Vous êtes sur la page 1sur 10

ASKEP INSFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )

A. DEFINISI

Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya peradangan oleh


mikroorganisme pada system perkemihan.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin,
E.J,2001: 480)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada
manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, B,1998: 121)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam
saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus/
mikroorganisme lain (Waspadji, S,1998: 264).
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi bagian atas (pielonefritis) dan bagian
bawah (sisititis, uretritis, prostatitis) menurut saluran yang terkena. ISK bagian atas
terjadi pada uretra atau ginjal, sedangkan ISK bagian bawah terjadi pada uretra dan
kandung kemih.

B. ANGKA KEJADIAN
Infeksi traktus urinarius merupakan masalah yang sangat banyak dijumpai dalam
praktek klinis. Wanita cenderungmudah terserang infeksi saluran kemih bila
dibandingkan dengan pria. Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi
terdiri dari uretra dekat dekat pada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat
dibandingkan dengan pria. Tingkat infeksi untuk wanita dikalangan usia sekolah
kira-kira 1% dan 4% pada ibu usia masa subur. Kasus infeksi pada wanita
meningkat secara langsung melalui aktivitas seksual dan karena usia. Kehamilan
tidak meningkatkan tingkat infeksi, walaupun pembersihan spontan dari infeksi
menurun pada kehamilan dan terjadi kasus infeksi ginjal akut yang menjalar dari
saluran kemih bawah ke atas.
ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena uretra wanita
lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih.
Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit lubang
uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada kehamilan juga dapat
menghambat aliran urine pada keadaan tertentu.
C. PENYEBAB
Penyebab kuman ISK berdasarkan Jenis-jenis ISK adalah sebagai berikut:
1.
Pyelonephritis
a. Pengertian
Pyelonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan
ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.
Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis (pyelum=piala

ginjal).
b. Penyebab
- Bakteri E.coli
- Resisten terhadap obat antibiotik
- Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis
- Infeksi aktif
- Penurunan fungsi ginjal
- Urethra refluk
- Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistim limfatik.
c. Patofisiologi
1) Pyelonephritis Akut :
Bakteri masuk kedalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini
menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai dari papilla dan
menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis,
prostatitis (ascending) atau karena infeksi streptococcus yang berasal dari
darah (descending). Pyelonefritis acut biasanya singkat dan sering terjadi
infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari
infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.
Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini
akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan
dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar
disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada
kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan
kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
2) Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk
jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulangulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
Pembagian Pielonefritis Pielonefritis akut Sering ditemukan pada wanita
hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
d. Tanda dan gejala:

Pyelonefritis akut ditandai dengan :


Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal.
Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,
nausea, nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya
kelemahan fisik.
Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
Klient biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa
hari.

Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria


dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah
putih.

Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga


kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak.
Tanda dan gejala:

Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak


mempunyai gejala yang spesifik.
Adanya keletihan.
Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami
gagal ginjal.
Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks. Ginjal
mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada
jaringan.
Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

e. Pemerksaan diagnostic
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

Pemeriksaan IVP,
Cystoscopy,
cultur urin,
biopsi ginjal.

f. Penatalaksanaan :
1) Kebersihan perineal
2) Membuat urin lebih asam
3) Intake cairan yang cukup dan deteksi dini terhadap adanya uretritis:
Menyelesaikan program terapi antibiotik Follow-up kultur untuk
memastikan jenis bakteri.
2.

Ureteritis
a. Pengertian
Ureteritis adalah suatu peradangan pada ureter.
b. Penyebab
Adanya infeksi pada ginjal maupun kandung kemih.
c. Patofisiologi
Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya sistisis . Aliran
urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada
dinding ureter menyebabkan striktura dan hydronephrosis, selanjutnya ginjal
menjadi rusak, dan mengganggu peristaltik ureter.

3.

Sistitis
Pengertian
Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria.
Penyebab :
1. E. coli (banyak ditemukan pada wanita)
2. Infeksi ginjal
3. Prostat hipertrofi karena adanya urine sisa
4. Infeksi usus (no. 1-4 penyebab sistitis akut) (no. 5-10 penyebab sistitis kronis)
5. Infeksi kronis dari traktus bagian atas
6. Adanya sisa urine
7. Stenosis dari traktus bagian bawah.
8. Pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna
9. Adanya faktor predisposisi (infeksi ulang yang menetap) dan infeksi spesifik
Tanda dan gejala
Sistitis akut
a. Peningkatan frekwensi miksi, baik deural maupun noktural.
b. Disuria karena epitel yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah supra
pubis atau perineal.
c. Rasa ingin miksi
d. Hematuria: Pada wanita biasanya timbul setelah adanya infeksi saluran
pernafasan atau setelah diare. Pada pria timbul prostitis setelah minum alkohol
yang berlebihan.
Sistitis Kronis : Sama dengan sistitis akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak
begitu menonjol.
Pemeriksaan Diagnostik
- IVP
- cystoscopy
Penatalaksanaan
Banyak minum untuk melarutkan bakteri
Pemberian antibiotika
Kumbah kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan

4.

Uretritis
Pengertian
Uretritis adalah peradangan pada uretra
Penyebab
Kuman gonorrhoe biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Kadang-kadang uretritis terjadi
tanpa adanya bakteri.
Patofisiologi
Uretra Gonorhoeal disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan ditularkan melalui
kontak seksual. Pada pria inflamasi orifosium meatal terjadi disertai rasa terbakar
ketika urinasi. Rabas uretral purulen muncul dalam 3-4 hari setelah kontak
seksual. Pada wanita rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit bersifat
asimtomatik. Pada pria melibatkan jaringan disekitar uretra menyebabkan
periuretritis, prostitis, epididimis dan striktur uretra. Uretra gonorhoeal tidak
berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh Klamidia
trakomatik atau Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien
akan disuria tingkat sedang-parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit-sedang.

Pembagian Uretritis
- Uretritis Akut
Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat
mengalami infeksi. Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.
Tanda dan gejala :
o Mukosa merah dan edema.
o Terdapat cairan eksudat yang purulent.
o Ada ulserasi pada uretra.
o Ada rasa gatal yang menggelitik,
o gejala khas pada uretritis Go yaitu good morning sign.
Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh
kelompok nanah. Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien
menderita gonorhoe.
Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uetra untuk mengetahui kuman penyebab.
Tindakan Pengobatan
a. Pemberin antibiotika
b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie.
Komplikasi
1. Prostatitis
2. Peri uretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau
Fistul uretra.
Uretritis Kronis
Penyebab
- Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.
- Prostatitis kronis.
- Striktura uretra.
Tanda dan gejala
- Mukosa terlihat granuler dan merah
- Getah uetra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum miksi pertama.
Prognosa
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter
ginjal.
Tindakan pengobatan:
- Pemberian kemoterapi dan antibiotik
- Banyak minum untuk melarutkan bakteri (+ 3000 cc/ hari).
Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostat.
Prostatitis bakterial akut terjadi dengan gejala-gejala infeksi saluran kemih bagian
bawah, nyeri di perineum atau obstruksi. Hasil pemeriksaan menunjukkan prostat
yang membengkak dan lunak. Urinalisis biasanya menunjukkan piuria dan
bakteriuria dengan hasil kultur uropatogen yang khas.
D. PREDISPOSISI
- Adanya infeksi ulang yang menetap
E. PENCETUS
1. Kebersihan perineal
2. Sering menahan miksi,
3. Iritasi kulit lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin.

F.

G.

H.

I.

4. Kehamilan : uterus pada kehamilan juga dapat menghambat aliran urine pada
keadaan tertentu
PATOFISIOLOGI
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih melalui
uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja / dapat
merambat ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau
melalui darah / getah bening, tetapi ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih
menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum
bakteri tersebut sampai menyerang mukosa. Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih mengakibakan penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter. Hal ini dapat menyebabkan atrofi hebat pada parenkim ginjal / hidronefrosis.
Disamping itu obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluk
vesiko ureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringa parut
ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital
pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra.
PATHWAY
Mikroorganisme gram (-) masuk ke Uretra, Vesika Urinaria (KK), Obstruksi saluran
kemih akan menyebabkan Refluk ke ginjal Aliran kemih menurun Mikroorganisme
menetap di saluran kemih dan berkembang biak. Striktur, Hidronefrosis,. Uremia,
Anoreksia, mual-muntah. Peradangan saluran kemih Mengiritasi saluran kemih dan
menyebabkan Retensi urin untuk selanjutnya perlu dilakukan prosedur invasif
pemasangan DC Kurang informasi Perubahan pola eliminasi BAK Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit Resti infeksi Nyeri Ggn nutrisi< dari kebutuhan merupakan
diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan ISK.
TANDA DAN GEJALA
Manifestasi Klinis Gejala yang lazim ditemukan adalah disuria, polakisuria dan
terdesak kencing. Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa
terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing. Gejala lain
adalah strunguria pada sistitis akut, teresmus dan nokturia. Gejala lain yang kurang
sering di dapat adalah enuresis, nokturnal sekunder, kolik ureter / ginjal yang gejalanya
khas dan nyeri prostat dapat menyertai gejala ISK (Waspadji, S, 1998 : 265-266)
PENGKAJIAN
Fokus pengkajian riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
b. Obstruksi pada saluran kemih
c. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
d. Pemasangan kateter foley e. Imobilisasi dalam waktu yang lama
f. Inkontinensia
g. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.
h. Dorongan
i. Frekuensi
j. Disuria
k. Bau urine yang menyengat
l. Nyeri biasanya pada suprapubik pada isk bawah dan sakit pada panggul pada isk atas
(perkusi daerah kostovertebra untuk mengkaji nyeri tekan panggul)
m. Pemeriksaan diagnostik:
urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah
dengan keterlibatan ginjal.
Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebab
Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada

pielonefritis.
Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.
Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.
n. Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama
pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan
penolakan terhadap aktivitas seksual. Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan
infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilah kerja dan aktivitas kehidupan seharihari.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik
pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal :
uremia, anoreksia, mual muntah
4. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d adanya halangan, striktur
NOC :
Pasien menunjukkan kemampuan sistem perkemihan untuk menyaring sisa,
menyimpan zat terlarut dan mengumpulkan serta membuang urin dengan pola sehat.
Pasien melaporkan penurunan spasme kandung kemih
NIC :
Intervensi prioritas NIC :
Perawatan retensi urin
Kateterisasi urine
Aktivitas lain NIC :
Pantau asupan dan haluaran
Pantau derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat tanpa adanya distensi
kandung kemih yang berlebihan
Gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan air atau membilas toilet
Stimulasi refleks kandung kemih dengan menempelkan es ke abdomen, menekan
bagian dalam paha atau mengalirkan air
Berikan cukup waktu untuk pengosongan kandung kemih (10 meenit)
Lakukan kateterisasi untuk mengeluarkan residu, jika diperlukan
Ajarkan manuver valsavas jika diindikasikan ( dengan menegangkan abdomen,
sandarkan ke depan pada kedua paha, kontrasikan otot abdomen dan regangkan / tahan
nafas sambil meregangkan / manuver valsavas, tahan pegangan / nafas sampai aliran
urin berhenti, tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin, lanjutkan sampai
tidak ada urin yang keluar, catat keluaran urin, selidiki penurunan / penghentian aliran
urin)
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
NOC :
Pasien mampu menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mencegah nyeri
Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan

Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non analgesik secara
tepat
NIC :
Intervensi prioritas NIC :
Penatalaksanaan nyeri
Pemberian analgesik
Aktivitas lain NIC :
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian
Gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri dari analgesik dan
kemungkinan efek sampingnya
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor
prsipitasinya
Observasi isyarat ketidaknyamanan nonverbal, khuususnya pada mereka yang
tidakmampuy mengkomunikasikannya secara efektif
Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurangan nyeri
tidak dapat dicapai
Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meninfgkatkan nyeri dan
tawarkan saran koping
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, seberapa lama akan berlangsung,
dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologik sebelum, setelah dan jika
memungkinkan selama aktivitas yang menyakitkan, sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi dengan pengkajian nyeri dan efek
sampingnya
Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih (misal,
demam, menggigil, nyeri pinggang, hematuria, perubahan konsistensi, dan bau urin)
3. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.
NOC :
Melaporkan penggunaan strategi untuk menghilangkan perilaku tidak sehat dan
memaksimalkan kesehatan
Menimbang risiko/keuntungan dari perilaku kesehatan
Patuh pada pengobatan dan program penanganan
Melaporkan efek penannganan yang penting dan efek camping
Melaporkan pengendalian gejala penyakit\
NIC :
Intervens prioritas NIC :
Panduan sistem kesehatan
Bantuan modifikasi diri
Aktivitas lain NIC :
Bantu pasien/keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti penanganan sesuai
dengan program dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan

Informasikan sumber-sumber comunitas yang tepat dan orang yang dapat dihubungi
lepada pasien
Konsultasikan dengan dokter tentang perubahan yang mungkin dalam program
pengobatan untuk mendukung kepatuhan pasien
Dukung pasien untuk mengungkapkan persaaan dan keluhan tentang hospitalisasi serta
hubungan dengan pemberi pelayanan kesehatan
Berikan dukungan pada anggota keluarga untuk membantu mreka mampertahankan
hubungan positif dengan pasien
Berikan penguatan positif terhadap tinadakan kepatuhan untuk mendukung perilaku
positif yang terus-menerus
Dukung pasien untuk mengkaji keyakinan dan nilai pribadi serta klepuasan terhadap
hal tersebut
Kaji dengan pasien hambatan yang mungkin untuk mengubah perilaku
Identifikasi dengan pasien strategi yang paling efektif untuk mengubah perilaku
Bantu pasien dalam mengidentifikasi meskipun keberhasilan yang kecil
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,perubahan b.d gangguan gastrointestinal :
uremia, anoreksia, mual muntah.
NOC :
Menunjukkan status gizi
Toleransi terhadap diit yang dianjurkan
Status gizi : nilai gizi
NIC :
Intervensi prioritas NIC :
Pengengelolaan nutrisi
Pengelolaan gangguan makan
Intervensi lain NIC :
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Ketahui makanan kesukaan pasien
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap,
pemberian makan melalui slang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang
adekuat dapat dipertahankan
tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat jumlah kalori
dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, khususnya untuk
pasien dengan klebutuhan energi tinggi
buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan kedalam jadwal makan,
lingkungan makan, kesukaan/ketidaksukaan pasien,, dan suhu makanan
bantu pasien untuk menulis tujuan mingguan yang realistis untuk aktivitas dan asupan
makanan
tawarkan porsi besar pada siang hari ketika nafsu makan tinggi
ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
hindari prosedur invasif sebelum makan
berikan pasien minuman dan camilan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap
dikonsumsi, bila memungkinkan
identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien

DAFTAR PUSTAKA
Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan (1996). Perawatan medikal bedah
(suatu pendekatan proses keperawatan). Bandung.
Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC.

Vous aimerez peut-être aussi