Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Dalam prakteknya, kompetensi inti perusahaan akan dicerminkan oleh kebutuhan
pengetahuan teknis apa saja yang akan digunakan. Keterkaitan kompetensi dengan strategi
bisnis akan dicerminkan oleh rangkaian proses yang diawali dari sumber gagasan berupa inovasi
yang merupakan hasil dari riset dan pengembangan. Kemudian proses berikutnya dicerminkan
oleh produktivitas dan efisiensi. Ketika produk dihasilkan maka hal itu tidak lepas dari
bagaimana membangun kepercayaan pelanggan. Untuk itu perusahaan harus mengembangkan
citra produk mereka dilihat dari mutu, harga, pelayanan, dan kepastian suplai di pasar.
Keseluruhan proses itu akan diikuti dengan umpan balik yang berguna untuk menyusun strategi
inovasi.
Kompetensi inti beragam sesuai dengan jenis industrinya. Sebagai contoh, dalam bisnis
farmasi, kompetensi inti bermuara pada komersialisasi produk-produk riset dan pengembangan
yang siap diserap pasar. Sementara, dalam bisnis distribusi, logistik menjadi kompetensi
utamanya.
Perusahaan
distribusi
harus
memiliki
kemampuan
untuk
mengumpulkan,
mengapalkan, dan mendistribusikan paket-paket logistik secara tepat waktu. Jadi perusahaan
yang paling baik adalah yang mampu menciptakan nilai pasar yang tinggi. tiap perusahaan harus
memiliki kompetensi inti yang memenuhi syarat-syarat untuk sukses di pasar. Misalnya
perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan harus berbasis pada mutu pelayanan yang prima,
produksi mobil harus memiliki mutu manufaktur yang andal, dan bidang konsultan harus
memiliki perjanjian dengan klien yang jelas.
Perum Perumnas adalah perusahaan penyedia perumahan, kompetensi inti dari Perum
Perumnas adalah sebagai pionir rumah murah bagi masyarakat Indonesia dengan mutu yang
prima.
Kompetensi inti sangat terikat dengan fokus strategi perusahaan. Dalam industri, sebuah
perusahaan harus memiliki perbedaan keunggulan dengan para pesaingnya. Untuk itu pemimpin
perusahaan dapat menentukan satu dari beberapa pilihan utama dari fokus strategis. Misalnya,
kalau strateginya berfokus pada inovasi produk maka perusahaan akan bersaing melalui produkproduk baru. Kalau strateginya efisiensi usaha maka perusahaan harus bersaing dalam
pengurangan biaya agar bisnisnya semakin efisien. Hal yang lain adalah kalau strateginya
membangun loyalitas pelanggan maka hubungan dengan para pelanggan perlu ditingkatkan.
Managing Competencies
Kalau strateginya dalam hal distribusi maka perusahaan harus mampu bersaing dalam
menciptakan saluran yang banyak dan agar produk yang sampai di pelanggan menjadi efisien.
Sementara, kalau strateginya dalam hal teknologi maka perusahaan harus mampu bersaing dalam
mengambil sisi keunggulan dari suatu teknologi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.
Peran pemimpin perusahaan sangatlah strategis untuk menetapkan dan mengembangkan
kompetensi inti perusahaan. Para investor akan menjadi lebih tertarik untuk menanamkan
sahamnya apabila kompetensi inti perusahaan tersebut mampu memenuhi ekspektasi pasar yang
tinggi. Untuk itu kompetensi inti ini baru akan dapat dipenuhi kalau setiap individu dalam
perusahaan itu juga memiliki kompetensi inti berupa tingkat pengetahuan, sikap, ketrampilan,
karakter dan nilai pribadi, dan motivasi kerja yang tinggi .
II. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari tulisan ini untuk mengetahui sejauh mana Managing Competencies yang
dilakukan oleh Perum Perumnas dan pengaruhnya dalam mencapai keunggulan kompetitif,
disamping itu untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Strategi Agribisnis Pascasarjana
MB IPB.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Ide pokok tentang Core Competencies pada awalnya dikembangkan oleh G. Hamel dan
CK. Prahalad melalui serangkaian artikel dalam majalah bisnis terkemuka dunia (Harvard
Business Review) di akhir 89 dan awal 90-an, yang diikuti penerbitan buku Best Selling:
Competing for The Future (Terbitan Harvard Business School Press). Inti dari ide mereka
adalah: sejalan dengan berlangsungnya waktu, perusahaan dapat membangun/memperkuat
penguasaan area-area kunci yang menjadi ciri/pembeda perusahaan tersebut dan kritikal
terhadap pertumbuhan perusahaan dimasa depan.
Dalam pokok pikiran tulisan-tulisan Hamel dan Prahalad dapat ditangkap nuansa
keprihatinan
mereka
akan
dominasi
perusahaan-perusahaan
Managing Competencies
tentang upaya-upaya yang diperlukan untuk mengejar ketertinggalan dan bahkan kembali
merebut dominasi dari Jepang..
1. Definisi dari Core competence mencakup beberapa elemen
a. Mengacu lebih kepada seperangkat unsur-unsur skills dan teknologi, ketimbang satu skill
atau teknologi discrete (terpisah).
Contoh: FEDEX, memiliki kompetensi dalam bidang transportasi dan pengiriman paket
termasuk teknologi bar-code, kemampuan linear programming dll.
Core competence merepresentasikan integrasi dari keragaman skills individu.
b. Core competence bukan merupakan asset menurut definisi accounting dan bukan sesuatu
yang tidak bernyawa. Core competence adalah suatu aktvitas yang dilahirkan dari akumulasi
kegiatan pembelajaran yang semrawut. Pastinya core competence mencakup tacit dan
explicit knowledge.
c. Core dan Non Core Competencies
Core competencies adalah sasaran yang harus dijadikan focus senior manajemen karena
merupakan sentral (bukan pelengkap) dalam kemakmuran perusahaan dimasa mendatang
(jangka panjang).
d. Customer Value
Merupakan criteria ke-3 (setelah a dan b) yang harus dipenuhi untuk dapat dianggap sebagai
core competence. Core competencies harus memberikan kontribusi yang utama bagi nilai
yang dirasa/dipersepsikan pelanggan.
Contoh: Kecakapan teknik (knowhow) Honda dalam permesinan merupakan core
competence, sedangkan pengelolaan relasi keagenan merupakan kapabilitas pelengkap.
2. Pengertian lain : Core competence adalah kumpulan pembelajaran (collective learning)
didalam organisasi, terutama tentang bagaimana mengkoordinasikan keberagaman skill
produksi dan mengintegrasikan berbagai stream teknologi.
Contoh: Bagaimana kapabilitas SONY dalam melakukan miniaturisasi produknya; untuk
menghasilkan produk dalam
Managing Competencies
3.
komparatif dan daya saing strategik, manajemen melakukan telaah terhadap aspek sumber-daya,
kapabilitas dan core competence sebagai karekteristik-karakteristik yang menjadi landasan
keunggulan kompetitif. Kombinasi dari sumber daya dan kapabilitas dapat dikelola sedemikian
rupa agar menghasilkan core compentencies.
Yang dimaksud dengan sumber daya disini adalah seluruh input yang digunakan
perusahaan dalam proses produksi, seperti: mesin-mesin, keahlian individual karyawan, hak
patent, keuangan serta juga para manager yang berbakat. Resources dapat dibagi dalam 2
kategori: tangible (bersifat visible serta nilainya tercermin di laporan keuangan) dan intangible
resources. Dengan sifatnya yang tidak begitu nyata dari intangible asset, kompetitor mengalami
kesulitan memahaminya.
Selanjutnya, kapabilitas adalah kapasitas perusahaan untuk menyebarkan sumber-daya
yang sebelumnya merupakan satu kesatuan (integrated) guna mencapai tingkat yang diinginkan.
