Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal
menyebutkan bahwa
dan antihipertensi. Kandungan aktif utama dari minyak volatil jinten hitam,
thymoquinone, dilaporkan dapat mencegah kerusakan hepar pada tikus putih
yang diinduksi etanol melalui mekanisme sebagai antioksidan dan antiinflamasi
(Alsaif, 2007). Thymoquinone dan komponen carvacrol, t-anethole and 4terpineol
memiliki
aktivitas
penyapu
radikal
bebas
pada
test
dengan
Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak Nigella sativa terhadap
kadar AT1-AA serum dan Endothelin1 di plasenta pada mencit yang diinjeksi
serum ibu preeklampsia berat.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan khusus
1. Membuktikan kadar AT1-AA serum pada mencit yang diinjeksi serum
ibu preeklampsia berat.
2. Membuktikan ekspresi Endothelin1 di plasenta pada mencit yang
diinjeksi serum ibu preeklampsia berat.
3. Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak Nigella Sativa terhadap
kadar AT1-AA serum pada mencit yang diinjeksi serum ibu
preeklampsia berat.
4. Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak Nigella Sativa terhadap
ekspresi Endothelin 1 di plasenta pada mencit yang diinjeksi serum
ibu preeklampsia berat.
5. Membuktikan dosis ektrak Nigella Sativa yang paling bermakna
terhadap kadar AT1-AA serum dan Endothelin di plasenta pada mencit
yang diinjeksi serum ibu preeklampsia berat.
1.3.3
Manfaat
a. Pengembangan penggunaan ekstrak jinten hitam sebagai terapi
alternatif pada penatalaksanaan preeklampsia.
b. Memberikan prospek yang lebih baik terhadap pengembangan
budidaya dan pemanfaatan jinten hitam sebagai obat herbal yang
dapat menunjang pengobatan medis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Preeklampsia
2.1.1
Definisi
Preeklampsia dalam bahasa awam dikenal sebagai keracunan dalam
membahas
tentang
preeklampsia,
klasifikasi
hipertensi
dalam
kehamilan juga harus diketahui terlebih dahulu. Menurut NHBPEP (National High
Blood Pressure Education Program ) terminologi hipertensi dalam kehamilan
dibagi menjadi empat yaitu hipertensi kronik, preeklampsia-eklampsia, hipertensi
kronik
dengan
superimposed
preeklampsia,
dan
hipertensi
gestasional.
dengan 75% kasus terjadi pada primigavida. Salah satu interpretasinya adalah
bahwa ibu mempunyai memori imunologi untuk kehamilan pertamanya dan
secara terminologi imunologi konvensional, kehamilan akan menginduksi
toleransi pada kehamilan berikutnya. Belum ada penjelasan yang memuaskan
mengapa kehamilan pertama berisiko preeklampsia dan mengapa kehamilan
berikutnya secara umum normal (Moffet, A., Hibby,S. 2007).
Kurang lebih 40 sampai 50 persen wanita multipara yang didiagnosis
preeklampsia, mempunyai riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
(Noris, A, Perico, N, remuzzi, G. 2005). Jika kondisinya mengharuskan
persalinan sebelum usia kehamilan 32 minggu pada kehamilan sebelumnya,
maka odds ratio untuk terulangnya preeklampsia meningkat lebih dari 40%.
Selanjutnya usia ibu lebih dari 35 tahun juga meningkatkan kemungkinan
kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter) lebih dari 25 pada awal
kehamilan akan mengalami hipertensi dibandingkan dengan yang IMT-nya lebih
rendah, tetapi belum tentu menjadi hipertensi gestasional maupun preeklampsia.
Terjadi peningkatan risiko preeklampsia dari 4,3% pada penderita dengan IMT
kurang dari 19,8 kg/m2 menjadi 13,3% pada penderita dengan IMT lebih dari 25
kg/m2 (Li,D, Wi,S. 2000)
Kehamilan multipel mempunyai dua kali risiko mengalami preeklampsia.
Sedangkan diabetes mellitus pragestasional juga merupakan faktor risiko lain
untuk preeklampsia, insidensinya berkisar antara 9% sampai dengan 66% pada
penderita dengan riwayat diabetik nefropati. Besarnya massa plasenta baik pada
kehamilan multipel maupun kehamilan dengan diabetes mellitus merupakan
penyebabnya (Noori,M., Savvidou,M., Williams,D. 2007).
2.1.3
Patofisiologi Preeklampsia
Patogenesis preeklampsia secara umum terdiri dari dua tahapan proses.
2.1.4
sitotrofoblas ke arteri spiralis ibu. Remodelling arteri spiralis ini akan merubah
arteri spiralis menjadi pembuluh darah lebar dengan tahanan yang rendah,
dimulai pada akhir trimester pertama dan berakhir pada minggu ke 18 sampai
dengan 20 dan hasilnya adalah penggantian endotel dan otot tunica media.
