Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
KELOMPOK 9
Oleh :
KHAIRONA
DHIKY PRASETYA
HARIYANTI
I GEDE NATA
NADIA ULFA TARADISA
DEDI FANDRA
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Oktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Disaat ini banyak sekali masyarakat yang tidak peduli akan kesehatn dirinya. Sehingga
memunculkan masalah-masalah kesehatan terutama gangguan pada indra penglihatan, salah
satunya adalah bagian kelopak mata. Biasanya masyarakat menganggap remeh penyakit ini
karena mereka beranggapan bahwa penyakit ini akan segera hilang. Padahal bila tidak ditangani
dengan serius, maka akan muncul berbagai komplikasi dari penyakit ini seperti blefaritis salah
satunya.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering mengenai bagian
kelopak mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi
kelopak mata. bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, atau mata yang berpasir, dan terasa
silau dan tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saat berada pada lingkungan yang
berasap, memberikan gambaran berupa mata merah, dan seperti ada benda asing di dalam mata.
Selain itu, blefaritis juga dapat mengganggu pencitraan diri pasien.
Pada 5% dari total jumlah penyakit mata yang dilaporkan pada rumah sakit (sekitar 2-5%
berasal dari konsultan yang punya kaitan dengan penyakit mata). Insiden blefaritis menurut
WHO : blefaritis staphylococus sering terjadi pada wanita pada usia rata-rata 42 tahun dan
biasanya disertai dengan mata kering pada 50% kasus. Blefaritis seboreik umumnya terjadi pada
pria dan wanita pada rata-rata usia 50 tahun dan disertai mata kering pada 33% kasus, sedangkan
pada blefaritis meibom juga umum terjadi pada dan wanitabpada usia rata-rata 50 tahun dan
disertai syndrom mata kering sekitar 20-40%.
Berdasarkan angka kesakitaan tersebut maka pemakalah tertarik membahas Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Blefaritis.
B.
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan ASKEP pada klien dengan Blefaritis dengan
menggunakan metode proses keperawatan.
A. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit Blefaritis
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan Blefaritis
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.Definisi
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata, sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi
kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata, biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis adalah inflamasi kronik batas kelopak mata. Dapat disebabkan yang paling umum oleh
seborea (nonulseratif), atau infeksi stapilokokus (ulseratif), atau keduanya. (Keperawatan
Medikal Bedah vol.3).
2.Epidemiologi
Pada 5% dari total jumlah penyakit mata yang dilaporkan pada rumah sakit (sekitar 2-5% berasal
dari konsultasi pasien yang punya kaitan dengan penyakit mata). Insidensi blefaritis menurut
WHO : Blefaritis staphylococcal sering terjadi pada wanita pada usia rata-rata 42 tahun dan
biasanya disertai dengan mata kering pada 50% kasus, blefaritis seboroik umumnya terjadi pada
pria dan wanita pada rata-rata usia 50 tahun dan disertai mata kering pada 33% kasus, sedangkan
pada blefaritis meibom juga umum terjadi pada pria dan wanita pada usia rata-rata 50 tahun, dan
disertai syndrom mata kering sekitar 20-40%.
3.Etiologi
Secara umum :
Infeksi/alergi yang biasanya berjalan kronik/akibat disfungsi kelenjar meibom.
Contoh : Debu, asap, bahan kimia, iritatif/bahan kosmetik.
Infeksi bakteri stafilokok, streptococcus alpha/beta hemolyticus, pnemokok, psedomonas,
demodex folliculorum, hingga pityrosporum ovale.
c.
Infeksi oleh virus disebabkan herpes zoster, herpes simplex, vaksinia dan sebagainya.
d.
Faktor predisposisi
Sebenarnya yang mempengaruhi untuk terjadinya blefaritis, khususnya Staphylococcus Aureus,
Staphylococcus epidermidis, ada faktor lainnya yaitu :
-
Malnutrisi
4.Patofisiologi
Patofisiologi blepharitis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan
invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang
disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak
mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar
meibom.
