Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis Unsur
Intrinsk dan Ekstrinsik Naskah Drama Ayahku Pulang Karya Usmar Ismail.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah
apresiasi drama, semester genap tahun ajaran 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
Atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Ahmad Taufik , M.pd., selaku dosen pembimbing mata kuliah
apresiasi drama.
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat menjadi acuan penelitian karya sastra lebih lanjut. Demikian prakata dari
penulis, disampaikan terima kasih.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi yang
membacanya, khususnya bagi mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia dan digunakan
sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI
1
Tujuan Penulisan
.......................................................................................................................
2
Manfaat Manfaat
.......................................................................................................................
2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Drama Sebagai Karya Sastra
..............................................................................................................................
3
2.2 Unsur Intrinsik Naskah Drama Ayahku Pulang Karya Usmar Ismail
..............................................................................................................................
4
2.2.1 Alur
.........................................................................................................................
6
2.2.2 Tokoh dan Penokohan
.........................................................................................................................
10
2.2.3 Dialog
.........................................................................................................................
12
2.2.4 Latar (Setting)
.........................................................................................................................
13
2.2.5 Tema
.........................................................................................................................
15
2.2.6 Amanat
.........................................................................................................................
16
2.2.7 Judul
.........................................................................................................................
17
2.3 Unsur Ekstrinsik Naskah Drama Ayahku Pulang Usmar Ismail
..............................................................................................................................
18
2.3.1 Nilai Sosial-Budaya
..............................................................................................................................
18
2.3.2 Nilai Moral
..............................................................................................................................
18
2.3.3 Nilai Agama
..............................................................................................................................
19
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
..............................................................................................................................
20
3.2 Saran
..............................................................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
22
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Melalui makalah ini, penulis akan memaparkan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik naskah drama Ayahku Pulang karya Usmar Ismail.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana hakikat drama sebagai sebuah karya sastra?
1.2.2. Bagaimana unsur intrinsik naskah drama Ayahku Pulang karya
Usmar Ismail?
1.2.3. Bagaimana unsur ekstrinsik naskah drama Ayahku Pulang karya
Usmar Ismail?
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui hakikat drama sebagai sebuah karya sastra.
1.3.2. Untuk mengetahui unsur intrinsik naskah drama Ayahku Pulang
karya Usmar Ismail.
1.3.3. Untuk mengetahui unsur ekstrinsik naskah drama Ayahku Pulang
karya Usmar Ismail.
1.4 Manfaat Pembahasan
1.4.1. Bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan diharapkan pembahasan makalah ini dapat
digunakan sebagai bekal menyusun tugas akhir kuliah.
1.4.2. Bagi pemakalah atau calon guru diharapkan pembahasan ini memberikan
pengetahuan kepada guru dan calon guru bahasa Indonesia tentang
pembelajaran drama.
1.4.3. Bagi pembina matakuliah diharapkan dapat memberikan masukan dan
evaluasi terkait dengan mata kuliah apresiasi drama.
BAB II
PEMBAHASAN
Alur
Untuk menyempurnakan sebuah karya sastra terutama drama dalam
hal ini, dibutuhkan alur cerita yang berkesinambungan untuk mengiring
pembaca ataupun penonton terhadap drama tersebut. Adanya alur cerita
yang akan memudahkan pembaca ataupun penonton memahami alur cerita
yang di bawakan. Alur cerita dalam suatu drama dapat di klasifikasikan
dalam tiga jenis, yaitu; alur maju, alur mundur, dan alur campuran (majumundur). Dalam bukunya Drama: Teori dan Pengajarannya, Waluyo
mengemukakan bahwa alur cerita adalah:
Alur cerita merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal sampai
akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan.
Konflik berkembang karena kontradiksi para pelaku. Konflik itu semakin
meningkat untuk kemudian mencapai titik kulminasi setelah klimaks lakon
akan menuju penyelesaian (2002: 8).
Menurut Aristoteles yang dikutip dalam buku Waluyo, terutama dalam
drama tragedy ada empat jalinan konflik dalam alur cerita, yaitu; protasis
(jalinan
awal),
Epitasio,
Catarsis,
dan
Catastrophe.
