Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Aa Amrullah
Astari Nurisani
Ghina Dzakiyah
Istiqimah Fauziah A.
Ria Anita Lusiana
Wini Winarti
D-IV Analis Kesehatan
beberapa decade terkahir ini munculah istilah akreditasi untuk menilai kualitas suatu organisasi
termasuk rumah sakit. Secara umum akreditasi berarti pengakuan oleh suatu jawatan tentang
adanya wewenang seseorang untuk melaksanakan atau menjalankan tugasnya.
Beberapa definisi lebih lanjut tentang akreditasi rumah sakit tingkat internasional dijelaskan
oleh beberapa lembaga, yaitu:
a. Menurut Departemen Kesehatan
Akreditasi internasional rumah sakit adalah akreditasi yang diberikan oleh pemerintah dan/
atau Badan Akreditasi Rumah Sakit taraf Internasional yang bersifat Independen yang telah
memenuhi standar dan kriteria yang ditentukan.
b. Menurut Joint Comission International (JCI)
Akreditasi adalah proses penilaian organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit
utamanya rumah sakit non pemerintah, oleh lembaga akreditasi internasional berdasarkan standar
internasional yang telah ditetapkan. Akreditasi disusun untuk meningkatkan keamanan dan
kualitas pelayanan kesehatan. Akreditasi saat ini mendapat perhatian dari public internasional
karena merupakan alat pengukuran dan evaluasi kualitas pelayanan dan manajemen rumah sakit
yang efektif.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akreditasi internasional rumah sakit
adalah proses penilaian organisasi kesehatan oleh lembaga akreditasi internasional berdasar
standar dan kriteria yang ditetapkan untuk meninngkatkan kualitas pelayanan dan perawatan
kesehatan.
Tujuan dari survey akreditasi JCI adalah untuk menilai sejauh mana kepatuhan rumah sakit
dengan standar JCI yang berlaku.Serta untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien tanpa meningkatkan biaya.
2. Memuat seluruh catatan resmi dan laporan tentang lisensi, peraturan, atau badan pemerintah
lainnya yang relevan;
3. Memberikan juga wewenang kepada JCI untuk mendapatkan setiap catatan dan laporan
tentang rumah sakit yang tidak dimiliki oleh rumah sakit tersebut, dan
4. Ketika semuanya sudah lengkap dan disetujui baik oleh JCI maupun pemohon, disusunlah
persyaratan hubungan kerja antara rumah sakit dan JCI.
Indikator JCI
Berdasarkan Standar Akreditasi JCI (2011) untuk dapat menilai apakah standart
Internasional terkait dengan pelayanan kesehatan pasien yang sedang diterapkan baik atau tidak
baik secara objektif dan valid, diperlukan beberapa hal sesuai dengan kelulusan akreditasi rumah
sakit. Adapun ketentuan penilaian dilakukan melalui evaluasi penerapan standar yang dinilai
melalui pencapaian semua standar pada setiap babnya dan terpenuhinya elemen penilaian (EP)
dan menghasilkan nilai persentase bagi standar tersebut. Ada 4 Penilaian EP dinyatakan sebagai
target penilaian:
1. Tercapai Penuh (TP) diberikan skor 10 (sepuluh). Penentuan skor 10 ini dengan beberapa
penilaian antara lain: (a) Temuan tunggal negatip tidak menghalangi nilai tercapai penuh
dari minimal 5 telusur pada pasien/pimpinan/staf. (b) Nilai 80% - 100% dari temuan atau
yang dicatat dalam wawancara, observasi dan dokumen (8 dari 10) dipenuhi. (c) Data
mundur tercapai penuh adalah sebagai berikut: (1) survei awal selama 4 bulan
kebelakang, dan (2) survei lanjutan selama 12 bulan kebelakang.
2. Tercapai sebagian (TS) diberikan skor 5 (lima) jika: (a) Jika 20% sampai 79% (misalnya, 2
sampai 8 dari 10) dari temuan atau yang di catat dalam wawancara, observasi dan dokumen.
