Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
~~
Kementerian
Perindustrian
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO
NOMOR: 30/IA/PEH/6/201S
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
MINYAKGORENG SAWIT SECARA WAJIB
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO,
Menimbang
a. bahwa
dalam
rangka
optimalisasi
pelaksanaan
Peraturan
Menteri Perindustrian
Nomor 87/MIND/PER/ 12/2013 tentang Pemberlakuan
Standar
Nasional Indonesia
(SNI) Minyak Goreng Sawit
Secara Wajib sebagaimana
telah diubah dengan
Peraturan
Menteri Perindustrian
Nomor 3S/MIND/PER/3 /2015,
perlu
mengatur
kembali
Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng
Sawit dimaksud;
b. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
huruf
a, perlu
menetapkan
Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro tentang
Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Pernberlakuan
Stan dar Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng
Sawit Secara Wajib;
Mengingat
1. Peraturan
Presiden
ten tang Kementerian
RI Nomor 29
Perindustrian;
Tahun
2015
2. Keputusan
Presiden RI Nomor 77/M Tahun 2013
ten tang Pemberhentian
dan Pengangkatan
Pejabat
Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian;
3. Peraturan
Menteri Perindustrian
Nomor lOS/MIND/PER/ 10/2010
tentang
Organisasi
dan Tata
Kerja Kementerian Perindustrian;
4. Peraturan
Menteri Perindustrian
Nomor 87 jMINDjPERj12j2013
tentang Pemberlakuan
Standar
Nasional Indonesia
(SNI) Minyak Goreng Sawit
Secara Wajib sebagaimana
telah diubah dengan
Peraturan
Menteri Perindustrian
Nomor 35jMINDjPERj3j2015;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERATURAN
DIREKTUR
JENDERAL
INDUSTRI
AGRO TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA
(SNI) MINYAKGORENG SAWIT SECARA WAJIB.
Pasall
Menetapkan:
a. Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng
Sawit Secara Wajib sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Direktur J enderal ini.
b. Skema
Sertifikasi
SNI Minyak
Goreng
sebagaimana
sebagaimana
tercantum
Lampiran II Peraturan Direktur J enderal ini.
Sawit
dalam
Pasal 2
Petunjuk
teknis
dan
Skema
Sertifikasi
SNI
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 1 merupakan
pedoman bagi seluruh produsen,
importir, lembaga
atau unit kerja yang terkait dalam proses pelaksanaan
pemberlakuan SNI Minyak Goreng Sawit secara wajib.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku,
Peraturan
Direktur Jenderal
Industri
Agro Nomor
14jIAjPerj4j2014
tentang
Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Minyak Goreng Sawit Secara
Wajib, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Agro
Pasal 4
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di J a k art
pada tanggal 9 JUNI 2015
ttd.
PANGGAH SUSANTO
TEMBUSANPeraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada:
1. Menteri Perindustrian RI;
2. Kepala Badan Standardisasi Nasional RI;
3. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI;
4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI;
5. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RI;
6. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan RI;
7. Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian
Perdagangan RI;
8. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian
Perindustrian RI;
9. Kepala Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
perindustrian Provinsi dan Kabupaten/Kota;
10. Para Kepala Balai Besar dan Balai Industri di lingkungan Kementerian
Perindustrian RI;
11. Sekretaris Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian RI;
12. Direktur Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian
Perindustrian RI;
13. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Perindustrian RI;
14. Pertinggal.
BAB I
KETENTUANUMUM
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan :
1. Minyak Goreng Sawit adalah bahan pangan dengan komposisi utama
trigliserida berasal dari minyak sawit, dengan atau tanpa perubahan
kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses
pemurnian dengan penambahan vitamin A.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
menyelenggarakan
17. Direktur
J enderal
Pembina Industri
adalah
Industri Agro, Kementerian Perindustrian.
urusan
Direktur
J enderal
Penelitian
dan
Pengembangan
BAB II
LINGKUP PEMBERLAKUAN
SNI MINYAKGORENG SAWIT SECARA WAJIB
1.
SNI Minyak Goreng Sawit SNI 7709:2012 berlaku secara wajib bagi
Minyak Goreng Sawit dengan nomor Pos Tarif dan uraian barang
sebagai beriku t :
Uraian Barang
No Pos Tarif/HS
Ex. 1511.90.92.00
Ex. 1511.90.99.00
Ex. 1516.20.98.00
2.
dimaksud
dalam Bab I
4.
5.
6.
7.
