Vous êtes sur la page 1sur 15

Nama : Dhanty Mukhlisa

Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

1. Apa yang dimaksud dengan penganiayaan?


Penganiayaan adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan fisik
dan kesehatan yang bertentangan dengan hukum. Mengenai pengertian penganiayaan ini,
Penulis akan menguraikan sebagai berikut:
a. Penganiayaan menurut tata bahasa
Penganiyaan berasal dari kata aniaya yang berarti perbuatan bengis. Hal tersebut
dijelaskan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang merumuskan bahwa
penganiyaan berasal dari kata aniaya yang berarti melakukan perbuatan sewenangwenang seperti melakukan penyiksaan dan penindasan. Berdasarkan batasan tersebut
di atas, maka penganiayaan dapat diartikan sebagai perbuatan yang dapat
mengakibatkan orang lain menderita atau merasakan sakit (W.J.S. Poerwadarminta,
1987: 481).
b. Penganiayaan menurut para pakar
Menurut Mr. M.H Tirtaatmidjaja (Leden Marpaung, 2005: 5), menyatakan bahwa
penganiayaan adalah sebagai berikut:
Menganiaya ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada orang lain, akan
tetapi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada orang lain tidaklah
dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu bertujuan untuk menambah
kesehatan badan.
Selanjutnya menurut Andi Hamzah (2009: 69), mengemukakan bahwa:
Dengan sengaja merusak kesehatan orang. Kalau demikian, maka penganiayaan
itu tidak mesti berarti melukai orang. Membuat orang tidak bisa bicara, membuat
orang lumpuh termasuk dalam pengertian ini. Penganiayaan bisa berupa pemukulan,
penjebakan, pengirisan, membiarkan anak kelaparan, memberikan zat, luka, dan cacat.
Dalam putusan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung Hindia Belanda) 24 Januari
1923, T 119, 212, seorang dokter yang melakukan operasi untuk melakukan pengirisan
yang menimbulkan rasa sakit atau luka tidaklah dipidana, karena dilakukan untuk
penyembuhan pasien.

2. Apa saja jenis-jenis visum?


1 Visumetrepertumkorbanhidup

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

VisumetRepertum
Diberikanbilakorbansetelahdiperiksaataudiobati,tidakterhalang
menjalankanjabatan/matapencaharian.

VisumetRepertumsementara
Diberikanapabilasetelahdiperiksa,ternyata:
i Korbanperludirawat/diobservasi
ii Korbanterhalangmenjalankanpekerjaanjabatan/matapencaharian
Visumetrepertumsementarainidipergunakansebagaibuktiuntuk
menahanterdakwa.Dankarenabelumsembuh,makavisumet
repertumnyatidakmemuatkualifikasiluka.

VisumetRepertumlanjutan
Diberikanapabilasetelahdirawat/diobservasi,ternyata:
i Korbansembuh
ii Korbanbelumsembuh,pindahrumahsakitataudokterlain
iii Korbanbelumsembuh,kemudianpulangpaksaataumelarikandiri
iv Korbanmeninggaldunia
v Kualifikasilukadalamvisumetrepertumlanjutandibuatsetelah
korbanselesaidirawat.

Visumetrepertummayat

VisumetrepertumpemeriksaanTKP

Visumetrepertumpenggalianmayat

Visumetrepertummengenaiumur

Visumetrepertumpsikiatrik

Visumetrepertummengenaibuktilain

Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul dengan dasar
fraktur tulang
3. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari regio temporal dekstra? 2

