Vous êtes sur la page 1sur 7

AKHLAK TERCELA

2.1
Buruk Sangka
Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa
adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat membuat
pelakunya mendapat dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu
sangat di sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati,jika hati seseorang bersih dari noda
dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun jika hatinya kotor maka
tubuhnya akan ikut ter kotori karna hati itu yang menyebarkan darah yang mengalir dari jantung
ke setiap sendi-sendi dalam tubuh manusia dan bayangkan jika darah itu telah terkotori dengan
dosa dan noda.
Dalam hadis kudsi bahwasanya dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah bersabda tentang apa
yang beliau riwayatkan dari rabb-nya Azza wa Jalla, sesungguhnya Dia berfirman,
Wahai hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu haram di antara
kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling Menzalimi.(H.R Muslim)[1][4].
Buruk sangka itu termasuk perbuatan zalim karna kita telah memberikan perasangka tidak
baik pada sesuatu padahal sesuatu/seseorang itu belum tentu buruk karena yang pantas mengadili
sesuatu baik atau buruknya hanya-lah Allah semata karena kita manusia sangat banyak
kekurangan dalam segala hal dan bagaimana kita mengatakan sesuatu itu buruk sedangkan kita
sendiri tidak tahu apakah kita sudah termasuk orang yang terbebas dari dosa dan noda serta
keburukan dalam hati kita serta hidup kita dalam sehari-hari. Dan Allah juga telah berfirman
dalam Al-Quran yang berbunyi :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang. (Q.S Al-Hujurat :12)

Apalagi kalau kita berperasangka buruk pada masalah-masalah Aqidah yang harus di yakini
apa adanya. Buruk sangka dalam hal ini adalah haram seperti yang telah Allah gambarkan dalam
Al-Quran surah Al-hujurat di atas bahwasanya Allah sangat melarang hal demikian karna dapat
menjerumuskan kita pada perbuatan dosa dan perbuatan dosa itu akan di mintai pertanggung
jawaban di akhirat kelak oleh Allah dan sebaiknya kita berperasangka terhadap masalah-masalah
kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya, dan perkara seperti ini di bolehkan
karna dapat membawa seseorang pada sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya dan orang lain
untuk sumber ilmu yang baru.

Rasulullah SAW bersabda :


"Hindarilah prasangka, karena prasangka itu berita yang paling bohong."
(HR. Muslim).
2.2
Gibah
Secara bahasa, gibah (menggunjing) adalah menceritakan keburukan (keaiban) orang lain.
Secara istilah berarti membicarakan kejelakan dan kekurangan orang lain dengan maksud
mencari kesalahan-kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak ataupun bentuk
lahiriyahnya. Gibah tidak terbatas melalui lisan saja, namun bisa terjadi dengan tulisan atau
gerakan tubuh. Apabila hal itu berhubungan dengan agama seseorang, ia akan mengatakan
bahwa ia pembohong, fasik, munafik, dan lain-lain. Dalam hadist dikatakan :

: : .. ..
:
:
)

Artinya : Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW bersabda: Tahukah kamu apakah gibah
itu?Para sahabat menjawab: Allah dan Rasulnya lebih mengetahui. Lalu Nabi bersabda:
menyebut saudaranya dengan apa yang tidak disukainya. Lalu Rasul ditanya: Bagaimanakah
pendapat engkau kalau itu memang (kejadian) sebenarnya dan apa adanya? Nabi menjawab:
Walaupun yang kamu katakan itu benar begitu, itulah disebut Gibah. Akan tetapi jikalau
menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya, berarti kita telah menuduhnya dengan kebohongan
atau fitnah. (H.R. Muslim).
Dari hadis diatas dapat kita ambil hikmah bahwasanya kita dilarang menceritakan kejelekan
saudara kita walaupun dibelakangnya, sekalipun sesuatu itu benar-benar terjadi, sedangkan ia
tidak menyukai jika ia mendengar apa yang kita katakan kepada saudara kita yang lain dan dapat
juga mencemarkan nama baik saudara kita dalam bermasyarakat. Allah SWT menggambarkan
bahwa seseorang yang menggunjing itusama dengan memakan daging bangkai yang tentunya
sangat menjijikkan.
Apabila kita mendengar seseorang yang melakukan gibah atau membicarakan hal-hal yang
kotor lainya tentang seseorang maka kita hendaklah menghindar karena kita dapat resiko yaitu
mendapat dosa dari Allah karena kita membiarkan suatu kemungkaran dan tanpa mencegahnya
bahkan kita ikut bergabung dalam perbuatan mungkar tersebut. Seperti Firman Allah SWT (QS
al Qhasshas ayat 55)
Islam melarang perbuatan ghibah tersebut dengan maksud untuk menjaga keimanan serta
menjaga dari perbuatan maksiat kepada Allah SWT, karena sesungguhnya sesama muslim
dilarang membuka aib
Tidak semua jenis gibah dilarang dalam agama. Ada beberapa jenis gibah yang
diperbolehkan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang benar dan tidak mungkin tercapai
kecuali dengan gibah. Gibah yang diperbolehkan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melaporkan perbuatan aniaya yang dilakukan oleh seseorang.

