Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia
untuk hidup. Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau
memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau
kelainan pada sistem perkemihan diantaranya adalah batu nefrolitiasis atau batu
ginjal.1
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem
perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas
yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan
memberikan dampak yang fatal.1
Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya
yaitu Nefrolitiasis. Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di
bagian pelvis renalis. 1
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di
Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada lakilaki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga
dan keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari
rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru,
dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah pasien yang
dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang.2
Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi
hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi
komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis,
avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan
mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.2

BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Nefrolitiasis


Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di bagian pelvis
renalis.

Nefrolitiasis

adalah

adanya

batu

atau

kalkulus

dalam

pelvis

renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk
kalkulus ( batu ginjal ).1

2.2 Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung
terjadi pada pasien dehidrasi).2
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :
a. Faktor endogen :
Hiperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
Hiperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
Ph urin
Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan
keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b. Faktor eksogen :
2

Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya
pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan

yang masuk
Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran
keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan

mempermudah terbentuknya batu.


Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya batu
Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses
pembentukan urin.

2.3 Patofisiologi2
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira
tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan
konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau urin sehingga membuat tempat untuk
pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh
produksi amonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya
agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose,
3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan
kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui
daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal.
Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi

Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara bersama-sama, salah


satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan
luarnya. Contohnya ekskresi asam urat yang berlebihan dalam urin akan
mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

2.4 Jenis-Jenis Batu dan Komposisi Batu2,3


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium
oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn,
da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang
terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan
timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh
batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat,
kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.

b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine

menjadi bersuasana basa

melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk


pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E coli banyak
menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah
urea.
c. Batu Asam Urat
Batu asam

urat

merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di

antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam


merupakan campuran

murni dan

sisanya

kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak


4

diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang


mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat
urikosurik

diantaranya

adalah

sulfinpirazone,

thiazide,

dan

salisilat.

Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang


yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

2.5 Tanda dan Gejala2,3


Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa,
akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih,
namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi
abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala
iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Hematuria
b. Piuria
c. Polikisuria/frequency
d. Urgency
e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada
daerah pinggang.
f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya
ke arah penis atau vulva.
h. Anorexia, muntah dan perut kembung
i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu
leukosit meningkat.
2.6 Komplikasi5
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah :
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan
gagal ginjal
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk
diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
5

d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik3
a. Pemeriksaan Urin
PH lebih dari 7,6
Sediment sel darah merah lebih dari 90%
Biakan urin
Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Pemeriksaan darah
Hb turun
Leukositosis
Urium krestinin
Kalsium, fosfor, asam urat
c. Pemeriksaan Radiologist
Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan rontgen
saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk melihat lokasi batu dan
besar batu
d. CT helikal tanpa kontras
CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien
yang diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak
memerlukan material radiokontras; dapat memperlihatkan bagian distal ureter;
dapat mendeteksi batu radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-opaque,
dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan
kelainan ginjal dan intra-abdomen selain batu yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 100
pasien yang datang ke UGD dengan nyeri pinggang, CT helikal memiliki
sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif 97% untuk
diagnosis batu ureter.
c. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi
teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa
memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif pada 123
pasien menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan CT Helikal sebagai gold
standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu
dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga sering terlewatkan dengan
ultrasonografi.
6

2.8 Penatalaksanaan 5
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
a. Obat diuretik thiazide (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi
pembentukan batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih 1,5-2 Liter / hari.
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium)
di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat
(misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu
sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat

penyakit

lain,

seperti

hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis


atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakitpenyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena
makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air
kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil
yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar
tanpa intervensi medis.
Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu
yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang
efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu
yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
A.

Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan3


Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan
7

naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat


digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat
infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui
komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat
pembentukan batu berikutnya.

B.

ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)2


Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah
batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal,
atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan
terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

C.

Endourologi4
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi
per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi
/ureterorenoskopi ini.

d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui


alat keranjang Dormia.
2.9 Pencegahan Batu Saluran Kemih3
Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat
pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier
atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :

Pencegahan Primer 3
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak
terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit
BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal
2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang
cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
Pencegahan Sekunder 3
Tujuan

dari

pencegahan

sekunder

adalah

untuk

menghentikan

perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi.


Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan
yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu
Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan
radiologis.
Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah
organ yang bersangkutan :
a.Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam
(tidak selalu).

b.Pada keadaan akut, paling sering ditemukan rasa tidak enak pada daerah pinggul
(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu
melewati ureter menuju kandung kemih.
Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan
adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena
batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara
batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.

Pencegahan Tersier3
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita
penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan
meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih
memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah
rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan
tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup
sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
2.10 Diagnosis
Diagnosis nefrolitiasis dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:
a.Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana
dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi
batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu
struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di
dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.
b.Intravenous Pyelogram (IVP)

10

Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c.Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batudan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan
untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
d.Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.