Aristoteles
nasib adiknya yang telah bekerja keras sebagai tukang jahit untuk
menghidupi keluarganya. Banting tulang yang dilakukan Mintarsih
membuat Gunarto kasihan kepada adiknya, sampai-sampai adiknya tidak
mau menikah terlebih dulu. Saat adegan itu pula, Gunarto dan ibunya
membahas mengenai sosok laki-laki yang ingin menikahi adiknya. Ibunya
menginginkan sosok laki-laki yang menikahi adik Gunarto, sosoknya
tidak seperti suaminya. Ibu juga mendeskripsikan sikap sosok ayah
Gunarto dan mendesak Gunarto untuk menikah tetapi Gunarto
menolaknya karenakan dia ingin mengurus keluarganya dengan baik
terlebih dahulu. Gunarto juga mengatakan bahwa keadaan yang
dialaminya saat ini, disebabkan ayahnya yang telah meninggalkan
keluarga. Gunarto pun kesal terhadap kelakuan ayahnya.
Dapat dibuktikan pada :
GUNARTO (Bergerak Ke Meja Makan)
Mintarsih kemana, Bu?
IBU
Mintarsih keluar tadi mengantarkan jahitan, Narto.
GUNARTO (Heran)
Mintarsih masih juga mengambil upah jahitan, Bu? Bukankah
seharusnya ia tidak usah lagi membanting tulang sekarang?
IBU
Biarlah Narto. Karena kalau ia sudah kawin nanti, kepandaiannya itu
tidak sia-sia nanti. (Usmar Ismail, halaman 4)
Data tersebut membuktikan bahwa naskah drama ini menggunakan
alur maju karena pengenalan tokohnya yang sangat runtut.
2.2.1.2 Rising Action atau Komplikasi atau Pertikaian Awal
Komplikasi atau pertikaian awal adalah perkembangan konflik antar
tokoh yang mencoba untuk memahami jawaban mengenai masalah yang
dihadapinya. Konflik dan ketegangan mulai berkembang melalui setiap
peristiwa yang di alami tokoh (Robert and Jacobs, 2007: 1269).
10
pula. Dia
11
dengan sosok laki-laki tua tersebut, dia melihat lewat jendela rumahnya
tetapi lelaki tua yang dilihat adiknya tidak ada.
Dapat dibuktikan pada dialog:
MINTARSIH
Ada orang tua diujung jalan ini. Dari jembatan sana melihat-lihat
kearah rumah kita. Nampaknya seperti seorang pengemis.
(Semua DiaM)
Yah... kenapa semua jadi diam?
GUNARTO TERTUNDUK MEMBISU
MAIMUN (Dengan Cepat)
Orang tua?? bagaimana rupanya?
MINTARSIH
Hari agak gelap. Jadi tidak begitu jelas kelihatannya... tapi orangnya....
MAIMUN (Bangkit Dari Duduknya Lalu Melihat Ke Jendela)
Coba ku lihat! (Usmar Ismail, halaman 9)
2.2.1.3 Klimaks atau titik puncak cerita
Konflik yang meningkat itu akan terus meningkat sampai mencapai
klimaks atau titik puncak kegawatan dalam cerita (Waluyo, 2002: 10).
Konflik tersebut memuncak hingga mengalami suatu tekanan terhadap
masalah yang dihadapi.
Pada naskah drama Ayahku pulang konflik terjadi saat Gunarto
menolak kedatangan sang ayahanda. Sebagai seorang anak, Gunarto
menolak mentah-mentah untuk menerima dan memaafkan kembali sang
ayah yang telah meninggalkannya dalam kesulitan hidup selama puluhan
tahun. Hal ini tersirat dalam kutipan dialog Gunarto sebagai berikut:
Adapun dibuktikan dengan adanya kutipan sebagai berikut.
GUNARTO
Kami tidak mempunyai seorang Ayah kataku. Kalau kami mempunyai
Ayah, lalu apa perlunya kami membanting tulang selama ini? Jadi budak
orang! Waktu aku berumur delapan tahun, aku dan Ibu hampir saja
terjun kedalam laut, untung Ibu cepat sadar. Dan jika kami mempunyai
Ayah, lalu apa perlunya aku menjadi anak suruhan waktu aku berumur
sepuluh tahun? Kami tidak mempunyai seorang Ayah. Kami besar dalam
keadaan sengsara. (Usmar Ismail, halaman 13)
12
13
2008:147).
Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
Dalam naskah drama Ayahku Pulang tokoh protagonisnya yaitu Ibu.
14
b
c
begitu,
ia
telah
memaafkan
suaminya.
Berikut
15
Dialog
Dialog, yaitu percakapan dalam drama. Dalam drama, dialog harus
memenuhi dua tuntutan berikut ini.
a Dialog harus menunjang gerak dan laku tokohnya
Gerakan dalam sebuah naskah drama biasanya dituangkan dalam
bentuk tanda kurung. Tanda tersebut merupakan bentuk gerakan yang
harus dilakukan ketika sebuah naskah dipentaskan. Dengan adanya
dialog akan lebih memperjelas maksud dan tujuan antar tokoh.
Di buktikan pada dialog :
MAIMUN (gembira lalu berlutut dihadapan raden saleh)
Ayah, aku Maimun.
R. SALEH
16
Latar (setting)
Dalam sebuah karya sastra, setting cerita merupakan penunjang pokok
lainnya selain yang telah di sebutkan di atas. Berbagai hal dapat terkait dalam
setting cerita, seperti yang di paparkan Waluyo, Setting cerita merupakan
tempat kejadian cerita atau latar cerita tidak berdiri sendiri, berhubungan
dengan waktu dan ruang (2002: 23). Dalam drama unsur ini sangatlah
penting, selain sebagai bentuk penyimbolan terhadap sesuatu, latar cerita juga
berfungsi sebagai penanda waktu (dapat berupa tanggal, tahun, bulan, pagi,
siang, sore, malam), dan untuk memberikan kesan dramatis terhadap suatu
peristiwa yang terjadi dalam cerita drama tersebut.
Setting/landasan/tempat kejadian cerita biasanya disebut juga latar
cerita. Setting biasanya mencakup hal-hal berikut.
17
Setting waktu berarti apakah lakon terjadi di waktu siang, sore, atau
malam hari. Setting waktu dalam cerita naskah tersebut terjadi dalam
waktu satu kurun waktu saja.
SUARA ADZAN DI LATAR BELAKANG MENUNJUKKAN SAAT
BERBUKA PUASA. (Usmar ismail, halaman 3)
Dalam kutipan tersebut, latar waktu terjadi pada waktu setelah berbuka
puasa dengan latar tempat berada di dalam rumah bagian ruangan dapur.
membangun situasi sedih dan haru pada malam idul fitri. Suasana sedih dan
haru tersebut merupakan akibat mengingat kembali kenangan kejadian
sepuluh tahun silam yang membuat kehidupan keluarga ini menjadi semakin
sulit
18
Tema
Dalam karya sastra, tema merupakan akar dari ide-ide yang terdapat
dalam sebuah cerita. Menurut Prof. Dr. Herman J. Waluyo, tema
merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama (2002: 24).
Sementara menurut Adhy Asmara, setiap lakon drama memiliki ide utama
atau yang di sebut dengan tema yang memiliki kepentingan di akhir drama.
Tema merupakan dimensi pekerjaan artis dalam menghidupkan nilai hiburan
menjadi lebih panjang sehingga penonton akan bertanya, apakah maksud
drama itu? (1983: 28).
Ide pokok dari tema tersebutlah yang mengawali sebuah cerita atau
karya sastra di bentuk. Tanpa tema sebuah karya sastra akan terasa tidak
hampa.
Dalam naskah drama berjudul Ayahku Pulang memiliki tema yang
berlingkup pada kehidupan sosial masyarakat yaitu rasa penyesalan. Sebuah
rasa bersalah dari seorang anak yang menyesal tidak menerima maaf dari
sang ayahanda yang telah meninggalkannya sejak ia berusia 8 tahun.
Penyesalan tersebut muncul akibat sifat angkuh dari sang anak dan
kekecawaan terhadap ayahandanya. Berikut kutipan yang menyiratkan hal
tersebut:
GUNARTO (berbicara sendiri sambil memeggang pakaian dan kopiah
ayahnya. Tampak menyesal)
Dia tak tahan menerima penghinaan dariku. Dia yang biasa dihormati
orang, dan dia yang angkuh, yah, angkuh seperti diriku juga.... Ayahku.