(b) Bukti pelaksanaan hanya dapat ditemukan di sebagian daerah/unit kerja yang seharusnya
dilaksanakan. (c) Regulasi tidak dilaksanakan secara penuh/lengkap. (d) Kebijakan/proses
sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetapi tidak dapat dipertahankan. (d) Data mundur sbb: (1)
untuk survei awal: 1 sampai 3 bulan mundur, dan (2) untuk survei lanjutan: 5 sampai 11
bulan mundur.
3. Tidak Tercapai (TT) diberikan skor 0 jika: (a) Jika < 19% dari temuan atau yang dicatat
dalam wawancara, observasi dan dokumen. (b) Bukti pelaksanaan tidak dapat ditemukan di
daerah/unit kerja dimana harus dilaksanakan. (c) Regulasi tidak dilaksanakan. (d)
Kebijakan/proses tidak dilaksanakan. (e) Data mundur sbb: (1) untuk survei awal: kurang 1
bulan mundur, dan (2) untuk survei lanjutan: kurang 5 bulan mundur.
4. Tidak dapat diterapkan (TDD), tidak masuk dalam proses penilaian dan perhitungan.
Hasil Survei Akreditasi
Komite Akreditasi JCI membuat keputusan akreditasi berdasarkan temuan survei.Rumah
sakit dapat menerima salah satu dari dua keputusan akreditasi sebagai berikut Diakreditasi atau
Ditolak permohonan akreditasinya.Keputusan akreditasi ini didasarkan atas apakah rumah sakit
telah memenuhi amar keputusan atau tidak.Silakan mengacu pada Pedoman Proses Survei atau
mengakses peraturan di situs Web JCI untuk deskripsi amar keputusan.
Pemberian Akreditasi yaitu untuk memperoleh akreditasi, rumah sakit harus unjuk bukti
bahwa seluruh standar dipatuhi dan mencapai skor angka minimal standar sebagaimana
tercantum dalam amar keputusan. Rumah sakit yang Terakredirasi menerima Laporan Resmi
Temuan Survei dan sertifikat penghargaan.Laporan ini menunjukkan tingkat pemenuhan
terhadap standar JCI yang dicapai rumah sakit.
Masa Berlaku Akreditasi
Pemberian akreditasi ini berlaku selama tiga tahun kecuali dicabut JCI.Akreditasi ini
berlaku surut sejak hari pertama setelah JCI selesai melakukan survei di rumah sakit atau sejak
survei terfokus yang kemudian perlu dilakukan telah selesai.
Pada akhir siklus tiga tahun akreditasi rumah sakit harus dievaluasi ulang untuk
memenuhi persyaratan pembaharuan pemberian akreditasi.Jika selama periode akreditasi, rumah
sakit mengalami perubahan struktur, kepemilikan, atau layanan, JCI harus diberitahu. JCI
kemudian akan menentukan perlu tidaknya menyurvei ulang rumah sakit dan/atau membuat
keputusan akreditasi baru.
STANDAR PELAYANAN LABORATORIUM
Standard AOP.5
Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua layanan
tersebut memenuhi standar yang berlaku local dan nasional, undang-undang, dan peraturan.
cukup jumlah staf untuk melaksanakan tes cito dan tersedia staf secukupnya selama seluruh jam
pelayanan dan untuk gawat darurat.
Dokumen yang Harus Ada
Acuan:
KMK 370 tahun 2007 tentang standar profesi ahli tehnologi laboratorium kesehatan
Regulasi RS:
Pedoman pengorganisasian laboratorium (pola ketenagaan)
Dokumen:
Sertifikat kompetensi
Standard AOP.5.3
Sebuah program keselamatan laboratorium di tempat, diikuti, dan didokumentasikan, dan sesuai
dengan program pengendalian manajemen fasilitas dan infeksi dipertahankan.
Maksud dan Tujuan
Konsep dasar K3 RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja rumah sakit, pasien,
pengunjung/ pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja rumah
sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/ pengantar
orang sakit, maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit.
Program K3 di rumah sakit bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung, dan
masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit. Kinerja setiap petugas pekerja kesehatan dan
non kesehatan merupakan result dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja.
