Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
JONEAS MURIGOL
14061142
SHANNON ERCHELIA MANUEL
14061001
ERMA FIKA LASABUDA
14061034
IWAYAN SEPTIAN
14061044
JESSE PADOMA
14061018
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
Beliaulah penulis dapat menyelesaikan paper yang bertemakan Asuhan
Keperawatan Halusinasi,waham dan Penyalahgunaan NAPZA tepat
pada waktu.
Berbagai bantuan berupa bimbingan, perhatian dan dorongan sungguh berarti dan
berharga bagi penulis dalam penyusunan paper ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
paper ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil paper ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca demi
kesempurnaan tulisan ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
(Penulis)LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu masalah yang mungkin ditemukan dari
masalah preseptual pada skizofrenia dimana halusinnasi tersebut didefinisikan sebagai
pengalaman atau kesan sensori yang salah terhadap stimulus sensori.
Halusinasi sering diidentikan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia 70%
diantarannya mengalami halusinasi. Klien skizofrenia dan psikotik lain 20%
mengalami campuran halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Pada halusinasi dapat terjadi padakelima indera sensori utama yaitu :
1. Pendengaran terhadap suara : klien mendengan suara dan bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
2. Halusinasi terhadap penglihatan : klien melihat gambaran yang jelas atau samarsamar tanpa stimulis yang nyata dan orang laintidak melihatnya.
3. Taktil terhadap sentuhan : klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus
4.
yang nyata.
Pengecap terhadap rasa : klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya
Respon
Maladaptif
Pikiran logis
Distorsi pikiran
Gangguan
pikir/delusi
Presepsi akurat
Emosi konsisten
Ilusi
Reaksi emosi berlebihan
Halusinasi
Sulit berespon
emosi
Dengan pengalaman
Perilaku sesuai
atau kurang
Perilaku aneh tidak biasa
Perilaku
disorganisasi
Berhubungan social
Menarik diri
Isolasi social
C. JENIS-JENIS HALUSINASI
Jenis Halusinasi
Pendengaran
70%
Karakteristik
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara 2
dapat membahayakan.
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenagkan
atau menakutkan seperti melihat monster.
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenagkan. Halusinasi penghidu sering akibat
Pengecapan
Perabaan
Cenesthetic
tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain.
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
Kinesthetic
D. FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya.
Fase halusinasi terbagi empat :
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan
unutk menghilangkan kecemasan daan stress. Cara ini menolong untuk sementara.
Klien masih mampu mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun
intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal atau
eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi sangat menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa
tidak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi
dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasidatang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan
tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasinya memberi kesenangan dan rasa
aman sementara.
4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari control halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi, klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain
karena terlalu sibuk dengan halusinasinya, klien berada dalam dunia yang
menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
E. faktor predisposisi
1) biologis
abnormalitas perkembangan syaraf berhubungan dengan respon neurologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut:
a)
penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofren
ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
2) Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3) sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
G. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi
dengar:
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara.
c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.
e. Tidak dapat mremusatkan konsentrasi / perhatian.
f. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga dan bermusuhan.
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
k. Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.
l. Menyalahkan diri sendiri / orang lain.
m. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian.
n. Muka merah kadang pucat.
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan sdarah meningkat.
q. Nadi cepat.
r. Banyak keringat.
H. Rentang respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologi.
a.
pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b.
Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang
ada di dalam maupun diluar dirinya.
c.
Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar di
sertai banyak banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
d.
e.
f.
Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi implus
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area
tertentu diotak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami
sebelumnya.
g.
Emosi berlebihan atau kurang : yaitu menisfatasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
h.
Perilaku atau tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyesuaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sesial atau
berbudaya umum yang berlaku.
i.
Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya
umum yang berlaku.
j.
Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
k.
: Tn. A. I
: 46 tahun
: Laki-laki
: Tahuna, 19-12-1960
: Kristen Protestan
: Malalayang I
: 11 april 2016
: Skizofrenia
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
2. Konsep Diri
a. Body Image
Klien menyukai wajahnya karena hidungnya yang mancung
b. Identitas
Klien dapat menyebut nama, alamat tempat tinggal dan jumlah saudaranya.
c. Peran
Klien sebelum sakit dapat menjalankan perannya di rumah, saat di kaji klien
tidak dapat menjalankan perannya.
d. Ideal diri
Klien ingin pulang ke rumah karena merasa dirinya sudah sembuh
e. Harga diri
Hubungan klien dengan teman-temannya kurang baik, hubungan dengan
perawat yang bertugas sangat baik. Klien merasa rendah diri
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang paling dekat dengan klien adalah adiknya
b. Peran serta dalam kelompok masyarakat : klien tidak biasa mengikuti
kegiatan di masyarakat
4. Spiritual
Klien beragama kristen protestan dan rajin berdoa
F. Status Mental
1. Penampilan
Saat dikaji klien kurang berpenampilan rapi dan bersih
2. Pembicaraan
8.
9.
10.
11.
orang tuanya.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Proses pikir
Klien kurang dapat berbicara dengan lancar
Isi pikir
Tidak ada waham
Memory
Klien dapat mengingat alamat tempat tinggalnya dan nama lengkapnya sendiri
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan dapat berhitung
3. Analisa Data
No
1
Data
DS :
Klien mengatakan sering
Masalah
Resiko tinggi tindakan kekerasan
mendengar suara-suara
DO :
barang-barang
DS :
Klien sering mendengar suara-
suara bisikan
DO :
J. Pohon Masalah
Resiko tinggi tindakan kekerasan
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Harga diri rendah
Akibat
Masalah utama
Penyebab
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran berhubungan dengan harga diri rendah
2. Resiko tinggi tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi pendengaran
Diagnosa
Gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran berhubungan dengan
Tujuan
TU :
-
dengan:
menyendiri.
Klien kadang bicara sendiri dan
klien
Klasifikasi perasaan klien
gangguan persepsi
Sebagai tolak ukur dalam
menghadapi masalah
Agar klien mempunyai
tertawa sendiri
aktivitas kelompok
DO :
Klien kadang-kadang
TK :
suara.
-
Rasional
Untuk mengetahui adanya
Intervensi
Identifikasi halusinasi
halusinasi.
Klien dapat menemukan cara
menyendiri dan
dengan teman-temannya
Kolaborasi dengan dokter
dalm pemberian obat
lain
Agar klien tidak sendirian
dan agar klien tidak
mengadakan komunikasi
mengatasi halusinasi.
Klien dapat menjalin hubungan
saling percaya
lain
Membantu klien
mengurangi ketegangan
2.
TU :
-
ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan sering
TK :
-
pikiran
Untuk mengetahui perilaku
klien sehari-hari
Agar klien percaya pada
dirasakan klien
Agar klien tidak
mendengar suara-suara.
DO :
-
teman-temanny
Berikan penyuluhan pada
perilaku kekerasan.
Klien dapat mengidentifikasi
perilaku kekerasan.