Aku telah membunuh Ayahku. Ayahku sendiri. Ayahku pulang, Ayahku
pulang...... (Usmar Ismail, halaman 18)
Amanat
Amanat atau pesan pengarang yang hendak disampaikan pengarang
melalui dramanya harus dicari oleh pembaca atau penonton. Amanat adalah
maksud yang terkandung dalam suatu drama. Menurut Sudjiman (1992:52)
19
bahwa tema merupakan gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari
suatu karya sastra. Dari sebuah karya sastra adakalanya dapat diangkat
suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang, itulah
yang disebut amanat. Jika permasalahan yang diajukan juga diberi jalan
keluarnya oleh pengarang, makan jalan keluarnya itulah yang disebut
amanat.
Amanat yang terdapat pada sebuah karya sastra, bisa secara implisit
ataupun secara eksplisit. Implisit jika jalan keluar atau ajaran moral
diisyaratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit
jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran,
peringatan, dan nasehat (Sudjiman, 1992: 57).
Amanat berkaitan dengan pesan yang hendak disampaikan oleh
seorang penulis kepada pembaca untuk bisa memaknai dari keseluruhan isi
naskah drama. Amanat berisi pesan moran dan nilai kehidupan yang dapat
dijadikan renungan berpikir dan implementasi bertindan pembaca nantinya
sesuai dengan kaidah atau norma yang berlaku. Amanat yang coba
ditampilkan dalam naskah drama di atas, yaitu.
1
3
7
Judul
Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk
buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan isi buku
tersebut. Judul suatu karya (buku) drama juga merupakan kunci
20
yang
dapat
penulis
paparkan
mengapa
21
Nilai Sosial-budaya
Nilai sosial-budaya adalah nilai yang berkaitan dengan norma yang ada
di dalam masyarakat. Nilai sosial-budaya ini berhubungan dengan nilai
peradaban kita sebagai manusia. Karena budaya mempunyai makna
pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
yang sukar di ubah, dan sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang/ beradab/ maju, maka nilai-nilainya pun berkembang sesuai
dengan masalah-masalah yang terjadi pada manusia.
Cerita dalam naskah tersebut ternyata terjadi juga pada
kehidupan sosial di masyarakat. Peristiwa meninggalkan istri dan
anak-anaknya hanya tergiur dengan harta semata. Dan ketika kekayaan
itu melimpah akan mencari dan menikah lagi dengan yang lain.
Setelah waktu berjalan dan mengakibatkan ia bangkrut dalam
kehancuran, dengan sesuka hatinya akan kembali kepada istri dan
22
menulis naskah.
Usmar Ismail dilahirkan di Bukittinggi, 20 Maret 1921 dan wafat di
Jakarta, 2 Januari 1971. Selama hidupnya, beliau sangat berperan aktif dalam
bidang seni di Indonesia. Nama beliau diabadikan sebagai nama pusat
perfilman di Jakarta, yakni pusat perfilman Haji Usmar Ismail.
Karya-karya beliau dalam bidang sastra, antara lain: Mutiara dari Nusa
Laut (1943), Lakon-lakon sedih dan Gembira (1950), Mekar melati (1945).
Beliau juga aktif dalam memproduksi film, diantaranya, Citra (1950), The
Long March (1950), Enam Jam di Yogya (1950), Tiga dara (1956) dan
Liburan Seniman (1965).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Naskah drama berjudul Ayahku Pulang karya Usmar Ismail setelah
dikaji secara struktural memberikan sejumlah pembelajaran dan hasil analisis
struktur naskah tersebut. Diantaranya dari segi tema, judul, latar, alur, tokoh
dan penokohan juga amanat.
Tema dalam naskah tersebut mengenai rasa penyesalan seorang anak
karena telah mengakibatkan ayahnya bunuh diri atas perilakunya. Dalam
naskah ini, pengarang menggunakan judul yang sanagt sederhana namun tetap
memiliki rasa ketertarikan. Latar yang ada pada naskah drama tersebut yaitu
23
3.2 Saran
Dalam menyusun makalah ini, penulis tentu masih banyak
kekurangan. Penulis berharap pembaca dapat mengambil sesuatu yang positif
dan bermanfaat dari pembahasan naskah drama berjudul Ayahku Pulang ini.
Untuk itu dibutuhkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Untuk kedepannya, diharapkan menganalisis naskah ini dengan gaya dan
pendekatan yang lebih mendalam dan mutakhir lagi.
