Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Katub jantung bekerja mengatur aliran darah melalui jantung ke arteria pulmonal dan
aorta dengan cara membuka dan menutup pda saat yang tepat ketika jantung berkontraksi dan
berelaksasi selama siklus jantung.
Katub atrioventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel, terdiri atas katub trikuspidalis
yang membagi atrium kanan dan ventrikel kanan, serta katub miral atau bikuspidalis yang
membagi atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katub semilunaris terletak antara ventrikel dan arteri yang bersangkutan. Katub pulmonal
terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, sedang katub aorta terletak antara ventrikel
kiri dan aorta
Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertetup dengan baik maka akan
mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat membuka secara sempurna (biasanya karena
stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat
menutup secara sempurna darah akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut
regurgitasi atau insufisiensi.
Kelainan katup dibagi menjadi beberapa kategori berikut: prolaps katup mitral, stenosis
mitral, insufiensi atau regurgitasi mitral, stenonis aorta, insufisiensi atau regurgitasi aorta,
stenosis trikuspidalis, insufisiensi ataur egurgitasi trikuspidalis, dan penyakit katup pulmonal.
Kelaian katup tersebut menimbulkan berbagai gejala, tergantung beratnya, dan mungkin
memerlukan perbaikan secara bedah atau penggantian untuk mengoreksi masalah. Dalam
makalah ini kami hanya akan menjelaskan beberapa point saja yakni kelainan pada katup mitral
dan aorta.
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami kelainan
yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung.
Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya tidak bisa
kembali masuk ke bagian serambi jantung ketika berada di bilik jantung membuat jantung
memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang
tersebut tidak bisa melakukan aktifitas dalam tingkat tertentu.
Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak dapat beraktifitas dan
juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagu memiliki kemampuan untuk dapat
mengalirkan darah.
Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan dan terjadi
sejak masih dalam kandungan. Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi karena kecelakaan
ataupun cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung juga dapat menyebabkan kelainan pada
katup jantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi kesalahan teknis maupun prosedur dalam
melakukan oeprasi pada jantung.
Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi
katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat mengalami dua jenis gangguan fungsional:
(1) regurgitasi-daun katup tidak dapat menutup rapat sehngga darah dapat mengalir balik
(sinonim dengan isufisiensi katup dan inkompetensi katup) ; dan (2) stenosiskatup-lubang katup
mengalami penyempitan shingga aliran darah mengalami hambatan. Isufisiensi dapat dan
stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai lesi campuran atau terjadi
sendiri yang disebut sebagai lesi murni.
Berikut tipe-tipe gangguan katup:
a. Sindrom Prolaps Katup Mitral
Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah bilah katup mitral yang tidak dapat
menutup dengan sempurna dan mengakibatkan regurgutasi katup, sehingga darah merembes dari
ventrikel kiri ke antrium kiri. Sindrom ini kadang tidak menimbulkan gejala atau dapat juga atau
dapat juga berkembang cepat dan menyebabkan kematian mendadak. Pada tahun tahun
belakangan sindrom ini semakin banyak dijumpai, mungkin karena metode diagnostic yang
semakin maju
b. Stenosis Mitral
Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah bilah katup mitral,
yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif aliran darah.Secara normal
pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari. Pada kasus stenosis berat menjadi penyempitan
lumen sampai seleba pensil. Ventrikel kiri tidak terpengaruh, namun antrium kiri mengalami
kesulitan dalam menggosongkan darah melalui lumen yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya
antrium akan melebar dan mengalami hipertrofi karena tidak ada katup yang melindungi vena
pulmonal terhadap aliran balik dari antrium, maka sirkulasi pulmonal mengalami kongesti.
Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan
mengalami peregangan berlebihan yang berakhir gagal jantung.
c.
systole. Chordate tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat menutup dengan
sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium kiri.
Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral mengakibtakan penutupan
lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga
setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke antrium kiri. Aliran
balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan antrium kiri
mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah
yang mengalir dari paru ke antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti,
yang pada giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran mitral
hanya kecil namun selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel kanan.
