Vous êtes sur la page 1sur 22

ASUHAN KEPERAWATAN BLEPARITIS

Oleh :
KELOMPOK 9

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016

ASUHAN KEPERAWATAN BLEPALITIS

Oleh :
KHAIRONA
DHIKY PRASETYA
HARIYANTI
I GEDE NATA
NADIA ULFA TARADISA
DEDI FANDRA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Subhaanahuwataalaa Yang Maha


Mendengar Lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan keperawatan blefaritisdengan
waktu yang telah direncanakan.
Dalam proses menyelesaikan tugas ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang berarah positive pada tugas
penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
harapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah Subhaanahuwataalaa kita kembalikan semua urusan dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami mahasiswa ilmu
keperawatan.
Bandar lampung ,

Penulis

DAFTAR ISI

Oktober 2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Disaat ini banyak sekali masyarakat yang tidak peduli akan kesehatn dirinya. Sehingga
memunculkan masalah-masalah kesehatan terutama gangguan pada indra penglihatan, salah
satunya adalah bagian kelopak mata. Biasanya masyarakat menganggap remeh penyakit ini
karena mereka beranggapan bahwa penyakit ini akan segera hilang. Padahal bila tidak ditangani
dengan serius, maka akan muncul berbagai komplikasi dari penyakit ini seperti blefaritis salah
satunya.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering mengenai bagian
kelopak mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi
kelopak mata. bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, atau mata yang berpasir, dan terasa
silau dan tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saat berada pada lingkungan yang
berasap, memberikan gambaran berupa mata merah, dan seperti ada benda asing di dalam mata.
Selain itu, blefaritis juga dapat mengganggu pencitraan diri pasien.
Pada 5% dari total jumlah penyakit mata yang dilaporkan pada rumah sakit (sekitar 2-5%
berasal dari konsultan yang punya kaitan dengan penyakit mata). Insiden blefaritis menurut
WHO : blefaritis staphylococus sering terjadi pada wanita pada usia rata-rata 42 tahun dan
biasanya disertai dengan mata kering pada 50% kasus. Blefaritis seboreik umumnya terjadi pada
pria dan wanita pada rata-rata usia 50 tahun dan disertai mata kering pada 33% kasus, sedangkan
pada blefaritis meibom juga umum terjadi pada dan wanitabpada usia rata-rata 50 tahun dan
disertai syndrom mata kering sekitar 20-40%.
Berdasarkan angka kesakitaan tersebut maka pemakalah tertarik membahas Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Blefaritis.

B.

Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan ASKEP pada klien dengan Blefaritis dengan
menggunakan metode proses keperawatan.

A. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit Blefaritis
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan Blefaritis
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Konsep Dasar Penyakit Gangguan Kelopak Mata (Blefaritis)

1.Definisi
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata, sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi
kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata, biasanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis adalah inflamasi kronik batas kelopak mata. Dapat disebabkan yang paling umum oleh
seborea (nonulseratif), atau infeksi stapilokokus (ulseratif), atau keduanya. (Keperawatan
Medikal Bedah vol.3).

2.Epidemiologi
Pada 5% dari total jumlah penyakit mata yang dilaporkan pada rumah sakit (sekitar 2-5% berasal
dari konsultasi pasien yang punya kaitan dengan penyakit mata). Insidensi blefaritis menurut
WHO : Blefaritis staphylococcal sering terjadi pada wanita pada usia rata-rata 42 tahun dan
biasanya disertai dengan mata kering pada 50% kasus, blefaritis seboroik umumnya terjadi pada
pria dan wanita pada rata-rata usia 50 tahun dan disertai mata kering pada 33% kasus, sedangkan
pada blefaritis meibom juga umum terjadi pada pria dan wanita pada usia rata-rata 50 tahun, dan
disertai syndrom mata kering sekitar 20-40%.

3.Etiologi

Berdasarkan penyebabnya blefaritis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:


a.Blefaritis Ulseratif
Penyebabnya adalah staphylococcus aureus, staphylococcus epidermidis.
b.Blefaritis Non-Ulseratif
Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan jamur pitirusponem ovale.

Secara umum :
Infeksi/alergi yang biasanya berjalan kronik/akibat disfungsi kelenjar meibom.
Contoh : Debu, asap, bahan kimia, iritatif/bahan kosmetik.
Infeksi bakteri stafilokok, streptococcus alpha/beta hemolyticus, pnemokok, psedomonas,
demodex folliculorum, hingga pityrosporum ovale.
c.

Infeksi oleh virus disebabkan herpes zoster, herpes simplex, vaksinia dan sebagainya.

d.

Jamur dapat menyebabkan superfisial (sistemik).

