Vous êtes sur la page 1sur 12

2.

1 Pengertian Astagatra dalam ketahanan nasional Indonesia


Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahakan dengan gatra dalam ketahanan
nasional Indonesia. Sedangkan unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama
Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.
1) Trigatra adalah aspek alamiah yang terdiri atas penduduk, sumber daya alam, dan wilayah.
2) Pancagatra adalah aspek sosial yang terdiri atas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan.
Unsur-unsur tersebut dianggap mempengaruhi negara dalam hal mengembangkan kekuatan
nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat kita ketahui melalui pengamatan atas
delapan gatra yang sudah disebutkan diatas. Sedangkan lemah/menurunnya tingkat ketahanan
nasional akan menurunkan kemampuan bangsa dalam menghadapi ancaman kekuatan yang
terjadi.
2.2 Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam ketahanan Nasional
2.2.1

Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yangbersangkutan.
Faktor yang bersangkutan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut:
a. Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, ketrampilan, etos kerja, dan kepribadian.
b. Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan
perimbangan penduduk di tiap wilayah.

2.2.2

Gatra Wilayah
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional Negara. Adapun hal yang terkait dengan
wilayah Negara meliputi:
a. Bentuk wilayah Negara dapat berupa Negara pantai, Negara kepulauan, dan Negara kontinental.
b. Luas wilayah Negara; ada Negara dengan wilayah luas dan Negara dengan wilayah sempit
(kecil).
c. Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara.
d. Daya dukung wilayah Negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yangunhabitable.

2.2.3

Gatra Sumber Daya Nasional


Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan nasional,
meliputi:

a.

Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam hewani,
nabati, dan tambang.

b. Kemauan mengeksplorasi sumber daya alam.


c.

Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan hidup.

d. Kontrol atas sumber daya alam.

2.2.4

Gatra di Bidang Ideologi


Ideologi mendukung ketahanan suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu bangsa memiliki
dua fungsi pokok, yaitu:

a.

Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya nilai-nilai
yang terkandung dalam ideologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju.

b. Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, atinya masyarakat yang banyak
dan beragam itu bersedia menjadikan ideologi sebagai milik bersama dan menjadikannya
bersatu.

2.2.5

Gatra di Bidang Politik


Politik penyelengaraan bernegara sangat memengaruhi kekuatan nasional suatu
Negara. Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti :

a.

Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau non demokrasi.

b. Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensil atau parlementer.


c.

Bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republik atau kerajaan.

d. Susunan Negara yang dibentuk apakah sebagai Negara kesatuan atau Negara serikat.

2.2.6

Gatra di Bidang Ekonomi


Ekonomi yang dijalankan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga Negara.

2.2.7

Gatra di Bidang Sosial Budaya


Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu Negara. Hal-hal yang
dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa
yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya.

2.2.8

Gatra di Bidang Pertahanan Keamanan


Pertahanan keamanan suatu Negara merupakan unsur pokok terutama dalam mengahadapi
ancaman militer Negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan berada di
tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan Negara juga merupakan salah satu fungsi
pemerintahan Negara.

2.3 perdamaian dunia dan Bagaimana strategi Indonesia dalam usaha mencapai perdamaian
dunia
Perdamaian dalam pengertian negatifnya adalah suatu kondisi tidak adanya peperangan,
konflik kekerasan, ketegangan dan huru-hara kerusuhan berskala besar, sistematis serta kolektif.
Namun demikian, berlanjutnya tindak kekerasan seperti terorisme, diskriminasi dan penindasan
terhadap minoritas dan kaum wanita serta anak-anak, kekerasan struktural oleh sebab-sebab
kemiskinan dan pengangguran, intoleransi agama, dan rasisme serta sentimen kesukuan, bisa
dikatakan merupakan keadaan tidak adanya situasi damai bagi mereka yang menjadi korban.
Oleh karena itu, perdamaian harus dirumuskan pula secara lebih positif, tidak hanya dengan
meniadakan peperangan dan konflik bersenjata berskala besar, melainkan juga memberantas
berbagai tindak kekerasan, ketidakadilan, kriminalitas, penindasan dan eksploitasi manusia oleh
manusia lainnya yang lebih kuat serta berkuasa.
Cita-cita perdamaian mungkin sudah berumur sama dengan usia manusia itu sendiri.
Namun demikian, kegagalan-kegagalan menciptakan perdamaian juga sama usianya dengan citacita damai sepanjang zaman. Hal itu menyebabkan berbagai konsekuensi, antara lain pesimisme
bahwa perdamaian abadi dianggap merupakan sebuah utopia belaka, mengingat kenyataan
bahwa kodrat manusia yang ditakdirkan heterogen dalam cita-cita kelompok, keyakinan, serta
kepentingan sosial politik, sudah mengandung implikasi bahwa potensi konflik adalah sebuah
keniscayaan di muka bumi ini. Kalau demikian halnya, mengapa manusia modern di awal
millennium ke-3 ini, masih terus mencoba tidak kehabisan akal untuk mencari cara dalam
mengupayakan terciptanya perdamaian bagi diri, keluarga, kelompok, bangsa, serta perdamaian
global? Salah satu jawabannya adalah bahwa selain kodrat manusia yang berbeda-beda dan
bertentangan berdasarkan suku, bangsa, ras, agama, dan perbedaan kelompok-kelompok secara
primordial maupun pertentangan kepentingan politik dan ideologi, maka merupakan
kodrat/naluri (instinct) manusia pula untuk mempertahankan jenisnya agar tidak mengalami