Pada preeklampsia proses plasentasi yang normal tidak terjadi. Pada
preeklampsia tidak semua arteri spiralis di segmen desidua mengalami invasi sel
sel endovascular trofoblas. Selain itu invasi sel-sel endovascular trofoblas ke
dalam arteri spiralis hanya terjadi sampai segmen desidua dan remodeling hanya
terbatas pada arteri spiralis di desidua yang diinvasi oleh sel sel trofoblas. Arteri
yang tidak mengalami invasi tetap memiliki dinding pembuluh darah dengan
jaringan otot polos. Sehingga arteri spiralis tetap kaku dan dapat berkontraksi
dengan rangsangan zat vasokonstriktor. Proses ini sangat bergantung dari tipe
sel plasenta yang terspesialisasi, yaitu sitotrofoblas ekstravillous (Extravillous
cytotrophoblast [EVT]), yang bersifat invasif. EVT bermigrasi menuju arteria
spiralis dan menggantikan lapisan endothelial dan merubah arteri spiralis yang
sempit dan memiliki resistensi tinggi menjadi melebar dan memiliki resistensi
yang rendah, sehingga meningkatkan kapasitas dari sirkulasi uteroplasentral
dalam mendukung pertumbuhan fetus. Pada preeklampsia, arteri spiralis hanya
mengalami remodelling secara parsial sehingga aliran darah ke plasenta lebih
rendah dibandingkan dengan kehamilan normal. Selama tahap awal plasentasi
(sebelum kehamilan 10-12 minggu), ketika EVT bermigrasi menuju arteria
spiralis, mereka membentuk plug dan menutupi arteri, mencegah aliran darah
dari plasenta dan menimbulkan lingkungan dengan oksigen rendah yang
dibutuhkan untuk organogenesis fetal dan perkembangan dari tipe sel plasenta
lain. Pada minggu 13-14 gestasi, arteria spiralis mulai mengalami pelepasan plug
dan remodelling, menimbulkan peningkatan aliran darah dan konsentrasi oksigen
(Lyall,F, Greer, I.A. 2008) (Gambar 2.2).
10
2.1.5
yang
mengalami
hipoksia
adalah
kunci
utama
pada
receptor
autoantibodies
(AT1-AA).
Faktor-faktor
tersebut
akan
11
12
Gambar 2.4 Peran TNF dan NF-kB dalam stress oksidatif pada
patogenesis preeklampsia.
Oxidized low density lipoprotein (oxLDL), angiotensin II (ANG II) dan
tumor necrosis factor (TNF) terikat pada reseptor LDL (LOX-1), reseptor ANG II
( AT1R), dan reseptor TNF (TNFR), dan mengakibatkan superoxide anion (O2)
melalui NAD(P)H oxidase. Nitric oxide bereaksi dengan superoxide anion
membentuk peroxynitrite (ONOO). Peroxynitrite meningkatkan inducible NOS
(iNOS) dan ekspresi intercellular cell adhesion molecule 1 (ICAM-1), melalui
aktivasi NF-kB. Dan menurunkan prostacyclin synthase, yang berujung pada
inflamasi
dan
Metalloproteinase
vasokonstriksi.
2
(MMP2),
Peroxynitrite
serta
juga
meningkatkan
mengaktivasi
kadar
Matrix
vasokonstriktor
13
peningkatan sitokin T helper 2 (interleukin 4,5,6, dan 13) yang berperan pada
imunitas seluler dan mencegah reaksi penolakan imun terhadap janin. Pada
preeklampsia terjadi gangguan keseimbangan respon imun tersebut, yang akan
berakibat pada invasi trofoblas yang buruk dan remodeling arteri spiralis yang
tidak sempurna, sehingga terjadi hipoksia pada plasenta.
Hipoksia plasenta
akan merangsang terlepasnya IL-6 dan TNF dari limfosit yang teraktivasi dan
macrofag (Laresgoiti-Servitje et al., 2010; Fon&Formumbod, 2011).
Meningkatnya pelepasan IL6 yang disebabkan penurunan perfusi
plasenta menjadi salah satu mekanisme diproduksinya AT1-AA oleh sel limfosit
B. Peningakatan AT1-AA akan menyebabkan aktivasi endotelin-1, stres oksidatif,
faktor antiangiogenik, dan meningkatkan kepekaan terhadap angiotensin II
(Gambar 2.3) ( (LaMarca et al., 2011)
14
perfusi
menyebabkan
plasenta
terjadinya
pada
IUGR,
kondisi
yang
oligohidramnion,
lebih
atau
ekstrim
dapat
kematian
janin
intrauterin. Menariknya, tikus hamil dan babon dapat mengalami hipertensi dan
proteinuria pada kondisi uteroplasenta iskemia, menunjukkan peranan hipoksia
plasenta dalam perkembangan penyakit ibu (Powe et al., 2011 ).