Obstruksi kalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang
mengakibatkan penebalann dinding otot. Otot jantung menebal (hipertrofi) sebagai respons
terhadap besarnya obstruksi ; terjadilah gagal jantung bila obsruksinya terlalu berat.
e.
aorta,sehingga masing masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan rapt selama
diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Defek katup
ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya
aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta asendens
Karena kebocoran katup aorta saat diastole , maka sebagaian darah dalam aorta, yang
biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus
mengatasi keduanya yaitu mengirim darah yang secara normal diterima dari atrium kiri ke
ventrikel melalui lumen ventrikel, maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri
kemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga
akibat tenaga mendorong yang lebih normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan darah
sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompesansi melalui refleks dilatasi
pembul;uh darah arteri perifer melemas sehingga tahanan perifer turun dan tekanan diastolic
turun drastis.
B. Etiologi
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir selalu disebabkan
oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit katup jenis baru. Penyakit
katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan
dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang-orang yang hidup di negara industri
dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi
penyakit demam rematik , namun penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim deformitas
katup yang membutuhkan koreksi bedah.
1. Stenosis Mitral
Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah
menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. Di
bagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada
dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik,
daun katup mitral sebagian bergabung menjadi satu.
2. Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik dan
non reumatik(degeneratif, endokarditis, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan,
trauma dan sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia, penyebab terbanyak
insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
3. Stenosis Aorta
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua,
yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun
katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya
baru muncul setelah usia 70-80 tahun.
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa kanak-kanak.
Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis,
regurgitasi maupun keduanya.
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah kelainan bawaan. Pada
masa bayi, katup aorta yang menyempit mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru
muncul pada masa pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar
dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui katup yang kecil.
Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk
abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku
dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.
4. Insufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan katub dan kanker aorta
juga bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan
retraksi daun-daun katub, dengan atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan skuele dari
demam reumatik.
C. Patofisiologi
Demam reumatik inflamasi akut dimediasi imun yang menyerang katup jantung
akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik- grup A dan protein jantung. Penyakit
dapat menyebabkan penyempitan pembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat menutup
sempurna (inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya.
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa jantung
memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang mengalami regurgitasi
atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja jantung. Stenosis katup memaksa
jantung meningkatkan tekanannya agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran yang
meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium . Respon miokardium yang
khas terhadap peningkatan volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi
otot. Dilatasi miokardium dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan
meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
1. Stenosis Mitral
Stenosis mitral terjadi karna adanya fibrosis dan fusikomisura katub mitral pada waktu fase
penyembuhan demam reumatik. Terbentuknya sekat jaringan ikat tanpa pengapuran
mengakibatkan lubang katub mitral pada waktu diastolic lebih kecil dari normal.
Berkurangnya luas efektif lubang mitral menyebabkan berkurangnya daya alir katub mitral.
Hal ini akan meningkatkan tekanan diruang atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan
antara atrium kiri dan ventrikel kiri waktu diastolik. Jika peningkatan tekanan ini tidak berhasil
mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, akan terjadi
bendungan pada atrium kiri dan selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan kapiler
paru. Bendungan ini akan menyebabkan terjadinya sembab interstitial kemudian mungkin terjadi
sembab alveolar. Pecahnya vena bronkialis akan menyebabkan hemoptysis.
Pada tahap selanjutnya tekanan arteri pulmonal akan meningakat, kemudian terjadi
pelebaran ventrikel kanan dan insufisiensi pada katub tricuspid atau pulmonal. Akhirnya venavena sistemik akan mengalami bendungan pula. Bendungan hati yang berlangsung lama akan
menyebabkan gangguan fungsi hati.
Kompensasi pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah takikardi. Tetapi
konpensasi ini tidak selamanya menambah curah jantung karna pada tingkat tertentu akan
mengurangi masa pengisian diastolic. Regangan pada otot-otot atrium dapat menyebabkan
gangguan elektris sehingga terjadi fibrilasi atrium. Hal ini akan mengganggu pengisian ventrikel
dari atrium dan memudahkan pembentukan thrombus di atrium kiri.
