Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Obstruksi saluran nafas berupa penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu
Epidemiologi
Kematian 223 anak usia 0-17 tahun atau 0,3% per 100000 anak.
Faktor resiko
Jenis kelamin :
rasio 3:2 usia 6-11 tahun dan meningkat pada usia 12-17 tahun. Sebanding pada
usia 30 tahun
Usia
Riwayat atopi
Usia 16 tahun, mendapat serangan 2x lipat jika mengalami hay fever, rhinitis
alergi, eksema
Usia 9 bulan pajanan terhadap sensitisasi alergi menjadi prediktor timbul asma
Lingkungan
Ras
Asap rokok
Infeksi respiratorik
Penurunan asam sebanyak 50% pada usia 7 tahun saat bayi sering mengalami
rinitis.
Etiologi
Faktor imunologi
Serum IgE yang meningkat
Faktor endokrin
Mencetuskan asma saat kehamilan dan menstrurasi
Mebaik pada saat pubertas
Faktor psikologi
Gejala Klinis
Batuk non-prodktif
Takipnea
Mengi
sianosis
Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali/minggu
Serangan singkat
Gejala nocturnal tidak lebih dari 2 kali/bulan (< kali)
FEV1 > 80% predicted atau PEF > 80% nilai terbaik individu
Persisten Ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
Serangan dapat menggangu aktivitas dan tidur
Gejala nocturnal > 2 kali/bulan
FEV1 > 80% predicted atau PEF > 80% nilai terbaik individu
Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
Serangan dapat menggangu aktivitas dan tidur
Gejala nocturnal > 1 kali dalam seminggu
Menggunakan agonis B2 kerja pendek setiap hari
Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari
Serangan sering terjadi
Gejala asma nocturnal sering terjadi
FEV-1 < 60% predicted atau PEF < 60% nilai terbaik individu
Komplikasi
Pneomotoraks
Emfisema subkutis
Atelektasis
Pelangi asma
Alat bantu dokter dan pasien dalam pemgobatan asma jangka panjang
Tujuan dan manfaat
Cara Penggunaan
Catat hasil pemeriksaan FEV1 yang diperiksa setipa hari (pagi dan sore)
a. Anamnesis
Meliputi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada asma. Kemudian menentukan
pola asma dan derajat keparahan asma.
b. Pemeriksaan Fisik
-
c. Pemeriksaan Penunjang
i.
ii.
iii.
Petanda inflamasi
-
pemeriksaan kenaikan NO
iv.
Status Alergi
Uji kulit atau pemeriksaan IgE spesifik dalam serum
DIAGNOSIS BANDING
-
rinosinobronkitis
fibrosis kistik
benda asing
A. Gen Asma
Sudah ada 80 gen asma yang sudah ditemukan. Gen yang terbaru hdala ADAM-33 ( a
disintegrin & metalloprotease-33 ).
ADAM-33 ditemukan di sel otot polos saluran napas, berperan dalam adhesi dan
protease, proliferasi dan migrasi hiperrreaktivitas bronkus dan remodelling airway
( AR ).
B. EMTU ( Epithelial-Mesenchymal Trophic Unit )
-
Terjadi jika seseorang yang mengalami gejala asthma dengan usia > 20 tahun.
Asthma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu
tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia.
SKRT 1986 asthma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi)
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema.
SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortaliti)
ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %.
Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/ 1000, dibandingkan
bronkitis kronik 11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.
ETIOLOGI
Sampai saat ini belum di ketahui dengan pasti.
Faktor pencetus & terjadinya asma :
Alergen
Infeksi saluran nafas
Ketegangan jiwa
Kegiatan jasmani
Obat-obatan
Polusi udara
Lingkungan kerja, dan lain-lain
FAKTOR RISIKO
a. Faktor Pejamu
- Genetik
- Atopi
- Hiperesponsif jalan napas
- Jenis kelamin
- Ras/ etnik
b. Faktor Lingkungan
Mempengaruhi berkembangnya asma pada individu dengan predisposisi asma.
a. Alergen di dalam ruangan
Mite domestik
Alergen binatang
Alergen kecoa
Jamur (fungi, molds, yeasts)
b. Alergen di luar ruangan
Tepung sari bunga
Jamur (fungi, molds, yeasts)
c. Bahan di lingkungan kerja
d. Asap rokok
Perokok aktif
Perokok pasif
e. Polusi udara
Polusi udara di luar ruangan
Polusi udara di dalam ruangan
Faktor lingkungan mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
IL-4 dan IL-5 memperkuat respon TH2 sel T CD4+ dgn meningkatkan sistesa
IgE serta kemotaksis dan proliferasi eosinofil.
Platelet-activating factor kemotaktik eosinofil.
TNF meningkatkan molekul perekat (adhesion molecules) di endotel vaskular
serta di sel radang.
2. Asma intrinsik
Mekanisme pemicunya bersifat nonimun.
Faktor pemicu:
a. Infeksi paru
b. Dingin
c. Stress psikologis
d. OR
e. Inhalasi iritan (ozon & sulfur dioksida)
Biasanya tidak terdapat manifestasi alergi pada pasien atau keluarga dan kadar IGE
serum normal
3. Serangan asma berat : dengan gejala sesak nafas telah mengganggu aktivitas sehari-hari
secara serius, disertai kesulitan untuk berbicara dan atau kesulitan untuk makan, bahkan
dapat terjadi serangan asma yang mengancm jiwa yang dikenal dengan status asmatikus.
Asma berat bila SaO2 91%, PEFR 80 liter per menit, FEV1 0,75 liter dan terdapat tandatanda obstruksi jalan nafas berat seperti pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal dan
suprasternal, pulsus paradoksus 20 mmHg, berkurang atau hilangnya suara nafas dan mengi
ekspirasi yang jelas.GAMBARAN KLINIS
Kesulitan bernapas saat ekspirasi
Serangan
episodik
batuk,
mengi dan
sesak napas
Pada
awal
serangan
gejala tidak
jelas seperti
rasa berat di
dada
dan
pada asma
alergik
biasanya disertai pilek atau bersin, tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan
mengeluarkan sekret yang mukoid, putih kadang-kadang purulen.
Penggunaan otot-otot nafas tambahan
Pasien akan mencari posisi yang enak ( yaitu duduk dengan tegak dengan tangan yang
berpegangan pada lengan kursi, dengan tujuan untuk membantu kerja otot nafas
tambahan )
1.
Asthma bronkhiale : suatu bronkospasme yang sifatnya reversibel dengan latar belakang
alergik.
2.
Status asmatikus : kegawatan paru yang disebabkan oleh bronkospasme yang persisten.
Gambaran klinis Status Asmatikus :
Penderita tampak sakit berat dan sianosis
Sesak nafas
Bicara terputus-putus
Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita
sudah jatuh dalam dehidrasi berat
Cemas, gelisah kemudian koma
3.
Interval serangan
Intensitas
DIAGNOSIS
RIWAYAT PENYAKIT / GEJALA :
- Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
- Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
- Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
- Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
- Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
- Riwayat keluarga (atopi)
- Riwayat alergi / atopi
- Penyakit lain yang memberatkan
- Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan fisik
Mengi (pada serangan ringan hanya terdengar saat ekspirasi paksa dan dapat tidak
terdengar pada serangan yang sangat berat)
Sianosis
Takikardi
variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan napas
Spirometri
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP).
Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai
prediksi.
Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 15% secara spontan, atau setelah inhalasi
bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari,
atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/ oral) 2 minggu.
inhalasi
oral 10-
oral , 2
minggu)
Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian selama 12 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit.
Cara pemeriksaan variabiliti APE harian
Diukur pagi hari untuk mendapatkan nilai terendah, dan malam hari untuk mendapatkan
nilai tertinggi. Rata-rata APE harian dapat diperoleh melalui 2 cara :
1. Bila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi/ perbedaan nilai APE pagi hari
sebelum bronkodilator dan nilai APE malam hari sebelumnya sesudah bronkodilator.
Nilai > 20% dipertimbangkan sebagai asma.
APE malam - APE pagi
Variabiliti harian = -------------------------------------------- x 100 %
(APE malam + APE pagi)
2. Metode lain untuk menetapkan variabiliti APE adalah nilai terendah APE pagi sebelum
bronkodilator selama pengamatan 2 minggu, dinyatakan dengan persentase dari nilai
terbaik (nilai tertinggi APE malam hari).
Contoh :
Selama 1 minggu setiap hari diukur APE pagi dan malam , misalkan didapatkan APE
pagi terendah 300, dan APE malam tertinggi 400; maka persentase dari nilai terbaik (%
of the recent best) adalah 300/ 400 = 75%.
Provokasi beban kerja pasien diminta berlari cepat 6 menit sampai mencapai denyut
jantung 80-90% dari maksimum bermakna bila terdapat pe APE paling sedikit 10%.
Provokasi dgn histamin, metakolin, larutan garam hipertonik, aquadestilata, udara dingin
uji provokasi dgn alergen hanya dilakukan pd pasien yg alergi terhadap alergen yg
diuji bermakna bila terdapat pe VEP1 sebesar 20%.
Pemeriksaan Sputum
Ditemukan:
Kristal-kristal Charcot Leyden (degranulasi kristal
eosinofil)
Spiral Curschmann (spiral cetakan dari cabang
bronkus)
Creole (fragmen epitel bronkus)
Netrofil dan eosinofil
DIAGNOSIS BANDING
Bronkitis kronik
Batuk kronik
Disfungsi larings
Emboli Paru
KOMPLIKASI
Pneumothorax
Atelektasis
Gagal nafas
Fraktur iga
Bronkitis