Pada
preeklampsia,
pemeriksaan
plasenta
stres
dan
oksidatif
darah
ibu.
dapat
Pada
dibuktikan
plasenta
baik
dari
preeklampsia
menghasilkan superoxide dalam jumlah yang lebih besar dan memiliki kadar
antioksidan lebih sedikit dibandingkan pada plasenta normal. Serum ibu
dengan kehamilan preeklampsia menunjukkan bukti modifikasi oksidatif dari
protein dan partikel lipoprotein. Kadar antioksidan juga telah dilaporkan
menurun pada wanita dengan preeklampsia. Sayangnya, sebagian besar
penelitian tidak menunjukkan efek antioksidan vitamin C dan vitamin E pada
resiko preeklampsia. Meluruhnya debris plasenta juga diduga menyebabkan
peningkatan stres oksidatif dan disfungsi endotel pada preeklampsia. Kelainan
plasenta
dan
iskemia
uteroplasenta
dapat
menyebabkan
meluruhnya
Darah
16
Penelitian
dengan tinggi TNF- akan menyebabkan peningkatan kadar sFlt-1 pada mencit
hamil. TNF- pada serum akan berikatan dengan reseptor TNF- pada mencit
dan ikatan ini akan menstimulasi pembentukan formasi HIF-1 dengan
meningkatkan transkripsi subunit HIF-1, yaitu HIF-1 (Sandau KB et all, 2001).
HIF-1 bekerja sebagai aktivator dari transkripsi sFlt-1. HIF-1 terdiri dari sub unit
HIF 1 dan sub unit HIF-1. HIF 1 adalah sub unit HIF-1 yang di ekspresikan
secara konstan, sedangkan HIF-1 adalah sub unit HIF-1 yang secara normal di
ekspresikan
pada
kondisi
hipoksia
dengan
mengeblok
mekanisme
17
Penurunan
VEGf dan PlGF akan menurunkan ikatan antara VEGF dengan VEGFR-1 dan
VEGFR-2 dan ikatan anatara PlGF dengan VEGFR-1. Penurunan aktivasi
VEGFR-2 akan menurunkan aktivasi eNOS sehingga kadar sintesa NO juga
menurun.
Nitric
oxide
(NO)
adalah
vasodilator
natural
dan
berfungsi
akan
menurunkan
kadar
endothelin
(ET-1)
yang
merupakan
2.3
AT1-AA
2.3.1
Definisi AT1-AA
Preeklampsia merupakan penyakit hipertensi yang dapat mengancam
kehamilan. Kondisi ini ditandai salah satu dengan adanya autoantibodi yang
mengaktifkan reseptor angiotensin utama AT1. AT1-AA adalah agonis antibody
yang dapat mengaktifkan reseptor angiotensin tipe 1 (AT1). Penelitian yang
dilakukan selama beberapa dekade terakhir telah menunjukkan bahwa
18
autoantibodi ini mengaktifkan reseptor AT1 pada berbagai jenis sel dan
memprovokasi respon biologis yang relevan dengan patofisiologi preeklampsia.
2.3.2
hipertensi, proteinuria dan berbagai fitur lain dari preeklampsia termasuk janin
yang kecil dan plasenta. Temuan ini menunjukkan peran patofisiologi
autoantibodi tersebut pada preeklampsia (Xia &Kellems, 2009).
Respon berbagai sel terhadap aktivasi AT1-AA pada AT1 reseptor pada
keadaan seperti preeklampsia seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
19
20
2.4
ENDOTHELIN 1
2.4.1
Definisi Endothelin 1
Endothelin merupakan vasokonstriktor yang kuat (Boesen, 2015). Ada
tiga macam anggota gen ET pada mamalia, yaitu ET-1, ET-2, dan ET-3. Ketiga
gen tersebut menghasilkan protein yang tersusun dari 21 asam amino dengan 2
jembatan disulfide (Kohan, Rossi, Inscho, & Pollock, 2011). Banyak studi
melaporkan bahwa produksi ET-1 dipengaruhi adanya faktor transkripsi gen
termasuk activator protein 1 (AP-1), nuclear factor of activated T-cells (NFAT)binding domains, GATA binding protein 2 (GATA2), CAAT-binding nuclear factor-1
(NF-1) dan masih banyak yang lain. mRNA ET-1 pada manusia mengkode 212
asam amino preproendothelin 1 (preproET-1). Prepro ET-1 dipecah menjadi 38
asam amino yang disebut sebagai Big Endothelin 1 (Big ET-1). Big ET-1 telah
berada didalam sirkulasi namun kurang memiliki potensi sebagai vasokonstriktor
bila dibandingkan dengan ET-1 matur. Perubahan big ET-1 menjadi endothelin 1
matur (ET-1) utamanya disebabkan oleh peran dari Endothelin Converting
Enzym (ECE-1)(Kohan et al., 2011).
21
22
sel endotel sedangkan pada kondisi patologis ET-1 diproduksi dalam jumlah
besar (Ito et al, 1993). Peningkatan konsentrasi ET-1 ini menginduksi tejadinya
vasokonstriksi dan menghasilkan hipertensi pada preeklampsia (Jain, 2012).
Adanya rangsangan seperti hipoksia, iskemia, dan sheer stress dapat
menginduksi transkripsi dari mRNA ET-1 yang terjadi dalam beberapa menit
(Kohan et al., 2011).
2.5
2.5.1
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
23
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Marga : Nigella
Spesies : Nigella sativa
2.5.2
Deskripsi Tanaman
Nama lainnya adalah Black Seed (Inggris) atau Habattusauda (Arab).