Klien dapat membedakan
Hari/Tanggal
Diagnosa
Jumat, 11 April
2016
11:00
Implementasi
Evaluasi
S:
- Klien mengatakan
masih mendengar
berkenalan
Menganjurkan klien untuk tidak
suara-suara
O:
dengan teman-temannya
Beritahu klien tentang akibat dari
perilaku kekerasan
kesibukan sendiri
Agar klien dapat mengerti
bahwa perilaku kekerasan
itu berakibat fatal
No
merusak barang-barang.
A:
-
P:
2
Sabtu, 12 April
2016
14:45
kelompoknya
Menganjurkan klien untuk tidak
Lanjutkan tindakan
keperawatan
S:
- Klien mengatakan
masih sering
mendengar suara-suara
bisikan
O:
A:
-
P:
-
Lanjutkan tindakan
keperawatan
Nama
: Tn. A.I
Umur
: 46 tahun
Interaksi
: Fase Perkenalan
Lingkungan
: Di ruang D2
Deskripsi
Tujuan Interaksi
sakit
Tanggal Interaksi
Komunikasi
Verbal
Nonverbal
P : Selamat pagi
Analisa
Berpusat Pada Klien
Berpusat Pada
Perawat
P : Senang
P : Senyum
menatap klien
K : pagi ,suster
K : Membalas
senyum
P : Boleh
berkenalan?
P : Senyum.
Menatap klien
Rasional
Salam merupakan
interaksi yang baik
K : Kontak mata
singkat
P : Mengharapkan
kesediaan klien
K : Boleh suster
K : Mengangguk
dan
K : Menyatakan
kesediaan
senyum
P : Namanya siapa?
P : Berharap klien
P : senyum dan
menyambut uluran
mengulurkan
Bina hubungan
saling percaya
tangan
tangan
K : Saya Tn. I. A.
Kalau
K : Tampak malu
K : Menatap dan
Suster namanya
mengulurkan
siapa?
tangan
P : Nama saya
.. Saya
P : Berharap klien
P : Tersenyum dan
mahasiswa dari
mempertahankan
Unika de la sale
kontak mata
manado sedang
praktek di RS
ini. Saya praktek
di sini selama 4
hari. Bagaimana
menjawab
Menumbuhkan
hubungan saling
saling percaya
kabar Tn. A. I
hari ini?
K : Saya merasa
baik-baik saja.
K : Ekspresi biasa
K : Ekspresi biasa
P : Sudah berapa
lama Tn.A. I di
sini?
klien
Mengetahui proses
pikir klien
pertahankan
kontak mata
K : Berbicara pelan
K : Kontak mata
kurang
P : Mengapa Tn. A.
P : Berharap klien
menjawab
Mengetahui
kesadaran klien
kontak mata
K : karena saya
merusak
K : Tampak malu
K : Menunduk
barang-barang.
P : Sekarang umur
P : Berharap klien
Mengetahui
Tn. A. I berapa?
P : Tersenyum
masih menerima
kesadaran klien
perawat
K : Saya lupa
Suster
K : Kontak mata
K : Menatap perawat
cukup
P : Berharap klien
P : Tersenyum dan
membawa Tn.A.
Pertahankan
I ke sini?
kontak mata
menjawab
Mengetahui
kesadaran klien
K : Tampak malu
K : Menunduk
Membawa saya
Ke RS ini.
P : Tn. A.I sampai
sini dulu
P : Berharap Klien
P : Tersenyum dan
menerima kontrak
Mengakhiri kontrak
pertama dan
bincang-bincang
pertahankan
membuat kontrak
kontak mata
baru
sambung lagi
besok. Bisa ?
K : Iya Suster
K : Kontak mata
K : Kontak mata
singkat
singkat
P : Besok sekitar
jam 15.00 kita
P : Senang. Klien
P : Tersenyum
Menghargai klien
menerima kontrak
K : Menjawab kontak
K : Klien menatap
K : Iya Suster
mata
perawat dan
tersenyum
P : Menghormati klien
baik
P : Tersenyum
P : Selamat siang
K : Merespon perawat
K : Mengangguk
K : Siang Suster
Berpisah dengan
: Tn. A. I
Umur
: 46 tahun
Interaksi
: Fase Kerja
Lingkungan
: Di ruang D2
Deskripsi
Tujuan Interaksi
Tanggal Interaksi
Komunikasi
Verbal
Nonverbal
P : Selamat siang
Tn. A. I
K : Selamat siang
Perawat
P : Berharap
P : Kontak mata,
berjabat tangan
K : Senyum
Suster
P : Tn. A. I
Analisa
Berpusat Pada Klien
Berpusat Pada
membalas sapaan
Rasional
Salam merupakan
interaksi yang baik
K : Kontak mata
kurang baik
P : Tersenyum
P : Menarik minat
bagaimana
klien untuk
tidurnya
bercerita
semalam?
K : Kurang
nyenyak Suster
P : Lalu Tn. A. I
masih
K : Kontak mata
K : Tersenyum
kurang
P : Pertahankan
P : Berharap klien
kontak mata
memberikan
mendengar
Mengetahui
keadaan klien
jawaban
bisikan-bisikan?
K : Iya Suster
K : Menunduk
K : Kontak mata
kurang
P : Tersenyum dan
P : Berharap klien
Upaya unutk
suka
pertahankan
menerima anjuran
menyadarkan klien
menyendiri.
kontak mata
perawat
terus
K : Iya Suster
K : Kontak mata
tidak lama
K : Senang, masalah
ditanggapi dengan
baik
P : Tn. A. I
P : Tersenyum
P : Memastikan klien
mengerti kan?
K : Iya mantri
K : kontak mata
Memastikan klien
mengerti anjuran
mengerti anjuran
perawat
perawat
K : Senang
P : Tersenyum dan
P : Berharap klien
Mengakhiri kontrak
percakapan kita
Pertahankan
Menerima
pertama dan
kontak mata
Pertemuan
membuat kontrak
selanjutnya
baru
di sini dulu
K : Iya Suster
P : Selamat sore
P : Tersenyum
P : Menaruh hormat
pada klien
Berpisah dengan
baik
K : Sore Suster
K : Mengangguk
K : Merespon perawat
: Tn. A. I
Umur
: 46 tahun
Interaksi
: Fase Terminasi
Lingkungan
: Di ruang D2
Deskripsi
Tujuan Interaksi
Tanggal Interaksi
Verbal
Komunikasi
Nonverbal
P : Selamat pagi
Tn. A. I
Analisa
Berpusat Pada Klien
Berpusat Pada
Perawat
P : Berharap
P : Menatap klien
dan tersenyum
menerima perawat
Rasional
Ucapan salam
menjalin rasa
percaya
K : Pagi Suster
P : Bagaimana
keadaan Tn. A. I
sekarang? Apa
yang saya
anjurkan
kemarin sudah
P : Bertanya dengan
empati
P : Berharap klien
menjawab
pertanyaan
Mengetahui
keadaan klien
Tn. A. I lakukan?