24
Daftar Pustaka
Al Adzani Art. 2012. Drama. http://aladzaniart.blogspot.com [Minggu, 19 April 2015]
Harymawan, R.M.A. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosda Karya
Lokerseni. 2011. Naskah Drama Ayahku Pulang Karya Umar.
http://www.lokerseni.web.id [Minggu, 19 April 2015]
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Sutrasurga. 2013. Unsur-Unsur Intrinsik Drama. http://sutrasurga.blogspot.com
[Minggu, 19 April 2015]
Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT
PrasetiaWidya Pratama
25
SINOPSIS
1.
Identitas naskah
Judul
Pengarang
Halaman
Sumber
2.
: Ayahku Pulang
: Umar Ismail
: 17 halaman
: Lokerseni
Sinopsis
Menceritakan kehidupan rumah tangga seorang ayah yang bernama Raden
Saleh dengan istriya yang bernama Tina. Biduk rumah tangga mereka kurang
harmonis karena sang ayah tega meninggalkan istri dan ketiga anaknya yang masih
kecil demi kesenangannya. Saat itu putra sulungnya yang bernama Gunarto berumur
8 tahun, Maimun anak keduanya masih balita sedangkan putri ketiganya masih dalam
kandungan yang bernama Mintarsih.
Sejak kepergian sang ayah, Gunarto kini menjadi pria dewasa dan menjadi
tulung punggung keluarganya. Gunarto bekerja di pabrik tenun dan memiliki watak
26
keras karena beratnya perjuangan hidup yang harus ia lalui tanpa kasih sayang dan
didikan sosok ayahnya. Maimun juga bekerja demi keluarga agar dapat membiayai
pernikahan adiknya. Mintarsih, si bungsu juga bekerja dengan menerima jahitan
karena telah belajar menjahit dari ibunya.
Pada malam hari raya, ibunya sedang melamun teringat akan 20 tahun silam
dimana malam itu suaminya pergi meninggalkan mereka semua. Gunarto yang
mengetahui membuat luka lama di hatinya kembali terbuka. Ia memilih tidak
membicarakan dan mengalihkan pembicaraan tentang Mintarsih. Kemudian maimun
pulang dengan bahagia dan membawa kabar bahwa Pak Tirto tetanggnya bahwa
melihat seorang lai-laki tua yang mirip dengan ayah mereka. Tak lama Mintarsih anak
perempuan di rumah itu datang dan berkata bahwa ada lelaki tua di seberang jalan
sedang melihat kearah rumah mereka. Terjadilah perdebatan dan sang ibu yakin
bahwa itu mungkin suaminya yang telah lama pergi.
Konflik muncul saat kedatangan Raden saleh dengan penampilan yang
berbeda, ia kini seperti pengemis. Ibu kaget hampir tidak percaya namun bahagia dan
akhirnya menyuruhnya untuk masuk. Ibu langsung mengenalkan Raden Saleh kepada
anak-anaknya. Maimun dan Mintarsih yang tidak mengerti permasalahan apa yang
dulu pernah terjadi, langsung saja menerima orang tersebut sebagai ayah sedangkan
Gunarto yang masih meiliki rasa dendam yang mendalam pada ayahnya hanya diam.
Kemarahan Gunarto semakin menjadi setelah mendengarkan cerita dari ayahnya yang
waktu di Singapura mempunyai istri, kemudisan tokonya terbakar habis dan kini
kehidupan terlunta-lunta. Ia mengingatkan ayah, ibu dan adik-adiknya tentang
kesalahan yang telah diperbuat oleh ayahnya di masa lalu, serta mengingatkan
perjuangannya selama ini. Sang ayah menyesal dan memilih untuk pergi.
Ibu dan Mintarsih menangis. Ibu menahan kepedihan dan penderitaan yang
dialaminya lagi, ditinggalkan suaminya saat malam hari raya. Maimun menyesalkan
perilaku Gunarto yang tidak mau menerima kembali ayah mereka dan bertekad
27
menentang kakaknya dan pergi untuk memanggil ayahnya pulang kembali. Tetapi
maimun hanya menemukan kopiah dan baju ayahnya saja dipinggir jembatan.
Akhinya Maimun membawa pulang kopiah dan baju sang ayahnya ke rumah.
Saat itulah Gunarto terkejut dan menyesali perlakuannya terhadap sang ayah.
28