kemusnahan total oleh saling menghancurkan dan memusnahkan. Itulah sebabnya, dalam
sejarah, setelah peperangan demi peperangan, kekerasan demi kekerasan dilakukan oleh sesama
manusia, maka manusia secara akumulatif selalu berusaha menciptakan mekanisme-mekanisme
untuk mewujudkan pemulihan keadaan damai.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh Negara Indonesia dalam menciptakan sebuah
perdamaian Negara adalah:
1) Menghargai Keberagaman
Indonesia yang terdiri dari berbagai unsur dan bermacam-macam kelompok, hanya akan
terpelihara eksistensinya, apabila ada kerelaan untuk saling menerima keberagaman dari setiap
komponen bangsa terhadap komponen atau kelompok lainnya. Setiap warga negara mesti
menyadari, tidak mungkin kedamaian dibangun secara hakiki, apabila suatu kelompok agama
tertentu menganggap dirinya adalah kelompok agama yang lebih istimewa dibandingkan dengan
yang lainnya. Salah satu potensi besar dalam menyumbang terhadap perdamaian adalah dengan
kembali kepada ajaran-ajaran pokok setiap agama, karena mayoritas sangat besar dari bangsa
Indonesia adalah umat beragama. Agama melalui para pemeluknya harus belajar meninggalkan
sikap memutlakkan ajaran agama (absolutisme agama) sendiri sebagai satu-satunya kebenaran
yang ada di dunia, dan sebaliknya dapat berbagi ruang hidup secara lapang dada dengan
menerima keanekaragaman agama-agama (pluralisme agama) di Indonesia.
2) Dialog Perdamaian
Dalam dialog perdamaian ini, sekali lagi harapan dibebankan kepada para pemelukpemeluk agama. Hal ini didasarkan oleh kenyataan, bahwa sudah begitu banyak kekejaman dan
kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap manusia lainnya di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia, justru dengan justifikasi yang berasal atas ajaran agama-agama tertentu. Apalagi
agamalah tampaknya yang paling sering menjadi alat politik untuk membenarkan kelompok
sendiri, serta menyalahkan kelompok lainnya. Padahal, setiap orang beragama umumnya
sepakat, bahwa pesan inti agama adalah memelihara kehidupan damai serta saling mengasihi
antar sesama manusia. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya dari pesan-pesan pokok setiap
agama, tentulah telah terjadi kesalah pahaman antar pemeluk agama. Untuk itulah dialog
perdamaian antar agama perlu dilakukan secara terus-menerus. Momentum dialog antar agama
mulai dirasakan keperluannya dan kemungkinan-kemungkinan keberhasilannya di zaman
modern ini, setelah para uskup agama Katolik seluruh dunia menyelenggarakan Konsili Vatikan
II, tahun 1964. Pada waktu itu antara lain dibahas agar soal umat Katolik menjalin dialog dengan
pemeluk agama dan berbagai kebudayaan lain yang ada di dunia ini. Inisiatif dialog ini kemudian
disambut dengan baik oleh kalangan Islam. Dewasa ini sudah cukup banyak organisasi dan
forum-forum dialog agama-agama internasional, tidak hanya antara Islam dan Kristen,
melainkan juga antara Kristen dengan Yahudi, Kristen dengan Hindu, juga yang bersifat