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

Pada regio temporal terdapat luka dan fraktur tulang. Menurut penyebabnya
luka pada kasus ini termasuk Vulnus laceratum (Laserasi). Jenis luka ini
disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi
luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
Fossa anterior dibentuk oleh os frontal di bagian depan dan samping,
lantainya dibentuk oleh os frontale pars orbitale, pars cribriformis os
ethmoidal, dan bagian depan dari alae minor os sphenoid. Fossa ini
menampung traktus olfaktorius dan permukaan basal dari lobus frontalis, dan
hipofise. Fossa anterior dan media dipisahkan di lateral oleh tepi posterior alae
minor ossphenoidale, dan di medial oleh jugum sphenoidale. Pada fossa cranii
anterior terdapat sinus frontalis di bagian depan, alae minor os sphenoidale
yang dengan bersama-sama pars orbitalis osfrontal membentuk atap orbita
dengan struktur-struktur di midline, diantaranya terdapat crista galli, pars
cribriformis dan pars sphenoidal.
Pada kasus ini, kemungkinan fraktur terjadi pada alae minor os sphenoid,
karena merupakan tulang di regio temporal yang merupakan bagian dari fossa
anterior basis kranii.
Mekanisme: Pukulan benda tumpulfraktur basis kranii dan vulnus laseratum
4. . Bagaimana komplikasi?
i Edemaserebri,merupakankeadaangejalapatologis,radiologis,maupun
tampilan ntraoperatif dimana keadaan ini mempunyai peranan yang
sangat bermakna pada kejadian pergeseran otak (brain shift) dan
peningkatantekananintrakranial.
ii Kompresibatangotakmeninggal
iii Koma
iv Defisitneurologis
A ANATOMI BASIS CRANII
1
a

Kulit Kepala
SCALP
Kulit kepala terdiri atas lima lapis, tiga lapisan yang pertama saling melekat
dan bergerak sebagai sebuah unit. Untuk membantu mengingat nama kelima lapisan

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

kulit kepala tersebut, gunakan setiap huruf dari SCALP (=kulit kepala) untuk
menunjukkan lapisan kulit kepala

Skin : kulit, tebal dan berambut, dan mengandung banyak kelenjar sebacea
Connective tissue : jaringan ikat di bawah kulit, yang merupakan jaringan lemak
fibrosa. Septa fibrosa menghubungkan kulit dengan aponeurosis m.occipitofrontalis.
Pada lapisan ini terdapat banyak pembuluh arteri dan vena. Arteri merupakan cabangcabang dari a. carotis externa dan interna, dan terdapat anastomosis yang luas di antara

cabang-cabang ini.
Aponeurosis (epicranial), merupakan lembaran tendo yang tipis, yang menghubungkan
venter occipitale dan venter frontale m.occipitofrontalis. Pinggir lateral aponeurosis
melekat pada fascia temporalis.
Spatium subapomeuroticum adalah ruang potensial di bawah

aponeurosis

epicranial. Dibatasi di depan dan belakang oleh origo m.occipitofrontalis dan melah ke
lateral sampai ke tempat perlekatan aponeurosis pada fascia temporalis

Loose areolar tissue : jaringan ikat, yang mengisi spatium subaponeuroticum dan
secara longgar menghubungkan cranium (pericranium). Jaringan areolar ini
mengandung beberapa arteri kecil, dan juga beberapa vv.emissaria yang penting.
Vv.emissaria tidak berkatup dan menghubungkan vena-vena superificial kulit kepala

dengan vv.diploicae tulang tengkorak dan dengan sinus venosus intracranialis.


Pericranium, merupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang tengkorak.
Perlu diingat bahwa sutura di antara tulang tulang tengkorak dan periosteum pada
permukaan luar tulang berlanjut dengan periosteum pada permukaan dalam tulangtulang tengkorak.

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

Otot-otot Kulit Kepala


M.Occipitofrontalis
Origo : otot ini mempunyai empat venter, dua occipitalis dan dua frontalis, yang
dihubungkan oleh aponeurosis. Setiap venter occipitalis berasal dari linea nuchalis
suprema ossis occipitale dan berjalan ke depan untuk melekat pada aponeurosis. Setiap
venter frontalis berasal dari kulit dan fascia superficialis alis mata, berjalan ke

belakang untuk melekat pada aponeurosis.


Persarafan : venter occipitalis dipersarafi oleh ramus auricularis n.facialis, venter

frontalis dipersarafi oleh ramus temporalis n.facialis


Fungsi : ketiga lapisan pertama kulit kepala dapat bergerak ke depan dan belakang,
jaringan ikat longgar dari lapisan keempat kulit kepala memungkinkan aponeurosis
bergerak di atas pericranium. Venter frontalis dapat menaikkan alis mata seperti pada

ekspresi keheranan dan ketakutan.