2. Insufisiensi Mitral
Insufisiensi mitral akibat reumatik terjadi karna katub tidak biasa menutup sempurna waktu
sistolik. Perubahan pada katub meliputi klasifikasi, penebalan dan distorsi daun katub. Hal ini
mengakibatkan koaptasi yang tidak sempurna waktu sistolik. Selain pemendekan kordatendinea
mengakibatkan katub tertarik ke ventrikel terutama bagian posterior, dapat juga terjadi dilatasi
annulus atau rupture korda tendinea. Selam fase sistolik, terjadi aliran regurgitasi ke atrium kiri,
mengakibatkan gelombang v yang tinggi di atrium kiri, sedangkan aliran ke aorta berkurang pada
saat diastolik,darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel.darah tersebut selain yang berasal dari
paru-paru melalui vena pulmonalis,jika terdapat darah regurgidan dari ventrikel kiri waktu
sistolik sebelumnya.ventrikel kiri cepat distensi,apeks bergerak ke bawah secara
mendadak,menarik katup korda dan otot kapilaris,hal ini menimbulkan vibrasi membentuk bunyi
jantung ke tiga.pada insufisiensi mitral kronik,regurgitasi sistolik ke atrium kiri dan vena-vena
pulmonalis dapat ditoleransi tanpa meningkatnya tekanan baji dan aorta pulmonal.
3. Stenosis Aorta
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan
perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel
kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan
meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang
ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan
mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan
menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard
timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat
bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut
berat. Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru
muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup aorta(progressive
pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang mekanisme
waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta.peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan
diastolik akhir ventriker kiri biasa timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel.
D. Tanda dan gejala
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam
vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam
paru- paru(edemapulmoner). Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan
lelah dan sesak nafas.Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas,
tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat.
Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh
beberapabuah bantal atau duduk tegak.Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan
bahwaseseorang menderita stenosis katup mitral.Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat
menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paruparu.Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana
denyutjantungmenjadicepatdantidakteratur.
1. Stenosis Mitral
Sangat capai, lemah, dyspnea, capek bila ada kegiatan fisik, nocturnal dyspnea, batuk kering,
bronchitis, rales, edema paru-paru, hemoptysis/batuk darah, kegagalan pada sebelah kanan
jantung. Auskultasi: teraba getaran apex S1 memberondong, peningkatan bunyi. Murmur:lemah,
nada rendah, rumbling/gemuruh, diastolic pada apex.
2. Insufisiensi Mitral
Sangat capi, lemah, kehabisan tenaga, berat badan turun, napas sesak bial terjadi kegiatan
fisik, ortopneu, paroxysma noktural dipsneu rales
Tingkat lanjut: edema paru-paru, kegagalan jantung sebelah kanan.
Auskultasi: terasa getaran pada raba apex, S1 tidak ada, lemah, murmur.
Murmur: bernada tinggi, menghembus, berdesis, selam systoll(pada apex) S3 nada rendah.
3. Stenosis Aorta
Angina, syncope, capai, lemah, sesak napas saat ada kegiatan ortopneu, paroxys
mal nokturial, edema paru-paru, rales.
Tingkat alnjut: kegagalan sebelah kanan jantung
Murmur: nada rendah, kasar seperti kerutan, systoll(pada basis atau carctis) gemetar systoll pada
basis jantung.
4. Insufisiensi Aorta
Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila beraktifitas ortopnew, paroxysmal noktural
dyspnea, diaphoresis hebat, angina.
Tingkat lanjut: kegagalan jantung sebelah kiri dan kanan.
Murmur: nada tinggi, menghembus diastole (sela iga ke-3) murmur desakan systoll pada basis.
E. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kelainan katup
Angina pectoris
Bedah jantung
Disritmia
2.6. Penatalaksanaan
1. Stenosis Mitral
Terapi antibiotic diberika untuk mencegah berulangnya infeksi. Penatalaksanaan gagal
jantung kongesti adalah dengan memberikan kardiotinikum dan diuritik. Intervensi bedah
meliputi komisurotoomi untuk membuka atau menyobek komisura katub mitral yang lengket
atau mengganti katub miral dengan katub protesa. Pada beberapa kasus dimana pembedahan
merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak mampu menghasilkan hasil yang diharapkan,
maka dapat dilakukan valvuloplasti transluminal perkutan untuk mengurang beberapa gejala.
2. Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi bedah meliputi
penggantian katup mitral.
3. Stenosis Aorta
Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah penggantian katub aorta secara
bedah. Terdapat resiko kematian mendadak pada pasien yang diobati saja tanpa tindakan bedah.
Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan gagal jantung permanen yang tidak
berespon terhadap terapi medis.
4. Insufisiensi Aorta
Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk
penggantian katub masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan
hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknnya gejala lain. Bila pasien
mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai
dilakukannya pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala
: Kelemahan, kelelahan.
Pusing, rasa berdenyut
Dispenea karena kerja,palpitasi.
Gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksimal noktural, nokturia,keringat
malam hari.)
Tanda
SIRKULASI
Gejala
Tanda
MAKANAN / CAIRAN
Gejala
Tanda
NEUROSENSORI
Gejala
NYERI / KENYAMANAN
Gejala
PERNAFASAN
Gejala
Tanda
: Takipnea
Bunyi napas adventisius ( krekels dan mengi)
Sputum banyak dan berbecak darah ( Edema pulmonal).
Gelisah/ ketakutan ( Pada adanya edema pulmonal)
KEAMANAN
Gejala
Tanda
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala
Pertimbangan
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
-
Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :
RIWAYAT SPIRITUAL
- Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya
- Support system dalam keluarga
- Ritual yang biasa dijalankan
AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi`
Selera makan, Menu makan dalam 24 jam, Frekuensi makan dalam 24 jam, Makanan
yang disukai dan makanan pantangan, Pembatasan pola makanan, Cara makan( bersama
keluarga, alat makan yang digunakan ), Ritual sebelum makan.
B. Cairan
Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam, Frekuensi minum, Kebutuhan cairan
dalam 24 jam.
C.
Apakah cepat tertidur, Jam tidur (siang/malam), Bila tidak dapat tidur apa yang
dilakukan, Apakah tidur secara rutin.
E. Olahraga
Program olahraga tertentu, Berapa lama melakukan dan jenisnya, Perasaan setelah
melakukan olahraga
Apakah merokok ? jenis ? berapa banyak ? kapan mulai merokok ?, Apakah minum
minuman keras ? berapa minum /hari/minggu ? jenis minuman ? apakah banyak minum ketika
stress ? apakah minuman keras mengganggu prestasi kerja ?
atau minuman ringan ? berapa banyak /hari ?, Apakah mengkonsumsi obat dari dokter
(marihuana, pil tidur, obat bius).
G. Personal hygiene :
Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu), Cuci rambut, Gunting
kuku, Gosok gigi.
H. Aktivitas / mobilitas fisik
Kegiatan sehari-hari, Pengaturan jadwal harian, Penggunaan alat bantu untuk aktivitas,
Kesulitan pergerakan tubuh.
I.
Rekreasi :
Bagaimana perasaan anda saat bekerja ? , Berapa banyak waktu luang ?, Apakah puas
Bagaimana
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum klien :
Tanda-tanda dari distress, Penampilan dihubungkan dengan usia, Ekspresi wajah, bicara,
mood, Berpakaian dan kebersihan umum, Tinggi badan, BB, gaya berjalan .
B. Tanda-tanda vital
Suhu, Nadi, Pernafasan, Tekanan darah.
C. Sistem pernafasan
Hidung : (kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya sekret/polip,passaseudara),
Leher
F. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral : Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa),
Kesadaran (eyes, motorik, verbal) dengan GCS, Bicara (ekspresive dan resiptive )
2. Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII)
7. Iritasi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign) :
G. Sistem musculoskeletal
Kepala ( bentuk kepala ), Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM ), Pelvis (Thomas test,
trendelenberg test, ortolani/barlow test, ROM), Lutut (Mc Murray Test, Ballotement, ROM),
Kaki (keutuhan ligamen, ROM), Bahu, Tangan..
H. Sistem perkemihan
Edema palpebra, Moon face, Edema anasarka, Keadaan kandung kemih, Nocturia, dysuria,
kencing batu, Penyakit hubungan sexual
I. Sistem immune:
Allergi ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ), ImmunisasI, Penyakit yang
berhubungan dengan perubahan cuaca, Riwayat transfusi dan reaksinya.
TEST DIAGNOSTIK
-
Ro foto
CT Scan
Penatalaksanaan Medis
-
Terapi antibiotic
Komisurotomi
ANALISIS DATA
Kelompok Data
1
DO:
DO:
Sianosis
Dispnea
Tachikardia
Gas darah arteri abnormal
Pucat kehitaman
DO :
Aritmia
Brakikardia
Perubahan EKG
Takikardia
Penurunan tekanan vena
Keletihan
Murmur
2
.
3
.
4
.
Etiologi
Edema paru
Masalah
Gangguan
pertukaran gas
penurunan kontraktilitas
Resiko/actual tinggi
ventrikel kiri.
menurunnya curah
jantung
Iskemia miokard
Nyeri
Ansietas
kematian
Gugup
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b/d odema paru ditandai dengan sianosis dan dispnea
2. Resiko tinggi menurunanya curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri.
3. Nyeri: dada b/d iskemia jaringan myokard
4. Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan ketakutan dan peningkatan tegangan
TINDAKAN KEPERAWATAN/INTERVENSI
No Diagnosa
1. Gangguan
pertukaran gas
Tujuan
Kriteria Hasil
Gas darah arteri - Menunjukan
Intervensi
1. Awasi
Rasional
1. Indikator keadekuatan
normal dalam
perbaikan
frekuensi/kedalaman
fungsi pernapasan
jangka waktu 1
ventilasi/oksigenasi
pernapasan,
x 24 jam
penggunaan otot
dan
frekuensi
aksesori, area
kebutuhan/keefektifan
pernapasan dalam
sianosis.
terapi.
2. Terjadinya atelectasis
mengganggu
aksesoris, bunyi
pertukaran gas.
nafas normal.
terjadinya infeksi
Paru, yang
peningkatan
meningkatkan kerja
kelemahan.
jantung dan
Observasi tanda
kebutuhan oksigen.
peningkatan demam,
batuk,bunyi nafas
ada adventisius.
4. Meningkatkan
ekspansidada optimal,
4. Bantu dalam
memobilisasikan
mengubah posisi,
dalam.
\paru; menurunkan
resiko stasis
2.
- Klien akan
secret/pneumonia..
1. Kaji dan laporkan 1. Kejadian mortalitas
Resiko tinggi
Penurunan
menurunanya
curah jantung
melaporkan
tanda penurunan
dan morbiditas
curah jantung
dapat teratasi
penurunan episode
curah jantung.
sehubungan dengan
berhubungan
dan
dispnea, berperan
dengan
menunjukkan
dalam aktivitas
penurunan
tanda vital
mengurangi beban
kontraktilitas
dalam batas
ventrikel kiri.
kerja jantung,
- Tekanan darah
menurunnya kerja
yang dapat
dalam batas normal
( 120/80mmHg,
nadi 80x/menit),
- Tidak terjadi
dihasilkan sebagai
diterima,
disritmia
terkontrol atau
jantung teratur,
CRT kurang dari 3
murmur dapat
detik.
menunjukkan
jantung dalam
jangka waktu
inkompetensi/
3x24 jam.
stenosis mitral.
3. Dapat menunjukkan
tidak adekuatnya
3. Kaji perubahan pada perfusi serebral
sensorik, contoh:
sekunder terhadap
penurunan curah
depresi.
jantung
4. Stres emosi
menghasilkan
vasokonstriksi yang
4. Berikan istirahat
terkait dan
psikologi dengan
meningkatkan
lingkungan yang
tekanan darah dan
tenang.
frekuensi / kerja
jantung.
5. Meningkatkan
5. Berikan oksigen
sediaan oksigen untuk
tambahan dengan
kebutuhan
nasal kanl/ masker
miokardium dalam
sesuai dengan
melawan efek
indikasi.
hipoksia/iskemia.
6. Banyaknya obat dapat
6. Kolaborasi untuk
digunakan untuk
pemberian obat.
meningkatkan volume
sekuncup,
memperbaiki
kontraktilitas, dan
menurunkan kongesti.
7. Oleh karena adanya
peningkatan tekanan
ventrikel kiri, pasien
7. Pemberian IV ,
tidak menoleransi
pembatasan jumlah
peningkatan volume
indikasi. Hindari
mengeluarkan sedikit
cairan garam.
.
natrium yang
menyebabkan retensi
.
cairan dan
meningkatkan kerja
3.
