bahasa


indonesia artinya menebas. Kalimatnya adalah membabat padang rumput
yang tumbuh subur di kepalaku maknanya yaitu menghabiskan pohonpohon yang tubuh subur di hutan tersebut. Menebang habis semua
pohon-pohon yang tumbuh dihutan itu dan tidak menyisakan satu
pohonpun. Makna di kepalaku itu adalah suatu tempat yang berisi pohonpohon. Makna membabat pada kalimat membabat rasa damai yang
merimbun sepanjang waktu yaitu menghilangkan rasa damai yang tumbuh
terus menerus sepanjang waktu. Tidak ada lagi kedamaian karena di
tebasnya pohon-pohon yang tumbuh di hutan yang rindang bagi
masyarakat setempat. Pada bait kedua ada hutan, bandar dan hotel jelas
sudah bahwa makna utamanya tertera pada bait kedua sebuah ungkapan
yang memberi tahu bahwa ada hutan yang akan di buat bandar, hotel dan
lainnya. Pada bait ketiga ini terdapat kalimat menyayat-nyayat kepalaku
maksud dari kepalaku ini adalah tempat atau hutan. Setiap kepala biasa
diketahui mempunyai rambut, maksud rambut dalam puisi ini adalah
pohon-pohon. Kalimat selanjutnya yaitu mengapling-apling tanah pusaka
nenek moyangku. Tanah pusaka pada di sini maksudnya adalah warisan.
Warisan dari nenek moyang yaitu sebuah lahan yang luas yang dipenuhi
pohon-pohon dan membuat kedamain bagi masyarakat yang tinggal di
daerah tersebut. Bait keempat ini termasuk ungkapan seseorang yaitu aku
akan mencukur lentik bulu matamu. Pada kata mencukur tidak jauh
berbeda dengan arti kata membabat yaitu memotong atau menghabiskan
hutan tersebut dengan cara menebang pohon-pohon yang ada di hutan.
Bulu matamu maksudnya bagian pohon yang lain yang terlihat indah akan
dipotong juga. Selanjutnya kalimat kalau perlu akan kupangkas daun
telingamu itu maksudnya seseorang akan benar-benar menghabiskan
atau membersihkan seluruh kepala atau seluruh hutan. Yang terakhir yaitu
kalimat suara guntingnya selalu mengganggu tidurku. Arti guntingnya
disini suara dari mesin-mesin yang sedang melakukan pembabatan
dengan pohon-pohon yang ada di hutan tersebut.

Isi puisi karya Joko ini adalah tentang seorang kaya raya yang
mempunyai jabatan tinggi dan berniat ingin berinvestasi. Maka dari itu ia
ingin membangun sebuah perkotaan yang diimpikan dan ia akan sukses
dengan membangun perkotaan. Seperti membangun bandar, hotel dan
bangunan-bangunan besar lainnya dibekas hutan yang ditumbuhi pohonpohon rindang. Seorang pengusaha itu tidak memikirkan dampak bagi
masyarakat yang tinggal di sekitaran hutan. Banyak sekali warga atau
masyarakat yang tinggal di daerah hutan tersebut merasa sangat
terganggu dan tentunya juga merasa sedih karena kebahagiaan atau
kedamaian yang sudah mereka miliki akan hilang. Tetapi mereka mungkin
tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka bukan siapa-siapa dan harus
menerima perlakuan dari pengusaha tersebut.
Dari pemahaman terhadap isi puisi tersebut, saya sebagai
pembaca disadarkan bahwa memang seorang yang kaya raya dan
mempunyai jabatan tinggi selalu berbuat semena-mena dan hanya
memikirkan untung dari perbuatannya. Tidak memperdulikan apa dampak
negatif yang terjadi atas perbuatannya tersebut. Ini sangat merugikan bagi
masyarakat yang merasa tidak senang atau tidak suka atas perbuatan
yang dilakukannya.
. Puisi ini termasuk puisi deskriptif karena isinya menceritakan
tentang seseorang yang ingin menghabiskan hutan dan membangun
perkotaan. Nada puisi Tukang Cukur cenderung marah karena protes
terhadap pengusaha yang berkuasa. Suasana bagi pembaca yaitu
merasa ikut marah dan tidak senang ataupun kesal karena perbuatan
pengusaha tersebut. Amanat dari puisi ini adalah jangan menggunakan
jabatan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu dan setiap ingin
melakukan sesuatu berpikir terlebih dahulu apakah ada dampak negatif
yang terjadi dengan perbuatan yang akan kita lakukan.

Vous aimerez peut-être aussi