Dasar dari banyak kapabilitas terletak pada keahlian dan knowledge dari karyawan, serta
seringnya merupakan keahlian fungsional mereka.
Dengan diperlengkapi knowledge tentang sumber-daya dan kapabilitas, tugas perusahaan
berikutnya adalah mengidentifikasi core competenciesnya. Dua alat yang biasa digunakan untuk
melakukan identifikasi core competencies adalah:
1. Empat kriteria Keunggulan yang berkelanjutan
Agar satu kapabilitas dapat dianggap sebagai kompetensi inti, maka dia harus: menciptakan
nilai bagi perusahaan dengan cara mengeksploitasi peluang atau menetralisir ancaman.
Kriteria lainnya: kapabilitas tersebut tidak banyak dimiliki oleh perusahaan pesaing, sulit
untuk diimitasi dan tidak memiliki pengganti.
2. Analisis Value Chain
Dengan analisis ini, perusahaan memilih kompetensi-kompetensi mana saja yang harus
dikelola, ditingkatkan atau dibangun, selain juga kompetensi-kompetensi yang dapat
dikerjakan oleh pihak ke-3 (outsourced).
Managing Competencies
Managing Competencies
Bersifat historis: budaya organisasi ata nama merek yang berharga dan unik.
Penyebab bersifat ambigu: penyebab dan pemakaian kompetensi inti tidak jelas.
Kompleksitas sosial: relasi antar pribadi, kepercayaan dan persahabatan di antara manajer,
supplier dan pelanggan.
Managing Competencies
(diversified) dapat diumpamakan seperti sebuah pohon besar. Batang dan dahan-dahan besar
merupakan core product korporasi tersebut, sedangkan dahan kecil merupakan unit bisnis; daun,
bunga dan buah pohon tersebut adalah end product. Sistem akar yang mampu menyerap sari
makanan, zat lain yang dibutuhkan serta memberikan keseimbangan bagi tegaknya pohon;
merupakan core competence.
Managing Competencies
Managing Competencies
divisi/SBU lainnya. Proses ini diperlukan karena ketika suatu kompetensi terkungkung dalam
satu bisnis usaha, maka akan menimbulkan 2 masalah bagi korporasi, yaitu:
Pertumbuhan yang lebih lambat, karena potensi kesempatan menggarap kompetensi pada
pasar lain tidak dapat dieksploitasi
Terkikisnya kompetensi, karena personel dengan core competencies tidak terutilisasi penuh.
Managing Competencies
Bank Tabungan Negara, yang difungsikan pula sebagai bank penyalur KPR, bersubsidi
kemasyarakat dan penyediaan dana mendukung pembiayaan pembangunan perumahan
pemukiman.
Dan Perum Perumnas diserahi tugas untuk bertindak selaku development agent dan
penyedia perumahan bersama-sama pelaku-pelaku pembangunan yang lain.
Menggerakkan peran serta pemerintah, usaha swasta dan masyarakat dalam kegiatan
perumahan dan pemukiman, baik melalui pelaksanaan pembangunan maupun konsultasi
10
Managing Competencies
Diaharapkan bahwa dengan karakteristik dan embanan misinya Perumnas dapat menjadi
perusahaan yang sehat, tumbuh berkembang, sehingga mampu berperan sebagai penggerak dan
pengembang
perumahan
dan
pemukiman
dalam
rangka
mendorong
pembangunan
11
Managing Competencies
lobi kepada pemerintah ataupun lembaga legislatif agar Perum Perumnas diberikan kewenangan
lebih luas dalam menyediakan lahan untuk membangun rumah sederhana, dengan memanfaatkan
lahan-lahan yang dimiliki Perumnas di seluruh Indonesia.