Nigella sativa merupakan tumbuhan berbunga yang berasal dari Asia Barat
Daya. Meskipun Nigella sativa merupakan tumbuhan asli daerah mediterania,
namun juga telah banyak tumbuh di belahan dunia lain, yang meliputi Arab
Saudi, Afrika Utara, dan sebagian Asia (Hosseinzadeh et al., 2007). Tumbuhan
ini tumbuh hingga mencapai tinggi 20-30 cm, dengan daun hijau lonjong, ujung
dan pangkal runcing, tepi beringgit,dan pertulangan menyirip. Bunganya
majemuk, bentuk karang, kepala sari berwarna kuning, mahkota berbentuk
corong berwarna antara biru sampai putih, dengan 5-10 kelopak bunga dalam
satu batang pohon (Hutapea, 1994).
Tanaman ini biasanya tumbuh di Eropa, Timur Tengah dan Asia Barat.
Jintan hitam tumbuh pada keadaan tanah semi arid. Bunga jintan hitam juga
ditandai dengan adanya nektar. Biji jintan hitam berukuran kecil dengan berat
antara 1-5 mg berwarna abu-abu gelap atau hitam dengan permukaan kulit
yang berkerut.
Buahnya berupa kapsul yang besar dan menggembung terdiri dari 3- 7
folikel yang menjadi satu, dimana masing-masing folikel ini mengandung
beberapa biji. Biji ini biasanya digunakan sebagai bumbu dapur (Anonim, 2000).
Biji jintan hitam berujung tajam saperti bentuk biji wijen, keras, dan lebih
24
2.5.3
dan
longifoline. Terdapat
dua
senyawa
baru
yaitu
2(IH)-
25
Dari penelitian yang telah lalu, diketahui bahwa komponen utama dari
biji jinten hitam adalah thymoquinone, thymohydroquinone, thymol, carvacrol,
nigellicine, nigellimine, nigellimine-N-oxide, nigellidine, dan alpha hedrin (Al
Jabre dkk, 2003). Sedangkan komponen utama pada minyak jinten hitam
adalah p-cymene (33,8%), thymol (26,8%), dan thymoquinone (3,8%) (Moretti
et al., 2004).
Thymoquinone yang terdapat dalam biji jinten hitam ini memiliki fungsi
proteksi
melawan
nefrotoksisitas
dan
hepatotoksisitas.
Selain
itu
juga
26
adalah menurunkan tekanan darah dan meningkatkan respirasi (Ali dan Blunden,
2003).
27
mempengaruhi fibroblas secara langsung. Oleh karena itu mineral ini juga
diperlukan
untuk
pembentukan
kolagen
yang
penting
dalam
tahap
hitam
yaitu
thymoquinone,
thymol,
tannin,
dan
stigmasterol.
28
salah satu komponen jinten hitam yang memiliki peran penting dalam efek
farmakologis. Hasil penelitian Chakavarti secara in vitro menunjukkan bahwa
nigellon (salah satu polimer karbonil thymoquinone) dapat menurunkan histamin
darah yang diproduksi sel-sel mast melalui penurunan kadar kalsium (Ca2+)
intrasel. Thymoquinone juga dapat menurunkan sitokin-sitokin hasil produksi Th2
yaitu IL-4, IL-5 dan IL-13 serta penurunan Ig E serum (Gazzar ME, 2006).
Thymoquinone pada jinten hitam juga dilaporkan memiliki kemampuan
menghambat sitokin-sitokin inflamasi seperti TNF. Interleukin-1 dan interleukin6 dan faktor-faktor transkripsi, nuclear factor-KB (NF-kB). Thymoquinone sebagai
inhibitor
inflamasi
bekerja
melalui
aksi
antiinflamasi
dan
proapoptosis.
Thymoquinone memiliki efek inhibitor ringan pada ekspresi COX-1 dan produksi
PGE2 pada model tikus yang mengalami inflamasi jalan nafas akibat reaksi
alergi (Boskabady et al., 2010)
Proses inflamasi melibatkan peran NF-kB yaitu suatu faktor transkripsi
dari sitokin inflamasi (IL1, IL2, IL6, IL8, IL12, TNF ), molekul adhesi (ICAM-1,
VCAM-1) dan protein antiapoptosis.
29
Menghambat NF-kB
Menghambat TNF-
Menghambat COX dan LO
Menghambat sitokin inflamasi
Menurunkan molekul adhesi
Jinten Hitam Sebagai Antioksidan
Antioksidan seperti glutathione, -tocopherol, ascorbic acid, superoxide
30
penyakit
seperti
kardiovaskuler,
kanker
dan
penyakit
pemadam
oksigen
tunggal,
sementara
thymoquinone
dan
seefektif
31
pembentukan radikal hidroksil. Selain itu, enzim antioksidan hati (SOD dan
glutathione peroxidase GPx) secara signifikan meningkat pada tikus yang diobati
dengan thymoquinone (Leong et al., 2013).
Pemberian thymoquinone memulihkan kegiatan antioksidan nonenzimatik
(GSH dan vitamin C) dan enzimatik (SOD, CAT, GPx, dan glutathione-Stransferase GST) serta dapat menurunkan kadar malondialdehyde (MDA) pada
tikus otak ke tingkat normal. Selain itu, suplementasi Thymoquinone dapat
mengembalikan kadar normal urea darah, kreatinin, zat asam thiobarbituric
reaktif (TBARS), dan nitrat oksida (NO), penurunan pada kadar GSH, GPx, CAT,
dan adenosin trifosfat (ATP) kembali ke kadar normal. Temuan dari penelitian ini
menunjukkan efek proteksi yang kuat dari thymoquinone karena kemampuannya
untuk menurunkan stres oksidatif dan melestarikan kegiatan enzim antioksidan
(Leong et al., 2013)
Ringkasan peran jinten hitam dalam menghambat stress oksidatif antara
lain :
1. Menghambat peroksidasi lipid
2. Memusnahkan radikal bebas
3. Meningkatkan kerja enzim antioksidan : superokside dismutase (SOD).
Glutathione (GSH).
2.5.7
32
33
tergantung dosis. Ketika Ca2 + chanel diblokir, jumlah Ca2 + yang masuk ke otot
polos pembuluh darah berkurang dan akhirnya mengarah ke peningkatan
vasorelaksasi (Leong et al., 2013)
Ginjal memainkan peranan yang penting dalam pengaturan tekanan
darah pada patogenesisi preeklampsia. Zou et al tahun 2000 melaporkan bahwa
ekstrak jinten hitam sebanyak 0,6 mL/kb selama 15 hari menyebabkan
peningkatan efek diuresis sebesar 16%. Efek diuretik jinten hitam
dikaitkan
dengan peningkatan ekskresi Na+, K+, Cl- dan urea melalui urine. Hal ini
membuat dugaan bahwa jinten hitam dapat menurunkan tekanan darah melalui
aksi diuretiknya. Penurunan kadar air dan elektrolit akan menyebabkan
penurunan volume darah, yang nantinya bertahap akan menyebabkan
penurunan cardiac output, adalah salah satu determinan pengatur
tekanan
darah. Pada studi yang lain, ekstrak jinten hitam juga menunjukkan hasil yang
sama dengan peningkatan glomerular filtration rate, urine output dan elektrolit
output. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA) juga berkontribusi dalam
pengaturan tekanan darah dengan mengontrol volume darah dan resistensi
pembuluh darah perifer. Namun, efek yang diobservasi pada jinten hitam tidak
menunjukkan pengaruh pada aktivitas rennin maupun plasma ACE setelah 20
hari pemberian. Oleh karena itu tampaknya aksi antihipertensi jinten hitam tidak
berkaitan dengan sistem RAA. Namun masih diperlukan bebagai studi lanjutan
untuk mengevaluasi hipotesa ini (Leong et al., 2013).
34
35
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1
Kerangka Teori
Implantasi plasenta yang abnormal
Penurunan aliran darah dalam ruang intervillus di
Hipoksia dan iskemia
TNF dan IL-6
Aktifasi NFK
AT1-AA
NADPH
TNF
ROS
HIF-1
sFLT 1
Free VEGF
Keterangan Kerangka Teori :
sENG
Free PlGF
TGF
Serum ibueNOS,
preeklampsia berat yang diinjeksikan intra peritoneal 0.1 ml
masing-masing padaNO
hari ke 10 dan
ET 11 dapat menyebabkan peningkatan IL-6
yang diproduksi oleh sel endotel, sel phagosit, sel macrophage, sel mast dan
Disfungsi Endotel (VCAM-1, ICAM-
tanskripsi IL-6 (Leonard et al. 1999). Peningkatan kadar IL-6 akan menginduksi
Proteinuria
Odema sel Hipertens
synSyndrome
perubahan
T helper imenjadi
Th17uriaUrine
yang HELPP
akan diikuti
oleh penurunan rasio
Treg:Th17 (Laresgoiti-Servitje 2013). Kondisi ini akan diikuti oleh perubahan sel
36
B menjadi sel B CD19+ dan CD5+. Type sel B ini bersifat autoreactive yang
menyebabkan peningkatan sekresi angiotensin II type 1 receptor agonistic
autoantibody (AT1-AA) (Jensen et al. 2012). Peningkatan AT1-AA selanjutnya
meningkatkan produksi TNF-, proses ini terjadi secara terus menerus sehingga
ditemukan peningkatan TNF- yang menetap pada sirkulasi maternal. TNF-
dapat mengaktivasi NF-B, yang selanjutnya akan menginduksi pelepasan
sitokin proinflamasi dan mengakibatkan peningkatan aktivasi iNOS serta
peningkatan produksi peroxynitrate setelah NO berikatan dengan superoxide
yang jumlahnya sangat meningkat pada preeklampsia (Roberts 2014).
Aktivasi NF-B menyebabkan peningkatan HIF1- yang selanjutnya
peningkatan produksi sFLT-1 oleh sel-sel trofobast (Rius et al. 2008).
Peningkatan sekresi faktor-faktor antiangiogenik (sFLT-1 dan sENG) ke dalam
sirkulasi maternal Inflamasi sistemik maupun stress oksidatif secara terpisah
dan atau bersama-sama menyebabkan kerusakan pada sel endotel.
Ekstrak biji Nigella sativa (jinten hitam) akan bekerja sebagai
antiinflamasi
dan antioksidan.
