Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
kedokteran telah dikembangkan untuk deteksi adanya kanker pada paru-paru [4], dan
untuk deteksi dan klasifikasi kondisi penyakit liver [8].
Sebelumnya penulis juga telah berhasil mengembangkan jaringan syaraf tiruan untuk
identifikasi dengan proses pembelajaran kemampuan seorang pakar untuk deteksi
tingkat keragaman kerusakan warna pada layar monitor [1], dan untuk deteksi
keragaman warna produk keramik [2]. Untuk mengakuisisi kemampuan seorang pakar
kalibrasi juga telah dicoba dan keberhasilan tersebut disampaikan pada makalah [3].
Dalam makalah ini dicoba untuk membuat perangkat lunak yang dapat dipergunakan
untuk mendeteksi golongan darah manusia dengan menggunakan pengolahan citra.
Adapun metode yang digunakan dengan cara mengembangkan Jaringan Syaraf Tiruan
dengan metoda pembelajaran backpropagasi seperti yang telah dipakai pada makalah
yang disebutkan diatas[1,2,3].
2. Blok Diagram Perangkat Keras
Keseluruhan perangkat keras membentuk suatu sistem dengan susunan blok diagram
seperti gambar 1.
Subsistem pengolahan citra terbagi menjadi beberapa bagian fungsional. Citra yang
diolah memiliki ciri sebagai berikut:
- Resolusi 512 x 256 pixel
- Memiliki 256 derajat keabuan
- Diperoleh dari akuisisi data dengan menggunakan sebuah kamera handycam dan
diubah menjadi data digital dengan sebuah card video blaster.
Citra ini kemudian diolah dalam bagian-bagian yang akan dijelaskan berikut ini:
3.1 Preprocessing
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menyederhanakan gambar seperti pada gambar
3. Yang biasa dilakukan pada dunia pengolahan citra ialah dengan melakukan
pendeteksian tepian obyek yang berada dalam gambar. Teknik ini dinamakan deteksi
tepi (Edge Detection).
Adapun dasar dari teknik ini ialah dengan melakukan penelusuran gambar secara
vertikal dan horisontal sambil melihat apakah terjadi perubahan warna mendadak
yang melebihi suatu harga (sensitifitas) antara dua titik yang berdempetan. Jika ya,
maka di tempat antara kedua titik tersebut dianggap pinggiran sebuah benda.
Golongan darah A
Golongan darah B
Golongan darah O
Gambar 5. Data gambar dari kamera video
Setelah diperoleh masukkan berupa informasi data gambar dari tiap-tiap reagent maka
keluarannya harus dapat membedakan darah itu menggumpal (logika 1) atau tidak
menggumpal (logika 0). Dengan Jaringan Syaraf Tiruan kita dapat membedakan darah
itu mengumpal atau tidak menggumpal.
Salah satu metode pembelajaran yang digunakan dalam Jaringan Syaraf Tiruan adalah
backpropagation atau dikenal dengan generalisasi delta rule. Secara sederhana
sebenarnya adalah metode gradient descent untuk meminimisasi total square error
pada keluaran hasil perhitungan jaringan. Ada tiga tahapan yang dilakukan pada
metode backpropagation:pemberian pola masukan saat proses pembelajaran,
perhitungan dan proses backpropagation dari error, serta pengaturan nilai penimbang
atau bobot.
Struktur dari jaringan backpropagasi yang digunakan dalam makalah ini
menggunakan 3 lapisan yaitu lapisan input sebanyak 90, lapisan tersembunyi
sebanyak 10 dan lapisan output sebanyak 1.
Dari ketiga hasil pemberian reagent diperoleh golongan darah dari seseorang dengan
menggunakan tabel sebagai berikut:
Misalnya tetes dari pertama mengumpal (1), tetes darah kedua tidak mengumpal (0)
dan tetes darah ketiga mengumpal (1) maka keluarannya adalah golongan darah A.