multilateral antara berbagai agama. Hal ini kalau dilakukan secara terus-menerus dengan
semangat saling menghargai serta sikap yang dilandasi ketulusan dan kejujuran, diharapkan
besar kemungkinan akan memberikan sumbangan berarti bagi Perdamaian.
3) Menegakkan Kebenaran dan Keadilan
Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam proses awal menciptakan perdamaian yang
hakiki adalah dengan upaya melakukan upaya pengungkapan penyalahgunaan kekuasaan dan
pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu. Tidak akan mungkin tercipta perdamaian yang
hakiki dengan tindakan menutup-nutupi atau menyembunyikan berbagai tindakan kekerasan
terhadap HAM di masa lalu, dan melepaskan para pelaku penyalahgunaan kekuasaan politik atas
nama Negara terhadap masyarakat yang lemah yang seharusnya dilindungi oleh negara.

4) Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)


Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat
ataupun sebuah Negara. Jika tidak, maka akan percuma saja segala upaya kita. Dengan
mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami
karakteristik dari masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik
masyarakat atau suatu Negara, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif
dalam mewujudkan perdamaian disana. Dan pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling
efektif dalam mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.
5) Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi
Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang terkait masalah kesejahteraan dan
faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan
perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan
kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan cuek
atas isu dan seruan perdamaian. Boro-boro mikirin perdamaian dunia, buat makan untuk hidup
sehari-hari saja susahnya minta ampun, begitu fikir mereka yang kurang sejahtera. Maka untuk
mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini.
6) Melalui Pendekatan Politik
Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk
mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda
politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi
Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negaranegara maju pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk melakukan
sedikit penekanan pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai kembali.

Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan mereka terus
dibeli.
7) Melalui Pendekatan Religius (Agama)
Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan ataupun
peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian dan
perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus
memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di kancah
dunia. Para tokoh agama yang dianggap memiliki kharisma dan pengaruh besar di masyarakat
harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.

konsep astagatra
Ketahanan Nasional di Indonesia
mengenal konsep
Astagatra
(8 aspek kehidupan), yangterdiri dari :
T r i g a t r a
(Aspek Alamiah)
1.
Geografi2.
Kekayaan Alam3.
Kependudukan
Pancagatra
(Aspek Sosial)
1.
Ideologi2.
Politik 3.
Ekonomi4.
Sosial Budaya5.
Hankam
Gatra Geografi
Sebagai Negara Kepulauan dengan laut pedalaman yang luas.Secara Geografis berada pada posisi silang.
Berperan dalam persoalan global positif maupunnegatif.Topografi

Banyak pulau

perbandingan luas wilayah darat:laut = 2:3

Berbatasan dengan banyak negara


Gatra Kekayaan Alam
Menurut Jenisnya:Hewani, Nabati, Mineral, Tanah, Udara, Potensi ruang angkasa, Energi alami air dan
lautanMenurut Sifatnya:Dapat diperbarui, tidak dapat diperbarui, dan tetap
Gatra Kependudukan
Komposisi penduduk

Jumlah penduduk berubah-ubah dan terus bertambah

Susunan penduduk, pendekatan umur, kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan yang berbeda-beda dan
diperlukan untuk memperkuat kondisi ketahanan nasional

Persebaran

Persebaran tidak merata, banyak di Pulau Jawa, Sumatera, dan BaliKualitas

Faktor fisik: kesehatan, gizi, dan kebugaran

Faktor nonfisik: mentalitas dan intelektualitas


Ideologi
Ketahanan Ideologi adalah sikap mental bangsa Indonesia akan kebenaran ideologi Pancasila.Fungsi:

Menggalang persatuan dan kesatuan nasional

Menangkal penetrasi ideologi asing

Menagkal nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsaFaktor-faktor:

Kemajemukan masyarakat Indonesia

Perkembangan dunia

Kepemimpinan, keteladanan, paternalistik

Pembangunan nasional berhasil atau gagal


Politik
Ketahanan politik adalah kehidupan politik bangsa berdasarkan demokrasi pancasila dan UUD
1945 dengan slogan Pelihara stabilitas politik dalam negeri yang sehat dan dinamis, luar negeri bebas
dan aktif
Unsur-unsur
Ekonomi
Ketahanan Ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa Indonesia berlandaskandemokrasi
ekonomi Pancasila. Kemampuan memelihara stabilitas ekonomi nasional,kemandirian, daya saing.
Mewujudkan kemakmuran rakyat, adil, dan merata.Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Sifat keterbukaan sistem perekonomian

