Vous êtes sur la page 1sur 6

A.

Pengertian Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi

dapat

dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan


emulgator (emulsifying agent).
Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang
sebetulnya tdk dapat bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak
lemak.Salah satu dari zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil
kedalam

zat

cair

yang

lain

distabilkan

dengan

zat

pengemulsi

(emulgator/emulsifiying/surfactan). Sedang menurut Farmakope Indonesia edisi


ke III, emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfactan yang cocok. Dalam batas emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase
dalam dan medium dispersi sebagai fase luar atau kontinu. Emulsi yang
mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air
dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi m/a. Sebaliknya emulsi yang
mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak
dan dikenal sebagai emulsi a/m. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat
kontinu, suatu emulsi minyak dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan air
atau suatu preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil,
perlu fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying
egent). Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi
dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).
B. Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1.

Komponen dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri atas:
A. Fase dispers / fase internal / fase diskontinue Yaitu zat cair yang
terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
A. Fase kontinue / fase external / fase luar

Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari
emulsi tersebut.
B. Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2.

Komponen tambahan

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada

emulsi

untuk

memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris,
preservative (pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil
merkuri asetas dan lain lain.Antioksidan yang digunakan antara lain asam
askorbat, L.tocopherol, asam sitrat, propil gallat , asam gallat.
C.

Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun

external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :


1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2.

Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.

D.

Tujuan pemakaian emulsi


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari

campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.


Tujuan pemakaian emulsi adalah :
A. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w
B. Dipergunakan sebagai obat luar.Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung
banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang
dikehendaki.

E.

JENIS-JENIS EMULSI
1. Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas.
Aerosol cair seperti hairspray, asap rokok dan obat nyamuk
semprot dapat membentuk sistem koloid dengan bantuan bahan
pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti
sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.

2. Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi


cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan
jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya
salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya
adalah pada susu. Sifat emulsi cair yang penting ialah: demulsifikasi dan
pengenceran.
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium
pendispersinya.
3. Emulsi Padat (Gel)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi
dalam zat fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium
fase padat. Contohnya mentega.
Gel yang dibedakan menjadi gel elastic dan gel non elastic dimana
gel elastic ikatan partikelnya tidak kuat sedangkan non elastic ikatan antar
partikelnya membentuk ikatan kovalen yang kuat
F.

keuntungan Sediaan Emulsi :


1. Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak

menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila
diformulasikan menjadi emulsi.

2. Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut


diberikan secara oral dalam bentuk emulsi.
3. Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila
diinginkan.
4. Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran
(greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermal.
5. Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara
intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi.
6. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar
daripada jika dibandingkan dengan sediaan lain.
7. Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada preparat
fase tunggal, sebagian besarlemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang
dimaksudkan untuk pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif memakan biaya,
akibatnya pengenceran dengan suatu pengencer yang aman dan tidak mahal
seperti air sangat diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran

dan

penampilan tidak dirusak.\


G.

Kerugian emulsi :
Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan

khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk membuatnya sebagai sediaan
yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan dan menimbulkan
sedikit mungkin masalah-masalah yang berhubungan.

H.

Cara Pembuatan Emulsi


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan

:
1.

Metode gom kering atau metode kontinental.

Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi,
baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
2.

Metode gom basah atau metode Inggris.

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar
membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk
mem-bentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
3.

Metode botol atau metode botol forbes.

Digunakan untuk minyak menguap dan zat zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam
botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian
campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit
sambil dikocok.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., (2000). Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi Dan Emulsi. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Anief, Moh. (2005). Ilmu Meracik Obat, cetakan XII. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Ansel, H.C., (1989). Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press: Jakarta

Atmadja. (2000). Studi Pemurnian Dan Karakterisasi Emulsifaier


Campuran Mono Dan Diasilgliserol Yang Diproduksi Dari Distilat Asam
Lemak

Minyak

Sawit

Dengan

Teknik

Esterifikasi

Enzimatis

Menggunakan Lipase Rhizomucor Miehe. Skripsi. Institut Pertanian


Bogor: Bogor
Ditjen POM. 1994. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indinesia: Jakarta.
Ditjen POM. (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI: Jakarta,
474, 509.
Levine, I., (1983). Physical Chemistry. Second Edition. Mcgraw-Hill Book
Company: New York
Moechtar. (1989). Farmasi Fisika Bagian Larutan Dan Sistem Dispers. ,
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
Oktavia, e. 2006. studi pendahuluan polimerisasi emulsi opal (colorant
emulsion)

polistirena-Ko-Polibutil

akrilat.

Program

departemen kimia FMIPA UI: Depok


Sukardjo. (1989). Kimia Fisika. Penerbit Rineka Cipta: Yogyakarta
Syamsuni.2006. Ilmu Resep. ECG : Jakarta

magister

Vous aimerez peut-être aussi