4. Hasil Implementasi
Setelah diujicoba dan diperbaiki unjuk kerjanya, sistem yang dirancang mampu untuk
mengenali golongan darah. Hasil-hasil implementasi terlihat seperti pada gambar 6
dan 7.
4. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan percobaan dikaitkan dengan permasalahan dan tujuan
dilakukan penelitian ini maka dapat diambil beberapa hal:
1. Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk menyederhanakan gambar dengan
mengunakan deteksi tepi yaitu metode Prewitt Operator.
2. Golongan darah tersebut dapat dikenali sebagai golongan darah A, B, AB, dan
O dengan jaringan syaraf tiruan menggunakan metode backpropagasi.
3. Keberhasilan perangkat lunak sangat tergantung dengan kondisi piranti
pendukung, seperti kamera video, video blaster, dan intensitas penerimaan
cahaya.
5. Daftar Pustaka
1. M.H.Purnomo,dkk.,Identification of Color Uniformity Defect on the Electronic
Displays by Learning the Human Perception Records, IEE Japan Transc.118C(7/8), 1998, Hal.1164-1169.
2. M.H.Purnomo, dkk, An Artificial Neural Network Approach for the Quality
Classification of Tile Product, Proc. of International Conference on Nonlinear
Theory and its Applications, 1997,Hal.779-781.
3. M.H.Purnomo, dkk, Operator Skill Acquisition for Re-setting the Adjuster
Position of an Energy Meter, Proc. of IEEE Instrumentation and Measurement
Technology Conference, 1998, Hal.286-288.
4. M.G.Penedo,dkk., Computer_aided Diagnosis: A Neural-Network-Based
Approach to Lung Nodule Detection,IEEE Transc.on Medical Imaging, 17(6)
1998, Hal.872-880.
5. Catenary System, Victor Image Processing Library, Catenary System, St. Louis,
1992.
6. Catenary System, ZIP Image Processing , Catenary System, St. Louis, 1991.
7. Creative Labs, Video Blaster se100PI User's Guide, Creative Technology Ltd.,
Singapore, 1994.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki banyak misteri. Pernahkah Anda bertanya-tanya
mengapa golongan darah tiap orang berbeda-beda?
Keberadaan golongan darah manusia yakni untuk menangkis penyakit menular. Namun,
ketidakcocokan beberapa golongan darah sebenarnya hanyalah sebuah kecelakaan evolusi pada
manusia itu sendiri.
Terdapat empat empat jenis golongan darah utama. Golongan darah A merupakan golongan darah
paling kuno. Pasalnya, golongan darah ini sudah ada sejak sebelum spesies manusia berevolusi
dari moyang hominidnya.
Golongan darah B diduga kuat berasal dari 3,5 juta tahun silam dari mutasi genetik yang
memodifikasi salah satu gula yang berada di permukaan sel darah merah. Dimulai pada 2,5 juta
tahun silam, mutasi terjadi dan membuat gen gula itu menjadi lamban.
Alhasi, tercipta golongan darah O yang tak memiliki versi gula dari golongan darah A atau B.
Kemudian, ada golongan darah AB yang memiliki gula golongan darah A dan B. Gula inilah yang
membuat beberapa jenis golongan darah tak cocok.
Jika darah dari donor bergolongan darah A diberikan pada orang dengan golongan darah B, sistem
kekebalan tubuh penerima akan mengenali gula asing itu sebagai penyerbu dan isyarat serangan.
Reaksi kekebalan yang terjadi bisa sangat mematikan. Golongan darah O negatif dikenal sebagai
donor universal karena tak memiliki molekul yang akan memprovokasi reaksi tersebut, negatif
dalam hal ini kurangnya jenis molekul permukaan lain yang dikenal sebagai antigen Rh.
Namun, ketidakcocokan bukanlah bagian dari alasan manusia memiliki golongan darah, kata kepala