8.
wajib
Agro
BABIII
TATACARAMEMPEROLEH
SPPT SNIMINYAK
GORENGSAWIT
1. J enis Sertifikasi
Untuk memperoleh SPPT-SNI Minyak Goreng Sawit, Produsen
mengajukan permohonan SPPT-SNImelalui Sistem Sertifikasi Tipe 5
atau Tipe 4.
2. Produsen atau Importir Minyak Goreng Sawit sebagaimana dimaksud
pada Bab II angka 5, dapat memperoleh SPPT-SNI Minyak Goreng
Sawit apabila telah memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Sistem Sertifikasi Tipe 5 dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
1) mengajukan permohonan kepada LSPro dengan melampirkan
persyaratan administrasi:
a) fotokopi Akta Pendirian perusahaan untuk produsen Minyak
Goreng Sawit dalam negeri atau akte sejenis bagi produsen
luar negerijimportir yang telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah;
b) fotokopi izin industri (Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar
Industri) bagi produsen Minyak Goreng Sawit dalam negeri
atau izin yang sejenis untuk produsen luar negeri yang telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerjemah
tersumpah;
c) fotokopi Angka Pengenal Importir (API), Nomor Induk
Kepabeanan (NIK)dan Importir Terbatas (IT)untuk importir;
d) dokumen mengenai penggunaan merek :
d).1. fotokopi Sertifikat Merek Pelaku Usaha atau Tanda
Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual (HKI),Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia;
d).2. fotokopi perjanjian lisensi dari pemilik merek;
d).3. fotokopi surat
perjanjian
dengan
perusahaan
pengemas untuk produk Minyak Goreng Sawit yang
dikemas
oleh
perusahaan
pengemas
dengan
menggunakan merek pabrikan; atau
d).4. fotokopi surat perjanjianj kontrak kerjasama pabrikan
dengan badan usaha lain, untuk Minyak Goreng Sawit
yang diproduksi dengan menggunakan merek milik
badan usaha lain dimaksud.
2)
3)
4)
5)
Agro
b. Sistem Sertifikasi
Tipe 4 dilakukan melalui tahapan
sebagai
berikut:
1) mengajukan permohonan kepada LSPro dengan melampirkan
persyaratan administrasi:
a) fotokopi Akte Pendirian perusahaan
untuk perusahaari/
produsen Minyak Goreng Sawit dalam negeri atau akte
sejenis bagi perusahaan
luar negeri/Importir yang telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerjemah
tersumpah;
b) fotokopi izin industri (Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar
Industri) bagi perusahaarr/produsen
Minyak Goreng Sawit
dalam negeri atau izin yang sejenis untuk perusahaan luar
negeri/Importir yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia oleh penerjemah tersumpah; dan
c) fotokopi Angka Pengenal Importir (API), Nomor Induk
Kepabeanan (NIK)dan Importir Terbatas (IT) untuk importir;
d) dokumen mengenai penggunaan merek :
d).1. fotokopi Sertifikat Merek Pelaku Usaha atau Tanda
Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia;
d).2. fotokopi perjanjian lisensi dari pemilik merek;
d).3. fotokopi
surat
perjanjian
dengan
perusahaan
pengemas untuk produk Minyak Goreng Sawit yang
dikemas
oleh
perusahaan
pengemas
dengan
menggunakan merek pabrikan; atau
d).4. fotokopi surat perjanjiari/ kontrak kerjasama pabrikan
dengan badan usaha lain, untuk Minyak Goreng Sawit
yang diproduksi dengan menggunakan
merek milik
badan usaha lain dimaksud.
e) surat
pernyataan
bermeterai
yang menyatakan
bahwa
dokumen sebagaimana dimaksud huruf a, b, c dan d sesuai
dengan aslinya.
2) telah menerapkan
Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik
(CPPOB) yang dibuktikan
dengan menyampaikan
dokumen
Pernyataan Sendiri (Self Declaration) Penerapan CPPOB dengan
Hasil Penilaian Penerapan CPPOB sekurang-kurangnya
adalah
tingkat Level II.
3) dilakukan verifikasi terhadap penerapan Cara Produksi Pangan
Olahan Yang Baik (CPPOB) berdasarkan
Peraturan
Menteri
Perindustrian Nomor 75/M-IND/Per/7/2010.
