Vous êtes sur la page 1sur 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya pembelajaran teori dan praktikum di laboratorium merupakan
kegiatan-kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar (PBM) . Ilmu
kimia sebagai bagian dari sains memiliki karakterisitik yang dibangun dengan
mengedepankan eksperimen sebagai media/cara untuk memperoleh pengetahuan,
kemudian dikembangkan atas dasar pengamatan, pencarian, dan pembuktian. Kegiatan
praktikum yang dilakukan di laboratorium merupakan metode yang memberikan pengaruh
terhadap keberhasilan siswa dalam belajar kimia , siswa dapat mempelajari kimia dengan
mengamati secara langsung gejala-gejala ataupun prosesproses kimia, dapat melatih
keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat
menemukan dan memecahkan berbagai masalah yang ada melalui metode ilmiah dan
sebagainya(Rahmiyati,2008).
Laboratorium merupakan jantung dari kegiatan pembelajaran sains, khususnya
pembelajaran kimia, karena laboratorium merupakan tempat untuk melihat, mencoba,
menguji, menilai konsep-konsep sains yang dipelajari hingga siswa memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang sains. Melalui kegiatan laboratorium peserta didik
dapat mengkaji kebenaran konsep yang dipelajari secara teroretis melalui analisis kritis
berdasarkan kemampuan intelektualnya (anumana). Ketiga cara belajar tersebut dikenal
dengan Tripramana(Wiratma dan I Wayan,2014).
Laboratorium kimia boleh jadi merupakan suatu tempat yang berbahaya, terutama bila
kita ceroboh dan kurang pengetahuan. Laboratorium kimia merupakan sarana penting
untuk pendidikan, penelitian, pelayanan, serta uji mutu atau quality control. Karena
perbedaan fungsi dan kegunaannya, dengan sendirinya berbeda pula dalam desain,
fasilitas, teknik, dan penggunaan bahan. Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang
aman bagi para penggunanya. Aman terhadap setiap kemungkinan kecelakaan fatal, dari
sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman seseorang dapat

bekerja dengan aman,produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan dan
keracunan(Budimarwati,2013).
Pada proses pengadaan masalah dapat muncul karena ketidaktepatan pengadaan alat
dan bahan. Pada proses penggunaan masalah dapat muncul karena kesalahan
pengoperasian alat atau bahan. Pada proses pemeliharaan masalah dapat muncul akibat
kesalahan pembersihan dan penempatan alat dan bahan. Pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa alat dan bahan yang tersedia di laboratorium sering tidak sesuai
dengan kebutuhan dan terkadang banyak tersimpan alat dan bahan yang sudah tidak
digunakan. Alat atau bahan yang sudah tidak digunakan, mestinya, dibuang melalui proses
pemusnahan yang sesuai dengan aturan agar keseimbangan dan keharmonisan lingkungan
laboratorium tetap terjaga(Wiratma dan I Wayan,2014).
Perawatan alat secara rutin dapat dilakukan. Sebelum alat digunakan hendaknya
diperiksa dulu kelengkapannya dan harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah selesai
dipergunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan jangan disimpan dalam keadaan
kotor. Demikian juga kelengkapan alat tersebut harus dicek terlebih dahulu sebelum
disimpan. Lemari untuk menyimpan alat seringkali terkena rayap, untuk mencegah rayap
yang dapat merusak berbagai jenis alat, maka secara periodik perlu disemprot dengan
antihama atau sejenisnya atau dengan memasukkan kapur barus pada lemari penyimpanan.
Setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau keterangan penggunaan.
Maka sebelum alat digunakan hendaknya kita membaca terlebih dahulu petunjuk
penggunaan alat dan petunjuk pemeliharaan atau perawatannya(Budimarwanti,2013).
Pengadaan alat dan bahan yang didrop dari pusat sering tidak cocok dengan kebutuhan
sekolah, sehingga ada sebagian bahan kimia tidak digunakan, namun harus tetap diterima
oleh sekolah. Penggunaan alat/bahan kimia yang ada di laboratorium kimia, berdasarkan
hasil rekapitulasi angket menunjukkan bahwa sebagian besar alat dan bahan digunakan
untuk pembelajaran siswa, dan ada sebagian kecil dipakai oleh guru untuk penelitian.
Beberapa teknik yang dilakukan dalam proses pemeliharaan alat/bahan kimia yakni
dirawat bersamaan dengan penggunaan, dan dirawat secara insidental sesuai keperluan.
Alat alat laboratorium yang biasa kita tahu yaitu microskop, Ph meter dan
Thermometer(Wiratma dan I Wayan,2013).
1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah :


Untuk mengetahui cara pemakaian, kalibrasi dan fungsi dari Microskop, pH meter dan
Thermometer.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di
laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulangulang. Contoh alat laboratorium
kimia: pembakar spiritus, thermometer, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong,
microskop, pH meter dan lain sebagainya. Alat yang digunakan secara tidak langsung di
dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium, seperti pemadam kebakaran dan
kotak pertolongan Pertama. Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat
menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpanannya . Belumlah cukup hanya
dengan memperhatikan bahan dasar dari alat, namun penyimpanan alat yang memiliki
bahan dasar yang sama harus ditata kembali(Widhy,2009).
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains,
khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat
mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini membantu
memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Untuk
mengetahui mikroskop maka perlu diketahui komponen mikroskop, macam mikroskop,
penggunaan dan pemeliharaannya(Tim Laboratorium,2012).
Mikroskop merupakan alat penting dalam mempelajari mikrobiologi. Pada dasarnya
microskop memiliki dua buah lensa. Lensa obyektif yang terletak dekat dengan obyek
yang akan diamati dan lensa okuler yang terletak di dekat mata kita. Obyek utama
diperbesar oleh lensa obyektif , bayangan ang dihasilkan diubah pada lensa okuler.
Perbesaran total merupakan hasil perkalian perbesaran lensa obyektif dan lensa okuler.
Perbesaran lensa okuler pada microskop biasanya sebesar 10 x, sedangkan perbesaran
lensa obyektif bervariasi yaitu 4x, 10x dan 40x. Lensa obyektif yang rendah perbesarannya
digunakan untuk pengamatan awal, melokalisir obyekyang diinginkan, untuk selanjutnya
dipindahkan ke perbesaran yang lebih tinggi. Perbesaran 40 x biasa dipakai untuk
pengamatan mikroba yang lebih besar. Sedangkan 100x untuk bakteri(Tim Asisten, 2010).

Microskop memiiki komponen penting, yaitu : Kaki, lengan , cermin, kondensor,


Diafragma, meja preparat, tabung, pengatur kasar dan halus, lensa okuler dan lensa
obyektif. Kaki berfungsi menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop. Lengan
berfungsi untuk memegang mikroskop pada saat memindah mikroskop. Cermin
mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi untuk
memantulkan sinar dan sumber sinar. Kondensor tersusun dari lensa gabungan yang
berfungsi mengumpulkan sinar. Diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang
masuk dengan mengatur bukan iris. Meja preparat merupakan tempat meletakkan objek
(preparat) yang akan dilihat. Pemutar kasar dan halus berfungsi untuk mengatur kedudukan
lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat(Tim Laboratorium, 2012).
Pada mikroskop yaitu pada bagian lensa obyektif apabila perbesaran yang diinginkan
yaitu perbesaran yang tinggi maka dibantu dengan minyak imersi. Daya pisah adalah
kemampuan suatu obyektif untuk memisahkan dua buah titik yang sangat berdekatan di
dalam struktur pada obyek. Daya pisah ini ditentukan oleh panjang gelombang sinar dan
apertur numerik (numerical aperture, NA) lensa. Namun demkian karena panjang
gelombang sinar biasanya tidak berubah, maka resolusi dari obyek merupakan fungsi NA.
Semakin besar NA, semakin kecil resolusi obyek atau obyek yang dapat dilihat jelas secara
terpisah semakin kecil. Satu faktor sebagai tambahan untuk lensa yang mempengaruhi NA
adalah medium yang dilewati sinar. Sepanjang obyek dipisahkan dengan udara, maka NA
dapat mencapai lebih dari 1,0(Tim Asisten.2010).
Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron. Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 x.
Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan
stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler dan
kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop.
Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler)/ganda (binokuler).
Di ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi
tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang
merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor
berperan untuk menerangi obyek dan lensa mikroskop yang lain(Tim Laboratorium,2012).
Selain mikroskop biasa seperti yang telah dibahas di atas, dikenal pula mikroskopmikroskop yang lain seperti mikrosop ultraviolet, mikroskop fase kontras, dan mikroskop
elektron. Mikroskop ultraviolet menggunakan sinar ultraviolet, dilengkapi dengan alat