K : Iya Suster
K : Mengangguk
Tersenyum
P : Apa yang
P : Berharap klien
Mengetahui masih
Tn. A. I rasakan
menjawab
sekarang?
pertanyaan
tidak
P : Menatap klien
K : menatap perawat
K : Kecewa
tajam
bisikan-bisikan
itu
P : Ya sudah kalau
P : Tersenyum
P : Berharap klien
Perpisahan yang
begitu. Tn. A. I
menerima
harus rajin
perpisahan
klien tergantung
berdoa
pada perawat
K : Mengangguk
K : Menjawab senang
senang
P : Saya permisi
P : Tersenyum
P : Berharap respon
dulu. Selamat
dari klien
siang.
K : Selamat siang
Suster
K : Berdiri menatap
perawat
K : Klien menerima
perpisahan
Sebagai interaksi
yang baik
TINJAUAN TEORITIS
PENGERTIAN WAHAM
Gangguan orientasi realitas dibagi menjadi dua yaitu waham dan halusinasi. Waham adalah kepercayaan yang benarbenar salah dan berfikir yang sesuai dengan orang lain dan kontradiksi dengan realitas sosial (Stuart and Sunden,
tahun 1995 hal 146).
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah atau bertentangan dengan kenyataan dan tetap pada pemikiran
seseorang dan latar belakang sosial budaya (Rowlis, tahun 1991, hal 167)
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin
aneh (misal, mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak
mungkin, misal, FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada skizofrenia. semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak
sistematis.
GANGGUAN WAHAM
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi
psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata.
pasien memiliki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga
Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu)
Biasanya terorganisasi dengan baik (misal, orang jahat ini mengumpulkan alasan alasan tentang sesuatu yang
sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskannya secara rinci).
Biasanya waham kebesaran (misal, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya)
Respon adaptif
- Pikiran logis
Respon maladaptive
- pikiran kadang menyimpang
- kelainan pikiran/delusi
- persepsi akurat
- ilusi
- waham
- emosi konsisten
- halusinasi
- ketidakmampuan untuk
dengan berlebihan
- perilaku sesuai
mengalami emosi
- hubungan sosial
- menarik diri
- ketidakteraturan
perilaku
D.
Faktor presdisposisi
Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan
ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif
Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan
Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau perubahan pada sel kortikal dan
lindik
E.
Faktor presipitasi
Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di asingkan dari kelompok.
Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab waham pada seseorang
Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan
koping untuk menghindari kenyataan yang menyenagkan.
F. Tanda-tanda dan Gejala
1.
Kognitif :
a.
b.
c.
d.
2.
Afektif
a.
b.
Afek tumpul
3.
a.
Hipersensitif
b.
c.
Depresi
d.
Ragu-ragu
e.
f.
g.
Streotif
h.
Impulsive
i.
Curiga
4.
Fisik
a.
Higiene kurang
b.
Muka pucat
c.
Sering menguap
d.
BB menurun
4. Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kinginanya, ajak klien untuk melakukan kegiatan
sehari-hari dirumah seperti : menyapu, mengepel dan membersihkan tempat tidur.
5. Hindarkan berdebat tentang waham
6. Jika ketakutan katakan Anda aman disini, saya akan bantu anda mempelajari sesuatu yang membuat anda takut .
7. Berikan obat sesuai dengan peratuaran
8. Jangan lupa kontrol.
G. Macam macam waham
Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan,
contoh : kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap hari , atau klien mengatakan
bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan mahkluk nya
Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, di
ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........
saya punya tambang emas !
Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai diri nya, di ucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka semua iri dengan
kesuksesan yang di alami saya.
Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuh nya terganggu atau terserang penyakit, di ucapkan berulag-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan .
Contoh : klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di
temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.
Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai denga
kenyataan
Contoh : ini kan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.
H. Status metal
Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan aneh.tidak jarang bersikap curiga atau
bermusuhan terhadap orang lain.klien biasa cerdik ketika di lakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data
selain itu perasaan hati nya konsisten dengan isi waham.
I.
Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan danmerapikan pakaian.
Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
I. Data Pasien
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny.Y.S
Umur
: 29 Thn
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tidak Ada
Status
: Belum menikah
Alamat
TTL
Tgl MRS
: 18-04 -2016
: Tn. T.S
Alamat
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
:Petani
:Kriten Prostetan
Klien berbibicara tidak normal,suka keluyuran (jalan tanpa tujuan ),merontak ,berbicara tidak sesuai dengan Realita.
Klen selalu bicara berlebihan namun sampai pada tujuan pembicaraan, klien mengaku orang tuanya (ayah dan
ibu ),tinggal di Jakarta.
3.
4.
Riwayat Prenatal : -
Riwayat Keluarga : Tidak ada keluaraga pasien yang mengalami gangguan jiwa.
N : 80 x/m
R :-
SB : 36 C
TB :130 cm
BB :46 Kg
Keluhan Fisik : Masalah Keperawan : -
V. Psikososial :
1.
Pihak ibu
A.
a)
Keterangan:
: Laki-Laki
:Perempuan
:Klien
C :Saudara Ayah
D :Saudara Ibu
E :Saudara Klien
2.
Konsep Diri
Gambaran Diri :
Klien slalu mengatakan kehebatan orang tuanya
b)
Identitas Diri :
Klien adalah anak kandung
c)
Ideal Diri :
Saat di kaji klien mengatakan orang tuanya pernah tinggal di jakarata
d)
Harga Diri :
Klien pling suka bergaul dengan semua perawat yang ada dalam ruangan
e)
Peran :
Klien tidak mempunyai peran yang penting dalam pergaulan dengan teman - temanya
3.
a)
b)
c)
4.
Hubungan Sosial
Orang yang paling berarti :
Tidak ada
Peran serta dalam kegiatan kelompok dan masyarakat :
Saat dikaji klien mengatakan suka ikut kegiatan ibada di gereja
Hambatan dalam hubungan interaksi :
Kilen tidak memiliki hambatan dalam berinteraksi, klien sangat aktif sekali dalam berinteraksi dengan semua
perawat yang ada didalam ruangan.
Spiritual
a)
b)
Penampilan :
2.
Pembicaraan :
Saat dikaji pasien berbicra dengan jelas,cepat,berbicara pindah-pindah tidak ada kaitannya
3.
Aktifitas Motorik :
Saat dikaji klien tampak tegang,gelisa,agitasi,tik,grinmasen.
4.
Alam Perasaan :
Saat di kaji objeknya belum jelas
5.
6.
Gangguan Persepsi :
Halusinasi
7.
Proses Pikir :
Klien selalu berbicara berlebihan namun tidak sampai pada tujuan pembicaraan
8.
Tingkat Kesadaran :
Bingun,Stupor (gangguan motorik seperti,kekakuan,gerakan-gerakan yang di ulang-ulang)
9.
Memori
Kontabulasi (pembicaran tidak sesuai dengan kenyataan),berhitung penambahan atau pengurangan
10.
A. ANALISA DATA
N
O
Data
Masalah Keperawatan
DS : - Klien mengatakan
Orang Tuanya berada di
jakarta
DO : - Klien menganggap
dirinya
lebih tinggi dari
orang lain
-Gaya bicara klien
suka
melebih-lebihkan.
B. POHON MASALAH
C. Diagnosa keperawatan
1). Gangguan isi pikir waham kebesaran.
Akibat
Masalah
Penyebab
Komunikasi
Nonverbal
P : Selamat
pagi
P : Ada
kontak
mata,
berjabat
tangan
dan
mendek
ati klien
K : Selamat
pagi,
K : Ada
kontak
mata
Suster
K:
Analisa
berpusat pada
klien
-Klien
tersenyum
disapa oleh
perawat
Analisa
berpusat pada
perawat
-Berharap
klien
menerima
dan
membalas
sapaan
-Klien duduk
tidak raguragu.
-Berharap
dapat
melanjutkan
pembicaraan
Rasional
Ucapan
salam
sebagai
tanda awal
dari
terjadinya
hubungan
saling
percaya
Dengan
menyebutka
n nama
menandakan
klien
bersedia
untuk
P : Perkenalkan
nama saya
Shannon..
biasa di
panggil
Shannon ,
saya
mahasiswa
Unika de la
sale
yang
praktek
disini
selama 4
hari , boleh
kenalan ?
K : Boleh
Suster,
nama saya
M.
M
P : Apakah M. M
masih ingat
kapan
dirawat
disini?
K : Saya
dirawat
Memperta
hankan
kontak
mata
dan
tidak
-Klien mulai
brbicara dan
menjawab
pertanyaan.
-Berharap
klien dapat
menyebutka
n nama
dengan
lengkap dan
benar
-Klien berbicara
dengan cepat
dan keras
-Berharap
klien
menjawab
pertanyaan
dengan
benar
tersenyum
P:
Memperta
hankan
kontak
mata
dan
terseny
um
-Klien banyak
bicara
K : Kontak
mata
K:
Menata
p
perawat
-Menjawab
spontan
-Berharap
klien tahu
keberadaan
dirinya
-Berharap
klien mau
untuk
pertemuan
melanjutkan
pembicaraan
Waktu yang
akan
berjalan
akan lebih
efektif.
Membina
hubungan
saling
percaya
Kontrak
waktu
disini pada
tanggal 1604-2016
P: Trus kenapa
sampai M.M
bisa dirawat
disini
K : Saya
dirawat
karena
kurang
tidur dan
jalan
tanpa
tujuan
P : Baiklah, M.
M
Pertemuan
kita
sampai
disini
dulu, saya
harap
M. M tetap
ingat nama
saya
dan besok
apakah kita
boleh
selanjutnya.
P:
Memperta
Hankan
Tingkah
laku
klien
P : Kontak
mata
baik
K:
Menjawab
K : Kontak
mata
berbicar
a jelas
sambil
terseny
bercerita
kembali?
K : Boleh
Suster..
P: Kalau
begitu ,besok
kita bertemu
lagi di sini ya
ibu,kita akan
membicarakan
tentang
perasaan ibu
,bagaimana
kalau bertemu
di tempat ini
lagi?
K: Boleh suster..
um
K : Ada
kontak
mata
dan
terseny
um
P : Kontak
mata
dan
membal
as
senyum
.
Komunikasi
Nonverbal
P : Selamat
sore
P :Berhadapan sambil
berjabat
tangan
K : Selamat
sore,
Suster
P : Kontak
mata tetap
dipertahank
an sambil
tetap
memperhati
Analisa
berpusat pada
klien
-Membalas
sapaan
sambil
tersenyum
Analisa
berpusat
pada perawat
-Berharap
klien mau
berbincangbincang
Rasional
Ucapan
salam
sebagai
tanda awal
dari
terjadinya
hubungan
saling
percaya
kan klien
P : Apakah Ny.
M. M masih
ingat
dengan
perjanjian
kita
kemarin?
K : Masih
Suster
P : Baiklah
boleh kita
mulai
bincangbincangnya
sekarang?
K :Baik, Suster
P : Apa yang
menyebabk
an M sakit
seperti ini?
K : Saya tau
Suster
-Berharap
dapat
melanjutkan
pembicaraan
K : Kontak
mata
singkat
P : Tetap
mempertah
ankan
kontak
mata
Memastikan
apakah klien
sudah siap
untuk
memulai
pembicaran
-Klien
menjawab
sambil
menggerakan
tubuhnya
K : Menjawab
dengan
jelas
K : Kontak
mata
dipertahank
an
P : Kontak
mata sambil
tersenyum
K : Membalas
dengan
Membina
hubungan
saling
percaya
-Klien
menjawab
dengan nada
sinis
-Menyakinkan
pasien dan
ingin
menimbulka
n rasa
percaya
saya biasa
kurang
tidur dan
jalan-jalan
tanpa
tujuan
senyuman
kepada
perawat
P : Sekarang
apa yang
M
rasakan?
K : Biasa-biasa
saja
P:
Menanyaka
n semua
pertanyaan
sesuai
format yang
ada,setelah
selesai
bertanya
perawat
mengakhiri
perbincang
an
P : Baik, M
senang
sekali
-Klien
menjawab
spontan
-Klien banyak
bicara
Kontrak
waktu
berbicara
banyak
dengan
anda, tapi
kontrak
waktunya
telah
selesai jadi
kita sudahi
dulu
pembicaraa
n kita
sampai
disini
K: Waktunya
sudah habis
y Suster?
P : Ya, tapi
besok
apakah kita
boleh
bercerita
kembali?
K:
BolehSuster..
-Berharap
klien mau
untuk
pertemuan
selanjutnya.
-Menjawab
spontan
Nama
Umur
Interaksi
Lingkungan
Deskriptif
Tujuan interaksi
: Ny. Y.S
: 29 Thn.
: III Fase Terminasi
: Diluar ruangan duduk bersama dengan jarak 1 m
: Klien memakai kaos kuning dan celana pendek merah
: Mengakhiri interaksi agar klien dapat menerima perpisahan dengan
perawat
Waktu Interaksi : 13-04-2016, Pukul 10.00-10.15
Ruangan
: Maengket (Rawat inap E )
Komunikasi
verbal
P : Selamat
pagi M
bagaimana
kabarnya
pagi ini ?
K : Selamat
pagi,
Suster,
kabarnya
baik
Komunikasi
Nonverbal
P : Menatap
klien
sambil
tersenyu
m
K:
membala
s senyum
dengan
kontak
mata
Analisa
berpusat pada
klien
- Terlihat
gembira
-Klien
tersenyum
Analisa
berpusat
pada perawat
-Berharap
klien mau
berbincangbincang
-Berharap
dapat
merespon
pertanyaan
Rasional
Mengucap
salam dapat
menambah
keakraban
dengan klien
Pamitan
P:
P : Apakah M
sudah
makan pagi
dan mandi
paginya
blm?
K : Sudah
Suster
P : Bagaimana
dengan
tidur M
semalam?
K : Nyenyak
Suster..
P: Hari ini saya
ingin
memberi
Mempert
a hankan
kontak
mata dan
sambil
memperh
atikan
klien
K : Kontak
mata
singkat
P : Kontak
mata
dipertaha
nkan
K : Kontak
mata
sambil
tersenyu
m.