b. Usaha untuk mengubah kemungkaran dan membantu sesorang keluar dari perbuatan
maksiat.
c. Gibah untuk tujuan meminta nasihat.
d. Gibah untuk memperingatkan pada kaum muslim tentang suatu fatwa.
e. Memberi penjelasan dengan suatu sebutan yang terkenal pada diri seseorang meskipun itu
sesuatu yang buruk, seperti si bisu, si pincang dan lain-lain.
Contoh perilaku gibah antara lain :
a. Membicarakan kburukan orang lain melaui lisan, seperti antartetangga yang satu dengan
yang lainnya.
b. Membicarkan keburukan orang lain melalui bahasa isyarat.
c. Membicarakan keburukan orang lain melalui gerakan tubuh dengan maksud mengolokngolok.
d. Membicarkan keburukan orang lain melalui media massa tanpa ada maksud untuk kebaikan.
Karena gibah termasuk dosa dan sering membawa kepada permusuhan, maka hindarilah
kebiasaan bergibah. Berikut ini di antara cara supaya terhindar dari perilaku gibah:
a. Selau mengingat bahwa perbuatan gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah
SWT.
b. Selalu mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang yang
digunjingnya.
c. Hendaknya orang yang melakukan gibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan
segera berusaha memperbaikinya.
d. Menjauhi factor-faktor yang menimbulkan terjadinya gibah.
e. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah.
Adapun cara taubat bagi orang yang melakukan gibah, yakni sebagai berikut :
a. Menarik kembali kabar bohong yang dia sampaikan dahulu.
b. Meminta maaf atau meminta untuk di halalkan kepada yang di fitnah.
c. Meminta ampun pada Allah atas perbuatanya (melakukan gibah).
2.3

Larangan Berbuat Boros (Konsumtif)


Boros adalah Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan
harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros
seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di sekitarnya,sulit membedakan
antara yang halal dan yang haram,mana boleh mana tidak boleh dilakukan, dan lain sebagainya.
Alloh SWT menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat, karena jika semua orang menjadi
boros maka suatu bangsa bisa rusak/hancur. Menurut para sahabat pengertian sikap boros dalam
pandangan islam :
Ibnu Masud dan Ibnu Abbas mengatakan, Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu
bukan pada jalan yang benar.
Mujahid mengatakan, Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang
benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja
(ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).

Qotadah mengatakan, Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam
berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.
(Tafsir Al Quran Al Azhim, 8: 474-475).
Ibnul Jauzi berkata bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para ulama:
1.
Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat kita lihat dalam
perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.
2.

Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu Ubaidah berkata,

Mubazzir (orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan, merusak dan menghamburhamburkan harta. (Zaadul Masiir, 5: 27-28)
Dalam hadist Rasulullah saw bersabda :



:.. : ..





.
() .

Artinya : Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW.bersabdasesungguhnya Allah
SWT.menyukai tiga macam yaitu,kalau kamu menyembah kepadan-Nya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.Dan supaya kamu berpegang teguh dengan ikatan Allah,dan
janganlah bercerai-berai.Dan Dia membenci bila kamu banyak bicara dan banyak bertanya dan
memboroskan harta. (H.R Muslim).
Dari hadist di atas mengandung enam hal ; tiga hal yang Allah sukai dan tiga hal yang Allah di
benci-Nya,yaitu :
1. Allah suka bila hamba-Nya menyembah padan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.
2. Allah suka kalau hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan Allah;
3. Allah suka kalau hamban-Nya tidak bercerai-berai
4. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bicara
5. Allah membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu tidak berguna.
6. Allah membenci hamba-Nya yang memboros kan harta.
Dalam kitab Al-Quran telah di sebutkan larangan tentang bersikap boros :




Artinya : Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan
dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra : 26-27)



Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan. (QS: Al-A'raf Ayat: 31)

