Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga
kerja baik berupa fisik atau mental dan menjadi tanggungjawabnya. Seorang
tenaga kerja saat melakukan pekerjaan menerima beban sebagai akibat dari
aktivitas fisik yang dilakukan. Pekerjaan yang sifatnya berat membutuhkan
istirahat yang sering dan waktu kerja yang pendek. Jika waktu kerja
ditambah maka melebihi kemampuan tenaga kerja dan dapat menimbulkan
kelelahan (Sumamur P. K, 1996:48).
Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan
dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik atau
mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu
memikul beban pada suatu berat tertentu. Bahkan adabeban yang dirasa optimal
bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada
pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan,
pengalaman, keterampilan, motivasi dan lain sebagainya (Sumamur P. K,
1996:48).
Begitu
juga
dengan
oksigen,
bahwa
setiap
individu
mempunyai
dalam
kondisi
aerobik,
disebabkan
oleh kandungan
oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah
manifestasi rasa
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang
sangat kompleks. Proses mempelajari manusia tidak cukup hanya ditinjau dari
segi keilmuan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa untuk
mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin, antara lain
psikologi, antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan
lain-lain (Sutalaksana, 1979).
Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia
dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain
genggaman
sehingga
lebih
memudahkan
dan
menggerakan
demikian
untuk
hasil
kekrja
sebesar-besarnya.
Maka
baik
dalam
keadaan
statis
ataupun
dinamis.
1. 2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang ergonomi dan faal kerja
serta perannya dalam meningkatkan produktifitas dan efektifitas dari para pekerja.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian ergonomi kerja
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat ergonomi kerja
3. Untuk mengetahui tuntutan tugas, kemampuan dan penampilan dalam
ergonomi kerja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ergonomi Kerja
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan), secara
keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Banyak definisi
tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar dibidangnya antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
(Sumamur, 1996)
2.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Undang-undang (UU) no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja terdiri dari
11 bab 18 pasal, adalah merupakan UU pokok yang memuat aturan-aturan dasar
dan ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja baik darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara
yang berada di wilayah Negara RI (pasal 2). Sementara itu perumusan ruang
lingkup dalam undang-undang ini ditentukan atas dasar 3 hal yaitu :
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja
3. Adanya bahaya dan resiko kerja di tempat kerja
Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa UU no 1 tahun 1970 memuat
aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan umum sebagai berikut :
1. Pasal 3 dan pasal 4, secara jelas menyatakan bahwa setiap tempat kerja harus
memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan peraturan
perundangan
2. Pasal 8 mewajibkan kepada pengurus untuk memeriksakan kesehatan tenaga
kerja sesuai peraturan perundangan
3. Pasal 9 mewajibkan kepada pengurus untuk memberikan pembinaan kepada
tenaga kerja yang meliputi : penyelenggaraan pelatihan Kesehatan
Keselamatan Kerja (K3), menyediakan alat pelindung diri, malakukan upayaupaya pencegegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan K3 dan pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
bagi setiap tenaga kerja yang bekerja di perusahaannya sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan yang berlaku
4. Pasal 10, pengurus berkewajiban mengusulkan pembentukkan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di perusahaannya.
5. Pasal 11 mewajibkan kepada pengurus untuk melaporkan tiap kecelakaan
yang terjadi dalam tempat kerjanya sesuai dengan peraturan perundangan.
6. Pasal 12, mengatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja dalam menerapkan
K3 di tempat kerja untuk menjamin perlindungan keselamatan dan kesehatan
bagi dirinya
7. Pasal 13 mewajibkan kepada semua orang yang akan memasuki tempat kerja
untuk mentaati semua petunjuk keselamatan kerja
8. Mewajibkan kepada pengurus untuk memasang UU no. 1 tahun 1970,
memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan di tempat
keranya, serta menyediakan alat pelindung diri secara cuma-cuma sesuai
petunjuk pegawai pengawas atau ahli K3.
(Anonim, 2011)
2.4 Lingkungan Kerja
Dalam bekerja, untuk meningkatkan kenyamanan bagi para pekerjanya,
diperlukan pula lingkungan yang mendukung. Berikut akan dijelaskan beberapa
pengaruh lingkungan terhadap efektivitas dari pekerja itu sendiri :
1. Iklim
Adalah keadaan lingkungan kerja yang merupakan perpaduan antara
parameter-parameter suhu udara dan suhu radiasi.
a. Lingkungan kerja yang panas biasanya disebabkan oleh :
- Adanya sumber panas dalam ruangan
- Ventilasi yang kurang
- Bahan bangunan
- Lokasi dari tempat kerja
b. Lingkungan kerja dingin biasanya disebabkan proses produksi dan peralatan
yang membutuhkan kondisi ruangan dengan suhu tertentu.
Parameter-parameter iklim kerja yang perlu diukur dan diperhatikan untuk
efektifitas kerja dari para pekerjanya adalah :
a. Suhu udara kering
b. Suhu basah
c. Kelembaban
10
bila
pekerjaan
terlalu
berat,
sementara
tubuh
belum
11
12
13
14
dan
indicator pemakaian
oksigen
15
16
17
dengan
pemakaian
ergometer.
Hasil
pengukuran
18
per menit. Lamanya waktu uji naik-turun bangku adalah sejak dimulainya
aktivitas naik-turun bangku sampai tepat dirasakan kelelahan oleh individu
yang diuji kapasitas kerjanya atau selama waktu 5 menit. Bilangan nadi
dihitung selama 30 detik dan dimulai setelah 1 meni kegiatan dihentikan.
Uji naik-turun bangku ini sederhana, mudaah dilakukan, tanpa risiko dan
tidak perlu dilaksanakan hanya oleh orang yang ahli. Seperti halnya untuk
cara lainnya, penggunaan data hasil uji turun bangku Harvard harus
dilakukan dengan cermat.
Selain itu, dapat pula dipakai nomogram untuk menentukan indeks kapasitas
fisik dengan menggunakan modifikasi uji naik-turun bangku, yaitu bilangan
denyyut nadi dihitung 3 kali selama pemulihan yaitu sesudh menit pertama,
kedua dan keempat (masing-masing dihitung untuk 30 detik). Dari 2 kali jumlah
perhitungn nadi 3 kali (A) dan lamanya naik-turun bangku dalam detik (C),
dapat ditemukan indeks kesegaran jasmani (D). Adapun penafsiran dari indeks
kesegaran jasmani tersebut adalah: dibawah 50 buruk, 50-80 sedang dan diatas
80 baik.
Kapasitas aerobic dipegaruhi oleh beberapa factor. Pada pekerjaan yang
sifatnya mengangkat berat badan (seperti uji naik-turun bangku), energy yang
dibutuhkan proposional dengan berat badan, sehingga oksigen yang dipakai
sebaiknya dinyatakan dalam cm3/Kg berat badan. Tidak demikian halnya pada
pekerjaan yang harus memidahkan beban diluar badan, dalam hal ini kapasitas
aerobic lebih baik dinyatakan dalam nilai absolute. Bilangan denyut jantung
maksimum berkurang menurut bertambahnya usia, hal ini mempengaruhi
penafsiran kemampuan aerobic pada pembebanan energy sub-maksimal
Kapasitas aerobic maksimum orang laki berkurang secara bertingkat
menurut periode waktu 25-30 tahun dan pada usia 70 tahun nilainya hanya
setengah dari yang berusia 20 tahun. Pada wanita, puncak kapasitas aerobic
terdapat pada masa puberas, sedangkan penurunan kapasitas tersebut terutama
terjadi kemudian pada saat menopause. Kapasitas aerobic rerata per Kg berat
badan wanita muda adalah 70% daripada laki-laki muda.
19
20
jasa
yang
dikehendaki.
Pertimbangan
pertama
otomasi
adalah
pengoptimalan produksi oleh manusia dan atay mesin. Yang menentukan tingkat
yang diberikan kepada proses produksi (input) dan hasil obyektif dari proses
produksi (output) serta pengaruh lingkungan terhadap hubungan manusia dan
proses produksi tersebut. Demikian pula hubungan antara manusia dan mesin
mengenai kemampuan dan limitasi masing-masing merupakan suatu faktor yang
perlu diperhatikan
Automasi adalah pengendalian suatu kegiatan secara otomatis dengan
memanfaatkan mesin. Dalam Encyclopedia Britanica (2004: 505) automasi
adalah suatu proses mekanik dalam menjalankan suatu perintah yang tidak
begitu memerlukan perintah dan tindakan pengawasan dari manusia secara terusmenerus. Definisi lain menurut The Concise Oxford Dictionary (1982: 59)
bahwa automasi adalah penggunaan peralatan yang dioperasikan secara
automasi, untuk menghemat tenaga fisik dan mental manusia. Dari pendapat
yang mengemukakan definisi dan arti automasi secara umum di atas, maka
automasi merupakan teknik untuk proses suatu kegiatan atau system yang
berjalan secara otomatis, mengendalikan secara otomatis untuk menggantikan
organ manusia dengan memanfaatkan mesin.
Mekanisasi adalah penggantian manusia sebagai sumber tenaga (gaya,
kekuatan) atau sebagai alat untuk memberikan informasi dalam pengelolaan siati
operasi atau proses. Mekaniasi adalah salah satu komponen dari otomasi.
Terdapat empat tingkat dalam perkembangan mekanisasi/otomasi, yaitu dari
penggunaan alat bantu pada pekerjaan tangan (kerja manual) sampai kepada
21
mekanisasi/ otomasi pernuh dengan penggunaan mesin yang luar biasa canggih.