5. Klasifikasi
a. Blefaritis Ulseratif
Blefaritis ulseratif adalah infeksi yang terjadi pada kelopak mata. Penyebabnya Staphylococcus
aureus atau staphylococcus epidermidis. Pada kasus ini bulu mata rontok dan tidak dapat diganti
oleh yang baru karena ada destruksi folikel rambut. Pada pangkal rambu t terdapat sisik kering
(krusta) berwarna kuning pada bulu mata.Jika sisik dilepas tampak ulkus-ulkus kecil di tepian
palpebra. Palpebra merah. Apabila menetap akan menyebabkan distorsi permanen dari folikelfolikel rambut dan akhirnya akan terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau
kearah bola mata (trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi kornea. Infeksi ini juga dapat
timbul karena kesehatan atau kebersihan yang buruk dan malnutrisi.
b. Blefaritis Seboreik
Blefaritis seboreik adalah inflamasi kelenjar kulit di daerah bulu mata atau kelenjar bulu mata.
Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan jamur pitirusporum ovale. Pada kasus ini bulu
mata cepat jatuh tetapi dapat diganti yang baru karena tidak ada destruksi folikel rambut. Pada
pangkal bulu mata tidak tampak krusta tetapi didapatkan skuama, tidak terjadi ulserasi dan tepian
palpebra tidak begitu merah . Seborea/ ketombe di kepala, alis, mata atau telinga seringkali
menyertai blefaritis seboreik . Kodisi dapat diperberat dengan menggosok atau mengucek
palpebra.
6. Gejala Klinis
a. Blefaritis Ulseratif:
Pada kasus blefaritis ini bulu mata rontok dan tidak dapat diganti oleh yang baru sehingga
Pada pangkal rambut terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning pada bulu mata. Jika
Palpebra merah.
Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)
Blefaritis Seboreik
Bulu mata cepat rontok tetapi masih dapat diganti dengan yang baru
Tidak ditemukan krusta tetapi terdapat skuama pada pangkal bulu mata, kepala, alis,
telinga
-
7.
Pemeriksaan fisik
Pada kasus blefaritis ini diinspeksi bulu mata rontok sehingga menyebabkan pasien
fotofobi
-
Pada pangkal rambut terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning pada bulu mata atau
terdapat skuama.
Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)
8.
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:
a.
Uji Laboratorium
b.
Radiografi
Fluorescein Angiografi
Computed Tomografi
9. Prognosis
Bisa menyebabkan komplikasi dan terjadi kekambuhan. Namun, blefaritis tidak menyebabkan
kerusakan pandangan dan penglihatan.
10. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari semua jenis blefaritis adalah
menjaga kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Sangat dianjurkan untuk
mengurangi dan menghentikan penggunaan bedak atau kosmetik saat dalam penyembuhan
blefaritis, karena jika kosmetik tetap digunakan maka akan sulit untuk menjaga kelopak mata
tetap bersih.
Terapi meliputi pembersihan secara cermat setiap hari batas tepi kelopak mata (palpebra)
menggunakan aplikator berujung kapas, shampo noniritatif seperti shampoo bayi tidak pedih
dimata, air dan gosokan lembut. Dapat diberikan kompres air hangat pada kedua mata.
Menggunakan teknik aseptic, pasien atau perawat mengangkat krusta dengan waslap dan
memberikan antibiotika dan steroid topical untuk kasus yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
11. Komplikasi
Syndrome mata kering
Adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada blefaritis. Syndrome mata kering
(keratokonjungtivis sica) adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air mata
yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata kekurangan air dan
menjadi meradang. Syndrome ini dapat terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis
seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan karena kualitas air mata yang
kurang baik.
Gejalanya ditandai dengan nyeri atau kering, sekitar mata, dan ada yang mengganjal di dalam
mata dengan penglihatan yang buram. Semua gejala tersebut dapat dihilangkan dengan
menggunakan obat tetes mata yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa menggantikan air
mata.