BAB III
Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Jam masuk

: Ny. Jamilah
: 67 Tahun
: Perempuan
: SD
: Ibu rumah tangga
: Jl. Chandra Kirana
: 23-02-2016
: 12.40 WIB

II. Anamnesa

Keluhan Utama

: Nyeri Perut kanan atas

Riwayat penyakit sekarang : Keluhan ini sudah dialami OS 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri di rasakan seperti tertusuk-tusuk,
hilang timbul dan menjalar hingga pinggang bagian
belakang.
Pasien juga mengeluhkan adanya demam (+), mual (+),
muntah (-), nafsu makan menurun (+). BAB (+)
11

normal, riwayat BAK rasa tidak puas dan terputusputus, nyeri saat BAK (+), BAK berdarah (-), keluar
batu saat kencing (-)
Riwayat penyakit dahulu

:-

Riwayat pengobatan

:-

Riwayat penyakit keluarga

:-

Riwayat pribadi dan kebiasaan: (-)


Riwayat alergi

: (-)

III.Status Present
Sensorium
Tekanan darah
Heart rate
Respirasi rate
Temperatur

: Compos Mentis
: 130/80 mmHg
: 91 /menit
: 24 /menit
: 37,4 C

IV. Pemeriksaan Fisik


A. Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher

: Normochefal
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Deviasi septum (-), PCH (-), sektet (-/-)
: Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
: TVJ 5-2 cmH2O ( normal ), pembesaran KGB (-)

B. Torak (Paru)
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Simetris dada kanan sama dengan dada kiri


: Stem fremitus kanan sama dengan kiri
: Sonor pada kedua lapang paru
: SP= Vesikuler (+/+), ST= Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
: Simetris dada kanan sama dengan dada kiri
: Stem fremitus kanan sama dengan kiri
: Sonor pada kedua lapang paru
: SP= Vesikuler (+/+), ST= Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)

C. Torak (Jantung)
Inspeksi

: Ictus cordis terlihat


12

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Ictus cordis teraba


: Batas jantung atas L. Parasternalis sinistra ics III
Batas jantung kanan L. Midclavicularis dextra ics V
Batas jantung kiri L. Axilaris anterior sinistra ics V
: HR : 24x/menit
A1<A2, P2>P1, T1>T2, M1>M2
Desah (-)

D. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

: Simetris
: Peristaltik usus (+) normal
: Soepel, nyeri tekan perut kanan atas (+)
: Thympani

E. Lumbal (pinggang)

: Nyeri ketok costovetebral kanan (+)

F. Genitalia

: Tidak dilakukan pemeriksaan

G. Ekstermitas
Superior
Inferior

: oedema (-/-), akral dingin (-/-)


: oedema (-/-), akral dingin (-/-)

V. Diagnosa Banding
1. Nefrolitiasis
2. Colesistitis
3. Upper tractus urinarius infection (UTI)

VI.

Diagnosa
Nefrolitiassis sinistra

VII.

Anjuran
1.
2.
3.
4.
5.

Laboratorium darah rutin


KGDR
Elektrolit
Kimia Darah
USG abdomen

VIII. Penatalaksanaan
13

Terapi :
a. Diet ML
b. IVFD RL 20 gtt/menit
c. Inj. Meropenem 1 grm/8 jam
d. Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
e. Inj. Keterolac 30 mg/8 jam
f. Bicnat 3x1
IX.

Hasil pemeriksaan penunjang


Darah lengkap
: Leukosit (21.1x103/uL), Hematokrit (34.5%),
Trombosit (86x103/uL)
KGDR
: 150 mg/dl
Elektrolit
: Dalam batas normal
Kimia Darah
: Ureum (64,9 mg/dl), Kreatinin (1,81 mg/dl)
USG Abdomen
: Nefrolitiasis sinistra
Urinalisa
: Dalam batas normal

X. Resume
Nyeri pada perut kanan atas dirasakan oleh pasien sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk, hilang timbul dan menjalar sampai ke
pinggang bagian belakang. Demam (+), mual(+), muntah (+). Riwayat BAK dirasakan
pasien tidak puas da terputus-putus riwayat kencing darah (-), keluar batu saat kencing (-),
nyeri saat BAK (+).
Dari pemeriksaaan fisik di temukan nyeri tekan perut kuadran kanan atas (+),nyeri
ketok costo vertebra angel. Pada pemeriksaan USG di dapatkan kesan nefrolitiasis sinistra
sehingga pasien di diagnosis dengan nefrolitiasis sinistra.

BAB IV
PENUTUP

14

Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di bagian pelvis
renalis. Batu ginjal terbentuk dari endapan kristal-kristal pada uroepitelium dan kemudian
menumpuk dan membentuk batu yang komposisinya dapat berupa batu kalsium, batu asam
urat, batu struvit, dan batu systein.
Gejala klinis batu ginjal terutama nyeri baik kolik maupun non kolik dan juga
hematuria. Penatalaksanaan batu ginjal dapat berupa medikamentosa, ESWL, PNL ataupun
operasi terbuka.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014
2. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta. 2008
3. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
15

EGC:Jakarta. 2005
4. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI:Jakarta. 2007
5. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998

16

Vous aimerez peut-être aussi