Faktor predisposisi
Sebenarnya yang mempengaruhi untuk terjadinya blefaritis, khususnya Staphylococcus Aureus,
Staphylococcus epidermidis, ada faktor lainnya yaitu :
-

Kesehatan yang buruk

Malnutrisi

Hygiene yang buruk

4.Patofisiologi

Patofisiologi blepharitis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini mengakibatkan
invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan ,kerusakan sistem imun atau kerusakan yang
disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak
mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar
meibom.

5. Klasifikasi
a. Blefaritis Ulseratif
Blefaritis ulseratif adalah infeksi yang terjadi pada kelopak mata. Penyebabnya Staphylococcus
aureus atau staphylococcus epidermidis. Pada kasus ini bulu mata rontok dan tidak dapat diganti
oleh yang baru karena ada destruksi folikel rambut. Pada pangkal rambu t terdapat sisik kering
(krusta) berwarna kuning pada bulu mata.Jika sisik dilepas tampak ulkus-ulkus kecil di tepian
palpebra. Palpebra merah. Apabila menetap akan menyebabkan distorsi permanen dari folikelfolikel rambut dan akhirnya akan terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau
kearah bola mata (trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi kornea. Infeksi ini juga dapat
timbul karena kesehatan atau kebersihan yang buruk dan malnutrisi.
b. Blefaritis Seboreik
Blefaritis seboreik adalah inflamasi kelenjar kulit di daerah bulu mata atau kelenjar bulu mata.
Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan jamur pitirusporum ovale. Pada kasus ini bulu
mata cepat jatuh tetapi dapat diganti yang baru karena tidak ada destruksi folikel rambut. Pada
pangkal bulu mata tidak tampak krusta tetapi didapatkan skuama, tidak terjadi ulserasi dan tepian
palpebra tidak begitu merah . Seborea/ ketombe di kepala, alis, mata atau telinga seringkali
menyertai blefaritis seboreik . Kodisi dapat diperberat dengan menggosok atau mengucek
palpebra.

6. Gejala Klinis
a. Blefaritis Ulseratif:

Pada kasus blefaritis ini bulu mata rontok dan tidak dapat diganti oleh yang baru sehingga

menyebabkan pasien fotofobi.


-

Iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata

Pada pangkal rambut terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning pada bulu mata. Jika

sisik dilepas tampak ulkus-ulkus kecil di tepian palpebra


-

Palpebra merah.

Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)

yang akan menyebabkan ulserasi kornea.


b.

Blefaritis Seboreik

Bulu mata cepat rontok tetapi masih dapat diganti dengan yang baru

Iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata

Tidak ditemukan krusta tetapi terdapat skuama pada pangkal bulu mata, kepala, alis,

telinga
-

Tidak terjadi ulserasi

Tepian palpebra tidak begitu merah

7.

Pemeriksaan fisik

Difokuskan pada pemeriksaan kelopak mata


Inspeksi :
-

Pada kasus blefaritis ini diinspeksi bulu mata rontok sehingga menyebabkan pasien

fotofobi
-

Pada pangkal rambut terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning pada bulu mata atau

terdapat skuama.

Jika sisik dilepas tampak ulkus-ulkus kecil di tepian palpebra

Palpebra merah atau tidak terlalu merah.

Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)

yang akan menyebabkan ulserasi kornea.


Palpasi:
-

Terdapat penebalan palpebra, nyeri tekan daerah palpebra (kelopak mata)

8.

Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:

a.

Uji Laboratorium

b.

Radiografi

Fluorescein Angiografi

Computed Tomografi

Pemeriksaan dengan slit lamp

9. Prognosis
Bisa menyebabkan komplikasi dan terjadi kekambuhan. Namun, blefaritis tidak menyebabkan
kerusakan pandangan dan penglihatan.
10. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari semua jenis blefaritis adalah
menjaga kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Sangat dianjurkan untuk
mengurangi dan menghentikan penggunaan bedak atau kosmetik saat dalam penyembuhan

blefaritis, karena jika kosmetik tetap digunakan maka akan sulit untuk menjaga kelopak mata
tetap bersih.
Terapi meliputi pembersihan secara cermat setiap hari batas tepi kelopak mata (palpebra)
menggunakan aplikator berujung kapas, shampo noniritatif seperti shampoo bayi tidak pedih
dimata, air dan gosokan lembut. Dapat diberikan kompres air hangat pada kedua mata.
Menggunakan teknik aseptic, pasien atau perawat mengangkat krusta dengan waslap dan
memberikan antibiotika dan steroid topical untuk kasus yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

11. Komplikasi
Syndrome mata kering
Adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada blefaritis. Syndrome mata kering
(keratokonjungtivis sica) adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air mata
yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata kekurangan air dan
menjadi meradang. Syndrome ini dapat terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis
seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan karena kualitas air mata yang
kurang baik.
Gejalanya ditandai dengan nyeri atau kering, sekitar mata, dan ada yang mengganjal di dalam
mata dengan penglihatan yang buram. Semua gejala tersebut dapat dihilangkan dengan
menggunakan obat tetes mata yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa menggantikan air
mata.

Konjungtivitis
Adalah peradangan pada mata. Ini terjadi ketika ada bakteri didalam kelopak mata. Kondisi ini
menyebabkan efek buruk pada penglihatan. Pada banyak kasus konjungtivitis akan hilang setelah
dua atau tiga minggu tanpa perlu pengobatan. Antibiotik berupa obat tetes mata disarankan untuk
mengurangi gejala, atau untuk menghindari infeksi berulang. Akan tetapi, pada beberapa kasus

masih didapatkan bahwa penggunaan antibiotik tetes tidak lebih cepat memperbaiki kondisi
dibanding dengan menunggu sampai kondisi itu kembali lagi tanpa pengobatan apapun.
Kista meibom
Adalah pembengkakan yang terjadi pada kelopak mata. Ini bisa terjadi ketika salah satu kelenjar
meibom meradang da menyebabkan blefaritis. Kista umumnya tapa rasa sakit, kecuali jika
disertai dengan infeksi, yang memerlukan antibiotik. Penggunaan kompres hangat untuk kista
bisa membuat kista mengecil, akan tetapi kista itu sering menghilang dengan sendirinya. Jika
kista tetap ada, ini dapat dihilangkan dengan bedah sederhana dengan anastesi lokal.

Bintil pada kelopak mata


Bintil pada kelopak mata ini merupakan benjolan yang nyeri yang terbentuk di luar kelopak
mata. Ini disebabkan karena infeksi bakteri pada folikel bulu mata (yang berlokasi di dasar bulu
mata). Pada kasus ringan bisa disembuhkan dengan kompres hangat pada daerah sekitar bintil.
Namun, pada kasus yang berat perlu diberikan antibiotik salep dan tablet.

B. Asuhan Keperawatan
1.

Pengkajian

a.

Data Subjektif

Pasien mengeluh ada rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata yang mengalami iritasi

Nyeri (ringan sampai berat) pada kelopak mata

Lakrimasi (mata selalu berair)

Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)

Gelisah akibat gatal-gatal/nyeri

Penderita merasa ada sesuatu di matanya

Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya (bulu mata rotok dan tidak

terganti)
-

b.

Pandangan mata kabur

Data objektif

Kemerahan pada palpebra

Kelopak mata dapat menjadi rapat ketika tidur

Pada kelopak mata terdapat ulkus kecil-kecil di tepian palpebra

Bulu mata rontok

Iritasi pada tepi kelopak mata

Pada pangkal bulu mata terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning atau terdapat

skuama
-

Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata (trikiasis)

yang akan menyebabkan ulserasi kornea.


-

Lakrimasi

c.

Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:


1)

Uji laboratorium

2)

Radiolografi

Fluorescein angiografi

Computed tornografi (CT Scan)

Pemeriksaan dengan slit lamp

2. Diagnosa keperawatan
a.

Nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat infeksi bakteri.

b.

Ansietas berhubungan dengan gangguan penglihatan, kerusakan kelopak mata.

c.

Resiko tinggi injury/cedera berhubungan dengan defisif pengetahuan, pandangan kabur atau

penurunan ketajaman mata.


d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
e.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

f.

Gangguan sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan status organ

indera.
3. Intervensi Keperawatan
1.

Nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat infeksi bakteri

a)

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

b)

Kriteria Hasil :

1)

Klien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri

2)

Klien mengatakan nyeri berkurang/ hilang

3)

Ekspresi wajah rileks

c)

Intervensi :

1)

Kaji skala nyeri.

Rasional : mengetahui tingkat nyeri.


2)

Jelaskan penyebab nyeri pada pasien

Rasional : penambah pengetahuan pasien


3)

Kompres daerah mata dengan air hangat.

Rasional : kompres air hangat dapat mengurangi rasa nyeri


4)

Anjurkan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang.

Rasional : memberi kenyamanan kepada klien.


5)

Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan.

Rasional : mengalihkan perhatian terhadap nyeri.


6)

Kolaborasi dalam pemberian antibiotic dan analgesic.

Rasional : menghilangkan nyeri dan membantu penyembuhan.

2. Ansietas berhubungan dengan gangguan penglihatan, kerusakan kelopak mata.


a)

Tujuan : Cemas hilang atau berkurang

b)

Kriteria hasil :

1)

Klien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.

2)

Klien menunjukkan keterampilan menyelesaikan masalah

3)

Klien menggunakan sumber secara efektif

c)

Intervensi :

1)

Kaji penyebab ansietas.

Rasional : mengetahui penyebab ansietas.


2)

Kaji tingkat ansietas.

Rasional : mengetahui tingkat ansietas.


3)

Jelaskan diagnosis & rencana penanganan.

Rasional : mengurangi ansietas.


4)

Berikan informasi seputar blepharitis.

Rasional : menambah pengetahuan tentang penyakit blepharitis.


5)

Dorong pasien untuk mengakui dan mengekspresikan perasaan.

Rasional : mengurangi tingkat ansietas


3.

Resiko tinggi injuri berhubungan dengan defisit pengetahuan

a)

Tujuan : resiko injuri teratasi

b)

Kriteria hasil :

1)

Klien mampu menjaga dan merawat matanya

2)

Klien mampu melihat dengan jelas

c)

Intervensi :

1)

Bantu klien dalam melakukan aktivitas.

Rasional : mencegah injuri.


2)

Beri pencahayaan yang cukup.

Rasional : mempermudah klien melakukan aktivitas.


3)

Jauhkan penyebab terjadinya injuri.

Rasional : menjaga keselamatan klien.


4)

Berikan informasi seputar blepharitis.

Rasional : menambah pengetahuan tentang penyakit blepharitis.


5)

Dorong pasien untuk mengakui dan mengekspresikan perasaan.

Rasional : mengurangi tingkat ansietas


4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
a)

Tujuan : klien mengetahui tentang penyakit yang dialaminya

b)

Kriteria hasil :

1)

Klien mengatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

2)

Mengidentifikasi hubungan antar gejala atau tanda dengan proses penyakit

3)

Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.

c)

Intervensi :

1)

Diskusikan perlunya pengetahuan tentang penyakit.

Rasional : menambah pengetahuan penyakit blepharitis.


2)

Tunjukkan tehnik yang benar pemberian obat tetes mata.

Rasional : klien menjadi tahu cara pemberian obat tetes mata dengan benar.
3)

Izinkan pasien mengulang tindakan.

Rasional : menambah kemahiran klien.


4)

Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata.

Rasional : membantu mempercepat kesembuhan.


5)

Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.

Rasional : mencegah berulangnya penyakit blepharitis.


6)

Beri informasi seputar penyakit blepharitis.

Rasional : meningkatkan pengetahuan klien.


5. Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasif.
a)

Tujuan : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,

eritema,

dan demam.
b)

Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan risiko

infeksi.

c)

Intervensi :

1)

Observasi tanda terjadinya infeksi

Rasional : infeksi mata terjadi 2 3 hari setelah proseddur dan memerlukan upaya intervensi.
2)

Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/ mengobati mata.

Rasional : menurunkan jumlah bakteri pada tangan.


3)

Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah

untuk tiap usapan.


Rasional : teknik aseptik menurunkan resiko penyebab bakteri.
4)

Tekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi.

Rasional : mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi


5)

Kolaborasi dalam pemberian obat steroid sesuai indikasi.

Rasional : digunakan untuk menurunkan inflamasi.


6.

Gangguan Sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan status

organ indera.
a)

Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.

b)

Kriteria Hasil :

1)

Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

2)

Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

c)

Intervensi :

1)

Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

Rasional : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif.
2)

Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi.

Rasional : terbangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan
penglihatan.
3)

Orientasikan pasien terhadap lingkungan, orang lain diareanya.

Rasional : memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan.


4)

Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila

menggunakan tetes mata.

Rasional : gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata secara
bertahap menurun dengan penggunaan.
5)

Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang

dekat.
Rasional : memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering mengenai bagian kelopak
mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak
mata. bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan
minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Biasanya orang sering
menganggap kelelahan pada mata, atau mata yang berpasir, dan terasa silau dan tidak nyaman
bila terkena sinar matahari atau pada saat berada pada lingkungan yang berasap, memberikan
gambaran berupa mata merah, dan seperti ada benda asing di dalam mata. Selain itu, blefaritis
juga dapat mengganggu pencitraan diri pasien

B.

Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa lebih gampang mempelajari terapan

ilmu keperawatan khususnya pada system persepsi sensori mengenai penyakit Blefaritis.
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan para pembaca akan lebih memahami mengenai
penyakit pada mata khususnya penyakit Blefaritis. Sehingga diharapkan kita dapat lebih menjaga
kebersihan diri kita khususnya mata, agar mata kita dapat terhindar dari penyakit mata.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.detikhealth.com/read/2011/12/20/071708/1795125/770/blefaritis-peradangan-padakelopak-mata?lbban
http://catatankecil-elita.blogspot.com/2011/10/trikiasis.html
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah 2. Padjajaran Bandung; Bandung.
Istiqomah, dkk. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mata. EGC;
Jakarta.Radjamin, Tamin. 1984. Ilmu Penyakit Mata. Airlangga University : Surabaya

Vous aimerez peut-être aussi