Pasien
iskemia
mengatakan
jaringan
bahwa nyeri
miokard
dada telah
- Nyeri hilang
1. Selidiki laporan
- Menyatakan metode
nyeri dada dan
yang membuat nyeri
bandingkan dengan
hilang
episode selanjutnya.
miokard
1. Perbedaan gejala
perlu untuk
mengidentifikasi
penyebab nyeri.
hilang/terkontrol
Perilaku dan
dalam jangka
intensitas. Catat
membantu
menentukan derajat /
adanya
otomatis terhadap
ketidaknyamanan
nyeri(berkeringat,T
pasien khususnya
D dan nadi
apabila pasien
berubah,peningkatan
menolak adanya
atau penurunan
nyeri.
frekuensi
pernafasan).
2. Evaluasi respon
terhadap obat
2. Penggunaan terapi
obat dan dosis. Catat
nyeri yang tidak
hilang atau menurun
dengan nitrat
menunjukan MVP,
berhubungan dengan
nyeri dada tidak
3. Berikan lingkungan
khas / non angina.
istirahat dan batasi
3. Aktifitas yang
aktifitas sesuai
meningkatkan
kebutuhan.
kebutuhan oksigen
miokardia (contoh
kerja tiba-tiba, stress,
makan banyak,
terpajan dingin) dapat
mencetuskan nyeri
4. Anjurkan pasien
dada.
berespon tepat
terhadap angina
4. Penghentian aktifitas
(contoh berhenti
menurunkan
aktifitas yang
kebutuhan oksigen
menyebabkan
sering menghentikan
angina.
5. Berikan vasolidator,
5. Obat diberikan untuk
contoh nitrogliserin,
meningkatkan
nifedifin (Prosirkulasi miokardia
cardia) sesuai
(vasolidator)
indikasi.
menurunkan angina
sehubungan dengan
4.
- Pasien
1. Identivikasi
iskemia miokardia.
1. Alat untuk
Ansietas b/d
Pasien merasa
situasi kritis
tenang dalam
menunjukkan
/evaluasi persepsi
mendefinisikan
relaksasi
- Menunjukkan
pengobatanyang
ketakutan dan
peningkatan
1x24 jam
perilaku untuk
menangani stres
ditunjukkan oleh
pilihan intervensi.
2. Membantu
situasi.
2. Pantau respond
menentukan derajat
fisik. Contoh
palpitasi, takikardi,
jantung. Penggunaan
gerakan berulang,
evaluasi seirama
gelisah.
dengan respond
tegangan
punggung,
menangani beberapa
perubahan posisi.
aspek pengobatan,
(contoh, aktivitas
perawatan, waktu
pribadi), menurunka
4. Koordinasikan
waktu istirahat dan
kelemahan,
meningkatkan energy.
5. Mekanisme adaptif
aktivitas saat
perlu untuk
senggang tepat
untuk kondisi.
mengkoping dengan
penyakit katub
jantung kronis dan
secara tepat
mengganggu pola
hidup seseorang,
sehubungan dengan
terpai pada sktivitas
5. Dorong ventilasi
sehari-hari.
6. Keterlibatan akan
perasaan tenang
membantu
penyakit efeknya,
menfokuskan
terhadap pola hidup
perhatian pasien
dan status kesehatan
dalam arti positif dan
akan dating. Kaji
memberikan rasa
keefektifan koping
control.
dengan stressor.
7. Memberikan arti
penghilangan respond
ansitas, menurunkan
6. Libatkan orang
perhatian,
terdekat dalam
meningkatkan
rencana perawatan
relaksasi,
dan dorong
meningkatkan
partisipasi
maksimum pada
rencan pengobatan.
7. Anjurkan pasien
melakukan teknik
relaksasi, contoh
napas dalam,
bimbingan imajinasi,
relaksasi progresif.
kemampuan koping.
EVALUASI
Tgl/jam
No Diagnosa
1
Evaluasi
S: Gas darah Arteri pasien normal
O: - ventilasi/oksigenasi membaik
- frekuensi pernapasan normal,
- tak ada sianosis,
- bunyi nafas normal.
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Penurunan curah jantung teratasi, TTV
normal, Bebas gejala gagal jantung
O: - Tidak terjadi aritmia
- irama jantung teratur,
- CRT kurang dari 3 detik.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Nyeri dada terkontrol
O: Meode nyeri hialng
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: Pasien terlihat tenang
O: - Pasien melakukan relaksasi
- Pasien tidak terlihat stres
A: Masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan
DISCHARGEPLANING
Paraf