Sebagai antiinflamasi,
jinten hitam
akan
37
3.2
Kerangka Konsep
Jinten Hitam
Mencit betina hamil
Injeksi serum wanita hamil
preeklampsia
ROS
38
AT1-AA meningkat
Ginjal
Pembuluh Darah
Kadar endothelin-1 meningkat
Proteinuria
Hipertensi
Keterangan :
Merangsang
Menghambat
Yang diteliti
39
dan antioksidan.
Sebagai antiinflamasi,
jinten hitam
akan
Hipotesa Penelitian
Pemberian ekstrak jinten hitam padamodel mencit preeklampsia akan
40
41
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorik
dengan menggunakan post test only controlled group design. Penelitian ini
secara in vivo untuk mengetahui efek pemberian ekstrak alkohol dari jinten hitam
terhadap mencit yang diinjeksi serum wanita hamil preeklampsia berat tinggi
TNF-.
4.2
4.2.1
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2015 Desember
2015.
4.2.2
Tempat Penelitian.
a. Laboratorium Biomedik dan Laboratorium Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran
Universitas
Brawijaya
untuk
melakukan
pengukuran variabel.
b. Gedung Diagnostic Center RSUD dr Soetomo Surabaya
digunakan
untuk
pembuatan
preparat
slide
immunohistokimia.
c. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang, Rumah
Sakit
Ibu
dan
Anak
Galeri
Candra
Malang
untuk
42
dan
pemberian
perlakuan
pada
mencit
bunting
4.3
Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan mencit Balb/c bunting sebagai subyek
penelitian yang akan diberi perlakuan injeksi serum ibu hamil. Sampel penelitian
menggunakan hewan coba berupa mencit balb/c bunting yang telah mendapat
persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Pemilihan sampel dilakukan secara acak dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
dalam keadaan sehat yang ditandai dengan gerakan aktif, berat 25-35 gram
2. Kriteria eksklusi : Mencit betina yang sakit, cacat, melahirkan sebelum
perlakuan penelitian selesai dilakukan, pernah mendapatkan perlakuan atau
intake bahan kimia apapun.
Mencit yang sehat dijadikan mencit model preeklampsia dan dibagi
menjadi 6 kelompok. Dosis ekstrak biji jinten hitam mengacu pada penelitian
Menzity et al (2012) tentang dosis pemberian ekstrak biji jinten hitam 500 mg/ kg
bb / hari dan 800 mg/ kbBB/hari dapat meningkatkan kapasitas antioksidan.
Besar sample penelitian
Jumlah mencit yang digunakan pada penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Steel and Torrie (1995) :
(t-1)(r-1) 15
Keterangan :
43
Kelompok II
Kelompok III :
dengan dosis
500
mg/kg/hari
Kelompok IV :
44
mg/kg/hari
Kelompok V
mg/kg/hari
Kelompok VI :
mg/kg/hari.
4.4
Variabel Penelitian
Penelitian menggunakan 2 variabel, yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak jinten hitam dengan
dosis
45
2. Kadar AT1AA adalah kadar AT1AA serum pada sampel hewan coba baik
kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan yang diukur pada usia
gestasi hari ke 20 dengan menggunakan metode ELISA
3. Ekspresi Endothelin 1 di plasenta adalah pengamatan secara visual
protein ET-1 yang terekspresi pada jaringan plasenta hewan coba,
menggunakan foto dot slide software Olympus pembesaran 400
kali.Positif ET-1 jika terdapat warna coklat pada jaringan tersebut.
Prosentase ET-1 = sel (+ ET-1) / sel x 100%. Antibodi ET-1
menggunakan merck dagang Life Technology Catalog MA3-005 dan IHK
kit merck Biocare Medical
4. Serum penderita preeklampsia adalah
sebagai sampel yang didapatkan dari ibu hamil dengan PEB dengan usia
kehamilan 20 minggu sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan
mengambil dari vena cubiti yang didiamkan selama 12 jam pada suhu
ruang kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 10
menit untuk memisahkan serum dari darah. Serum disimpan pada suhu
400 C sampai siap diinjeksi pada hewan coba.
5. Serum kehamilan normal adalah serum darah yang digunakan sebagai
sampel yang didapatkan dari ibu hamil normal usia kehamilan 20
minggu sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dari vena cubiti yang
didiamkan selama 12 jam pada suhu ruang kemudian disentrifugasi
dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan serum
dari darah. Serum disimpan pada suhu 400 C sampai siap diinjeksi
pada hewan coba.