Persarafan Sensorik Kulit Kepala

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

Truncus utama saraf sensorik terletak pada fascia superficialis. Dari anterior di
garis tengah menuju ke lateral ditemukan saraf-saraf berikut ini :
N.supratrochlearis, cabang dari divisi ophtalmica n.trigeminus, membelok di
sekitar margo superior orbitalis dan berjalan ke depan di atas dahi. Mempersarafi kulit
kepala ke arah belakang sampai ke vertex. N.zygomaticotemporalis, cabang dari
divisi

maxillaris

n.trigeminus,

mempersarafi

kulit

kepala

di

atas

pipi.N.auriculotemporales, cabang dari divisi mandibula n.trigeminus, berjalan ke


atas di samping kepala dari depan aurikula. Cabang terakhirnya mempersarafi kulit
daerah temporal. N.occipitalis minor, cabang dari plexus cervicalis (C2),
mempersarafi kulit kepala di bagian lateral regio occipitale dan kulit di atas
permukaan medial auricula. N.occipitalis major, cabang dari ramus posterior
n.cervicalis kedua, berjalan ke atas di belakang kepala dan mempersarafi kulit sampai
d

ke depan sejauh vertex cranii.


Pendarahan Kulit Kepala
Kulit kepala mempunyai banyak suplai darah untuk memberi makanan ke
folikel rambut, dan oleh karena itu, luka kecil akan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Arteri terletak di dalam fascia superficialis. Dari arah anterior ke lateral,

ditemukan arteri-arteri berikut ini :


A. supratrochlearis dari a.supraorbitalis, cabang-cabang a.ophthalmica, berjalan ke
atas melalui dahi bersama dengan n.supratrochlearis dan n.supraorbitalis.
A.temporalis superficialis, cabang terminal kecil a.carotis externa, berjalan di depan
auricula bersama dengan n.auriculotemporalis. arteri ini bercabang dua, ramus anterior
dan posterior yang mendarahi kulit di daerah frontal dan temporal.
A.auricularis posterior cabang a.caroti externa, naik di belakang telinga dan
mendarahi kulit kepala di atas dan belakang telinga.
A.occipitalis, sebuah cabang a.carotis externa, berjalan ke atas dari puncak trigonum
posterior bersama dengan n.occipitalis major. Pembuluh ini mendarahi kulit di
e

belakang kepala sampai ke vertex cranii.


Aliran Vena Kulit Kepala
V.supratrochlearis dan v.supraorbitalis bersatu di pinggir medial orbita
untuk membentuk v.facialis. V.temporalis superficialis bersatu dengan v.maxillaris di
dalam

substansi

glandula

parotidea

untuk

membentuk

v.retromandibularis.

V.auricularis posterior bersatu denga divisi posterior v.retromandibularis, tepat di

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

bawah glandula parotidea, untuk membentuk v.jugularis externa. V.occipitalis


bermuara ke plexus venosus suboccipitalis, yang terletak di dasar bagian atas trigonum
posterior, kemudian plexus bermuara ke dalam v.vertebralis atau v.jugularis interna.
Vena-vena di kulit kepala beranastomosis luas satu dengan yang lain, dihubungkan ke
vv.diploicae tulang tengkorak dan sinus venosus intracranial oleh Vv.emissariae yang
2

tidak berkatup.
Cavum Cranii
Cavum cranii berisi otak dan meningen yang membungkusnya, bagian saraf

otak, arteri, vena dan sinus venosus.


Calvaria
Permukaan dalam calvaria memperlihatkan sutura coronalis, sagitalis,
lambdoidea. Pada garis tengah terdapat sulcus sagittalis yang dangkal untuk tempat
sinus sagittalis superior. Di kanan dan kiri sulcus terdapat beberapa lubang kecil,
disebut foveae granulares yang menjadi tempat lacunae laterales dan granulationes
arachnoidales. Didapatkan sejumlah alur dangkal untuk divisi anterior dan poesterior

a. et v.meningea media sewaktu keduanya berjalan di sisi tengkorak menuju calvaria.


Basis Cranii
Bagian dalam basis cranii dibagi dalam tiga fossa yaitu fossa cranii anterior,
media, dan posterior. Fossa cranii anterior dipisahkan dari fossa cranii media oleh ala
minor ossis sphenoidalis, dan fossa cranii media dipisahkan dari fossa cranii posterior
oleh pars petrosa ossis temporalis.

