Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia
untuk hidup. Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau
memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau
kelainan pada sistem perkemihan diantaranya adalah batu nefrolitiasis atau batu
ginjal.1
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem
perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas
yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan
memberikan dampak yang fatal.1
Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya
yaitu Nefrolitiasis. Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di
bagian pelvis renalis. 1
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di
Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada lakilaki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga
dan keempat. Angka kejadian batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari
rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru,
dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah pasien yang
dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang.2
Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi
hidronefrosis, lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi
komplikasi-komplikasi, diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis,
avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan
mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.2
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
Nefrolitiasis
adalah
adanya
batu
atau
kalkulus
dalam
pelvis
renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk
kalkulus ( batu ginjal ).1
2.2 Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat
terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara
normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung
terjadi pada pasien dehidrasi).2
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :
a. Faktor endogen :
Hiperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
Hiperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
Ph urin
Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan
keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b. Faktor eksogen :
2
Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya
pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan
yang masuk
Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran
keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan
2.3 Patofisiologi2
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira
tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan
konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau urin sehingga membuat tempat untuk
pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh
produksi amonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya
agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose,
3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan
kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui
daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal.
Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine
urat
murni dan
sisanya
diantaranya
adalah
sulfinpirazone,
thiazide,
dan
salisilat.
d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik3
a. Pemeriksaan Urin
PH lebih dari 7,6
Sediment sel darah merah lebih dari 90%
Biakan urin
Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Pemeriksaan darah
Hb turun
Leukositosis
Urium krestinin
Kalsium, fosfor, asam urat
c. Pemeriksaan Radiologist
Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan rontgen
saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk melihat lokasi batu dan
besar batu
d. CT helikal tanpa kontras
CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien
yang diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak
memerlukan material radiokontras; dapat memperlihatkan bagian distal ureter;
dapat mendeteksi batu radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-opaque,
dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan
kelainan ginjal dan intra-abdomen selain batu yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 100
pasien yang datang ke UGD dengan nyeri pinggang, CT helikal memiliki
sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif 97% untuk
diagnosis batu ureter.
c. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi
teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa
memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif pada 123
pasien menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan CT Helikal sebagai gold
standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu
dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga sering terlewatkan dengan
ultrasonografi.
6
2.8 Penatalaksanaan 5
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
a. Obat diuretik thiazide (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi
pembentukan batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih 1,5-2 Liter / hari.
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium)
di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat
(misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu
sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat
penyakit
lain,
seperti
B.
C.
Endourologi4
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi
per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi
/ureterorenoskopi ini.
Pencegahan Primer 3
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak
terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit
BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal
2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang
cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
Pencegahan Sekunder 3
Tujuan
dari
pencegahan
sekunder
adalah
untuk
menghentikan
b.Pada keadaan akut, paling sering ditemukan rasa tidak enak pada daerah pinggul
(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu
melewati ureter menuju kandung kemih.
Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan
adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena
batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara
batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.
Pencegahan Tersier3
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita
penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan
meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih
memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah
rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan
tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup
sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
2.10 Diagnosis
Diagnosis nefrolitiasis dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:
a.Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana
dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi
batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu
struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di
dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.
b.Intravenous Pyelogram (IVP)
10
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c.Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batudan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan
untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
d.Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.
BAB III
Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Jam masuk
: Ny. Jamilah
: 67 Tahun
: Perempuan
: SD
: Ibu rumah tangga
: Jl. Chandra Kirana
: 23-02-2016
: 12.40 WIB
II. Anamnesa
Keluhan Utama
Riwayat penyakit sekarang : Keluhan ini sudah dialami OS 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri di rasakan seperti tertusuk-tusuk,
hilang timbul dan menjalar hingga pinggang bagian
belakang.
Pasien juga mengeluhkan adanya demam (+), mual (+),
muntah (-), nafsu makan menurun (+). BAB (+)
11
normal, riwayat BAK rasa tidak puas dan terputusputus, nyeri saat BAK (+), BAK berdarah (-), keluar
batu saat kencing (-)
Riwayat penyakit dahulu
:-
Riwayat pengobatan
:-
:-
: (-)
III.Status Present
Sensorium
Tekanan darah
Heart rate
Respirasi rate
Temperatur
: Compos Mentis
: 130/80 mmHg
: 91 /menit
: 24 /menit
: 37,4 C
: Normochefal
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Deviasi septum (-), PCH (-), sektet (-/-)
: Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
: TVJ 5-2 cmH2O ( normal ), pembesaran KGB (-)
B. Torak (Paru)
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
C. Torak (Jantung)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
D. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Simetris
: Peristaltik usus (+) normal
: Soepel, nyeri tekan perut kanan atas (+)
: Thympani
E. Lumbal (pinggang)
F. Genitalia
G. Ekstermitas
Superior
Inferior
V. Diagnosa Banding
1. Nefrolitiasis
2. Colesistitis
3. Upper tractus urinarius infection (UTI)
VI.
Diagnosa
Nefrolitiassis sinistra
VII.
Anjuran
1.
2.
3.
4.
5.
VIII. Penatalaksanaan
13
Terapi :
a. Diet ML
b. IVFD RL 20 gtt/menit
c. Inj. Meropenem 1 grm/8 jam
d. Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
e. Inj. Keterolac 30 mg/8 jam
f. Bicnat 3x1
IX.
X. Resume
Nyeri pada perut kanan atas dirasakan oleh pasien sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk, hilang timbul dan menjalar sampai ke
pinggang bagian belakang. Demam (+), mual(+), muntah (+). Riwayat BAK dirasakan
pasien tidak puas da terputus-putus riwayat kencing darah (-), keluar batu saat kencing (-),
nyeri saat BAK (+).
Dari pemeriksaaan fisik di temukan nyeri tekan perut kuadran kanan atas (+),nyeri
ketok costo vertebra angel. Pada pemeriksaan USG di dapatkan kesan nefrolitiasis sinistra
sehingga pasien di diagnosis dengan nefrolitiasis sinistra.
BAB IV
PENUTUP
14
Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di bagian pelvis
renalis. Batu ginjal terbentuk dari endapan kristal-kristal pada uroepitelium dan kemudian
menumpuk dan membentuk batu yang komposisinya dapat berupa batu kalsium, batu asam
urat, batu struvit, dan batu systein.
Gejala klinis batu ginjal terutama nyeri baik kolik maupun non kolik dan juga
hematuria. Penatalaksanaan batu ginjal dapat berupa medikamentosa, ESWL, PNL ataupun
operasi terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014
2. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta. 2008
3. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
15
EGC:Jakarta. 2005
4. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI:Jakarta. 2007
5. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998
16