6. Kontrol negatif adalah adalah kelompok mencit hamil normal yang
diinjeksi melalui peritoneal dengan serum ibu hamil tanpa diberikan
ekstrak jinten hitam
46
4.6
Alur Penelitian
Mencit sehat usia reproduktif
Dikawinkan
Mencit Bunting
47
Randomisasi
Randomisasi
Kontrol
Negatif (K-1)
5 ekor
Mencit
bunting
normal
diinjeksi
serum
ibu
hamil normal
Kontrol
Positif (K2)
5 ekor
Mencit bunting
diinjeksi serum
PEB
pada
usia kehamilan
10 dan 11
hari
,
intraperitoneal
@ 0,1 cc tanpa
NS
Randomisasi
KP1
5 ekor
KP2
5 ekor
KP3
5 ekor
KP4
5 ekor
Mencit
bunting
diinjeksi
serum
PEB pada usia
kehamilan 10 dan
11
hari
,
intraperitoneal @
0,1 cc, diberi
ekstrak
NS
peroral
500
mg/kg BB/hari
Mencit bunting
diinjeksi serum
PEB pada usia
kehamilan
10
dan 11 hari ,
intraperitoneal
@ 0,1 cc, diberi
ekstrak
NS
peroral
1000
mg/kg BB/hr
Mencit
bunting
diinjeksi
serum
PEB pada usia
kehamilan 10 dan
11
hari
,
intraperitoneal @
0,1 cc, diberi
ekstrak
NS
peroral
1500
mg/kg BB/hr
Mencit
bunting
diinjeksi
serum
PEB pada usia
kehamilan 10 dan
11
hari
,
intraperitoneal @
0,1
cc,
diberi
ekstrak
NS
peroral
2000
mg/kg BB/hr
4.7
4.7.1
Pembuatan EkstrakAnalisa
Jinten Hitam
dan Pengolahan Data
Ekstrak etanol dari jinten hitam dibuat di Laboratorium farmakologi FK UB
Malang.Biji jinten hitam didapat dari pasar lokal, dikeringkan dan dibuat
bubuk.Bubuk tersebut diekstrak dengan etanol.Hasil ekstrak disaring dan pelarut
48
PEB. Pasien yang diambil darahnya dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditentukan dan telah menandatangani lembar persetujuan
(informed consent). Penelitian ini menggunakan sampel darah manusia. Sampel
darah diambil dari ibu hamil dan ibu hamil preeklampsia berat yang telah
didiagnosa oleh dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi berdasarkan kriteria
diagnosa National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP). Berikut
ini adalah kriteria inklusi dan eksklusi ibu hamil normal dan ibu dengan
preeklampsia berat yang diambil sampel darahnya untuk penelitian ini.
1. Pasien hamil yang didiagnosa preeklampsia berat oleh dokter
spesialis Obstetri dan Ginekologi yang kontrol di Poli Obstetri atau
kamar bersalin Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar
Malang.
2. Pasien hamil normal yang didiagnosa oleh dokter spesialis
Obstetri dan Ginekologi yang kontrol di Poli Obstetri atau kamar
bersalin Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar Malang.
3. Ibu hamil dalam kondisi tidak menderita penyakit infeksi berat
seperti infeksi saluran nafas, tuberkulosis, pneumonia, tifoid,
demam dengue, dan demam berdarah dengue.
4. Tidak menderita penyakit keganasan
5. Tidak menderita penyakit ginjal atau saluran kemih
6. Tidak mengkonsumsi obat yang dapat merusak ginjal.
49
Darah
diambil
vena
Pemeliharaan
hewan
coba
dilakukan
di
Laboratorium
Farmakologi
50
mencit ditimbang terlebih dahulu dengan neraca ohaus pada usia mencit 16
minggu (sudah masa reproduksi) mencit Balb/c betina dan jantan dikawinkan
pada malam
hari jam 19.00 WIB kemudian pagi hari jam 06.00 WIB dicek
apakah sudah terjadi fertilisasi dengan melihat vaginal plug pada mencit Balb/c
betina. Bila dipastikan adanya vaginal plug maka pada mencit diberikan jinten
hitam setiap hari pada usia kehamilan 1-18 hari dengan dosis berbeda-beda (500
mg/kgBB/hari, 1000 mg/kgBB/hari, 1500 mg/kgBB/hari, 2000 mg/kgBB/hari)
diberikan peroral pada mencit Balb/c dengan menggunakan sonde. Langkah
pemberiannya sebagai berikut :
1. Memasukkan ekstrak jinten hitam ke dalam spuit 3 ml yang telah
dipasangi sonde pada bagian ujungnya.
2. Memegang bagian tengkuk mencit Balb/c dengan pelan dan berhatihati
3. Memasukkan sonde ke dalam mulut mencit Balb/c melalui langit-lagit
secara perlahan sampai ke faring lalu esophagus
4. Mendorong ekstrak jinten hitam yang ada dalam spuit ke dalam
esofagus hingga mencapai lambung
5. Setelah itu melepaskan mencit Balb/c dan mengembalikannya ke
dalam kandang.
4.7.5
51
intra
peritoneal
serum
wanita
hamil
PEB
dosis
1.500
mg/kgBB/hari,
2.000
mg/kgBB/hari
4.7.6
52
a. Serum
Pengambilan serum dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
1. Disiapkan peralatan dan bahan yang digunakan untuk bedah minor
seperti : gunting, pinset, spuit 1 cc, mikropipet dan tabung ependorf
2. Mencit dieksekusi pada usia gestasi ke 20 dengan menggunakan
injeksi ketamin
3. Mencit yang sudah tidak bergerak, diletakkan di atas alas papan
dengan posisi perut menghadap ke atas, keempat telapak kaki
ditancapkan pada nahl. Perut mencit disterilisasi terlebih dahulu
menggunakan alkohol spray dan dibedah dengan menggunakan
minor surgery set. Dilakukan sayatan pada garis tengah dinding perut,
dilanjutkan ke samping kiri dan kanan sampai terlihat organ jantung.
