Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstract: Main purpose of this research was to indentify factors influencing science
literacy of 15-years-olds students. The subjects of the research were 5330 students
enrolled in SMP, 926 students in MTs, 2638 students in SMA, 240 students in MA, and
1513 students in SMK. The main focus of PISA 2006 was science. The PISA 2006
survey also sought information on students attitudes to science. Each participating
student spent two hours carrying out pencil-and-paper tasks. Students also answered a
questionnaire that took about 30 minutes to complete and focused on their personal
background, their learning habits and their attitudes to science, as well as on their
engagement and motivation. There were 15 indicators extracted from the questionnaire
and 5 plausible scores from PISA science assessment. Students responses from the
questionnaire and assessment were tested using Structural Equation Modeling.
Variables latent confirmed were students background, students attitudes to science,
learning/teaching strategies, useful for science career, time for learning science, and
science performance. Students science literacy is influenced by students attitudes to
science and their background. Science literacy correlated negatively with problem
based learning, using phenomena to illustrate science topics, and lab enquiry.
However, science literacy correlated positively with peer teaching and modeling
strategies.
Kata kunci: literasi sains, pemodelan persamaan struktural, LISREL
mempunyai pengetahuan sains yang terbatas. Skor literasi sains yang rendah tersebut
mencerminkan fenomena umum prestasi belajar IPA siswa Indonesia yang jelek. Hal tersebut
menimbulkan pertanyaan bagi guru-guru IPA dan pembuat kebijakan: mengapa hal demikian
dapat terjadi? Faktor-faktor apa yang menyebabkan prestasi IPA yang rendah? Apa
implikasinya bagi pembelajaran, kurikulum, dan lembaga sekolah?
Banyak perhatian telah diberikan kepada desain pengajaran/belajar sains yang efektif.
Beberapa strategi pengajaran telah diidentifikasi dapat memperbaiki prestasi belajar sains.
Misal, penggunaan strategi belajar aktif secara efektif dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam pelajaran biologi (Johnson & Stewart, 2002). Juga, dilaporkan bahwa penggunaan
strategi belajar kooperatif dan belajar aktif dapat meningkatkan prestasi belajar pada
ketrampilan kuantitatif (Yuretich et al., 2001). Penggunaan latihan belajar aktif yang terfokus
pada pengembangan penemuan sains dapat memberikan siswa kerangka kognitif
menggabungkan informasi sains (Gorman et al., 1998). Selain itu, siswa dalam pembelajaran
sains berbasis masalah mempunyai skor tes standar yang lebih tinggi daripada siswa dalam
kelas tradisional (Schneider et al., 2002). Penelitian-penelitian tersebut dilakukan di negaranegara maju, sedangkan di Indonesia hasil penelitian serupa sukar diperoleh. Penelitian ini
berusaha memperoleh informasi tentang hubungan antara strategi belajar/mengajar sains dan
kemampuan sains siswa berusia lima belas tahun di Indonesia berdasarkan data PISA 2006.
Disamping memberikan informasi literasi sains, data PISA juga memberikan
informasi latar belakang keluarga siswa, sikap terhadap sains, dan strategi belajar/mengajar
yang dimasukkan di angket siswa. Interpretasi data kemampuan sains dan informasi di buku
angket siswa dapat membantu kita memahami faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains
siswa.
Kerangka literasi sains PISA 2006 terdiri dari empat aspek yang berkaitan: konteks
berkaitan dengan tugas-tugas siswa; kompetensi yang dimiliki siswa; ranah pengetahuan; dan
sikap siswa. Kerangka tersebut diperlihatkan di Gambar 1.
30
2006, fokus dari item-item dikaitkan dengan pribadi, keluarga dan teman (personal), dengan
masyarakat (sosial), dan dengan kehidupan di seluruh dunia (global).
Item-item penilaian sains PISA 2006 menuntut siswa untuk mengidentifikasi masalahmasalah ilmiah, menjelaskan fenomena alam secara ilmiah, dan memanfaatkan data sains.
Tiga kompetensi tersebut dipilih disebabkan oleh kemanfaatannya terhadap praktek sains dan
kaitannya dengan kemampuan kognitif seperti penalaran induktif dan deduktif, berfikir
berbasis sistem, pengambilan keputusan kritis, transformasi informasi (misal membuat tabel
atau membuat grafik dari data mentah), pemodelan dan penggunaan sains.
