Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh
Rahmat Zakky Maulana
I4A012130
Pembimbing
dr. Oscar Nurhadi, Sp. S
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi sistem saraf pusat merupakan salah satu masalah penting dalam
dunia kedokteran, karena proses diagnosis dan terapi yang cepat serta tepat dapat
menyelamatkan
nyawa
seseorang.1,2
Infeksi
sistem
saraf
pusat
dapat
BAB II
A.
Definisi
Infeksi sistem saraf pusat (SSP) merupakan proses infeksi yang
melibatkan sistem saraf pusat, yakni otak, medulla spinalis, dan membran
disekitarnya.10 Agen penyebab infeksi dapat berupa virus, bakteri, jamus,
protozoa, dan golongan helmints (cacing).2 Infeksi sistem saraf pusat berbeda dari
infeksi sistem organ lainnya, karena beberapa jenis infeksi sistem saraf pusat
dapat mengalami progres sangat cepat dan menyebabkan kerusakan substansi otak
bermakna bahkan dapat menyebabkan kematian sel otak jika prosesnya tidak
terdeteksi dan ditatalaksanai secara cepat dan adekuat. 4,11 Gambaran klinis yang
mucnul akan bervariasi bergantung pada jenis agen infeksius, lokasi infeksi, dan
sistem imunitas pejamu.2,4
Jenis infeksi sistem saraf pusat paling sering ditemui adalah meningitis
akut yang disebabkan oleh virus, sedangkan jenis yang menimbulkan gejala klinis
paling berat adalah infeksi oleh bakteri.4,12,13,14 Infeksi sistem saraf pusat memiliki
spektrum sindroma klinis yang tumpang tindih dari penyakit ringan dan self
limiting
penderitnya. Oleh karena itu, diagnosis dan tatalaksana yang cepat dan tepat
sangatlah diperlukan.2,4
B.
Infeksi intrakranial
Brain abscess atau abses otak adalah infeksi supuratif dan fokal di dalam
parenkim otak yang disebabkan oleh bakteri penghasil nanah (pyogenik), biasanya
abses dikelilingi oleh kapsul yang kaya vaskularisasi. Jika abses tanpa disertai
kapsul maka disebut cerebritis.16,17 Abses otak merupakan jenis infeksi intrakranial
yang relatif jarang ditemui, dengan insidensi sekitar 0.3-1.3/100,000 orang setiap
tahunnya. Faktor predisposisinya adalah otitis media, mastoiditis, sinusitis
paranasalis, infeksi pyogenik diparu atau bagian tubuh lainnya, trauma kepala
tajam atau prosedur bedah saraf, dan infeksi gigi. Pada individu imunokompeten,
patogen penyebab paling sering adalah Streptococcus sp. [anaerobik, aerobik, dan
viridians (40%)], Enterobacteriaceae [Proteus spp., E.coli sp., Klebsiella spp.
(25%)], bakteri anaerob [seperti Bacteroides sp., Fusobacterium sp. (30%)], dan
Staphylococcus sp. (10%). Pada pejamu yang memiliki status imunitas tidak
kompeten dengan infeksi HIV aktif, menjalani transplantasi organ, keganasan,
Toxoplasma
gondii,
Aspergillus
spp.,Candidaspp.,
dan
C.neoformans.2
empyema
(SDE)
atau
empiema
subdural
merupakan
pengumpulan pus diantara dura dan arachnoidmater oleh karena proses infeksi
oleh bakteri penghasil nanah. Empiema subdural merupakan penyakit langka yang
termasuk dalam 15-25% dari infeksi SSP fokal supuratif. Sinusitis frontalis
merupakan faktor predisposisi tersering, dengan atau tanpa kombnasi sinusitis
ethmoidalis dan maksilaris. Sinusitis terkait empiema memiliki predileksi khusus
untuk laki-laki muda, kemungkinan merefleksikan perbedaan anatomi dan
perkembangan sinus terkait jenis kelamin. Diyakini, SDE merupakan komplikasi
yang terjadi pada 1-2% kasus sinusitis frontalis. Oleh karena kecenderungan
tersebut, SDE lebih dominan terjadi pada laki-laki, dengan perbandingan 3:1
terhadap perempuan, 70% kasus terjadi pada tahun kedua dan ketiga
kehidupan.2,11,17
Epidural abscess atau abses epidural adalah infeksi supuratif yang terjadi
diruang potensial antara duramater dan tulang tengkorak. Abses epidural
merupakan jenis infeksi intrakranial yang lebih jarang ditemukan baik
dibandingkan abses otak maupun empiema subdural, dan terhitung hanya <2%
dari prevalensi infeksi SSP fokal supuratif. Abses epidural terbentuk sebagai
komplikasi dari kraniotomi atau fraktur cranium atau sebagai akibat penyebaran
infeksi dari sinus frontalis, telinga bagian tengah, mastoid, dan orbita melalui
aliran retrogradual dari proses tromboflebitis septik disekitar area infeksi melalui
vena emisaria yang mendrainase area tersebut. 2,11
Encephalitis atau ensefalitis merupakan terminologi yang digunakan
ketika jaringan otak diinvasi oleh virus, atau lebih sering disebut ensefalitis virus
untuk menghindari kesalahan interpretasi. Di Amerika serikat, terdapat kurang
lebih 20,000 kasus ensefalitis setiap tahunnya, meskipun angka pasti dari jumlah
kasus sebenarnya cenderung lebih banyak. Ada ratusan jenis virus yang dapat
menyebabkan ensefalitis, meskipun hanya sedikit jenis yang teridentifikasi dalam
kebanyakan kasus. Virus paling penting yang menjadi penyebab ensefalitis secara
sporadik pada orang dewasa imunokompeten adalah virus herpes/ herpesviruses
(HSV,VZV, EBV). Ensefalitis endemik disebabkan oleh arbovirus, yang dapat
diklasifikasikan dalam beberapa taksonomi, mulai dari Alphaviruses (EEE virus,
western equine encephalitis virus), Flaviviruses (WNV, St.Louis encephalitis
virus, Japanese encephalitisvirus, Powassan virus), dan Bunyaviruses (e.g.,
California encephalitis virus serogroup, LaCrosse virus). Jenis virus-virus baru
yang dapat menyebabkan infeksi pada jaringan otak sekarang sering ditemukan,
contohnya pada outbreak di Asia tenggara yang disebabkan oleh virus Nipah,
anggota famili Paramyxovirus, dan meningitis di Eropa yang disebabkan oleh
virus Toscana, arbovirus yang termasuk dalam famili Bunyavirus.2,4
2.)