4. Darah
mencit
diambil
langsung
dari
jantung
kanan
dengan
53
seluruh
organ
terendam
selama
24
jam
untuk
Pengukuran
ekspresi
Endothelin-1
di
plasenta
adalah
54
Analisa Data
4.8.1
Uji Parametrik
Data dianalisis secara statistik menggunakan program perangkat lunak
SPSS 19.0 for Windows.Sebelum dilakukan analisa data, data diuji dengan
melakukan analisis uji parametrik yaitu untuk megetahui apakah data terdistribusi
normal atau tidak.Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan
menilai probabilitas kesalahan empirik pada nilai p-value.Jika nilai p-value> 0.05
maka data berdistribusi normal bila p-value< 0.05 maka data berdistribusi tidak
normal sehingga uji parametrik tidak dapat digunakan (Santoso, 2005).
4.8.2
terukur antara kelompok kontrol positif yaitu kelompok mencit bunting yang
diberikan serum ibu hamil PEB tinggi TNF- tanpa pemberian ekstrak jinten
55
Uji Korelasi
Selanjutnya akan dilakukan uji keeratan hubungan antara variabel terukur
(skala interval) yaitu korelasi antara pemberian ekstrak jinten hitam (Nigella
Sativa)
dengan
dosis
500
mg/kgBB/hari,
1000
mg/kgBB/hari
1500
56
DAFTAR ISI
Daftar isi
1.1
1.2
1.3
Latar Belakang.................................................................................
Rumusan Masalah............................................................................
Tujuan Penelitian..............................................................................
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................
1.3.2 Tujuan khusus........................................................................
1.3.3 Manfaat..................................................................................
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1
2.2
2.3
Preeklampsia....................................................................................
2.1.1 Definisi...................................................................................
2.1.2 Faktor Resiko Preeklampsia...................................................
2.1.3 Patofisiologi Preeklampsia.....................................................
2.1.4 Perkembangan Plasenta Abnormal Pada Preeklampsia.........
2.1.5 Hubungan Iskemia Plasenta Dengan Disfungsi Endotel
12
2.1.6 Peran
Inflamasi
dan
Stress
Oksidatif
Pada
Pathogenesis Preeklampsia.................................................
Model Mencit Preeklampsia............................................................
AT1-AA...........................................................................................
2.3.1 Definisi AT1-AA.....................................................................
57
Kerangka Teori................................................................................
Kerangka Konsep...........................................................................
Keterangan Kerangka Konsep.......................................................
3.3 Hipotesa Penelitian.........................................................................
Bab 4 METODOLOGI PENELITIAN 43
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
Rancangan Penelitian.....................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................
4.2.1 Waktu Penelitian...................................................................
4.2.2 Tempat Penelitian.................................................................
Sampel Penelitian..........................................................................
Besar sample penelitian................................................................
Pembagian kelompok sample penelitian........................................
Variabel Penelitian..........................................................................
Definisi Operasional Variabel Penelitian.........................................
Alur Penelitian................................................................................
Bahan dan Prosedur Kerja.............................................................
4.7.1 Pembuatan Ekstrak Jinten Hitam.........................................
4.7.2 Pengambilan Serum Darah Ibu Hamil Normal dan Hamil
Dengan Preeklampsia Berat.................................................
4.7.3 Pemeliharaan Hewan Coba..................................................
4.7.4 Pemberian Ekstrak Jinten Hitam..........................................
4.7.5 Pembuatan Model Mencit Preeklampsia..............................
4.7.6 Pemberian Injeksi Serum Ibu Preeklampsia Pada
Hewan Coba.........................................................................
4.7.7 Pengambilan Bahan Pemeriksaan.......................................
4.7.8 Metode Pemeriksaan Kadar AT1AA.....................................
4.7.9 Metode Pengukuran Ekspresi Endothelin 1 Plasenta...........
Analisa Data...................................................................................
4.8.1 Uji Parametrik.......................................................................
4.8.2 Uji t tidak Berpasangan........................................................
4.8.3 Uji Anova One Way..............................................................
4.8.4 Uji Korelasi...........................................................................
58
59
DAFTAR SINGKATAN
60
ACOG
AT1-AA
ATP
: Adenosine Triphosphat
COX
:Cyclooxygenase
ET1
: Endothelin 1
EVT
: Extravillous Cytotrofoblast
GC-MS
GPx
: Glutathione Peroxidase
GST
: Gluthatione-S-Transferase
ICAM-1
IL
: Interleukin
IMT
IUGR
MAF
NF-kB
: Nuclear Factor-Kappa B
NHBPEP
NO
: Nitric Oxide
PlGF
PMN
: Polymorphonuclear
ROS
sEng
: soluble Endoglin
sFLT-1
SOD
: Superoxide Dismutase
TBARS
: Thiobarbituric Reactive
61
TGF-
TNF-
TQ
: Thymoquinone
VCAM
VEGF
VEGFR
62