pemotret sebagai alat pengamatannya. Karena sebagai sumber cahaya yang digunakan
adalah ultraviolet (UV) yang memiliki panjang gelombang lebih pendek dari sinar biasa,
maka mikrosop ini memiliki daya pisah yang kuat(Tim Asisten,2010).
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk
benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7-30 kali.
Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara 3 D. Lensa terdiri atas
lensa okuler dan obyektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: ruang
ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop
cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk 3 D benda yang diamati, sumber cahaya berasal
dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 x,
sedangkan lensa obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7-3 x,
sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 x(Tim Laboratorium,2012).
Selanjutnya Microskop Electron, sebagai gambaran mengenai mikroskop elektron kita
uraikan sedikit dalam buku ini. Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100
ribu kali, elektron digunakan sebagai pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai
dua tipe, yaitu mikroskop elektron scanning (SEM) dan mikroskop elektron transmisi
(TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau struktur renik
lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk
mengamati struktur detil internal sel(Tim Asisten,2010).
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan mikroskop yaitu : Selalu
membawa mikroskop dengan dua tangan, bila menggunakan preparat basah, tabung
mikroskop selalu dalam keadaan tegak, berarti meja dalam keadaan datar. Ini berlaku bagi
mikroskop dengan tabung tegak, tidak berlaku untuk mikroskop dengan tabung miring,
preparat basah harus selalu ditutup dengan gelas penutup saat dilihat di bawah mikroskop,
selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop termasuk cermin, bila ada bagian
mikroskop yang bekerja kurang baik/hilang segera laporkan kepada laboran, tidak
dibenarkan melepas lensa-lensa mikroskop dari tempatnya dan setelah selesai
menggunakan mikroskop, pasang lensa objektif dengan perbesaran paling rendah pada
kedudukan lurus ke bawah(Tim Laboratorium,2012).
Untuk cara penyimpanan microskop yaitu jangan simpan microskop pada tempat
yang lembab usahakan pada tempat yang sejuk kering dan bebas dari uap asam maupun
basa dan jangan campur microskop dengan alat lain dalam satu tempat. Sedangkan untuk

cara kalibrasi yaitu bersihkan lensa obyektif dengan xylol untuk bagian dri microskop yang
non optik cukup dibersihkan dengan menggunakan kain flanel(Tim Asisten,2010).
Alat laboratorium lainnya yaitu pH meter. pH meter ini sebenarnya cukal bakalnya
sudah dimulai sejak lama, sekitar tahun 1906. pH meter sistem elekktrik ditemukan
pertama kali oleh Max Cremer yang mencoba melihat hubungan antara ion hidrogen
dengan arus listrik. Alat pH meter ini memiliki prinsip kerja mengukur derajat keasaman
maupun kebasaan utsuatu larutan berdasarkan potensial elektro kimia yang muncul antara
larutan diluar elektroda gas yang diketahui. Lapisan tipis ada gelembung kaca bereaksi
bersama ion hidrogen kecil maupun aktif. Yang diukur oleh pH meter ini adalah tegangan
listriknya bukan arusnya(Buchori,2013).
Keuntungan dari penggunaan pH meter dalam menentukan tingkat keasaman suatu
senyawa yaitu : pemakaiannya dapat berulang ulang dan nilai Ph yang terukur juga relatif
cukup akurat. Prinsip kerja pH meter ini adalah semakin banyak elektron pada suatu
larutan maka akan semakin bernilai asam dan apabila semakin sedikit elektron maka akan
semakin basa suatu larutan tersebut. Hal ini disebabkan karena batang pH meter berisi
larutan elektrolit lemah. Untuk pengukuran yang sangat presisi dan akurat maka pH meter
harus dikalibrasi setiap sebelum maupu setelah digunakan. Caranya dengan menyelupkan
dan membilas elektroda pada ujung pH meter ke dalam larutan aquades lalu keringkan
dengan menggunakan tisu dan lakukan secara berulang hingga mendapat angka yang
staibil(Tim Laboratorium,2012).
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat
yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Beginilah cara kerja termoskop.
Untuk suhu yang berbeda, tinggi kolom zat cair di dalam pipa juga berbeda. Tinggi kolom
ini digunakan untuk menentukan suhu. Prinsip kerja termometer buatan Galileo
berdasarkan pada perubahan volume gas dalam labu. Tetapi dimasa ini termometer yang
sering digunakan terbuat dari bahan cair. Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk
menentukan kebenaran kovensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur.
Pelaksanaan kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur dan bahan ukur
yang akan dikalibrasi terhadap standar ukurnya yang mampu telusur (traceable) ke standar
nasional dan atau internasional(Thiang et al,2003).
Tujuan dengan kalibrasi dapat ditentukan deviasi kebenaran konvensional nilai
penunjukkan suatu alat ukur, atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya suatu bahan

ukur. Manfaat dengan kalibrasi kondisi alat ukur dan bahan ukur dapat dijaga tetap sesuai
dengan spesifikasinya. Cara kalibrasi untuk Thermometer adalah dengan membersihkan
bagian kabel yang telah tercelup kemudian celupkan kedalam larutan aquades dan keringkan
dengan tissue. Lakukan berulang(Samsiana dan Fitrah,2014) .

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 3 Oktober 2016 pada pukul 14.30 WIB
sampai selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Oseanografi dan Instrumentasi
Kelautan, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat dan Bahan
N
o
1
2
3
4
5

Alat dan Bahan


Microskop
pH meter
Thermometer
Aquades
Tisu

3.3 Prosedur Kerja

Fungsi
Untuk alat yang digunakan dalam praktikum
Untuk alat yang digunakan dalam praktikum
Untuk alat yang digunakan dalam praktikum
Untuk membersihkan peralatan
Untuk mengeringkan peralatan

DAFTAR PUSTAKA
Buchori, J. 2013. Penggunaan pH meter dalam mengukur derajat Keasaman. Jurnal
Teknik Kimia. Vol.4(2). Hal : 56-61.
Budimarwati, C.2013. Pengelolaan Alat dan Bahan di Laboratorium Kimia. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
Rahmiyati, S.2008. Keefektifan Pemanfaatan Laboratorium di Madrasah Aliyah
Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evakuasi Pendidikan. Vol.3(1). Hal : 89-100.
Samsiana, S dan Fitrah, R. 2014. Kalibrasi Termometer Digital Metode Sensor Plus
Indikator . Jurnal Elektrik dan Elektronik. Vol.2(1). Hal : 45-64.
Thiang et al. 2013. Termometer Badan dengan Output Suara Berbasis Mikrokontroler
MCS51. Jurnal Teknik Elektro. Vol.3(2). Hal : 112-118.
Tim Asisten. 2010. Panduan Praktikum Biologi Sel. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
Tim Laboratorium. 2012. Modul Praktikum Laboratorium Biologi. Surabaya : Universitas
Malang.
Widhy, P. 2009. Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium Biologi. Yogyakarta :
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Wiratma, I.G.L dan I Wayan, S.2014. Pengelolaan Laboratorium Kimia pada SMA Negeri
di Kota Singaraja : ( Acuan Pengembangan Model Panduan Pengelolaan
Laboratorium Kimia Berbasis Kearifan Lokal Tri Sakti). Jurnal Pendidikan
Indonesia. Vol.3(1). Hal : 425-236. (ISSN: 2303-288X)

Vous aimerez peut-être aussi