Fossa Cranii Anterior


Fossa cranii anterior menampung lobus frontalis cerebri. Dibatasi di anterior
oleh permukaan dalam os.frontale, dan di garis tengah terdapat crista untuk tempat
melekatnya falx cerebri. Batas posteriornya adalah ala minor ossis sphenoidalis yang
tajam dan bersendi di lateral dengan os frontale dan bertemu dengan angulus
anteroinferior os parietale atau pterion.Ujung medial ala minor ossis sphenoidalis
membentuk processus clinoideus anterior pada masing-masing sisi, yang menjadi
tempat melekatnya tentorium cerebelli. Bagian tengah fossa cranii media dibatasi di
posterior oleh alur chiasma opticum.
Dasar fossa dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontale di lateral dan oleh
lamina cribriformis ossis ethmoidalis di medial. Crista galli adalah tonjolan tajam ke
atas dari os ethmoidale di garis tengah dan merupakan tempat melekatnya falx cerebri.

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

Di antara crista galli dan crista ossis frontalis terdapat apertura kecil, yaitu foramen
cecum, untuk tempat lewatnya vena kecil dari mucosa hidung menuju ke sinus
sagittalis superior. Sepanjang crista galli terdapat celah sempit pada lamina
cribriformis untuk tempat lewatnya n.ethmoidalis anterior menuju ke cavum nasi.
Permukaan atas lamina cribriformis menyokong bulbus olfactorius, dan lubanglubang

halus

pada

lamina

cribrosa

dilalui

oleh

n.olfactorius.

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

Fossa Cranii Media


Fossa cranii media terdiri dari bagian medial yang sempit dan bagian lateral
yang lebar. Bagian medial yang agak tinggi dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis,
dan bagian lateral yang luas membentuk cekungan di kanan dan kiri, yang menampung
lobus temporalis cerebri. Di anterior dibatasi oleh ala minor ossis sphenoidalis dan di
posterior oleh batas atas pars petrosa ossis temporalis. Di lateral terletak pars
squamosa ossis temporalis, ala major ossis sphenoidalis dan os parietale. Dasar dari
masing-masing bagian lateral fossa cranii media dibentuk leh ala major ossis
sphenoidalis dan pars squamosa dan petrosa ossis temporalis.
Os sphenoidale mirip kelelawar dengan corpus terletak di bagian tengah dan
ala major dan minor terbentang kanan dan kiri. Corpus ossis sphenoidalis berisi sinus
sphenoidalis yang berisi udara, yang dibatasi oleh membrana mucosa dan
berhubungan dengan rongga hidung. Sinus ini berfungsi sebagai resonator suara. Di
anterior, canalis opticus dilalui oleh n.opticus dan a.ophthalmica, sebuah cabang dari
a.carotis interna, menuju orbita. Fissura orbitalis superior, yang merupakan celah di
antara ala major dan minor ossis sphenoidalis, dilalui oleh n.lacrimalis, n.frontalis,