Dengan jumlah karyawan yang besar dan pengalaman selama kurang lebih 35 tahun sejak
didirikan tahun 1974 yang lalu serta wilayah kerja yang tersebar diseluruh Indonesia, sebenarnya
Perum Perumnas memiliki potensi untuk mencapai target tersebut. Perum Perumnas sendiri
selama ini telah membangun lebih dari 300 lokasi di seluruh Indonesia.
Kinerja Perumnas pada beberapa masa mengalami cobaan. Pada awal krisis ekonomi,
masyarakat berpenghasilan rendah semakin terpuruk, daya belinya menurun tajam. Di sisi lain,
pengembang
swasta
yang
notabene
kompetitor
jumlahnya
semakin
banyak.
Untuk
mempertahankan kinerja, pengembangan dan penetrasi pasar berorientasi produk dan pasar pun
dipadukan dalam kegiatan usaha Perumnas. Belakangan, Perumnas ingin meraih kembali cap
sebagai market leader. Kali ini bukan hanya melalui pembangunan rumah sederhana landed
house (rumah horizontal), melainkan juga lewat hunian vertikal (rumah susun) bertema Back to
City.
Perum Perumnas sebagai suatu organisasi memiliki visi perusahaan dan juga target
perusahaan yang untuk mencapainya disusun beberapa misi perusahaan sebagai berikut :
Visi Perum Perumnas
Menjadi pelaku utama penyedia perumahan rakyat dan permukiman di Indonesia.
Menyediakan perumahan dan permukiman yang berkualitas dan bernilai bagi masyarakat.
12
Managing Competencies
2.
Customer Management
1.
2.
3.
4.
5.
13
Managing Competencies
6.
7.
People Excellent
1.
2.
3.
4.
5.
Operational Excellent
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Optimalized Synergy
1.
Pengembangan KSU untuk pemanfaatan Tanah Negara, PEMDA, BUMN dan Instansi lain
2.
3.
PENYEDIA LAHAN berskala besar (LAND BANK) beserta sarana dan prasarananya
14
Managing Competencies
HOLDING COMPANY untuk Portfolio bisnis properti komersial & industri konstruksi
Manajemen sebagai pihak yang mempunyai tugas dan wewenang dalam Perum Perumnas
perlu melakukan beberapa langkah tugas untuk mengelola Core Competencies Perum Perumnas.
Ada 4 tugas pokok manajemen dalam pengelolaan core competencies. Dalam kasus Perum
Perumnas akan dibahas sebagai berikut :
Selecting core competencies
Menyediakan lahan untuk perumahan rakyat dan permukiman di Indonesia
Building core competencies
Membangun BUDAYA perusahaan yang tercermin dalam TATA NILAI (VALUE) yang
dimiliki PERUMNAS
Spirit for PERUMNAS
Service Excellence - mengutamakan kepentingan dan kepuasan pelanggan bertindak
proaktif tanggap dan peduli
Passion - bersemangat tinggi berkeinginan kuat mencapai tujuan optimis - antusias
IntegRity - mengutamakan kepentingan korporasi memiliki komitmen tinggi bermoral
baik jujur dan bertanggung jawab
InnovaTive- mengupayakan terobosan baru berpikir terbuka dan kreatif kreatif mencari
ide baru
FOcus - konsisten dalam melaksanakan tugas sesuai skala prioritas cermat, konsisten dan
tuntas
Deploying core competencies
Dilakukan dengan cara sosialisasi ke seluruh karyawan yang dijabarkan dalam Corporate
Strategic Plan berikut :
15
Managing Competencies
16
Managing Competencies
V. KESIMPULAN
1. Core Competencies yang dimiliki satu perusahaan berarti juga sebagai keunggulan
komparatif perusahaan yang harus dimanfaatkan guna mencapai daya saing strategik.
2. Core competencies merupakan suatu kapabilitas yang perlu dikelola dengan baik, agar
keberadaannya tidak hilang/terkikis.
3. Beberapa aspek yang menjadi kekuatan Perum Perumnas adalah :
17