Menurut fungsinya tingkat-tingkat tersebut adalah
1. Fungsi penunjang dari mekanisasi/ otomasi
menyempurnakan
atau
memperluas
kemampuan
dengan
maksud
manusi
(contoh
Manusia
Kelambatan dalam bilangan
Kecepatan
Luar biasa
Tenaga
detik
Dapat diatur dengan baik : Dua tenaga
kuda
(TK)
Keseragaman
Cocok
untuk
pekerjaan
terus-
menerus sehari
pekerjaan Tidal dapat dipercaya. Perlu
ketepatan
Banyak saluran
Satu saluran
Terbaik untuk memproduksi Segala macam
dengan
Berfikir
bersifat
memori
menetapkan
Deduktif baik
strategi
Induktif baik
komse[
dan
22
Hitung-menghitung
dan
Dapat
menjadi
tambahan
kesalahan,
membuat
tetapi
energi
dan
cukup
kemampuan
indera Menerima rangsangan dari
seperti berbagai
kemampuan
sangat
mengion
misalnya
sekaligus
menentukan
pola,
panas,
Tidak ada
Dapat
menyesuaikan
Khusus
meramalkan
sesuatu
Sangat besar
manipulasi
Manusia terbatas dalam hal kecepatan dan ketelitian. Selain itu, kecepatan
kerja tenaga manusia yang lebih besar selalu disertai oleh penurunan ketelitian.
Dalam hal inilah otomasi dan mekanisasi memegang peranan sangat penting
dalam meningkatkan kecepatan dan ketelitian suatu operasi atau proses.
23
Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi yang menerapkan otomasi
termasuk mekanisasi adalah sebaga berikut :
1. Tenaga kerja yang bekerja pada proses yang padanya diterapkan otomasi
dituntut untuk berperilaku efisien, memiliki motivasi tinggi dalam hal
mewujudkan produktivitas dan kualitas prima dengan posisi sentral pada
sistem manusia-mesin
2. Penerapan otomasi menimbulkan aneka tekanan mental-psikologis yang
menjadi beban kepada tenaga kerja uang berada pada sistem tersebut, dan
untuk hal tersebut sangat perlu kesiapan sosio-kultural yang kondusof pada
setiap dan seluruh tenaga kerja. Contoh tragis dari ketidaksiapan demikian
adalah histersia massa (mass hysteria) atau kehilangan nilai atau hati nurani
kemanusiaan (loss of human dignity). Hysteria massa biasanya dialami oleh
tenaga kerja yang migrasi dari sector tradisional ke sector modern, menurun
atau hilangnya rasa kemanusiaan dapat diderita oleh tenaga kerja yang
misalnya sendirian berada di tempat kerja yang capital intensif sehingga
yang
bersangkutan
tenggelam
dalam
lingkungan
tempat
bekerja/beroperasinya mesin
3. Berbagai kemampuan khusus/keterampilan/keahlian harus dimiliki oleh
setiap faktor manusia menurut peran masing-masing dalam sistem yang
menerapkan otomasi termasuk mekanisasi.
2.4 Tuntutan Tugas, Kemampuan, dan Penampilan
1. Tuntutan tugas pekerjaan/aktivitas tergantung pada:
a. Kharakteristik tugas dan meterial (Task
and
material
characteristics);
berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat, kerja malam dan
bergulir, cuti dan libur, manajemen, dan sebagainya.
c. Kharakteristik lingkungan (Environmental characteristics);
berkaitan dengan manusia teman setugas, suhu dan kelembapan,
bising dan getaran, penerangan, sosio-budaya, tabu, norma, adat
dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dan sebagainya.
2. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh :
24
fisiologi
(Physiological
capacity);
meliputi
25
dll.
Ketrampilan bekerja.
Peralatan kerja.
Ukuran beban yang akan diangkut.
Metode mengangkut yang benar.
Disamping itu, jenis kelamin seseorang juga dapat mempengaruhi kegiatan
mengangkat dan mengangkut. Cara mengangkat dan mengangkut yang baik harus
memenuhi 2 prinsip kinetis, yaitu :
1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang yang lemah dibebaskan dari pembebanan.
2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkat dan
mengangkut harus dilakukan sebagai berikut :
1. Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan
memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan
statis lokal pada jari tersebut harus dihindarkan.
2. Lengan harus sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi
pada lengan untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan
otot statis yang melelahkan.
3. Punggung harus diluruskan.
4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi seperti pada
permulaan gerakan. Dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang
belakang diluruskan.
5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi
momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke
26
arah jurusan gerakan yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa
sehingga membantu mendorong tubuh pada gerakan pertama.
6. Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk
gerakan dan perimbangan.
7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
Selain hal diatas dalam kegiatan mengangkat dan mengangkut juga harus
diperhatikan ketentuan berikut ini :
1. Semua barang/benda yang menghalangi pandangan mata sebaiknya
disingkirkan terlebih dahulu, sebelum pekerjaan mengangkat dan mengangkut
dilakukan.
2. Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm.
3. Jika suatu beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar
menggunakan agar menggunakan alat mekanis (katrol).
4. Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh.
5. Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat
dihindarkan.
6. Mula-mula lutut harus bengkok dan tubuh harus berada pada sikap dengan
punggung lurus.
Pada kegiatan mengangkat dan mengangkut, dianjurkan agar beban sedekat
mungkin pada garis vertikal gravitasi tubuh. Dengan begitu, upaya yang bersifat
mengimbangi berkurang dan dihindari aktivitas otot statis yang tidak perlu. Dalam
hubungan ini, mengangkut dengan pemakaian gendongan sangat cocok. Adapun
pekerjaan mengangkut dengan beban di atas punggung kurang menguntungkan,
oleh karena beberapa otot perut menjadi berkontraksi statis. Aktivitas yang dapat
menimbulkan Hazard (efek samping negatif) :
1.
2.
3.
4.
27
1. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan
operator.
2. Jarak horizontal dari beban relatif terhadap operator.
3. Ukuran beban yang harus diangkat (berukuran besar) memiliki pusat massa
(centre of gravity) yang letaknya jauh dari badan operator. Selain itu juga
menghalangi pandangan (vision) operator.
4. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban
(mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit dari pada
mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang).
5. Beban puntir (twisting load) pada badan operator selama aktivitas angkat
beban.
6. Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Untuk mengantsipasi
beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
7. Stabilitas beban yang akan diangkat.
8. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.
9. Berbagai macam rintangan yang menghalangi ataupun keterbatasan postur
tubuh yang berada pada suatu tempat kerja.
10. Kondisi kerja, meliputi: pencahayaan, temperatur, kebisingan, kelicinan
lantai.
11. Frekuensi angkat, yaitu banyaknya aktivitas angkat.
12. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team).
13. Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini sama dengan
membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban
pada vertebral discus (VD) dan intervertebral discus (ID) pada vertebral
column di daerah punggung.
14. Metode angkat angkut yang benar (tidak boleh mengangkat dan mengangkut
beban secara tiba-tiba).
Bila alat kerja dari yang paling sederhana sampai pada yang paling rumit
tersedia, sebaiknya alat tersebut dipergunakan secara tepat. Tentu saja selalu
dipertimbangkan keseimbangan yang tepat diantara penggunaan peralatan kerja
dengan prinsip bahwa pekerjaan sebaiknya padat karya.
Cara kerja dimodifikasi, agar beban angkat dan angkut dikurangi seperti
halnya penggunaan roda pada barang yang diangkat dan diangkut, kereta dorong,
dll. Modernisasi telah memungkinkan perubahan tersebut. Penyelesaian untuk
pemindahan material secara teknis yaitu :
28
1. Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan
menggunakan roller (ban berjalan).
2. Gunakan meja yang dapat digerakkan naik turun untuk menjaga agar bagian
permukaan meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukkan lembaran
logam atau benda kerja lainnya ke dalam mesin.
3. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan
turunkan dengan bantuan gaya gravitasi.
4. Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya: pada ujung belakang
truk untuk memudahkan pengangkatan material.
5. Bila beban terlalu berat gunakan alat bantu angkat (misalnya: crane).
6. Rancanglah overhead monorail, diutamakan menggunakan power (tenaga),
baik untuk gerakan vertikal ataupun horizontal.
7. Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang ergonomis
sehingga mudah pada waktu mengangkat.
8. Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat
benda pada ketinggian permukaan pinggang.
9. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya.
10. Siapkan trolley dan pengungkit (lever) untuk mengangkat ujung dari drum
(dengan volume 200 liter).
11. Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan material yang mengganggu
jalur (acces) dari operator.
12. Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga akan
membahayakan operator pada saat perjalanan memindahkan material.
13. Buatlah suatu ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis bebas pada
operator.
14. Tempatkan semua material sedekat mungkin terhadap operator.
Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika dilakukan dengan salah dapat
menyebabkan resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
semakin tinggi. Bagian tubuh yang paling paling beresiko terkena dampak dari
cara mengangkat dan mengangkut yang benar yaitu tulang belakang. Hal ini tentu
sangat berbahaya karena pada tulang belakang terdapat susunan syaraf yang
menghubungkan syaraf sensorik dan motorik dengan pengatur syaraf pusat atau
otak. Disamping itu juga terdapat resiko lain yang dapat terjadi jika proses
mengangkat dan mengangkut dilakukan dengan salah. Adapun contoh kerusakan
tulang belakang akibat teknik mengangkat dan mengangkut beban yang terlalu
berat antara lain :
29
2. Over Exertion Lifting and Carrying yaitu kerusakan jaringan, tubuh yang
diakibatkan oleh beban angkut yang berlebihan.
3. HNP (Hernia Nucleus Pulposus) yaitu robeknya bagian dalam dari lempeng
menonjol keluar serta mungkin menekan saraf-saraf disekitarnya akibat beban
angkut berlebih dan pembebanan tiba-tiba.
4. Back Injury yaitu timbulnya nyeri pada punggung, biasanya sikap kerja atau
mengangkat yang tidak benar dipengaruhi oleh arah beban yang diangkat.
Cara mengangkat dan mengangkut:
1. Mengangkat dan mengangkut beban balok dengan pegangan.
a. Tubuh posisi jongkok, salah satu kaki yang terkuat diletakkan didepan
sebagai tumpuan dan sikap punggung diusahakan tegak atau sebesar 60.
b. Tangan mengangkat beban dengan sikap punggung tetap tegak dan
meletakkannya pada paha kaki yang terkuat. Pastikan pegangan tangan
sudah kuat dan nyaman.
c. Berdiri dengan bertumpu pada kaki yang terkuat, beban diangkat hatihati dengan sikap punggung masih tegak sampai dengan berdiri
sempurna.
d. Saat berjalan, beban harus berada sedekat mungkin dengan tubuh dengan
posisi tangan disesuaikan dengan kenyamanan saat berjalan.
e. Saat akan meletakkan beban kembali dilakukan seperti cara mengangkat
beban tetapi dengan urutan terbalik.