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

n.trochlearis, n.oculomotorius, n.nasociliaris, dan n.abducens, bersama dengan


v.ophthalmica superior. Sinus venosus sphenoparietalis berjalan ke medial sepanjang
pinggir posterior ala minor ossis sphenoidalis dan bermuara ke dalam sinus
cavernosus.
Foramen rotundum, terletak di belakang ujung medial fissura orbitalis
superior, menembus ala major ossis sphenoidalis dan dilalui oleh n.maxillaris dari
ganglion trigeminus menuju fossa pterygopalatina. Foramen ovale terletak
posterolateral terhadap foramen rotundum dan menembus ala major ossis sphenoidalis
dan dilalui oleh radix sensorik besar dan radix motorik kecil dari n.mandibularis
menuju ke fossa infratemporalis n.petrosus minus juga berjalan melalui foramen ini.
Foramen spinosum yang kecil terletak posterolateral terhadap foramen ovale
dan juga menembus ala major ossis sphenoidalis. Foramen ini dilalui oleh a.meningea
media dari fossa infratemporalis menuju ke cavum cranii. Kemudian arteri berjalan ke
depan dan lateral di dalam alur pada permukaan atas pars squamosa ossis temporalis
dan ala major ossis sphenoidalis. Pembuluh ini berjalan dalam jarak yang pendek,
kemudian terbagi dalam ramus anterior dan posterior. Ramus anterior berjalan ke
depan dan atas, ke angulus anteroinferior ossis temporalis. Di sini, arteri membuat
saluran yang pendek dan dalam, kemudian berjalan ke belakang dan atas pada os
parietale. Pada tempat ini, arteri paling mudah cedera akibat pukulan pada kepala.
Ramus posterior berjalan ke belakang dan atas, melintasi pars squamosa ossis
temporalis untuk sampai os parietale.
Foramen laserum besar dan iregular terletak antara apeks pars petrosa osis
temporalis dan os sphenoidale. Muara inferior foramen laserum terisi kartilago dan
jaringan fibrosa, dan hanya sedikit pembuluh darah melalui jaringan tersebut dari
rongga tengkorak ke leher. Canalis caroticus bermuara pada sisi foramen lacerum di
atas muara inferior yang tertutup. A.carotis interna masuk ke foramen dari canalis ini
dan segera melengkung ke atas untuk sampai pada sisi corpus ossis sphenoidalis. Di
sini, arteri ini membelok ke depan dalam sinus cavernosus untuk mencapai daerah
processus clinoideus anterior. Pada tempat ini, a.carotis interna membelok vertikal ke
atas, medial terhadap processus clinoideus anterior, dan muncul dari sinus cavernosus.
Lateral terhadap foramen lacerum terdapat lekukan pada apeks pars petrosa
ossis temporalis untuk ganglion temporalis. Pada permukaan anterior os petrosus

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

terdapat dua alur saraf, alur medial yang lebih besar untuk n.petrosus major, sebuah
cabang n.facialis, dan alur lateral yang lebih kecil untuk n.petrosus minor, sebuah
cabang dari plexus tymphanicus. N. petrosus major ke dalam foramen lacerum
dibawah ganglion trigeminus dan bergabung dengan n.petrosus profundus (serabut
symphatis dari sekitar a.carotis interna), untuk membentuk n.canalis pterygoidei. N.
petrosus minor berjalan ke depan ke foramen ovale.
N.abducens melengkung tajam ke depan, melintasi apeks os petrosus, medial
terhadap ganglion trigeminus. Di sini, saraf ini meninggalkan fossa cranii posterior
dan masuk ke dalam sinus cavernosus. Eminentia arcuata adalah penonjolan bulat
yang terdapat pada permukaan anterior os petrosus dan ditimbulkan oleh canalis
semicircularis superior yang terletak di bawahnya. Tegmen tympani adalah lempeng
tipis tulang, yang merupakan penonjolan ke depan pars petrosa ossis temporalis dan
terletak berdampingan dengan pars squamosa tulang ini. Dari belakang ke depan,
lempeng ini membentuk atap antrum mastoideum, cavum tympani dan tuba auditiva.
Lempeng tipis tulang ini merupakan satu-satunya penyekat utama penyebaran infeksi
dari dalam cavum tympani ke lobus temporalis cerebri.
Bagian medial fossa cranii media dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis. Di
depan terdapat sulcus chiasmatis, yang berhubungan dengan chiasma opticum dan
berhubungan ke lateral dengan canalis opticus. Posterior terhadap sulcus terdapat
peninggian, disebut tuberculum sellae. Di belakang peninggian ini terdapat cekungan
dalam, yaitu sella turcica, yang merupakan tempat glandula hypophisis. Sella turcica
dibatasi di posterior oleh lempeng tulang bersegi empat yang disebut dorsum sellae.
Angulus superior dorsum sellae mempunyai dua tuberculum disebut processus
clinoideus posterior, yang menjadi tempat perlekatan dari pinggir tetap tentorium
3

cerebelli.
Fossa Cranii Posterior
Fossa cranii posterior dalam dan menampung bagian otak belakang, yaitu
cerebellum, pons dan medulla oblongata. Di anterior fossa dibatasi oleh pinggir
superior pars petrosa ossis temporalis dan di posterior dibatasi oleh permukaan dalam
pars squamosa ossis occipitalis. Dasar fossa cranii posterior dibentuk oleh pars
basillaris, condylaris, dan squamosa ossis occipitalis dan pars mastoideus ossis