Dokumen yang Harus Ada
Acuan:
KMK 432/ Menkes /SK /IV/ 2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit
KMK 1087/ Menkes/ SK/ VIII/ 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit
Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes, 2008
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
Dokumen:
Kebijakan/ Pedoman/ SPO pelayanan laboratorium
Kebijakan/ Panduan/ SPO tentang B3 dan APD
Kebijakan/ Panduan/ SPO tentang K3RS
Standard AOP.5.3.1
Laboratorium menggunakan proses terkoordinasi untuk mengurangi risiko infeksi sebagai akibat
dari paparan bahan biohazardous dan limbah.
Maksud dan Tujuan
Seorang tenaga laboratorium dalam mengerjakan pekerjaannya akan terpapar dengan bahan
kimia yang berbahaya,oleh karena itu penting bagi tenaga laboratorium, memahami proses
terjadinya infeksi, paparan biohazard yang sering menimbulkan infeksi, serta bagaimana
pencegahan dan pengendalian infeksi di laboratorium. Sebab bila sampai terjadi infeksi, akan
cukup sulit mengatasinya.
Dokumen yang Harus Ada
Acuan:
Permenkes RI No 15 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Laboratorium Pemeriksa HIV Dan Infeksi
Oportunistik
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya Dan Beracun
Dokumen:
MSDS setiap bahan kerja
Daftar reagensia
Laporan stok dan proses pengadaan reagensia
Standard AOP.5.7 (5.6)
Prosedur untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, menangani, aman mengangkut, dan
membuang specimen ditetapkan dan diterapkan.
Maksud dan Tujuan
Prosedur dikembangkan dan diterapkan untuk :
a.
b.
c.
d.
Permintaan pemeriksaan
Pengambilan dan identifikasi spesimen
Pengiriman, penyimpanan dan pengawetan spesimen.
Penerimaan, pencatatan dan penelusuran (tracking) spesimen.
Prosedur ini dicermati untuk pengiriman spesimen untuk pemeriksaan ke laboratorium diluar
rumah sakit.
Dokumen yang Harus Ada
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/SPO pelayanan laboratorium
Standard AOP.5.8 (5.7)
Norma dan rentang didirikan digunakan untuk menafsirkan dan melaporkan hasil laboratorium
klinis.
Maksud dan Tujuan AP.5.7
Laboratorium menetapkan nilai/rentang nilai rujukan normal untuk setiap tes yang dilaksanakan.
Rentang nilai harus tercantum dalam catatan klinis, sebagai bagian dari laporan atau dalam
dokumen terpisah dengan daftar yang baru dari nilai-nilai yang ditetapkan kepala laboratorium.
Rentang nilai harus dilengkapi bila pemeriksaan dilaksanakan laboratorium luar. Rujukan nilai
ini disesuaikan dengan geografi dan demografi rumah sakit dan selalu harus dievaluasi dan
direvisi apabila metode pemeriksaan berubah.
Validasi metode tes untuk akurasi, presisi, rentang yang dapat dilaporkan.
b)
c)
d)
e)
keahlian
menunjukkan
bagaimana
baiknya
hasil
laboratorium
individual
dibandingkan dengan laboratorium lain yang menggunakan metode yang sama. Tes ini dapat
mengidentifikasi masalah kinerja yang tidak ditemukan melalui mekanisme pengawasan intern.
Jadi, laboratorium berpartisipasi dalam program tes tentang keahlian yang diakui, bila ada. Bila
program tersebut tidak ada, sebagai alternatif, maka laboratorium mengadakan pertukaran
spesimen dengan laboratorium di rumah sakit lain untuk maksud dan tujuan perbandingan hasil
pemeriksaan. Laboratorium memelihara catatan kumulatif dari partisipasi dalam proses tes
keahlian. Tes keahlian atau alternatifnya dilaksanakan untuk semua program laboratorium
spesialistik bila ada.
Dokumen yang Harus Ada
Regulasi RS:
Program mutu laboratorium
Dokumen:
Dokumen langkah-langkah untuk memantau kualitas layanan yang akan diberikan oleh referensi
(kontrak) laboratorium.