2. Mengangkat dan mengangkut beban tanpa pegangan
a. Tubuh posisi jongkok dengan kaki yang terkuat di depan dan sikap
punggung diusahakan tegak.
b. Kedua tangan kedua ujung beban bagian atas, lalu beban dimiringkan ke
kiri dan tangan kanan turun ke bawah memegang ujung kanan bawah
beban.
c. Beban didorong ke belakang pada kaki yang terkuat, kemudian tangan
kiri turun ke bawah memegang ujung kiri bawah.
d. Beban kemudian diletakkan pada paha yang terkuat, gunanya sebagai
persiapan untuk berdiri, atau boleh langsung diangkat jika mampu.
e. Kemudian berdiri dengan hati-hati kemudian berjalan, usahakan beban
tidak melebihi atau menghalangi pandangan mata.posisikan tangan
senyaman mungkin.
f. Saat akan meletakkan beban kembali seperti cara mengangkat beban
dengan urutan terbalik.
3. Mengangkat dan mengangkut papan
30
a. Tubuh posisi jongkok dengan kaki yang terkuat di depan dan sikap
punggung diusahakan tegak.
b. Kedua tangan mengangkat beban, lalu beban dimiringkan ke kiri dan
tangan kanan turun ke bawah memegang ujung kanan bawah beban.
c. Kemudian letakkan beban pada paha kaki yang terkuat dan tangan kiri
masih memegang beban yang atas dengan sikap punggung masih tetap
tegak.
d. Berdiri dengan hati-hati dengan posisi tangan yang nyaman untuk
berjalan. Kemudian berjalan dengan posisi miring agar dapat melihat
jalan yang akan dilalui.
e. Saat akan meletakkan beban kembali seperti cara mengangkat beban
dengan urutan terbalik.
4. Mengangkat dan mengangkut beban di meja.
a. Mengatur posisi beban yang akan diangkat pada meja sehingga
memudahkan ketika akan mengangkat.
b. Tubuh dengan posisi jongkok dengan salah satu kaki yang terkuat di
depan sebagai tumpuan dan usahakan punggung dalam posisi tegak.
c. Tangan kanan memegang bagian bawah beban dan tangan kiri
memeganga bagian atas beban.
d. Letakkan beban pada bahu yang terkuat dan menyandarkannya pada
kepala, hindarkan bagian sudut yang lancip agar tidak terkena kepala,
kemudian berdiri dengan hati-hati dan berjalan.
e. Saat akan meletakkan beban kembali seperti cara mengangkat beban
dengan urutan terbalik.
5. Mengangkat beban karung :
a. Perhatikan posisi dasar badan sebelum mengangkat, dan cara memegang
kedua sudut karung.
b. Badan dan karung dirapatkan agar tangan kanan dapat mendekap karung
c.
d.
e.
f.
g.
dari bawah.
Kemudian tangan kiri digerakkan ke pinggang karung.
Lutut diluruskan untuk mengangkat beban.
Kaki kiri melangkah ke arah tujuan.
Pengangkat membelakangi tempat meletakkan beban.
Saat akan meletakkan beban kembali, kaki kiri ditekuk perlahan-lahan,
31
1. Usahakan lebar jalan untuk transportasi barang dapat dilalui dengan 2 arah
2. Permukaan jalan untuk rute transportasi harus rata, tidak licin dan bebas
hambatan
3. Buatlah area kerja sedemikian rupa sehingga gerakan tubuh dapat dibatasi
untuk menghemat tenaga
32
6. Untuk mengangkat barang secara manual bagilah berat badan sama di atas
tumpuan kedua bahu untuk mengurangi pemakaian tenaga.
8. Hilangkan atau kurangi perbedaan tinggi permukaan pada area kerja bila
memindahkan barang secara manual untuk menghemat tenaga
33
10. Peganglah barang yang dibawa sedekat mugkin ke tubuh anda untuk
menghemat tenaga dan manghindari beban yang berlebihan.
12. Melakukan pekerjaan dengan beban yang berat sebaiknya diselingi dengan
pekerjaan yang ringan selih berganti untuk mengurangi kelelahan/cidera
sehingga tercapai efisiensi.
13. Gunakan peralatan khusus untuk pekerjaan tertentu yang dilakukan secara
berulang
agar
muskuloskeletal.
hasil
kerja
optimal
dan
mengurangi
gangguan
34
16. Pegangan pada peralatan tangan sebaiknya diisolasi untuk mencegah luka
bakar dan renjatan listrik.
35
17. Sedapat mungkin kurangilah efek getaran dan kebisingan dari peralatan
tangan untuk menghindari gangguan/ penyakit akibat kerja dan
meningkatkan kenyamanan kerja.
36
20. Sediakan penerangan yang cukup di koridor, tangga, tangga yang landai di
tempat
yang
ada
orangnya
untuk
menghindari
kecelakaan
dan
21. Sediakan penerangan lampu yang memadai bagi pekerjaan sehingga dapat
bekerja secara efisien dan nyaman setiap saat.