Meningitis (MEN)
Meningitis adalah peradangan atau inflamasi selaput otak (meninges) yang
spinalis, agen penyebab dan faktor predisposisinya sama dengan empieme dan
abses yang terjadi dikranium, yang membedakannya adalah lokasinya yang berada
diekstrakranial.2,4
C.
Patogenesis
Organisme patogen mendapatkan akses menuju sistem saraf pusat
dibawa oleh sel darah putih yang telah terinfeksi. Beberapa virus dapat mencapai
sistem saraf pusat melalui saraf perifer dan saraf olfaktorius. 2,4,14
Infeksi bakteri biasanya dimulai dari proses kolonisasu di mukosa
nasofaring, lalu kemudian memasuki peredaran darah. Bakteri menggunakan
kapsul polisakarida untuk menghindari respon imunitas tubuh pejamu, yakni
proses fagositosis oleh neutrofil dan aktvitas bakterisidal yang dimediasi
komplemen. Mekanisme pasti yang menjelaskan invasi lapisan otak oleh bakteri
tidak jelas diketahui. Namun, induksi sistem imunitas oleh patogen yang
meninmbulkan respon imunitas berupa reaksi inflamasi intens merupakan salah
satu penyumbang signifikan morbiditas dan mortalitas meningitis bakteri. 4,14
Pada meningitis bakteri, permeabilitas pembuluh darah otak meningkat
(untuk mengatasi proses infeksi, menjebatani transfer masif dari sel radang),
sebagai akibatnya resiko terjadinya edema serebral yang disebabkan oleh
mekanisme vasogenik, sitotoksik, atau interstisial meningkat. Jika terjadi edema
serebral, maka proses akan berlanjut secara automatis sebagai peningkatan
tekanan
intrakranial
yang
beresiko
menyebabkan
hernia
serebral
dan
menyebabkan kematian. 4
D.
dari gejala: sakit kepala, demam, dan kaku kuduk. Oleh karena hampir seluruh
jenis infeksi sistem saraf pusat akan berepresentasi sebagai salah satu dari gejala
diatas. Nuchal rigidity (kaku kuduk) adalah tanda patognomonik dari iritasi
selaput otak dan muncul ketika leher tidak dapat difleksikan secara pasif. Tanda
Kernigs dan Brudzinskis juga merupakan penanda klasik adanya iritasi selaput
otak. Apabila ada salah satu dari gejala tersebut, maka harus dilakukan penilaian
terhadap perubahan status mental dan neurologis, jika terdapat perubahan status
maka proses diagnosis laboratoris dan pencitraan dimulai, sesuai algoritma
berikut.2,3
Infeksi intrakranial
yang
teridentifikasi
dari
cairan
Gambar 2.6 Antibiotik empiris yang digunakan untuk terapi infeksi sistem saraf
pusat. 2
Pertimbangan ke (3) adalah adanya penurunan kesadaran berat (somnolen,
koma) pada pasien dengan kecurigaan meningitis virus (meningitis aspetik),
dimana kejang atau defisit neurologik fokal tidak muncul pada infeksi sistem saraf
pusat jenis ini; pasien dengan gejala ini harus dirawat di rumah sakit untuk
evaluasi lebih lanjut dan ditatalaksanai secara empiris untuk meningoeensefalitis
virus dan bakteri. (4) Pasien dengan status imunokompromais dengan kesadaran
kompos mentis, tanpa riwayat pengobatan mikroba dalam waktu dekat, dan profil
cairan serebrospinal konsisten dengan meningitis virus (pleositosis limfositik dan
konsentrasi glukosa normal).2,14
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi sistem saraf pusat merupakan salah satu masalah penting dalam
dunia kedokteran, karena proses diagnosis dan terapi yang cepat serta tepat dapat
menyelamatkan nyawa seseorang. Infeksi sistem saraf pusat dapat diklasifikasikan