Allah sangat melarang perbuatan pemborosan yang dapat merugikan diri sendiri secara moral
dan merugikan saudara semuslim yang membutuhkan harta dari muslim lainnya yang memiliki
harta yang berlebih dan mampu untuk ia lebih ia bagikan, namun dia lebih suka membelanjakan
hal-hal yang tidak ada manfaatnya.
Beberapa Contoh Sifat Boros dalam Kehidupan Sehari-Hari :
1. Gemar beli produk yang mahal-mahal karena gengsi
2. Suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli
3. Boros dalam mengunakan air bersih dan air minum
4. Pengeluaran lebih besar dari penghasilan (kecuali penghasilan rendah)
5. Suka menyisakan dan membuang-buang makanan
6. Senang membeli barang yang tidak perlu
7. Boros listrik, air, pulsa telepon, bensin, gas, dan lain-lain
8. Memiliki hobi yang mahal biayanya
2.4 Hasad (Dengki)
Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan benci, tidak suka karena iri yang
amatsangat kepada keberuntungan orang lain. Secara istilah adalah usaha seseorang untuk
mempengaruhi orang lain supaya tidak senang terhadap orang yang memperoleh keberuntungan
atau karunia Allah SWT. Hasad biasanya timbul karena adanya permusuhan dan persainagn
untuk saling menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani yang sangat berbahaya, karenanya
harus dijauhi. Apabila dibiarkan, akan dapat merusak dan menghilangkan semua amal kebaikan
seseorang. Orang yang dengki menyimpan sifat rakus, tamak,dendam, serta rasa permusuhan.
Pendengki selalu gelisah karena hatinya tidak rela jika melihat oranglain mendapat kenikmatan
dari Allah swt. Hal ini akan membahayakan kesehatan rohani maupun jasmani.
Nabi Muhammad saw bersabda :
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda: Jauhkanlah dirimu dari sifat hasad
karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan, ibarat api yang membakar kayu (H.R. Abu
Dawud )
Hadist diatas memberikan pelajaran dan mengingatkan kepada kita, betapa kejinya sifat hasad.
Hasad tumbuh di hati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang lain. Sikap ini
biasanya di dahului oleh sikap yang menganggap dirinya paling hebat dan paling berhak
mendapatkan yang terbaik sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan beruntung, maka
ia merasa disaingi.
Jadi, pada dasarnya hasad ini juga berasal dari sikap membesarkan diri atau sombong. Apabila
penyakit hasad (dengki) telah menghinggapi seseorang, maka akan timbul perilaku yang

berbahaya, sehingga dapat menghancurkan nama baik diri-pribadi, orang tua, keluarga, dan
sekolah.

a.
b.
c.
d.
e.

a.
b.
c.
d.

Contoh perilaku hasad antara lain :


Tidak mnsyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita.
Tidak senang atas keberhasilan atau kebahagiaan orang lain.
Tertawa diats penderitaan orang lain.
Rasa tidak percaya diri atas kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki.
Timbulnya keinginan untuk mencelakan orang lain.
Cara menghindari perialku hasad :
Berusaha untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT.
Menyadari bahwa perilaku hasad sangat berbahya dan harus dijauhi.
Menyadari bahwa perilaku hasad dapat menghapus segala kebaikan yang telah dilakukan
apabila masih suka menghasud.
Berpikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita.
2.5
Namimah (Mengadu Domba)
Secara bahasa, namimah berarti mengadu domba. Secara istilah, namimah berarti mengadu
domba atau menyebar fitnah antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar saling
bermaafan. Menurut Imam Zakaria Yahya bin Syarfin Nawawi dalam kitab Riyadus
salihin,namimah didefinisikan sebagai berikut :
Namimah adalah merekayasa omongan untuk menghancurkan sesame manusia.
Namimah termasuk perbuatan tercela yang harus kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
sebagaimana larangan Allah SWT dalam Al Quran :
Artinya : Dan janganlah engkau patuhi orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka
mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah, yang merintangi segala yang baik, yang
melampaui batas dan banyak dosa, yang bertabiat kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya,
karena dia kaya dan banyak anak.
(QS. AL Qalam: 10-14)
Hadist nabi Muhammad saw juga mengancam bagi orang yang berperilaku namimah tidak akan
masuk surga.
Dari Khuzaifah r.a. ia mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda: Tidak akan masuk surga
orang yang mengadu domba (menebar fitnah). (H Muttfaqun Alaihi)
Dalam hadist lain, nabi Muhammad saw bersabda sebagai berikut :
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah saw melewati dua makm (kuburan) lalu Nabi
bersabda: Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di antaranya
disiksa karena selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi karena tidak bersih
ketika bersuci (dari buang air kecilnya). (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari dalil-dalil diatas menunjukkan betapa besar dosa orang yang mengadu domba (memfitnah).
Sebab dengan adu domba, seseorang dapat saling bertengkar, membunuh, bahkan berlanjut
dengan permusuhan yang berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok. Oleh karena itu,
jangan suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya.
Contoh perbuatan namimah antara lain sebagai berikut :

a. Mempunyai maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu
domba.
b. Terlalu mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.
c. Suka berkumpul/menggosip.
d. Menjadi provokator
Di antara cara menghindari perilaku namimah sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun
rajin beribadah.
b. Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negatif tentang orang
lain
c. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti
berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip, dan lain-lain.
Maka dari itu, kita sebagai manusia yang beragama janganlah mendekati perbuatan perbuatan
tercela diatas karena akan merusak aqidah dan akhlak kita. Dan agar kita bias selamat dunia dan
akhirat.

Vous aimerez peut-être aussi