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

temporalis. Atap fossa dibentuk oleh lipatan dura, tentorium cerebelli, yang terletak
di antara cerebellum di sebelah bawah dan lobus occipitalis cerebri di sebelah atas.
Foramen magnum menempati daerah pusat dari dasar fossa dan dilalui oleh
medulla oblongata dengan meningen yang meliputinya, pars spinalis ascendens
n.accessories, dan kedua a.vertebralis. Canalis hypoglossi terletak di atas pinggir
anterolateral foramen magnum dan dilalui oleh n.hypoglossus. Foramen jugularis
terletak di antara pinggir bawah pars petrosa ossis temporalis dan pars condylaris ossis
occipitalis. Foramen ini dilalui oleh struktur berikut ini dari depan ke belakang : sinus
petrosus inferior, n.IX, n.X dan n.XI, dan sinus sigmoideus yang besar. Sinus
petrosus inferior berjalan turun di dalam alur pada pinggir bawah pars petrosa ossis
temporalis untuk mencapai foramen. Sinus sigmoideus berbelok ke bawah melalui
foramen dan berlanjut sebagai v.jugularis interna.
Meatus acusticus internus menembus permukaan superior pars petrosa ossis
temporalis. Lubang ini dilalui oleh n.verstibulocochlearis dan radix motorik dan
senorik n.facialis. Crista occipitalis interna berjalan ke atas di garis tengah, posterior
terhadap foramen magnum, menuju ke protuberantia occipitalis interna. Pada crista
ini melekat falx cerebelli yang kecil, yang menutupi sinus occipitalis.
Kanan dan kiri dari protuberantia occipitalis interna terdapat alur lebar untuk
sinus transversus. Alur ini terbentang di kedua sisi, pada permukaan dalam os
occipitale, sampai ke angulus inferior atau sudut os parietale. Kemudian alur berlanjut
ke pars mastoideus ossis temporalis, dan di sini sinus transversus berlanjut sebagai
sinus sigmoideus. Sinus petrosus superior berjalan ke belakang sepanjang pinggir
atas os petrosus di dalam sebuah alur sempit dan bermuara ke dalam sinus sigmoideus.
Sewaktu berjalan turun ke foramen jugulare, sinus sigmoideus membuat alur yang
dalam pada bagian belakang os petrosus dan pars mastoideus ossis temporalis. Di sini,
3

sinus sigmoideus terletak tepat posterior terhadap antrum amstoideum.


Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu : duramater, araknoid dan piamater.
Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang
melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdural) yang
terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins,
dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis
superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi
dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri-arteri meningea
terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya
fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat
menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri
meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan
tembus pandang disebut lapisan araknoid. Lapisan ketiga adalah piamater yang
melekat erat permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi dalam ruang
4

sub araknoid.
Otak
Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak. Serebrum
terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri yaitu lipatan
duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri kiri terdapat
pusat bicara manusia. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut
sebagai hemisfer dominan.
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fiungsi motorik, dan pada sisi
dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan
fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori. Lobus
oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan. Batang otak terdiri dari
mesensefalon (mid brain), pons, dan medula oblongata. Mesensefalon dan pons bagian
atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan.
Pada medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang
sampai medulla spinalis dibawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah
dapat menyebabkan defisit neurologis yang berat. Serebelum bertanggung jawab

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan, terletak dalam fosa posterior,


5

berhubungan dengan medula spinalis, batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri.
Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh

pleksus

khoroideus

dengan

kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui
foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aquaductus sylvii menuju
ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan masuk ke dalam ruang
subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak dan medula spinalis. CSS akan
direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui vili araknoid.
6

Tentorium
Tentorium serebelli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial (terdiri
atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa
kranii posterior).

Daftar Pustaka

Nama : Dhanty Mukhlisa


Nim : 04011381320014
PSPD B 2013

Budiyanto, A., dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
FKUI.

Hoediyanto. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya: Bagian
IKF dan Medikolegal FAkultas Kedokteran Unair.
Netter FH, Machado CA. 2003. Atlas of Human Anatomy. Version 3. Icon Learning System
LLC.
Snell, Richard S.2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6. Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi