Vous êtes sur la page 1sur 7

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Status Gizi

2.1.1. Definisi Status Gizi


Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau
perwujidan dari nurture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi juga
dapat diartikan sebagai keadaan kesehatan individu-individu atau
kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan
zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur dengan antropometri (Suhardjo, 2003).
2.1.2. Penilaian Status Gizi
Status gizi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara langsung dan
tidak langsung.
I.

Penilaian status gizi secara langsung


A. Antopometri
Pengukuran

antopometri

secara

umum

digunakan

untuk

memperkirakan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak balita


merupakan indikator yang paling luas digunakan, khususnya untuk
program perbaikan gizi dinegara berkembang
Indeks Antopometri yaitu:
1. Berat Badan menurut Umur
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
masaa tubuh. Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi
memiliki kelebihan dan kekurangan yang memerlukan perhatian.
Kelebihan indeks BB/U antara lain yaitu lebih mudah dan lebih cepat
dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut
maupun kronis, sangat sensitif terhadap perubahan perubahan kecil, dapat
mendeteksi kegemukan (overweight), dapat digunakan sebagai growth
monitoring, dan pengukuran yang dilakukan berulang dapat mendeteksi
growth failure karena infeksi atau kurang gizi. Kelemahan indeks BB/U

antara lain dapat menginterpretasikan status gizi yang keliru bila


mendapatkan odema maupun asites, memerlukan data umur yang akurat
terutama untuk anak dibawah usia lima tahun dan sering terjadi kesalahan
dalam pengukuran seperti pengaruh pakaian ataupun gerakan anak pada
saat penimbangan. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka
indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseotang saat ini
(Supariasa, 2002).
1. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antopometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keaddan normal tinggi badan tumbuh seiring
pertambahan umur. Kelebihan penggunaan indeks TB/U antara lain baik
untuk menilai dan menggambarkan status gizi masa lalu, ukuran panjang
dapat dibawa sendiri, murah dan mudah dibawa. Kelemahan indeks
tersebut yaitu pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek,
pengukuran relatis sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya (Supariasa, 2002).
2. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan berat badan. Kelebihan indeks BB/TB antara lain merupakan
indeks yang independen terhadap umur sehingga tiadak memerlukan data
umur, indeks BB/TB merupakan indikator untuk menilai status gizi saat
ini, tetapi juga dapat menggambarkan proporsi berat badan relatif terhadap
tinggi badan, maka indeks ini merupakan pula indikator kekurusan serta
dapat mengetahui proporsi badan seperti gemuk, normal maupun kurus.
Sementara ini kelemahan indeks BB/TB yaitu menggunakan dua macam
alat ukur, pengukuran relatif lama, tidak memberikan gambaran apakah

anak itu pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan karena
faktor umur tidak dipertimbangkan (Supariasa, 2002).
B . Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini berdasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.
Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut,
mukosa oral, atau dengan organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid. Survey ini dirancang untuk mendeteksi
secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
kelebihan zat gizi (Supariasa, 2002).
II.

Penilaian status gizi secara tidak langsung


A. Survei konsumsi makanan
Dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi dalam masyarakat, keluarga, dan
individu.

Survei

ini

dapat

mengidentifikasikan

kelebihan

atau

kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002)


A. Statistik vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan lain-lain yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaan dipertimbangkan sebagai bagian
dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat
(Supariasa, 2002).
B. Faktor ekologi
Penilaian yang didasarkan pada hasil interaksi beberapa faktor
fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Untuk mengetahui penyebab

malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program


intervensi gizi (Supariasa, 2002).
2.1.3. Klasifikasi Status Gizi
Untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan Z-score sebagai
ambang batas kategori. Standar deviasi unit (Z-score) digunakan untuk
meneliti dan memantau pertumbuhan serta mengetahui klasifikasi status
gizi.
Rumus perhitungan Z-Score (Irianton Aritonang, 2003):

Dalam menentukan status gizi ada ukuran baku yang disebut


reference. Buku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia
adalah WHO-NCHA (World Health Organization-National Center for
Health Statistics) dengan melihat nilai sebagai berikut :
Tabel 2.1. Baku Antopometri menurut standar WHO NCHS
NO

Indikator

Status Gizi

Keterangan

Berat badan menurut umur Gizi lebih

>+ 2 SD

(BB/U)

>=-2SD s/d +2SD


Gizi baik
<-2SD s/d >=-3SD
Gizi kurang
<-3SD

Gizi buruk
Tinggi badan menurut umur normal

>=-2SD

(TB/U)

<-2SD

Pendek/stunted
Berat badan menurut tinggi gemuk

>+ 2 SD

badan (BB/TB)

>=-2SD s/d +2SD


normal

<-2SD s/d >=-3SD


kurus
<-3SD
Sangat kurus
2.1.4 Hubungan Antara status gizi dan Status kembang balita
Keadaan

gizi

seseorang

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangannya, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Makanan


memegang peranan amat penting dalam tumbuh kembang anak, karena
anak

sedang

tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang

dewasa. Pemberian ASI sangat penting bagi bayi karena selain nilai
gizinya yang tinggi, terdapat zat -zat kekebalan yang melindungi anak
dari berbagai macam infeksi . Pengaturan makanan selanjutnya harus
disesuaikan dengan usia anak. Makanan harus mengandung energi dan
semua zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)
yang dibutuhkan pada tingkat usianya. Pada usia 1-2 tahun perlu
diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dengan menu
seimbang.
Dari data BPS, Susenas, terdapat 14,49% proporsi penduduk dengan
asupan kalori dibawah tingkat konsumsi makanan dan minimum untuk
asupan kalori 1400 kkal/kapita/hari pada tahun 2009 dan 61,86% untuk
asupan kalori 2000 kkal/kapita/hari.

Persentase ini masih tinggi jika

dibandingkan dengan target MDG 2015 yaitu 8,50% untuk 1400 kkal dan
35,32% untuk asupan kalori 2000 kkal (Pappenas, 2010). Balita yang
merupakan bagian dari penduduk Indonesia yang menjadi harapan masa
depan sangat memprihatinkan jika asupannya tidak mencukupi standar
kebutuhannya.

Hal ini akan memperburuk keadaan gizi balita di

Indonesia. Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia (WHO/ World


Health Organization, 2006) menunjukkan kesehatan masyarakat Indonesia
terendah di Asean yaitu peringkat ke142 dari 170 negara.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2002, dari 98 anak yang diteliti
60%

perkembangan

motoriknya

baik

dan

sisanya

mengalami

10

perkembangan yang terlambat yaitu 40%. Ditemukan bahwa ada hubungan


antara status gizi, asupan energi dan asupan protein terhadap
perkembangan motorik kasar balita (Sutrisno, 2003).
Peran gizi terhadap tumbuh kembang sangat jelas. Pertumbuhan,
dalam arti proses bertambahnya struktur dan ukuran tubuh, adalah hasil
langsung pemenuhan kebutuhan gizi, khusus energi dan protein. Karena
proses pertumbuhan ialah proses bertambahnya (terutama dalam
kandungan dan anak sampai usia 1-3 tahun) dan membesamya sel-sel
seluruh tubuh. Pengukuran antropometri sebagai indikator pertumbuhan,
ialah pengukuranjumlah dan ukuran sel-sel tubuh di luar pengaruh gizi
secara umum (makro, yang diutamakan terhadap pemenuhan energi dan
protein, terdapat juga pengaruh dari mikro.
2.2.1. Gizi Kurang
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negaranegara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya
terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak
seusianya. Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80% dari berat ideal.
Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.


Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
Maturasi tulang terlambat
Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun
Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.

2.2.2. Gizi Buruk


Adapun Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi
yang mengalami defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi
buruk adalah:
1. Kelelahan dan kekurangan energy

11

2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh
kesulitan untuk melawan infeksi
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Pertumbuhan yang lambat
8. Kelemahan pada otot

Vous aimerez peut-être aussi