Pada PISA 2006, pengetahuan mengacu ke knowledge of science dan knowledge
about sicence. Fokus dari penilaian knowledge of science adalah sejauh mana siswa dapat
menerapkan pengetahuannya dalam konteks yang relevan dengan kehidupan siswa.
Pengetahuan yang diases dipilih dari bidang fisika, kimia, biologi, ilmu bumi, dan teknologi.
Penilaian knowledge about science dibagi menjadi dua kategori. Pertama adalah penyelidikan
ilmiah yang merupakan inti dari proses sains dan bermacam-macam komponen dari proses
tersebut. Kedua adalah penjelasan ilmiah, yang merupakan hasil dari penyelidikan ilmiah.
Penyelidikan dapat dianggap sebagai suatu piranti sains, bagaimana ilmuwan memperoleh
data, dan penjelasan dianggap sebagai tujuan sains, bagaimana ilmuwan menggunakan data.
Penilaian sains PISA 2006 memberikan prioritas kompetensi: mengidentifikasi
masalah-masalah ilmiah; menjelaskan maupun meramalkan fenomena alam berdasarkan
pengetahuan ilmiah, menafsirkan data dan mengambil kesimpulan; dan memanfaatkan data
sains untuk membuat keputusan.
Beberapa proses kognitif mempunyai arti penting dan relevansi dengan literasi sains.
Diantara proses kognitif yang tersirat dalam kompetensi sains adalah penalaran induktif /
deduktif, berfikir kritis dan integratif, kemampuan transformatif (misal, mengubah data ke
tabel, tabel ke grafik), membuat dan mengomunikasikan argumentasi berdasarkan data,
membuat pemodelan, dan menggunakan matematika.
Siswa perlu dapat membedakan masalah-masalah ilmiah dan masalah-masalah yang
tidak ilmiah. Masalah ilmiah harus dapat dijawab berdasarkan bukti-bukti ilmiah.
Kompetensi mengidentifikasi masalah ilmiah meliputi pemahaman terhadap pertanyaan
tentang penyelidikan ilmiah dalam situasi tertentu dan mengidentifikasi kata kunci untuk
mencari informasi dari topik yang diberikan. Kompetensi juga meliputi pemahaman terhadap
karaketeristik penyelidikan ilmiah: misal, variabel apa yang diubah dan dikendalikan,
informasi tambahan apa yang dibutuhkan, kegiatan apa yang dilakukan sehingga data yang
relevan dapat dikumpulkan. Mengidentifikasi masalah ilmiah menghendaki siswa memiliki
pengetahuan tentang sains itu sendiri.
Siswa mendemonstrasikan kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah dengan
menerapkan pengetahuan sains dalam situasi tertentu. Kompetensi meliputi menjelaskan
maupun menafsirkan fenomena dan meramal perubahan, dan dapat pula melibatkan
pemahaman atau identifikasi ramalan dan penjabaran.
Kompetensi penggunaan data ilmiah menghendaki siswa membuat temuan-temuan
ilmiah sebagai bukti untuk mengambil kesimpulan. Penggunaan data ilmiah meliputi
pencarian informasi ilmiah, pembuatan argumentasi dan kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
ilmiah. Kompetensi dapat juga meliputi pemilihan kesimpulan alternatif terkait dengan buktibukti, pemberian alasan mendukung maupun menolak kesimpulan tertentu, dan identifikasi
31
asumsi-asumsi untuk memperoleh kesimpulan. Aspek lain kompetensi ini adalah implikasi
sosial dari perkembangan sains dan teknologi.
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bertujuan antara lain a) menguji
dimensi konstruk strategi belajar/mengajar sains dari data PISA 2006 untuk siswa Indonesia
menggunakan teknik analisis faktor konfirmatori; b) menguji dimensi konstruk sikap siswa
terhadap sains dari data PISA 2006 untuk siswa Indonesia menggunakan teknik analisis
faktor konfirmatori; c) menganalisis hubungan kausal antar variabel latar belakang siswa,
strategi belajar/mengajar, sikap terhadap sains, dan kemampuan sains untuk mengetahui
pengaruh langsung dan tidak langsung ; dan d) menguji model diagram jalur faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan sains menggunakan teknik analisis faktor konfirmatori.