P:
Membala
s dengan
senyuma
n
-Menjawab
sambil
memperhatika
n
sekelilingnya
- Menjawab
dengan
spontan
-Berharap
klien dapat
menerima
perpisahan
dengan baik
-Fase
terminasi
berakhir
dengan baik
dengan
pasien agar
terjadi
hubungan
yang baik
dan tidak
ada pihak
yang
dirugikan.
Pasien tidak
merasa
sedih dan
bisa
menerima
perpisahan
itu.
tahu bahwa
besok dinas
kami yang
terakhir dan
akan pindah
kelahan lain.
K :Tapi mantri
masih akan
berkunjung
kesini lagi
kan?
P : Ya, kalau
tidak sibuk
saya akan
dating jenguk
M lagi dan
saya harap
M rajin
berdoa dan
minum obat
y?agar lekas
sembuh
K : Ok, Suster..
G. ASUHAN KEPERAWATAN
No
1.
Diagnosa
Gangguan isi pikir:
waham kebesaran b/d :
Tujuan
TUM :
Klien dapat
Intervensi
Bina
Rasional
Hubungan
DS : - Klien mengatakan
bahwa
Orang tuanya
berada di jakarta
DO : - Klien menganggap
dirinya
lebih tinggi dari
orang lain
-Gaya bicara klien
suka
melebih-lebihkan.
berpikir secara
hubungan
saling
rasional
saling
percaya
mengatakan
percaya
sebagai
yang
dengan
dasar
sebenarnya.
TUK :
menggunak
interaksi
1). Klien dapat
an
yang
membina
hubungan
terapeutik
hubungan
saling
terapeutik
antara
percaya
perawat
2). Klien dapat
dank lien
membedak Jelaskan pada
an waham
klien
Dengan
dan
tentang
memberi
realita/keny
waham
ataan
penjelasan
3). Klien
dengan
pada pasien
dapat
kenyataan
tentang
memanfaat
yang ada
kan obat
waham dan
serta
sekarang
realita maka
terkontrol
diharapkan
untuk
mengontrol
klien dapat
wahamnya.
membedaka
n antara
Anjurkan klien
minum obat
waham dan
realita.
secara
Dengan
teratur
sesuai
minum obat
dengan
secara
aturan
teratur
minum obat
dapat
mempercep
at proses
penyembuha
n.
H. Catatan Keperawatan
Jam/
Tanggal
11.00
18-04-2016
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan isi pikir
:Waham kebesaran
Implementasi
Evaluasi
1.Membina hubungan
saling percaya dengan
klien (menyapa klien
dengan memberi
salam, tanyakan
keadaan pasien)
S : Klien masih
mengatakan
bahwa dia
adalah seorang
professor
bahasa inggris
dan tanda
tanganya yang
terdapat di uang
2.Menjelaskan pada
pasien tentang waham
15.00
18-12-2009
Resiko kekerasan
terhadapa orang lain
seribu kertas.
O : -Gaya bicara
pasien masih
melebihlebihkan
-Klien memiliki
rasa percaya
diri yang tinggi
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
tindakan
keperawatan
S : Klien masih
sekali-kali
mengatakan
O : -Nada bicara
klien keras.
-Klien banyak
bicara
-Klien mulai
tenang saat
diberikan
pengertian
A : Masalah mulai
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di kota besar
maupun kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran NAPZA sudah sangat
mengkhawatirkan sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan NAPZA akan menghancurkan
generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005).
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA
padaakhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah serta
media elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin banyak masyarakat yang
memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-24 tahun)
sepertinya menjadi suatu model perilaku baru bagi kalangan remaja (DepKes, 2001).
Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya
pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk
mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat bukan karena pendidikan yang rendah
tetapi kadangkala disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut; faktor keluarga
lebih pada hubungan individu dengan keluarga; faktor lingkungan lebih pada kurang positif
sikap masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya ketidakpedulian masyarakat tentang
NAPZA (Hawari, 2000). Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai
melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan. Hal ini ditunjukkan dengan makin
banyaknya individu yang dirawat di rumah sakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan
zat yaitu mengalami intoksikasi zat dan withdrawal.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak
disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes,
2001). Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di
rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu
dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).
2.
3.
4.
5.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah
terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan
dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap
obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan.
Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen,
1998).
Respon Maladaptif
Tinggi alamiah
Penggunaan
Penggunaann
Ketergantungan
aktivitas fisik,
jarang dari:
sering dari:
penyalahgunaan,
meditasi
nikotin, kafein,
nikotin, kafein,
alkohol, obat
alkohol, obat
toleransi
yang diresepkan,
yang diresepkan,
obat terlarang
obat terlarang
Respon adaptif - maladaptif dari rentang respon penggunaan zat kimiawi sebagai
kopingadalah sebagai berikut :
a. Beberapa NAPZA secara alamiah ada di dalam individu (endorphin), berguna
untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti melakukan aktivitas fisik, meditasi, tetapi
dalam kadar yang selalu ada pada keseimbangan.
b. Beberapa individu mengkonsumsi NAPZA seperti: tembakau, kafein, alkohol, obatobatresep,
dan
terlarang
dengan
penggunaan
jarang,
sehingga
terjadi
Eksperimental Rekreasional
Situasional
Peyalahgunaan
Ketergantungan
Keterangan :
a. Eksperimental
Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tau dari remaja. Sesuai
kebutuhan pada masa tubuh kembangnya, klien biasanya ingin mencari pengalaman
yang baru atau sering dikatakan taraf coba-coba.
b. Rekreasional
Penggunaan zat aditif pada waktu berkumpil dengan teman sebaya, misalnya pada
waktu pertemuan malam mingguan, acar ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai
tujuan rekreasi bersama teman-temannya.
c. Situasional
Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya
sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atu mengatasi
masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang
mempunyai masalah, stres, dan frustasi.
d. Penyalahgunaan
Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin,
minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi
dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
e. Ketergantungan
Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus
zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin
pada dosis tertyentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai,
sehingga menimbulkan kumpilan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan).
Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan
dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang bisa diinginkannya.
terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana.
Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi
pengobatan secara langsung karena terlaluberisiko. Contoh narkotika alami
yaitu seperti ganja dan daun koka.
2) Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yang
bersifat sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa
sakit/analgesik.
Contohnya
yaitu
seperti
amfetamin,
metadon,
syaraf
simpatis.
Termasuk
dalam
golongan
stimulan
adalah
fisik seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999). Adapun yang termasuk
zat adiktif ini antara lain: minuman keras (minuman beralkohol) yang meliputi
minuman keras golongan A (kadar ethanol 1% sampai 5%) seperti bir, green sand;
minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) seperti anggur
malaga; dan minuman keras golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%)
seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu aktivitas seharihari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan mengalami
gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10% (Marviana dkk. 2000). Zat
adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia.
2.4 Faktor Predisposisi
Penyebab penyalahgunaan NAPZA menurut Hawari (2000) adalah interaksi antara faktor
predisposisi, faktor kontribusi dan faktor pencetus. Faktor kontribusi yaitu kondisi keluarga
yang tidak baik (disfungsi keluarga) seperti keluarga yang tidak utuh, kesibukan orang tua
dan hubungan interpersonal dalam keluarga yang tidak harmonis. Faktor pencetus yaitu
pengaruh teman sebaya serta tersedia dan mudahnya memperoleh barang yang dimaksud
(easy availability).
Faktor predisposisi terbagi dalam tiga kelompok yaitu :
1. Faktor biologik, Meliputi: kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan
alkohol dan perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik
yang tidak nyaman.
2. Faktor psikologik, meliputi: kepribadian ketergantungan oral, harga diri rendah,
sering berhubungan dengan penganiayaan pada masa kanak-kanak, perilaku
maladaptif yang dipelajari secara berlebihan, mencari kesenangan dan menghindari
rasa sakit, sifat keluarga termasuk tidak stabil, tidak ada contoh yang positif, rasa
kurang percaya tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu serta orang tua
yang adiksi.
3. Faktor sosiokultural, meliputi: ketersedian dan penerimaan sosial terhadap
pengguna obat, ambivalen sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan zat, seperti
tembakau, alkohol dan maryuana, sikap, nilai, norma dan sosial kultural kebangsaan,
etnis dan agama, kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan
kesempatan
1) Keluarga
yang
memiliki
riwayat
(termasuk
orang
tua)
mengalami
ketergantungan narkoba.
2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan
yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu
bilang tidak).
3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian
yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara
ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya
mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak
hal.
6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan
yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam
menanggapi sesuatu.
b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara temanteman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku
seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih banyak dalam delinquent dan
penggunaan obat-obatan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor sosial tersebut
memiliki dampak yang berarti kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan
obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan
psikologis.
c. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai
pemicu seseorang menjadi pecandu. Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan
semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya
menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh
beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga faktor yang
muncul secara beruntun akibat dari satu faktor tertentu.
2.6 Tanda dan Gejala
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi. Selain intoksikasi, ada juga sindroma
putus zat yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat penggunaan zat yang dikurangi atau
dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis zat yang berbeda.
Ganja
1. Eforia
2. mengant
1. eforia
2. mata
uk
3. bicara
merah
3. mulut
cadel
kering
4. konstipas 4. banyak
i
5. penuruna
n
kesadara
n
bicara
dan
tertawa
Sedative-
Alcohol
Anfetamine
hipnotik
1. pengendalia
nafsu
ang
tidur
makan
5. hilang
meningkat
kesadaran
5. gangguan
persepsi
Ganja
Sedative-
hipnotik
jarang 1. cemas
2. tangan
ditem
gemetar
ukan
3. perubahan
persepsi
4. gangguan
daya ingat
5. tidak
bisa
tidur
Alcohol
Anfetamin
1. cemas
2. depresi
3. muka
1.
2.
3.
4.
merah
4. mudah
marah
5. tangan
cemas
depresi
kelelahan
energi
berkurang
5. kebutuhan
tidur
meningkat
gemetar
6. mual
muntah
7. tidak bisa
tidur
1. Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi. Detoksifikasi
adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua cara
yaitu:
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang
mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus
zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti
sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya
kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan
alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi
adalah dengan
sekali.
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang
menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal
mungkin.Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial,
dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan
sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagian
besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving)
terhadap NAPZA yang selalu terjadi (DepKes, 2001). Dengan rehabilitasi diharapkan
pengguna NAPZA dapat:
1.
2.
3.
4.
baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri
dengan
baik
dalam
dengan
pergaulan
dengan lingkungannya.
Bagan tipe rehabilitasi
Psikososial
Program
Kejiwaan
Dengan
Komunitas
Keagamaan
Berupa
program Pendalaman,
rehabilitasi
menjalani
terstruktur
psikososial
rehabilitasi
diikuti
merupakan
diharapkan
mereka
ke
klien tinggal
dalam
rehabilitasi
satu
masyarakat
yang
Dipimpin
(reentry
semua
mantan
keimanan
ini
tempat. dapat
oleh menumbuhkan
pemakai kerohanian
yang
memenuhi
syarat
sebagai seseorang
koselor,
setelah sehingga
menjadi
atau
dinyatakan (spiritual
pada
power)
diri
mampu
dengan
adaptif
atau mengikuti
pengetahuan
dengan kata
dan
keterampilan
tindakan
misalnya
antisosial
hanya
dengan
dapat
balai mereka
menekan
pendidikan
risiko
dan seminimal
mungkin
terlibat
sebagai dalam
NAPZA
keterampilan
taat
mengelola
apabila
dan
rajin
waktu menjalankan
dan
perilakunya ibadah,
pusat-pusat
bersosialisasi
secara
rehabilitasi.
dengan
dalam
Dengan
sesama
kehidupannya
kadang-kadang
demikian
rekannya
sehari-hari,
beribadah
efektif kekambuhan
sehingga
klien
mengatasi
21,50%,
risiko
menjalani
membimbing
keinginan
program
dan
mengunakan
sekali
rehabilitasi
mengasuhnya
dapat
nagih
melanjutkan
dan
kembali
relaps.
(craving) ibadah
agama
sekolah/kuliah
atau bekerja
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN
Kambuh merupakan pengalaman yang sering terjadi dalam proses pemulihan pasien
gangguan penggunaan NAPZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang dapat
diprediksi dalam kekambuhan adalah sistem keyakinan yang salah dan menetap (....'Saya
seorang pecandu dan saya tidak bisa berhenti menggunakan NAPZA...'). Di bawah ini
beberapa strategi yang digunakan dalam pencegahan kekambuhan :
1.
memotivasi)
2.
Identifikasi situasi resiko tinggi yang menimbulkan kekambuhan (Kapan,
dimana, dengan siapa dan bagaimana penggunaan Napza bisa terjadi)
3.
Mengajarkan kamampuan masing hadapi masalah (coping skill), misalnya:
ketrampilan sosial, ketrampilan manajemen diri, monitoring diri dari penggunaan
NAPZA,
4.
Mengembangkan strategi untuk menghadapi situasi yang dapat menyebabkan
terjadinya kekambuhan :
1.
apa yang harus dilakukan pasien dalam suatu kejadian yang dapat
menimbulkan kambuh?
2.
Dimana pasien mendapatkan dukungan?
3.
Apa peran yang dapat diberikan dari teman atau keluarga?
4.
Seberapa cepat pasien harus membuat perjanjian untuk kembali ketempat
praktek?
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I.
Tanggal Dirawat
: 4 april 2016
Tanggal Pengkajian
: 4 april 2016
Ruang Rawat
: Wijaya Kusuma
IDENTITAS
Nama
: An. J
Umur
: 17 tahun
Alamat
: Siderejo
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Status
: Belum Kawin
Pekerjaan
:Jenis kelamin : Laki- laki
No. RM
: 098XXX
II.
ALASAN MASUK
ta Primer
: klien mengatakan dirumah sering marah- marah, mendengar suara- suara yang tidak ada
wujudnya.
: klien sakit sejak 4 thn yang lalu dengan gejala sering marah- marah, melamun senyum-
a Sekunder
senyum sendiri.
III.
IV.
1.
FAKTOR PREDISPOSISI
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sekitar 4 tahun yang lalu, tetapi belum pernah
dirawat di RSJ. Klien mengatakan sering mendengar bisikan- bisikan.
2.
3. Klien pernah ada riwayat NAPZA zat aditif : alcohol dan riwayat trauma.
Riwayat trauma
Usia
1
Aniayafisik
Pelaku
Korban
Saksi
13
Aniayaseksual
Penolakan
Kekerasandalam keluarga
14
Tindak kriminal
Klien mengatakan pernah dikeroyok temannya berjumplah 4 orang. Menurut ayahnya klien
sering melihat ayah dan ibunya bertengkar.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan: ketidakefektifan
penatalaksanaan
regiment
terapeutik.
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pernah dikeroyok temannya yang berjumplah 4 orang.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Responpaska trauma.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga klien yang mempunyai riwayat penyakit gangguan jiwa.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : V.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 14 januari 2014
1) Keadaan umum : Cara berpakaian rapi sesuai, klien dalam keadaan menyendiri,
melamun
2) Tanda vital :
TD
: 130/90 mmHg
ND
: 83 x/menit
S
: 36O C
RR
: 19 x/menit
3) Ukur
BB
: 49 kg
TB
: 162 cm
4) Keluhan fisik : Terdapat luka/ borok dilutut sebelah kiri
Masalah / Dx Keperawatan : Resiko Tinggi terhadap infeksi
VI.
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1) Genogram
Penjelasan :
Pola Asuh
adik laki-laki, pola asuh orang tuanya yaitu membiarkan anaknya kurang begitu peduli karena
sibuk disawah
Pola Komunikasi
e. Harga diri
Klien mengatakan malu dengan halusinasinya (kondisinya) sekarang dan ingin cepat sembuh.
Masalah / Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah kronis
3) Hubungan sosial
a) Orang terdekat
Selama diruang wijaya tidak ada orang yang terdekat karena klien lebih memilih sendiri
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien memilih sendiri selama diruang wijaya kusuma, klien sering dimasukkan diruang
isolasi dan memilih sendiri.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain lebih memilih menanggapi halusinasi
karena isinya suara perempuan.
Masalah / Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
klien mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan percaya Allah itu adalah Tuhannya.
b) Kegiatan ibadah
Saat dirumah sakit klien melaksanakan sholat 5 waktu dengan rajin diruangan wijaya
kusuma.
masalah / Diagnosa keperawatan : VII.
STATUS MENTAL
1) Penampilan
Klien tampak bersih, berpakaian rapi dan sesuai, makan rapi mandi secara mandiri, BAB/
BAK sendiri tanpa bantuan.
Masalah / Diagnosa keperawatan : -
2) Pembicaraan
Klien berbicara dengan lancer dengan menggunakan bahasa Indonesia dan jawa.
Pembicaraan jelas dan sesuai dengan pertayaan.
Masalah / Diagnosa keperawatan : perilaku kekerasan
3) Aktivitas motorik
Klien mengatakan rajin mengikuti kegiatan diruangan seperti menyapu, mengepel, ambil
makanan diinstalasi gizi, apabila tugasnya sudah selesai klien menghabiskan waktu dengan
mendengarkan musik
Masalah / Diagnosa keperawatan : 4) Emosi dan afek
a. Afek :
Klien kadang bicara sendiri, kadang menyendiri, kadang mau bicara dengan orang lain bila
ditanya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
b. Emosi :
Klien mengatakan merasa kesepian ia terkadang memilih sendiri.
Masalah / Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
5) Interaksi selama wawancara
Ketika diwawancara klien tidak menatap lawan bicara, klien menghindar dari orang lain dan
lebih menanggapi halusinasi dan ingin mengikuti halusinasi.
Masalah / Diagnosa keperawatan : Risiko membahayakan diri
6) Persepsi-sensorik
Klien mengatakan setiap pagi hari mendengarkan suara suara perempuan yang
mengajaknya bergabung suara muncul ketika sendiri dan banyak orang klien mengatakan
takut apabila ada suara suara.
Masalah / Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
7) Proses piker
a.
8) Kesadaran
Kuantitatif
Kualitatif
: berubah limitasi dan relasi klien tertanggu dan tetapi tetap bisa mengontrol
sopan santun.
9) Orientasi
Klien berorientasi baik terbukti dari klien mengatakan bernama An. J dan dapat
menyebutkan bahwa hari ini hari selasa, tanggal 14 Januari 2014 dan ia berada di Ruang
Wijaya Kusuma.
10) Memori
Tidak ada gangguan daya ingat jangka panjang terbukti klien dapat menyebutkan tanggal
lahir dan bisa bercerita kronologi ia dibawa ke RSJ.
Tidak ada gangguan daya ingat jangka pendek terbukti klien bisa menyebutkan bahwa
kameramen siang menu makannya nasi, SOP Buntut.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tidak ada gangguan terbukti ia mampu berhitung mundur 20 1 dengan benar.
12) Kemampuan penilaian
Klien mengatakan setiap waktunya sholat ia sholat tanpa disuruh.
13) Daya Tilik Diri
Klien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan ia saat ini berada di RSJ Lawan untuk
berobat.
VI1I. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1)
Makan
Klien mampu menyiapkan peralatan makanan sendiri, porsi makan sendiri, mencuci peralatan
makannya.
2)
BAB/ BAK
Mandiri : klien dapat BAB/ BAK sendiri dikamar mandi tanpa bantuan orang lain.
3)
Mandi
Mandiri : klien dapat mandi sendiri dikamar mandi sehari 2 X sehari menggunakan sabun
mandi, tanpa bantuan orang lain.
4)
Berpakaian/ berhias
Mandiri klien dapat berpakaian berpenampilan rapi dan sesuai.
5)
6)
Penggunaan obat
Klien dibantu dalam pengambilan obat dan penyedian obat dikotak tetapi klien bisa minum
obat sendiri tanpa dibantu.
7)
Pemeliharaan kesehatan
Klien dapat meminta pertolongan pada perawat jika ada sakit yang dikeluhkan.
8)
9)
IX.
MEKANISME KOPING
Maladaptif : klien mengatakan jika mempunyai masalah ia lebih memilih menghindar dan
klien mengatakan minum alkohol.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif (Koping Defensif)
X.
a.
b.
Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien mengatakaan tidak ada masalah dengan
lingkungan ia merasa betah
c.
Masalah dengan pendidikan : klien mengatakan lulus SMP apabila sudah keluar dari rumah
sakit ia ingin melanjutkan sekolah lagi.
d.
e.
Masalah dengan perumahan : klien mengatakan tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.
f.
g.
Masalah dengan ekonomi : klien belum bekerja dan tidak memiliki penghasilan.
Masalah dengan pelayanan kesehatan : klien mengatakan apabila sakit keluarganya sakit
segera periksa.
XI.
ASPEK MEDIS
Terapi Medik : Trihexipenidril
CPZ
Diagnosis
: F. 20. 10
Data
Masalah / diagnosa
PSP : halusinasi
pendengaran
Isolasi sosial
Resiko PK
karena
ada
suara-suara
yang
membangunkannya
Do: gelisah, mondar mandir
7
efektif
dibiarkan saja
Do: 10.Ds: Keluarga klien mengatakan pernah membawa An Ketidakadekuatan
J
kepak
kyai,
paranormal
namun
menunjukkan perkembangan
Do: IX.
X.
XI.
Pohon masalah
Dx
Implementasi Keperawatan
Keperawatan
Perubahan SP 1
halusinasi
pendengaran
TTD
Keperawatan
S:
persepsi
sensori
Evaluasi
pagi
1. Membina hubungan
saling percaya
2. Menanyakan kabar
perempuan
memanggil saya
3. Memberi
kesempatan
untuk
saya,
kadang
mengungkapkan
menyuruh
perasaannya
minum kopi
biasanya
4. Mengobservasi
halusinasi
pendengarannya.
5. Membantu
menegenal
halusinasinya
6. Menanyakan
kepada klien
ada
saya
suara-suara
muncul saat sepi
klien
isi O:
namun
saya
Klien berjabat
halusinasinya
tangan
seperti apa?
Kontak
7. Menanyakan kapan
dan
situasi
seperti
kurang
Terkadang klien
yang
apa
yang
mengakibatkan
halusinasi muncul?
mata
tersenyumsenyum sendiri
A: SP 1 tercapai
P:
Lanjutkan SP 2
8. Menanyakan
seberapa
sering
halusinasi muncul?
9. Mendiskusikan dengan
klien apa yang dirasakan
jika halusinasi muncul
Diagnosa
Jam
05 april
Perubahan
2016
persepsi
sensori
halusinasi
Implementasi Tindakan
Evaluasi
Keperawatan
Keperawatan
SP 2 :
S:
sore mbak
1. Membina hubungan
saling percaya
TTD
pendengara
n
laki-laki
dengan pasien
2. Menanyakan
kembali apakah
halusinasi muncul
lagi atau tidak.
menyuruh saya
bangun, sekitar
jam 12 malam,
saya takut mbak
saya biasanya
diam saja atau
3. Menanyakan
enggak saya
mengikuti suara-
yang biasanya
suara
digunakan apabila
saya belum
ada halusinasi
pernah diajarkan
mengusir suara-
4. Menanyakan
keefektivitasannya
5. Mengajarkan dan
mendemonstrasikan
cara menghardik
halusinasi
suara
suara-suara
enggak hilanghilang
pergi kamu,
kamu tidak nyata
saya hanya
percaya sama
allah
O:
Klien mau menatap
mata perawat
Klien mau berjabat
tangan dengan
perawat
Klien mampu
memperagakan
menghardik
halusinasi
A:
SP2 tercapai
Klien mampu
membina
hubungan saling
percaya
Klien dapat
mengenal
halusinasinya
P:
Lanjutkan SP3
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
Tanggal /
Diagnosa
Jam
6 April
Perubahan
2016
persepsi
Implementasi Tindakan
Keperawatan
sensori
halusinasi
pendengara
n
SP3
Evaluasi
Keperawatan
S: sore
iya mbak bisa
1. Membina hubungan
saling percaya
dengan klien
2. Menanyakan kepada
klien keefektifan
menghardik
halusinasi saat
terjadi halusinasi
3. Mendiskusikan
mencuci piring
kegiatan-kegiatan
saya suka
yang biasanya
menyapu
O:
saat diruangan
4. Menyuruh klien
memperagakan salah
satu kegiatan yang
memperagakan
menyapu
Setiap hari klien
TTD
memlaksanakan
disukai
5. Mendiskusikan
kegiatan mulai
bangun tidur sampai
tidur lagi
yan g disebutkan
A:
SP 3 tercapai
Klien mampu
menyebutkan 2
cara
6. Menganjurkan klien
menghilangkan
menyibukkan diri
halusinasi yang
dengan banyak
telah
kegiatan
P:
lanjutkan SP 4
Diagnosa
/ Jam
7 april
Perubahan
2016
persepsi
sensori
halusinasi
pendengara
n
Implementasi Tindakan
Evaluasi
Keperawatan
Keperawatan
S: pagi mbak,
Sp 4
kabarnya baik
1. Membina hubungan
saling percaya
2. Menanyakan halusinasi
muncul lagi atau tidak
iya muncul
lagi suaranya,
kadang suara
cewek kadang
cowok, saya
3. Menanyakan
takut mbak
langsung saya
telah diajarkan
usir mbak
sebelumnya
saya dekat
dengan pak
4. Menanyakan orang-
TTD
mukhlis dan bu
orang terdekat pasien
terutama perawat
5. Mengajarkan
menghilangkan
halusinasi dengan
bercakap-cakap
leni
pak mukhlis,
suaranya
muncul lagi
saya takut
bu leni ,
suaranya
6. Mendemonstrasikan
muncul lagi
cara bercakap-cakap
saya takut
kalau enggak
minum obat
7. Menjelaskan cara
menghilangkan
halusinasi dengan
minum obat secara
teratur
8. Menanyakan kerugian
dan keuntungan minum
obat secara teratur
halusinasi
muncul lagi
O : SP 4
tercapai
Ada kontak
mata
An J
mampu
memperagakan
bercakap-cakap
apabila
halusinasi
muncul lagi
Minta obat
saat waktu
minum obat
P:
Melanjutkan SP
5
faktor predisposisi
1) biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang maladaftif
baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai berikut:
a)
penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofren
pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia.
2) Psikolagis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) sosial budaya
kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi
DAFTAR PUSTAKA
(2001). Buku pedoman praktis bagi petugas kesehatan (puskesmas) mengenai penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
(2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat rehabilitasi pada
pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.
Carpenito, L.J. (1995). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cokingting, P.S., Darst,E, dan Dancy, B. 1992. Mental Health and Psichiatric Nursing. Chapter
8. Philadelpia : J.B.,Lippincott Company
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana
pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Gunawan, Weka.2006.Keren Tanpa Narkoba.Jakarta:Grasindo
Hawari, D. (2000). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zat
adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Joewana, S. (2004). Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta:
EGC.
Marviana, dkk. (2000). Narkoba dan Remaja. Jakarta: Gramedia.
Partodihardjo,Subagyo.2010.Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya.Jakarta:Esensi
Purba, Jenny Marlindawani. Et al. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press
Stuart, Gail W. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3rd ed. Jakarta : EGC
Winarno, Heri. Et al. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Jarum Suntik
Bergantian Diantara Pengguna Napza Suntik di Semarang Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia. vol 3 no.2
Wresniwiro. (1999). Narkoba dan Pengaruhnya. Jakarta: Widya Medika.