Manajemen

SDM


Pengelolaan Sumber dana

Infrastruktur sarana dan prasarana

Teknologi

Sosial Budaya
Ketahanan Sosial Budaya adalah kondisi bangsa yang dijiwai kepribadian nasional pancasila.Hal-hal
yang perlu diperhatikan:

Kebudayaan daerah

Kebudayaan nasional

Integritas nasional

Kehidupan beragama

PendidikanPembinaan Ketahanan Sosbud:

Pengembangan sosial budaya

Toleransi kehidupan beragama

Perkembangan IPTEK
Pertahanan dan Keamanan
Konsepsi hankam:
Mengelola potensi nasional untuk mempertahankan dan mengamankan negara denganTNI dan Polri
sebagai komponen utama.

Tanmas Hankam adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran belanegara.

Pandangan Bangsa Indonesia tentang perang dan damai.

Bela negara merupakan hak dan kewajiban warga negara.

Sishankamrata (sistem keamanan rakyat semesta)

2.3 Konsep Trigatra


a. Gatra Geografi
Sebagai Negara Kepulauan dengan laut pedalaman yang luas.Secara Geografis berada pada
posisi silang.Berperan dalam persoalan global positif maupunnegatif. Topografi:
Banyak pulau
Perbandingan luas wilayah darat:laut=2:3
Perbatasan dengan banyak negara

b. Gatra Sumber Daya Alam


Menurut Jenisnya:Hewani, Nabati, Mineral, Tanah, Udara, Potensi ruang angkasa, Energi
alami air dan lautanMenurut Sifatnya:Dapat diperbarui, tidak dapat diperbarui, dan tetap.
c. Gatra Kependudukan
Komposisi penduduk
Jumlah penduduk berubah-ubah dan terus bertambah.
Susunan penduduk, pendekatan umur, kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan yang berbedabeda dan diperlukan untuk memperkuat kondisi ketahanan nasional.
Persebaran
Persebaran tidak merata, banyak di Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali
Kualitas
Faktor fisik: kesehatan, gizi, dan kebugaran
Faktor nonfisik: mentalitas dan intelektualitas

2.4 Konsep Pancagatra


a. Gatra Ideologi
Ketahanan Ideologi adalah sikap mental bangsa Indonesia akan kebenaran ideologi
Pancasila.
Fungsi:
Menggalang persatuan dan kesatuan nasional
Menangkal penetrasi ideologi asing
Menagkal nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Faktor-faktor:
Kemajemukan masyarakat Indonesia
Perkembangan dunia
Kepemimpinan, keteladanan, paternalistic
Pembangunan nasional berhasil atau gagal
b. Gatra Politik
Ketahanan politik adalah kehidupan politik bangsa berdasarkan demokrasi pancasila dan
UUD 1945 dengan slogan Pelihara stabilitas politik dalam negeri yang sehat dan dinamis, luar
negeri bebas dan aktif.
c. Gatra Ekonomi
Ketahanan Ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa Indonesia
berlandaskandemokrasi ekonomi Pancasila. Kemampuan memelihara stabilitas ekonomi
nasional,kemandirian, daya saing. Mewujudkan kemakmuran rakyat, adil, dan merata.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Sifat keterbukaan sistem perekonomian


Manajemen
SDM
Pengelolaan Sumber dana
Infrastruktur sarana dan prasarana
Teknologi
d. Gatra Sosial Budaya
Ketahanan Sosial Budaya adalah kondisi bangsa yang dijiwai kepribadian nasional
pancasila.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Kebudayaan daerah
Kebudayaan nasional
Integritas nasional
Kehidupan beragama
Pendidikan
Pembinaan Ketahanan Sosbud:
Pengembangan sosial budaya
Toleransi kehidupan beragama
Perkembangan IPTEK
e. Gatra Pertahanan dan Keamanan
Konsepsi hankam:
Mengelola potensi nasional untuk mempertahankan dan mengamankan negara denganTNI dan
Polri sebagai komponen utama.
Tanmas Hankam adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran belanegara.
Pandangan Bangsa Indonesia tentang perang dan damai.
Bela negara merupakan hak dan kewajiban warga negara.
Sishankamrata (sistem keamanan rakyat semesta.

Vous aimerez peut-être aussi