Metode
Studi ini merupakan penelitian korelasi yang menggunakan pemodelan persamaan
struktural. Penelitian korelasi dilakukan untuk menjelaskan maupun memprediksi perilaku
manusia (Fraenkel & Wallen, 1996). Tujuan utama studi ini adalah memprediksi model yang
menjelaskan hubungan antara literasi sains dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Subyek penelitian adalah siswa berusia 15 tahun yang sekolah di SMP, MTs,
SMA/MA maupun SMK. Jumlah sampel adalah 5330 siswa SMP, 926 siswa MTs, 2638 siswa
SMA, 240 siswa MA, dan 1513 siswa SMK. Jumlah keseluruhan adalah 10647 siswa.
Distribusi sampel setiap provinsi diperlihatkan di Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Sampel
No
Provinsi
SMP
MTs
SMA
MA
SMK
DKI Jakarta
202
35
114
98
Jawa Barat
368
60
168
79
Jawa Tengah
375
67
170
31
137
DIY
169
34
64
67
Jawa Timur
303
67
131
35
138
Sumatra Utara
223
32
125
34
60
Sumatra Barat
144
35
99
16
Riau
169
34
67
61
Jambi
167
29
94
35
10
Sumatra Selatan
145
32
94
32
11
Lampung
174
28
70
60
12
Kalimantan Barat
163
99
69
13
Kalimantan Tengah
154
25
94
24
14
Kalimantan Selatan
102
66
101
28
15
Kalimantan Timur
163
23
68
62
16
Sulawesi Utara
97
88
61
30
32
Sulawesi Tengah
200
104
64
18
Sulawesi Selatan
266
163
35
19
Sulawesi Tenggara
199
95
29
20
Bali
204
87
21
NTB
168
35
102
35
50
22
NTT
172
91
35
23
Bengkulu
195
96
36
24
Bangka Belitung
107
99
66
25
Gorontalo
136
21
67
59
26
Banten
243
104
65
47
27
Sulawesi Barat
253
120
79
35
28
Kepulauan Riau
69
79
23
26
2638
240
Total
5330
926
1513
Asesmen PISA 2006 mempunyai satu tes literasi sains dengan berbagai format tes,
sebuah angket siswa, dan sebuah angket kepala sekolah. Pada studi ini digunakan tes
kemampuan sains dan angket siswa. Pada semua penilaian PISA, digunakan tes tulis. Format
tes harus memberikan data yang reliabel. Siswa diberi stimulus (item tes) yang mengharuskan
mereka memberikan respons terhadap stimulus tersebut. Digunakan berbagai macam format
tes untuk mengases rentang kemampuan kognitif dan pengetahuan. Item tes yang digunakan
di penilaian sains PISA 2006 adalah: 37 item pilihan ganda; 28 item pilihan ganda kompleks;
4 item isian tertutup; dan 34 item isian terbuka.
Kuesioner siswa PISA 2006 terdiri dari 37 bagian. Kuesioner tersebut terdiri dari
pertanyaan mengenai karir yang berhubungan dengan sains, pertanyaan mengenai lama
waktu yang digunakan untuk belajar sains, pertanyaan latar belakang siswa, pertanyaan
tentang sikap siswa, dan pertanyaan tentang strategi belajar/mengajar sains. Sebagian besar
butir berkaitan dengan pertanyaan tentang sikap siswa terhadap sains. Setiap butir umumnya
mempunyai jawaban empat alternatif. Pertanyaan tentang latar belakang siswa, sikap siswa
terhadap sains, strategi belajar/mengajar sains, karir yang berhubungan dengan sains, dan
lama waktu yang digunakan untuk belajar sains berturut-turut dirangkum di Tabel 2, 3, 4, 5
dan 6.
Tabel 2. Variabel Latar Belakang Siswa
Indikator
Butir
P6, P7 (a,b)
Bidang
Indikator
Butir
Dukungan terhadap
penyelidikan sains
(D)
P18 (a,b,d,f,i)
P18 (c,e,g,h,j)
P17 (a,b,c,d,e,f,g,h)
Self-concept (K2)
P37 (a,b,c,d,e,f)
P21 (a,b,c,d,e,f,g,h)
P16 (a,b,c,d,e)
P35 (a,b,c,d,e)
P29 (a,b,c,d)
P22 (a,b,c,d,e)
P24 (a,b,c,d,e,f)
P25 (a,b,c,d,e,f)
P26 (a,b,c,d,e,f,g)
Butir
P34 (g,l,o,q)
P34 (c,d,p)
P34 (b,f,h,k)
P34 (a,e,i,m)
Modeling (S5)
P34 (j,n)
34
Indikator
Butir
P27 (a,b,c,d)
P28 (a,b,c,d)
Butir
P31 (a,b,c)
P32 (a,b,c,d,e,f)
Terdapat 15 indikator dari angket siswa dan 5 skor plausible dari tes sains PISA yang
diuji dengan Pemodelan Persamaan Struktural. Variabel laten yang dibentuk dari 15 indikator
adalah karir berkaitan dengan sains, waktu untuk belajar sains, latar belakang siswa, strategi
belajar/mengajar, dan sikap terhadap sains. Diagram jalur hubungan antar variabel
diperlihatkan di Gambar. 2.
36
37
Koefisien Jalur
R2
Kemampuan
SikapKemampuan
0,22
14,74
StrategiKemampua
n
-0,18
-13,94
LatarKemampuan
0,22
19,70
KarirSikap
0,85
20,55
StrategiSikap
0,093
7,36
LatarSikap
0,033
3,31
0,66
34,92
0,092
Sikap
0,82
Strategi
WaktuStrategi
0,43
38
Pengaruh
Langsung
Total
Strategi
Sikap
SikapKemam
0,22
0,22
LatarKemam
0,22
0,22
WaktuKemam
(0,66)(0,18)
(0,66)(0,09)(0,22)
0,1318
StrategiKemam
(0,09)(0,22)
0,0198
WaktuStrategi
0,66
0,66
KarirSikap
0,85
0,85
LatarSikap
0,03
0,03
StrategiSikap
0,09
0,09
WaktuSikap
(0,66)(0,09)
0,0594
indeks kesesuaian memenuhi kriteria yang diterima. Dengan demikian model sesuai dengan
data.
Tabel 9. Indek Kesesuaian dan Kriteria
Indek kesesuaian
Nilai
Kriteria
RMSEA
0,057
< 0,08
CFI
0,96
> 0,90
NFI
0,96
> 0,90
NNFI
0,96
> 0,90
GFI
0,95
> 0,90
AGFI
0,93
> 0,90
Koefisien regresi ()
Wanita
Pria
Self-efficacy
2,11*
1,92*
Motivasi
1,98*
2,06*
p < 0,05
40
41
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi literasi sains adalah sikap siswa terhadap
sains. Dalam PISA 2006, sikap siswa terhadap sains meliputi dukungan terhadap sains,
kepercayaan diri, minat sains, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Dalam analisis, yang
diselidiki lebih dalam adalah self-efficacy dan motivasi siswa belajar sains. Semua respons
dari butir angket dari self-efficacy dan motivasi berkorelasi positif dengan skor kemampuan
sains. Siswa yang mempunyai kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi akan mempunyai
skor kemampuan yang tinggi. Siswa yang memperoleh skor tes sains tinggi cenderung
mempunyai sikap yang lebih positif terhadap sains. Hasil tersebut memperlihatkan
kesesuaian dengan temuan Patrick et al. (2007), Glynn et al. (2007) yang menyatakan bahwa
motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar sains. Selain itu, hasil ini juga konsisten
dengan temuan dari studi international TIMSS 1999 dan TIMSS 1995 (House, 2004).
Papanastasiou dan Zembylas (2004) menyatakan bahwa prestasi sains yang jelek dapat
diperbaiki melalui stimulasi sikap positif siswa terhadap sains.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan penelitian dirangkum menjadi empat butir
sebagai berikut: (1) Tinggi rendahnya literasi sains siswa dipengaruhi secara posisitf oleh
sikap siswa terhadap sains dan latar belakang pendidikan orang tua, (2) Literasi sains
berkorelasi negatif dengan strategi problem based learning, penggunaan fenomena untuk
mengilustrasikan topik, dan penyelidikan lab. Tetapi, literasi sains berkorelasi positif dengan
strategi kooperatif (peer teaching), dan pemodelan, (3) Tinggi rendahnya sikap siswa
terhadap sains dipengaruhi secara posistif oleh pekerjaan yang diinginkan siswa, kegiatan
belajar mengajar di kelas, latar belakang pendidikan orang tua, dan banyaknya waktu yang
digunakan untuk belajar sains, dan (4) Kepercayaan-diri dan motivasi belajar sains
berkorelasi positif dengan literasi sains. Semakin besar kepercayaan diri dan motivasi belajar
sains, semakin besar literasi sains yang dicapai oleh siswa.
Implikasi dan saran yang perlu ditandaklanjuti dari penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) Studi ini memperlihatkan bahwa kegiatan kelas berorientasi guru mempunyai
dampak positif pada prestasi belajar sains. Maka guru dapat melakukan kegiatan secara
efisien untuk mengingkatkan prestasi sains siswa di kelas. Temuan ini menekankan
pentingnya pelatihan guru, karena guru masih menjadi pusat pembelajaran, (2) Implikasi
penting dari penelitian ini adalah untuk lembaga pendidikan yang mencetak guru sains. Di
Indonesia, guru umumnya mempunyai kesukaran melaksanakan proses mengajar/belajar
yang efektif. Meskipun kurikulum didesain untuk kegiatan berpusat pada siswa, dalam
prakteknya dipertanyakan implementasi metode tersebut untuk meningkatkan prestasi siswa.
Sistem pelatihan guru sains hendaknya menekankan pembelajaran di kelas yang bersifat
praktis, tidak terlalu bersifat teoritis, (3) Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa
keyakinan dan motivasi mempunyai dampak penting pada prestasi sains. Temuan ini
menekankan pentingnya keyakinan-diri dan motivasi dalam pengajaran sains. Guru
hendaknya mempertimbangkan kepercayaan-diri dan motivasi ketika mengajar sains di kelas,
(4) Di masa depan perlu diteliti lebih cermat tentang pengaruh berbagai macam strategi
belajar/mengajar terhadap skor tes sains yang diakses melalui tes standar seperti Ujian
Nasional. Angket dirancang sesuai dengan spesifikasi strategi belajar/mengajar tertentu, tidak
bersifat umum seperti di angket PISA 2006, dan (5) Analisis data PISA 2006 hendaknya
memasukkan faktor-faktor yang berkaitan dengan sekolah seperti kepala sekolah, guru,
sarana dan prasarana sebagai variabel yang mempengaruhi kemampuan sains siswa. Analisis
sebaiknya menggunakan metode Hierarchical Linier Model (HLM).
Daftar Acuan
42
Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. 1996. How to Design and Evaluate Research in Education
(3rd ed). New York: McGraw-Hill.
Gorman, M.E., Plucker, J.A., & Callahan, C.M. 998. Turning students into inventors: Active
learning modules for secondary students. Phi Delta Kappan, 79, 530-532.
Glynn, S.M., Taasoobshirazi, G., & Brickman, P. 2007. Nonscience majors learning science:
A theoretical model of motivation. Journal of Research in Science Teaching, 44(8),
1088-1107.
House, J.D. 2004. Cognitive-motivational characteristics and science achievement of
adolescent students: result from the TIMSS 1995 and TIMSS 1999 assessment.
International Journal of Instruction Media, September 22.
House, J.D. 2005. Classroom instruction and science achievement in Japan, Hongkong, and
Chinese Taipe: result from the TIMSS 1999 assessment. International Journal of
Instruction Media, June 22.
Johnson, S.K., & Stewart, J. 2002. Revising and assessing explanatory models in a high
school genetetic class: A comparison of unsuccessful and successful performance.
Science Education, 86, 463-480.
Leung, F. K. 2002. Behind the High Achievement of East Asian Students. Educational
Research and Evaluation, 8, 87-108.
OECD. 2007. PISA 2006 Science Competencies for Tomorrows World: Volume 1 Analysis.
Paris: OECD.
Patrick, A.O., Kpangban, E., & Chibueeze, O.O. 2007. Motivation effects on test scores of
senior secondary school science students. Study Home Community Science, 1(1), 57-64.
Papanastasiou, E. C. & Zembylas, M. 2004. Differential effects of science attitudes and
science achievement in Australia, Cyprus, and the USA. International Journal of
Science education, 26(3), 259-280.
Schneider, R.M., Krajcik, J.S., & Marx, R.W. 2002. Performance of students in project-based
science classrooms on a national measure of science achievement. Journal of Research
in Science Teaching, 39, 410-422.
Thomson, S. & De Bortoli, L. 2008. Exploring scientific literacy: how Australia measures up
the PISA 2006 survey of students scientific, reading and mathematical literacy skills.
Camberwell, Vic.: ACER Press.
Yuretich, R.F., Khan, S.A., & Leckie, R.M. (2001). Active-learning methods to improve
student performance and scientific interest in a large introductory oceanography course.
Journal of Geoscience Education, 49, 111-119.
43