4) dilakukan pengambilan contoh dan pengujian mutu produk
sesuai parameter SNI 7709:2012 Minyak Goreng Sawit pada
8
BABN
TATACARAPENGAMBILANCONTOH
Pengambilan contoh untuk:
1. Mendapatkan SPPT-SNI atau surveilan SPPT-SNI yang dilaksanakan
berdasarkan Sistem Sertifikasi Tipe 5 atau Tipe 4 sebagai berikut:
a. Pengambilan contoh dilakukan oleh Petugas Pengambil Contoh
(PPC) yang ditunjuk oleh LSPro, dilakukan pada titik akhir aliran
produksi (lini pengemasan) atau gudang produksi secara acak;
b. Contoh uji minyak goreng sawit di pabrik yang diambil harus
mewakili setiap variasi mutu, dengan ketentuan:
1) jika merek mewakili mutu (kualitasnya berbeda untuk setiap
merek), maka pengambilan contoh uji dilakukan untuk setiap
merek; atau
2) jika merek tidak mewakili mutu (kualitasnya sama untuk
seluruh merek), maka 1 (satu) contoh uji dapat mewakili 4
(empat) merek dan 2 (dua) contoh uji untuk mewakili 5 (lima)
sampai dengan 8 (delapan) merek, dan seterusnya berlaku
untukjumlah
kelipatan.
c. Cara pengambilan contoh sesuai dengan ketentuan SNI 0429:1989
Petunjuk Pengambilan Contoh Cairan dan Semi Padat dan SNI
0428: 1998 Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan.
11
Agro
12
BABVI
PEMBINAANDANPENGAWASAN
1. Pembinaan dan pengawasan di pabrik untuk penerapan SNI Minyak
DIREKTURJENDERALINDUSTRIAGRO,
ttd.
PANGGAHSUSANTO
13
SKEMA SERTIFlKASI
SNI MINYAKGORENG SAWIT
1. RUANG LINGKUP
Skema ini berlaku un tuk Sertifikasi (Sertifikasi awal, Survailen,
Sertifikasi Ulang) SPPT SNI Produk Minyak Goreng Sawit.
dan
2. ACUAN NORMATIF
a. Standar Produk yang diacu:
Judul SNI
Minyak Goreng Sawit
No. SNI
SNI 7709:2012
sistem
KETENTUAN
Permohonan
URAIAN
TiDe5
a) Sesuai Persyaratan Permohonan yang
tercantum dalam dokumen prosedur
LSPro
b) Dokumen permohonan SPPT SNI serta
lampiran dokumen legal peru sahaan ,
pedoman mutu dan daftar induk
dokumen dan diagram alir proses
produksi
harus
dalam
bahasa
Indonesia.
c) Dokumen legal perusahaan antara lain:
c).1. Akta pendirian perusahaan bagi
produsen dalam negeri atau akte
sejenis bagi produsen luar negeri.
c).2. Izin Usaha Industri (lUI) atau
Tanda Daftar Industri (TDI) bagi
produsen dalam negeri atau izin
sejenis bagi produsen luar negeri.
c).3. Fotokopi
Angka
Pengenal
Importir (API), Nomor Induk
Kepabeanan (NIK) dan Importir
Terbatas (IT)untuk importir.
c).4. Dokumen penggunaan merek:
c).4.l. fotokopi Sertifikat Merek
pelaku
usaha,
Tanda
Daftar
Merek
yang
diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual
(HKI),
2
Agro
Agro
2)
3)
4)
Sistem
Manajemen
Mutu yang
diterapkan
Durasi audit
Petugas
Pengambil
Contoh
Keterangan :
1. Untuk produsen luar negeri, dokumen
Izin Usaha
Industri
(lUI) atau
sejenisnya
dan
Akte
Pendirian
Perusahaan harus diterjemahkan ke
dalam
bahasa
Indonesia
oleh
penterjemah yang tersumpah.
2. LSPro
harus
menjelaskan
dan
memastikan penandaan
SNI pada
kemasan dan persyaratan lainnya yang
terkait.
Tipe 5
a) Menerapkan SNI ISO 9001:2008 atau
revisinya atau SNI ISO 22000:2009
atau revisinya, atau Sistem Manajemen
Mutu lainnya yang diakui;
b) Bagi yang menerapkan
SNI ISO
9001:2008
atau
revisinya, harus
menerapkan Pedoman Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik (CPPOB)
sesuai Permenperin Nomor 75/MIND/PER/7/2010 untuk produk dalam
negeri
atau
Good
Manufacturing
Practices (GMP) atau sejenisnya untuk
produk impor.
Tipe 4
a) Menerapkan Pedoman Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik (CPPOB)
sesuai
Permenperin
75/MIND/PER/7/2010.
Tipe 5
Sesuai dengan prosedur LSPro (memenuhi
ketentuan perhitungan man/days
audit
mengacu pada IAFMD 5:2013);
Tipe 4
Sesuai dengan prosedur LSPro.