Konjungtivitis
Adalah peradangan pada mata. Ini terjadi ketika ada bakteri didalam kelopak mata. Kondisi ini
menyebabkan efek buruk pada penglihatan. Pada banyak kasus konjungtivitis akan hilang setelah
dua atau tiga minggu tanpa perlu pengobatan. Antibiotik berupa obat tetes mata disarankan untuk
mengurangi gejala, atau untuk menghindari infeksi berulang. Akan tetapi, pada beberapa kasus
masih didapatkan bahwa penggunaan antibiotik tetes tidak lebih cepat memperbaiki kondisi
dibanding dengan menunggu sampai kondisi itu kembali lagi tanpa pengobatan apapun.
Kista meibom
Adalah pembengkakan yang terjadi pada kelopak mata. Ini bisa terjadi ketika salah satu kelenjar
meibom meradang da menyebabkan blefaritis. Kista umumnya tapa rasa sakit, kecuali jika
disertai dengan infeksi, yang memerlukan antibiotik. Penggunaan kompres hangat untuk kista
bisa membuat kista mengecil, akan tetapi kista itu sering menghilang dengan sendirinya. Jika
kista tetap ada, ini dapat dihilangkan dengan bedah sederhana dengan anastesi lokal.
B. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Data Subjektif
Pasien mengeluh ada rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata yang mengalami iritasi
Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya (bulu mata rotok dan tidak
terganti)
-
b.
Data objektif
Pada pangkal bulu mata terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning atau terdapat
skuama
-
Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)
Lakrimasi
c.
Pemeriksaan penunjang
Uji laboratorium
2)
Radiolografi
Fluorescein angiografi
2. Diagnosa keperawatan
a.
b.
c.
Resiko tinggi injury/cedera berhubungan dengan defisif pengetahuan, pandangan kabur atau
f.
indera.
3. Intervensi Keperawatan
1.
a)
b)
Kriteria Hasil :
1)
2)
3)
c)
Intervensi :
1)
b)
Kriteria hasil :
1)
Klien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
2)
3)
c)
Intervensi :
1)
a)
b)
Kriteria hasil :
1)
2)
c)
Intervensi :
1)
b)
Kriteria hasil :
1)
2)
3)
c)
Intervensi :
1)
Rasional : klien menjadi tahu cara pemberian obat tetes mata dengan benar.
3)
eritema,
dan demam.
b)
infeksi.
c)
Intervensi :
1)
Rasional : infeksi mata terjadi 2 3 hari setelah proseddur dan memerlukan upaya intervensi.
2)
Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah
organ indera.
a)
b)
Kriteria Hasil :
1)
2)
c)
Intervensi :
1)
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
Rasional : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif.
2)
Rasional : terbangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan
penglihatan.
3)
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila
Rasional : gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata secara
bertahap menurun dengan penggunaan.
5)
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang
dekat.
Rasional : memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering mengenai bagian kelopak
mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak
mata. bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan
minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Biasanya orang sering
menganggap kelelahan pada mata, atau mata yang berpasir, dan terasa silau dan tidak nyaman
bila terkena sinar matahari atau pada saat berada pada lingkungan yang berasap, memberikan
gambaran berupa mata merah, dan seperti ada benda asing di dalam mata. Selain itu, blefaritis
juga dapat mengganggu pencitraan diri pasien
B.
Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa lebih gampang mempelajari terapan
ilmu keperawatan khususnya pada system persepsi sensori mengenai penyakit Blefaritis.
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan para pembaca akan lebih memahami mengenai
penyakit pada mata khususnya penyakit Blefaritis. Sehingga diharapkan kita dapat lebih menjaga
kebersihan diri kita khususnya mata, agar mata kita dapat terhindar dari penyakit mata.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.detikhealth.com/read/2011/12/20/071708/1795125/770/blefaritis-peradangan-padakelopak-mata?lbban
http://catatankecil-elita.blogspot.com/2011/10/trikiasis.html
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah 2. Padjajaran Bandung; Bandung.
Istiqomah, dkk. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mata. EGC;
Jakarta.Radjamin, Tamin. 1984. Ilmu Penyakit Mata. Airlangga University : Surabaya