22. Upaya ventilasi yang baik di tempat kerja untuk kenyamanan kerja.
37
38
sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh
tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa
yang panjang. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya stres atau
sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat
mengancam setiap saat.
3) Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi:
a) kelelahan fisiologis yang timbul karena adanya perubahanperubahan
fisiologis dalam tubuh,
b) kelelahan psikologis bersifat objektif dan subjektif, yang timbul karena
perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya,
dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya: kurang minat dalam
pekerjaan, monotoni kerja, tanggung jawab, kekhawatiran, konflikkonflik, yang terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa
lelah
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja Grandjean (1991)
menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat
bervariasi, dan untuk memelihara/ memepertahankan kesehatan dan efisiensi,
proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress).
Menurut Wicken, et al (2004), kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik
ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur
(sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu
tidur dan ganguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja.
Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Sumamur (1994),
Payne (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu : faktor internal
dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu :
1) Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis
kelamin, usia.
2) Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan stress.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu :
1)
2)
3)
4)
39
(1985)
menyatakan
bahwa
pendidikan
memberikan
pengetahuan bukan saja langsung dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga
landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua
sarana yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Pendidikan merupakan
suatu kekuatan dinamis dalam mempengaruhi seluruh aspek kepribadian atau
kehidupan individu.
4) Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan
kelelahan.
Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka
merasa lelah. Sebabnya ialah adanya tanggung jawab, kecemasan dan konflik.
Konflik ini bisa timbul akibat kejadian di lingkungan rumah tangganya.
Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomis nya kondisi sarana, prasarana
dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau
40
rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak
ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai
penyebab timbulnya kelelahan kerja. Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja
sebagai akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara lain irama kerja yang
tidak serasi, pekerjaan yang monoton dan kondisi tempat kerja yang
menggairahkan. Tingkat kelelahan kerja tergantung pada faktor antara lain oleh
jam kerja, periode istirahat, cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada
kenyamanan fisik, sikap mental output dan kelelahan tenaga kerja, kebisingan
dan getaran.
2. Kelalaian Kerja
Teori kecelakaan kerja Swiss Cheese Model menekankan penyebab
kecelakaan pada kelalaian/kesalahan manusia (human eror). James T. Reason
(1990) menggambarkan proses terjadinya kecelakaan melalui ilustrasi potonganpotongan keju Swiss seperti pada gambar di bawah. Lapisan-lapisan (layers)
keju tersebut menggambarkan hal-hal yang terlibat dalam suatu sistem
keselamatan, sedangkan lubang-lubang yang terdapat pada tiap lapisan tersebut
menunjukkan adanya kelemahan yang berpotensi menimbulkan terjadinya
kecelakaan. Di teori ini, James Reason membagi penyebab kelalaian/kesalahan
manusia menjadi 4 tingkatan:
a. Organizational Influences (pengaruh pengorganisasian dan kebijakan
manajemen dalam terjadinya kelalaian/kesalahan)
b. Unsafe Supervision (pengawasan yang tidak baik)
c. Precondition for Unsafe Act (kondisi yang mendukung munculnya unsafe
act)
d. Unsafe Act (perilaku atau tindakan tidak aman yang dilakukan dan
berhubungan langsung dengan terjadinya kelalaian/kesalahan)
41
42
ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain.
2. Antropometri terutama berkaitan dengan dimensi stasiun kerja dan
pengaturan alat, peralatan, serta material (Pulat 1997).
3. Antropometri tidak hanya fokus pada kesesuaian ketinggian tempat kerja,
tetapi juga bagaimana operator dapat dengan mudah mengakses kontrol dan
perangkat input (Helander, 2006).
4. Antropometri merupakan studi dan pengukuran dimensi tubuh manusia
(Wickens et al. 1998).
Tujuan penggunaan antropometri untuk pekerja adalah untuk mengurangi
tingkat kelelahan kerja,meningkatkan performasi kerja dan meminimasi potensi
kecelakaan kerja.data antropometri digunakan untuk perancangan areal kerja,
perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas tools, dan
sebagainya. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja,
computer dan perancangan lingkungan kerja fisik.
Ada 3 filosofi dasar untuk desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi
sebagai data antropometri untuk diaplikasikan (Niebel & Freivalds 2002).
1. Desain untuk Ekstrim, yang berarti bahwa untuk desain tempat atau
lingkungan kerja tertentu seharusnya menggunakan data antropometri
individu ekstrim. Contoh : penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi
dari pintu darurat.
2. Desain untuk penyesuaian, desainer seharusnya merancang dimensi peralatan
atau fasilitas tertentu yang bisa disesuaikan dengan pengguna (users). Contoh:
perancangann kursi mobil yang letaknya bisa di geser maju atau mundur, dan
sudut sandarannya pun bisa diubah.
3. Desain untuk rata-rata, desainer dapat menggunakan nilai antropometri ratarata dalam mendesain dimensi fasilitas tertentu. Contoh : desain fasilitas
umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas, maka faktor-faktor seperti panjan dari suatu dimensi tubuh baik dalam
posisi statis maupun dinamis harus diperhatikan. Hal lain yang perlu diamati
adalah berat dan pusat massa (centre of gravity) dari suatu segmen /bagian tubuh,
43
bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan
kaki, dan sebagainya. (Nurmianto, 2006).
Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh
manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika
diaplikasikan pada data perseorangan.Namun, semakin banyak jumlah manusia
yang diukur dimensi tubuhnya, maka semakin terlihat besar variasi antara satu
tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmennya
(Nurmianto, 2006).
Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas dalam hal :
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
berulang
10. Mengatur alat, kontrol, dan komponen lain secara optimal untuk
meminimalkan gerakkan.
Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu antropometri statis dan
antropometri dinamis.antropometri statis dimana pengukuran dilakukan pada saat
tubuh dalam keadaan diam/posisi diam tidak bergerak. Dan antropometri dinamis
dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang bergerak.ada
terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis yaitu pengukuran tingkat
keterampilan,sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanisdari suatu
aktivitas,dan pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan
pengukuran variabilitas kerja. (Nurmianto, 2006)
A. Pengukuran Dimensi Tubuh
44
45
46
47
Tinggi pada sikap duduk ddefinisikan sebagai tinggi puncak kepala dari
permukaan kursi pada sikap duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan
tinggi desain atap suatu kendaraan dengan menyediakan jarak puncak kepala
dengan atap kendaraan sesuai dengan yang diinginkan.
Tinggi Posisi Mata Pada Sikap Duduk (sitting eye height)
Tinggi posisi mata pada sikap duduk didefinisikan sebagai tinggi mata
(canthus internus/sudut bola mata bagian dalam) dari permukaan kursi pada
sikap duduk. Penggunaannya seperti tinggi mata saat berdiri, namun ukuran
ini diperuntukkan khusus pada orang yang hendak bekerja dalam posisi
duduk.
Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk (Sitting shoulder height)
Tinggi bahu dalam posisi duduk didefinisikan sebagai tinggi bahu
(acromion) dari kursi pada saat sikap duduk. Penggunaannya seperti tinggi
bahu pada saat berdiri, namun ukuran ini diperuntukkan khusus untuk orang
yang bekerja dalam posisi duduk.
Tinggi Siku Pada Sikap Duduk (sitting elbow height)
Tinggi siku pada sikap duduk didefinisikan sebagai tinggu siku dari
permukaan kursi pada sikap duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan
tinggi desain penopang siku (arm rest)dan permukaan meja kerja pada
pekerja yang bekerja pada posisi duduk, menjadi referensi untuk tinggi
permukaan meja kerja, letak keyboard, dan lainnya.
Tebal Paha (thight thickness/thight clearance)
Tebal paha didefinisikan sebagai jarak tegak lurus dari permuakan kursi
sampai permukaan paha yang paling tinggi (tanpa penekanan jaringan lunak)
pada sikap duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan ukuran kosong
yang dibutuhkan antara permukaan tempat duduk dan permukaan bawah meja
atau hambatan lainnya.
Jarak bokong-lutut (buttock knee length)
Jarak bokong-lutut didefinisikan sebagai jarak horizontal antara
permukaan belakang bokong sampai puncak lutut pada sikap duduk. Ukuran
ini digunakan untuk mennetukan ruang kosong yang dibutuhkan antara
sandaran kursi dan hambatan yang ada dimuka lutut.
Jarak bokong-lekuk lutut (buttock-popliteal length)
Jarak bokong-lekuk lutut didefinisikan sebagai jarak horizontal dari
pinggir belakang bokong sampai lekuk lutut. Ukuran ini digunakan untuk
menentukan desain lebar maksimal muka belakang permukaan kursi, maka
48
lebar permukaan kursi tidak melebihi jarak pinggir belakang bokong dan
lekuk lutut pekerja yang pendek.
Tinggi Lutut (popliteal height)
Tinggi lutut didefinisikan sebagai tinggi puncak lutut (insersio
m.quadrisep femoris) dari lantai pada sikap duduk standar. Ukuran ini
digunakan untuk mennetukan jarak dasar permukaan meja kerja dan
permukaan kursi.
Tinggi Lekuk Lutut (popliteal height)
Tinggi lekuk lutut didefinisikan sebagai tinggi lekuk fossa popliteal dari
lantai pada sikap duduk standar. Ukuran ini digunakan untuk menentukan
tinggi maksimal desain kursi yang tingginya. Dapat disesuaikan pada
kelompok populasi persentil ke-95.
Lebar Bahu Bideltoid (Shoulder width/sjoulder breath bideltoidea)
Lebar bahu bideltoid didefinisikan sebagai jarak terjauh dari kedua bahu,
diukur pada kedua tonjolan lateral m.deltoidea. ukuran ini digunakan untuk
menentukan lebar minimum lorong sempit, koridor, dan lainnya, agar
individu tidak kesulitan memiringkan badan ketika melalui lorong sempit.
Lebar Bahu Biakromial (Shoulder width/shoulder breath biacromial)
Lebar bahu biakromial didefinisikan sebagai jarak terjauh dari kedua
bahu, diukur pada kedua tonjol paling lateral acromion. Ukuran ini digunakan
untuk menentukan ruang kosong yang dibutuhkan pekerja yang masih
membutuhkan gerak rotasi ekstremitas atas.
Lebar Pinggul (hip breadth)
Lebar pinggul didefinisikan sebagai jarak terjauh dari kedua pinggul
pada saat posisi duduk. Ukuran ini digunakan untuk menentukan lebar
minimum desain kursiagar dapat memberikan kenyamanan duduk
pada
49
50
dipertahankan lurus dan kaku. Ukuran ini digunakan untuk referensi dalam
mendesain peganfan peralatan kerja yang digenggam.
Lebar Tangan (hand-breadth)
Lebar tangan didefinisikan sebagai jarak horizontal terjauh tangan,
diukur dengan melintasi telapak tangan. Ukuran ini digunakan untuk referensi
dalam mendesain pegangan peralatan kerja yang digenggam.
Panjang kaki (foot length)
Panjang kaki didefinisikan sebagai panjang kaki yang diukur dari
punggung tumit sampai uung distal jari kaki yang terpanjang. Ukuran ini
digunakan untuk referensi dalam mendesain pedal.
(Ridwan, 2009)
2. Dimensi Dinamis
Dimensi ini diukur pada saat tubuh dalam posisi mengerjakan beberapa
aktivitas fisik. Pada kebanyakan aktivitas fisik, misalnya mengemudi mobil,
mengoperasikan forklift, menjangkau peralatan di meja kerja, merakit peralatan
elektronik, dan lainnya. Terdapat 3 kelas pengukuran dinamis, yaitu :
a. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan
mekanis dari suatu aktivitas
Contoh : dalam mempelajari performa atlet
b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja
Contoh : jangkauan dari gerakkan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk
c. Pengukuran variabilitas kerja
Contoh : analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang
juru ketik atau operator komputer.
Berikut ini akan dijelaskan standar ukuran meja kerja bagi pekerjaan yang
dilakukan dengan berdiri, antara lain :
a. Pada pekerjaan tangan manual yang dilakukan dengan cara berdiri tinggi
meja kerja sebaiknya 5-10cm dibawah tinggi siku
b. Apabila bekerja dilakukan dengan berdiri dan pekerjaan dikerjakan diatas
meja dan dataran tinggi siku dinyatakan sebagai dataran 0 maka bidang kerja:
1) untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0+(5-10)cm
2) untuk pekerjaan ringan 0-(5-10) cm
3) untuk pekerja berat yang perlu mengangkat barang berat dan memerlukan
bekerjanya otot punggugng 0-(10-20)cm
51
c. Dari segi otot,posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk
sedangkan dari aspek tulang terbaik adalah duduk yang tegak agar punggung
tidak bungkuk dan otot perut tidak dalam keadaan yang lemas.sebagai jalan
keluar dianjurkan agar digunakan posisi duduk yang tegak dengan selingi
istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk.
d. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki sehingga
sesuai dengan tinggi lutut,sedangkan pada dalam keadaan datar
2) Tinggi papan sandaran punggung dapat di atur dan menekan dengan baik
kepada punggung
3) Lebar atas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran antropometri
pinggul misalnya lebih dari 40 cm
4) Tinggi meja kerja merupakan ukuran dasar.
e. Pekerjaan berdiri mungkin diubah menjadi pekerjaan yang menjadi posisi
duduk untuk pekerjaan dilakukan sambil berdiri bagi tenaga kerja disediakan
tempat duduk diberi kesempatan untuk duduk
f. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27 kebawah sedangkan
untuk pekerjaan duduk 32-44derajat kebawah arah penglihatan ini sesuai
dengan posisi kepala yang berada pada keadaan istirahat
g. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan juga
oleh lengan bawah pegangan dari obyek kerja harus diletakan didaerah ruang
gerak tersebut: hal ini penting lagi bila sikap tubuh berada posisi tidak
berubah.
h. Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10jam lebih dari itu
efisiensi dan kualitas kerja serta keselamatan kesehatan dan kepuasan kerja
sangat menurun
(Nurmianto, 2006)
52
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja
selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang
baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan
sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat,
membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja
serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam
pembinaannya
3.2 Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki
performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy,
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta
mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin
ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia
serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia
(human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak
seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja)
dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang
sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik
dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan
kerja yang dipakai.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anggawisastra, R., Sutalaksana, I. Z, dan Tjakraatmadja, J. H. (1979) Teknik Tata
Cara Kerja. Bandung : Departemen Teknik Industri ITB
Anonim. (2011) Landasan Hukum Keselamatan Kerja (online). Jurnal Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Diakses 16 Januari 2015
Fikri Effendi. (2002) Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Informal. Online : Cermin
Dunia Kedokteran No. 36.
Manuaba, A. (1992) Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja.
Disampaikan pada Seminar Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta 30
Januari.
Nurmianto, Eko. (2003) Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Surabaya :
Guna Widya.
OSHA. (2000) Ergonomis : The Study of Work. United States : Department of
Labour.
Pulat, B. M. (1992) Fundamentals of Industrial Ergonomis. New Jersey : Prentice
Hall.
Sumamur P.K. (1996) Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.
Toko Gunung Agung. Cetakan ketiga belas hal. 82-93.
Tarwaka, dkk. (2004) Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS. Cetakan Pertama Hal. 35; 97101;