Petugas Pengambil Contoh (PPC) yang
terdaftar di LSPro dan ditugaskan oleh
LSPro/Laboratorium Uji
5)
Jumlah
Contoh Uji
yang diarnbil
untuk
permohonan
baru,
survailen,
resertifikasi
Agro
6)
Laboratorium
Penguji yang
digunakan
Keterangan:
1. Bagian untuk arsip produsen diberi
pelabelan dan disimpan di tempat
produsen sampai SPPT SNI diterbitkan.
2. Pengiriman contoh ke Laboratorium
Penguji dilakukan oleh produsen untuk
permohonan SPPT SNI baru, surveilan,
dan permohonan SPPT SNI ulang.
Tipe 5 dan Tipe 4
Laboratorium
independen
yang
terakreditasi KAN dan ditunjuk oleh
Menteri dengan ruang lingkup SNI Minyak
Goreng Sawit, yang melakukan subkontrak
dengan LSPro.
TAHAPII: DETERMINASI
1)
Audit Tahap
1 (Audit
Kecukupan)
Liquid
atau alat
Agro
Nomor:30/IA/PER/6/2015
uji kadar
lainnya).
vitamin
- Verifikasi
(Tipe4)
oleh Tim
verifikasi
Kategori
ketidaksesuaian
Tipe 5
Kategoriketidaksesuaian:
mayor apabila:
a) berhubungan langsung dengan mutu
produk
dan
mengakibatkan
ketidakpuasan pelanggan, atau;
b) SMMatau SMKPtidak berjalan.
minor apabila:
terdapat
ketidak -konsistenan
menerapkan SMMatau SMKP;
9
dalam
Tipe 4
Kategori ketidaksesuaian:
apabila hasil verifikasi terhadap unsur /
persyaratan CPPOB menunjukkan bahwa:
a) terdapat lebih dari 10 penyimpangan
pada kategori penilaian Major (MJ);
atau;
b) terdapat penyimpangan
pada kategori
penilaian Kritikal (CR).
4)
Cara
Pengujian
5)
Laporan
Hasil Uji
Evaluasi
terhadap
Lap 0 ran
Audit/
Lap 0ran
Verifikasi
dan Laporan
Hasil Uji
Agro
Keputusan
Sertifikasi
melalui rapat
Panel
Tinjauan
SPPT SNI
Penerbitan
SPPT-SNI
1)
Lingkup yang
diaudit
Nomor:30/IA/PER/6/2015
atau revisinya.
Tipe 4
Berdasarkan
dokumen
Pemyataan
Sendiri (Self Declaration), dilakukan
verifikasi terhadap unsur / persyaratan
penerapan CPPOB yang terdapat pada
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal
Industri Agro No. 30/IA/PER/12/2011
tentang Petunjuk Teknis Penilaian
Penerapan Cara Produksi Pangan
Olahan Yang Baik.
2)
Kategori
ketidaksesuai
an
Tipe 5
Kategoriketidaksesuaian:
a) mayor apabila:
a).1. berhubungan langsung dengan
mutu produk dan mengakibatkan
ketidakpuasan pelanggan, atau;
a).2. SMMatau SMKPtidak berjalan.
b) minor
apabila
terdapat
ketidakkonsistenan dalam menerapkan SMM
atau SMKP.
Tipe 4
Kategoriketidaksesuaian:
apabila hasil verifikasi terhadap unsur /
persyaratan CPPOBmenunjukkan bahwa:
a) terdapat lebih dari 10 penyimpangan
pada kategori penilaian Major (MJ);
atau;
b) terdapat penyimpangan pada kategori
penilaian Kritikal (CR).
3)
Jumlah
Contoh yang
diambil
c)
d)
e)
f)
Keterangan:
1. Bagian untuk arsip produsen diberi
pelabelan dan disimpan di tempat
produsen sampai SPPT SNI diterbitkan
2. Pengiriman contoh ke Laboratorium
13
4)
5)
Evaluasi
terhadap
Lap0ran
Audit/
Lap0ran
Verifikasi
dan Lap0ran
HasH Uji
Keputusan
Surveilan
melalui rapat
Panel
Tinjau an
SPPT SNI
5. PENANDAAN
a. Penandaan SNI dilakukan pada kemasan produk sesuai Ketentuan
dan Tata Cara Penggunaan Tanda Kesesuaian.
14
Agro
05NII
--.-;
. t-.-f.
t-
DIREKTURJENDERALINDUSTRIAGRO,
ttd.
PANGGAHSUSANTO
15