Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
REKAYASA
TRANSPORTASI
Program Studi
Teknik
TeknikSipil
Tatap Muka
03
Kode MK
Disusun Oleh
11020
Abstract
Kompetensi
Pendahuluan
Arus lalu lintas adalah hasil dari pengaruh gabungan antara manusia sebagai pengguna
jalam, kendaraan dan jalan itu sendiri.Manusia sebagai pengemudi dan pejalan kaki dalam
keadaan normal mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi,
konsentrasi dll).Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan fisik dan
psikologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan
dan land use.Dalam suatu arus lalu lintas jalan raya tabiat dan kelakuan seseorang
merupakan faktor yang sangat penting yang menentukan karakter dari lalu lintas tersebut.
Manusia/User
Kendaraan
Jalan
Faktor manusia dalam pengaruhnya terhadap arus lalu lintas sebagai pengguna jalan dapat
digolongkan sebagai pengemudi dan sebagai pejalan kaki. Modul ini akan membahas :
1. Faktor manusia sebagai pejalan kaki
2. Faktor manusia sebagai pengemudi
a. Karakteristik Psikologi/Mental Pengemudi
b. Karakteristik Fisik Pengemudi
c. Waktu Reaksi Pengemudi
d. Kondisi Lingkungan
3. Karakteristik Kendaraan
2016
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
perencanaan
maupun
pengoperasian
dari
fasilitas-fasilitas
transportasi.Sebagian besar mobilisasi pejalan kaki bersifat lokal dan dilakukan di jalur
pejalan kaki.Sama halnya dengan analisa arus lalu lintas kendaraan, pejalan kaki sebagai
unsur lalu lintas dapat ditinjau dengan beberapa parameter.
Sumber
1. Sleight (1972)
2. Trans. And Traffic
Eng.
Handbook (1976)
3. Weiner (1968)
4. Endang Widjajanti
2016
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Kecepatan (m/dtk)
1,4
1,6
1,2
0,9 1
Rata-rata
Wanita
Platoon Pria
Platoon Wanita
Pria
Wanita
Rata-rata
1,29
1,13
1,17
1,11
1,02
0,83
0,93
4. Platoon/Kelompok
Platoon menggambarkan sejumlah pejalan kaki berjalan berjajar atau berkelompok,
biasanya tanpa disengaja dan disebabkan antara lain oleh faktor lampu lalu lintas
atau faktor lain. Pejalan kaki yang berjalan bersama-sama (platoon) mengakibatkan
pejalan kaki yang sebenarnya dapat berjalan cepat tidak dapat berjalan seperti
biasanya, karena terhalang oleh pejalan kaki yang ada di depannya.
2016
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
2. Faktor Edukasi.
Banyak pejalan kaki tidak banyak mengetahui peraturan-peraturan lalu-lintas.Pejalan
kaki bisa saja buta huruf.
3. Faktor Emosi.
Manusia sebagai pengguna jalan khususnya sebagai pejalan kaki tidak terlepas dari
emosi mereka ketika berhadapan dengan situasi lalu lintas.Pejalan kaki bisa tidak
memahami dan tidak menuruti atau sukar diatur terhadap rambu-rambu lalu lintas
yang telah disediakan khususnya bagi pejalan kaki.
4. Waktu reaksi pejalan kaki lebih panjang dari pengemudi yaitu rata-rata 4 5 detik.
2016
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
1. Motivasi
Pertimbangan
tujuan
ataumotivasi
untuk
melakukan
sebuah
perjalanan
2. Kecerdasan/Intelegensia.
Kecerdasan yaitu kemampuan pengemudi untuk menginterpretasikan apa yang
dilihat dan menyesuaikan diri sesuai dengan motivasinya sendiri. Secara umum,
kecerdasan (intelegensia) merupakan suatu konsep abstrak yang diukur secara
tidak langsung oleh para psikolog melalui tes inteligensi untuk mengestimasi
proses intelektual / kesanggupan mental untuk memahami, menganalisis secara
kritis cermat dan teliti, serta menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan efisien,
sehingga kajian-kajian kecelakaan yang terkait dengan kecerdasan menunjukkan
semakin tinggi kecerdasan akan semakin baikmenganalisis keadaan untuk
mengambil langkah pengemudian kendaraan yang lebih tepat.
3. Proses Belajar
Pengemudi belajar dari pengalaman untuk mengenali dan berhadapan dengan
situasi lalu lintas tertentu.Disamping itu untuk bisa mengendalikan kendaraan
dalam lalu lintas dengan sempurna, pengguna jalan senantiasa harus
meningkatkan keahliaannya dan pengetahuannya.Semakin berpengalaman
seorang pengemudi baik dalam adaptasi dan penguasaan kendaraan semakin
2016
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Faktor Fisik
Ada beberapa karakteristik fisik utama yang digunakan dalam klasifikasi kendaraan yaitu :
1. Pendengaran.
Pendengaran sangat membantu bagi pengemudi dalam situasi lalu lintas yang
membutuhkan penggunaan klakson kendaraan.Di Indonesia, penggunaan
klakson kendaraan sudah lazim dilakukan pengemudi sehari hari untuk
menghindarkan diri dari terjadinya tabrakan, baik antar sesame pengemudi
kendaraan atau dengan pejalan kaki.Dengan adanya kemajuan tehnologi saai ini
dengan adanya alat navigasi (GPS system) maka arah perjalanan dapat
dibimbing dengan suara yang disampaikan oleh alat navigasi tersebut. Begitu
pula untuk kendaaran yang akan parkir, maka sensor akan berbunyi bila jarak
kendaraan terlalu dekat dengan kendaraan laiinya.
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
2. Pandangan/Penglihatan.
Karakteristik fisik yang paling penting dari seorang pengemudi adalah
kemampuannya untuk bisa melihat dengan jelas objek berupa jalan dan fasiitas
pendukung jalan.
Ada beberapa karakteristik penglihatan :
Penglihatan samar-samar.
Kemampuan untuk melihat dalam cahaya remang-remang, sorotan lampu
jauh, penyesuaian secara cepat dari terang ke gelap dan membedakan
warna pada malam hari
Ketajaman penglihatan.
Merupakan kemampuan mata untuk menangkap dan memfokuskan objek
secara cepat
Kedalaman penglihatan.
Perkiraan terhadap jarak, khususnya terhadap perubahan jarak selama
kendaraan berjalan.
2016
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Bidang penglihatan.
Bidang penglihatan dapat dikelompokkan atas:
a. Kerucut penglihatan tajam 3 sampai 10 disekitar pusat pandangan yang
biasanya digunakan untuk membaca, terfokus pada objek yang dilihat.
b. Kerucut cukup jelas 10 to 12 disekitar pusat pandangan warna dan
bentuk dapat terlihat dengan jelas, rambu dipinggir jalan terlihat.
c. Pandangan sekeliling 90 kekiri kanan pusat pandangan, adanya
pergerakan disini masih terdeteksi. Sudut pandang semakin mengecil
dengan bertambahnya kecepatan, khususnya kalau melihat dari ruang
kemudi seperti ditunjukkan dalam gambarberikut:
2016
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Titik Buta.
Dalam berkendara adalah bagian dari sekeliling kita yang tidak bisa kelihatan
pada saat mengemudikan kendaraan, karena beberapa alasan seperti
jangkauan pandangan yang terbatas cermin, terhalang oleh muatan yang
dibawa.
Kendaraan biru bisa melihat kendaraan hijau tetapi tidak bisa melihat
kendaraan merah (di titik buta) melalui cermin yang ada di kendaraan.Letak
titik buta tergantung kepada jenis kendaraan yang digunakan.
Titik buta mobil penumpang adalah di sebelah kiri dan kanan pengemudi
seperti ditunjukkan dalam gambar.
Untuk kendaraan box, pandangan melalui cermin tengah tidak ada jadi
mereka tergantung kepada cermin pintu.Kendaraan yang tinggi tidak bisa
melihat di sekitar mereka yang rendah.
Truk dengan kereta gandengan dan truk dengan kereta tempelan juga
mempunyai kelemahan dalam melihat kaca sepion terutama pada saat
membelok, yang mengaikibatkan dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di
belakangnya, selain itu kendaraan lain juga bisa berjalan terlalu dekat di
belakang truk trailer untuk berlindung dari terpaan angin, dan hal ini sangat
berbahaya sebab kendaraan yang di belakang tidak mengetahui kalau tibatiba truk trailer yang di depan mengerem kendaraannya.
2016
10
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Waktu reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara melihat, mendengar atau merasakan
dan mengerjakan sesuatu sebagai tanggapan terhadap sesuatu rangsangan.Sering disebut
waktu PIEV (Perception, Intellection, Emotion, Volition).Waktu reaksi juga sering disebut
perception-reaction time. Proses reaksi tersebut adalah sbb :
1. Persepsi/Perception.
Informasi diterima oleh mata dan dikirim ke otak.Perception, merupakan saat
pandangan mata yang menangkap adanya suatu keadaan/ancaman dihadapan
pengemudi. Waktu yang diperlukan untuk proses ini disebut waktu sadar.
2. Intellection.
Otak menerima dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh mata selanjutnya
dikirim ke otak oleh syaraf mata, informasi diolah oleh otak dengan menggunakan
kecerdasan otak dengan menggunakan ingatan masa lalu ataupun analisis keadaan.
Penelaahan terhadap rangsangan sering tidak langsung berhasil, tetapi melalui
proses pemikiran, proses ini disebut intellection proses.
2016
11
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
3. Emotion.
Pengambilan keputusan di otak mengenai langkah yang akan dilakukan untuk
menghadapi keadaan/ancaman dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang
sering dipengaruhi oleh emosional pengemudi. Emosi adalah merupakan proses
penanggapan terhadap rangsangan setelah proses perception dan intellection.
4. Volition.
Otak mengirim keputusannya dan tubuh bereaksi secara fisik.Volition merupakan
instruksi yang telah diolah untuk diteruskan melalui syaraf kepada tindakan yang
akan diambil oleh tangan, dan kaki pengemudi.
Waktu PIEV seorang pengemudi rata-rata 2,5 detik, tetapi dapat lebih cepat pada orang
orang tertentu seperti pembalap yang harus mengambil tindakan/langkah dengan sangat
cepat.Dalam kondisi yang tertentu atau situasi daerah yang baru/belum dikenal maka
waktu PIEV antara 2 6 detik.
Besarnya waktu reaksi ini penting dalam merancang berbagai perangkat lalu lintas
seperti pada survai arus jenuh pada persimpangan, dalam perhitungan waktu
hijau/merah pada Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas (APILL), penempatan rambu dan
lain sebagainya.Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi adalah :
1. Umur
2. Kelelahan
3. Alkohol dan obat
4. Penyakit dan cacat tubuh
5. Cuaca, altitude dan ventilasi
6. Latihan, pendidikan dan pengalaman
7. Trauma/orang yang mudah mendapat kecelakaan
Dengan diketahuinya waktu reaksi maka dapat dihitung jarak yang ditempuh kendaraan
sebelum pengemudi bereaksi dengan menggunakan rumus berikut:
Dimana:
d = jarak reaksi, m
t = waktu reaksi, detik
S = kecepatan awal kendaraan, km/jam
2016
12
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Faktor Lingkungan
1. Lahan. Lahan yang terletak di kiri kanan jalan juga sangat mempengaruhi manusia
sebagai pengemudi. Bila lahan tersebut digunakan untuk pasar atau dijadikan tempat
parkir
maka
hal
tersebut
akan
berpengaruh
kepada
pengemudi
dalam
3. Fasiitas Jalan
Fasilitas pada ruas jalan juga mempengaruhi manusia sebagai pengguna jalan
khususnya sebagai pengemudi.Fasilitas-fasilitas tersebut adalah :
Bahu jalan yang dilengkapi dengan trotoar atau lajur khusus untuk pejalan
kaki dan sepeda.
2016
13
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Karakteristik Kendaraan
Jenis kendaraan merupakan faktor penting dalam mendesain jalan.Hasil survey yang
terklasifikasi
dapat
dikombinasikan
ke
dalam
kategori
kelas
kendaraan
yang
diinginkan.Karakteristik ini sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya
yang menyangkut perlambatan/pengereman, percepatan, pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok pada
kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi.
Dimensi
kendaraan
putaran.Begitu
digunakan
pula
dengan
untuk
menentukan
karakteristik
lebar
kecepatan,
lajur
dan
percepatan,
radius
dan
ruang
bebas
vertikal
terhadap
seluruh
penghalang
2. Berat.
Berat kendaraan yang dimaksud adalah termasuk berat total, berat sumbu dan
kapasitas muat.Hal ini berhubungan dengan desain konstruksi perkerasan dan
penanganan jalan.Pembagiannya berdasarkan padakendaraan ringan, sedang, dan
berat.Kapasitas muat adalah berat maksimum yang dapat dipikul oleh kendaraan
dikurangi berat sendiri.Kapasitas maksimum digunakan untuk disain struktur
kendaraan.Kapasitas muat penting khususnya untuk angkutan umum dan angkutan
barang. Karena kendaraan yang bermuatan lebih akan menyebabkan kerusakan
terhadap kendaraaan dan struktur perkerasan
2016
14
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Menurut Ditjen Bina Marga (1997), kendaraan yang berada dalam suatu arus lalu
lintas pada ruas jalan luar kota dibedakan menjadi lima jenis kendaraan, yaitu
kendaraan
ringan
(Light
Vehicle),
kendaraan
berat
menengah
(MediumHeavyVehicle), truk besar (Large Truck), bus besar (Large Bus). Jenis
Kendaraan menurut klasifikasi Ditjen Bina Marga (1997) dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel Klasifikasi Kendaraan Pada Ruas Jalan Luar Kota (Ditjen Bina Marga, 1997)
Klasifikasi Kendaraan
Jenis Kendaraan
Kendaraan Berat
Menengah (MHV)
2. Percepatan
Gaya percepatan diberikan oleh mesin terhadap roda, dimana gaya tersebut akan
ditahan oleh tahanan udara, gesekan mesin, inertia, tumbukan, tahan gelinding dan
tahanan pada tanjakan.
Percepatan, dipengaruhi oleh massa, dimana tingkat percepatan tipikal adalah :
2016
15
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
3. Kecepatan Maksimum
Kecepatan maksimum terjadi pada saat kombinasi gaya-gaya penahan = besarnya daya
pendorong, sehingga tidak ada gaya percepatan lagi yang terjadi.
4. Perlampuan/Sistem Penerangan.
Ada tiga kondisi jalan yang perlu diperhatikan berkaitan dengan sistem penerangan
kendaraan. Kondisi kondisi jalan tersebut adalah :
Metode umum penerangan kendaraan yang dipakai saat ini untukmengatasi kondisi
tersebutadalah :
-
Dengan menyediakan lampu dekat dan dan lampu jauh yangterdapat pada lampu
depan kendaraan.
2016
16
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Fungsi / Penggunaan
Dari fungsinya kendaraan terbagi atas tiga kelompok :
1. Angkutan pribadi.
Angkutan
yang
tersedia
untuk
umum
dengan
membayar
ongkos
untuk
menggunakannya
3. Angkutan barang.
17
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Selain berguna untuk perencanaan perkerasan jalan, nilai smp juga berguna dalam
perencanaan teknik lalu lintas diantaranya untuk menentukan kapasitas ruas jalan,
kapasitas persimpangan, dan tingkat pelayanan.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997 memberikan nilai ekivalen mobil
penumpang (emp) berdasarkan klasifikasi kendaraan sebagai berikut :
1. Kendaraan Ringan / LV (emp = 1)
2. Kendaraan Berat / HV (emp = 1,3)
3. Sepeda Motor / MC (emp = 0,5)
4. Kendaraan tidak bermotor
Nilai EMP berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia untuk ruas jalan luar kota dua
lajur dua arahadalah sebagai berikut:
Tabel EMP Untuk Jalan Luar Kota Dua Lajur Dua Arah(Ditjen Bina Marga, 1997)
Emp
Tipe
Alinyemen
Datar
Bukit
Gunung
2016
18
Arus Total
(kend/jam)
MHV
LB
LT
0
800
1350
1900
0
650
1100
1600
0
450
900
1350
1.2
1.8
1.5
1.3
1.8
2.4
2
1.7
3.5
3
2.5
1.9
1.2
1.8
1.6
1.5
1.6
2.5
2
1.7
2.5
3.2
2.5
2.2
1.8
2.7
2.5
2.5
5.2
5
4
3.2
6
5.5
5
4
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
MC
Lebar jalur lalu lintas (m)
<6m
6- 8m
>8m
0.8
0.6
0.4
1.2
0.9
0.6
0.9
0.7
0.5
0.6
0.5
0.4
0.7
0.5
0.3
1
0.8
0.5
0.8
0.6
0.4
0.5
0.4
0.3
0.6
0.4
0.2
0.9
0.7
0.4
0.7
0.5
0.3
0.5
0.4
0.3
FD. Hoobs (1995) dalam bukunya Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas memberikan nilai
EMP untuk masing-masing jenis kendaraan seperti dalam tabel berikut :
2016
19
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. (1997). Manual Kapasitas
Jalan Indonesia 1997
Hobbs, F.D, (1995), Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Penerbit Gadjah Mada University
Press.
Iskandar, H. (2010), Cara pemutakhiran Nilai ekivalensi Mobil penumpang dan Kapasitas
dasar ruas jalan luar kota (Updating of Car Equivalent and Basic Capacity for Inter
urban Road), Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Papacostas.C.S, Prevendouros.P.D, (1993), Transportation Engineering and Planning,
nd
2016
20
Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE