Vous êtes sur la page 1sur 34

BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Akhlak merujuk kepada amalan, dan tingkah laku tulus yang tidak dibuat-buat yang menjadi
kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam, akhlak ialah sikap keperibadian manusia terhadap
Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk
Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini bererti akhlak merujuk kepada seluruh perlakuan
manusia sama ada berbentuk lahiriah mahupun batiniah yang merangkumi aspek amal ibadat,
percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan sebagainya.
Dalam makalah ini yang di bahas adalah akhlak seorang muslim kepada Allah SWT. Yaitu
tentang bagaimana seharusnya perilaku seorang muslim tehadap Allah SWT. Sehingga nantinya
seorang muslim akan menjadi seorang yang berakhlak mulia khususnya akhlak Kepada Allah
SWT.
Dan adapun akhlak kepada Allah yaitu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya. Jadi seorang muslim itu hendaknya taat terhadap apa yang diperintahkan oleh
Tuhannya. Sehingga akhlak orang muslim kepada Allah yaitu beriman dan taqwa kepada Allah
SWT.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian Akhlak kepada Allah?
2.Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah?
3.Bagaimana seharusnya Akhlak seorang muslim kepada Allah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN AKHLAK KEPADA ALLAH
Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab ( )(jamak dari kata yang berarti
tingkah laku, perangai atau tabiat.
Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada
hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat
melakuakannnya tanpa berfikir (spontan).
Di samping itu akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa
Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya.
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang
dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia
(sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq).
B.ALASAN MENGAPA SEORANG MUSLIM HARUS BERAKHLAK KEPADA ALLAH

Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT.
Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya kita
bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
beakhlak kepada Allah. Yaitu:1
Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air
yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di
firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut :
yang artinya : (5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6).
Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (atTariq:5-7)
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh
dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.
yang Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78)
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan
bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13.
yang Artinya (13) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat
berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S alJatsiyah :12-13 ).
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan
dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70.
ynang Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut
mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(Q.S al-Israa : 70).
C. AKHLAK SEORANG MUSLIM KEPADA ALLAH
Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah lah
yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk itu akhlak kepada
Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi
nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung
sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah taala
dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,


.
: . :

Keluhuran akhlak itu terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini
bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti (mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan)
sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus
disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepadaNya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan
amalan anda. Kedua, akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara,
yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan.2
Adapun contoh Akhlak kepada Allah itu antara lain:
a.Taqwa kepada Allah SWT.
Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala Perintahnya
dan menjauhi segala larangannya.
b.Cinta kepada Allah SWT.
Definisi cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih
sayang.3
c.Ikhlas
Definisinya yaitu semata-mata mengharap ridlo Allah. Jadi segala apa yang kita lakukan itu
semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
d.Khauf dan raja
Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukaiyang akan menimpanya,
atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.4
Raja yaitu memautkan hati pada sesuatu yang disukai.
e.Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah
Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurny
seorang h amba berkisar atas tiga hal, yang jika ketigany tidak berkumpul maka tidaklah
dinamakann syukur. Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicaraknnya secara
lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
f.Muraqobah
Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam pengawasan Allah SWT.5
g.Taubat
Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik.
h.Berbaik sangka kepada Allah SWT.
Maksudnya kita sebagai umat yang diciptakan oleh Allah, hendaknya khusnudzon, jangan
suudzon, karena apa yangakan diberikan oleh Allah itu pasti bak bagi kita.
i.Bertawakal kepada Allah SWT.
Bertawakal yaitu kita berserah diri kepada Allah. Setelah kita memohon kepada Allah hendaknya
kita berrusaha, bukan hanya diam diri untuk memenuhi doa kita. Itu yang dimaksud dengan
tawakal.
j.Senantiasa mengingat Allah SWT.
Salah satu akhlak yang baik kepada Allah yaitu kita selalu mengingat Allah dalam keadaan
apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang.
k.Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.

Yaitu kita dianjurkan untuk melakukan Tadzabur Alam, memikirkan tentang bagaimana kita
diciptakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan ciptaan Allah yang lain, supaya kita dapat
merasakan keagungan Allah SWT. Sehingga kita dapat berakhlak yang baik kepada Allah.
l.Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita melakukan Amar maruf,
m.Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita Nahi Munkar.
BAB III
PENUTUP
Seorang muslim itu harus berahlak baik kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia yang di
ciptakan oleh Allah dan untuk menyembah kepada Allah, sesuai dengan firman Allah SWT yang
artinya dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia
seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan
bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaanNya.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, terutama melaksanakan ibadahibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian,
lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Qur'an yang
harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat Islam
Adapun akhlak kepada Allah itu antara lain:
1.Taqwa kepada Allah SWT.
2.Cinta kepada Allah SWT.
3.Ikhlas kepada Allah SWT.
4.Khauf dan raja terhadap Allah SWT.
5.Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT.
6.Muraqobah
7.Taubat kepada Allah SWT.
8.Berbaik sangka kepada Allah SWT.
9.Bertawakal kepada Allah SWT.
10.Senantiasa mengingat Allah SWT.
11.Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
12.Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
13.Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.

khlak seorang muslim terhadap Allah SWT


A.PENGERTIAN AKHLAK KEPADA ALLAH

Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab ( )(jamak dari kata yang berarti
tingkah laku, perangai atau tabiat.
Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada
hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat
melakuakannnya tanpa berfikir (spontan).
Di samping itu akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa
Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya.
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang
dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia
(sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq).

B.ALASAN MENGAPA SEORANG MUSLIM HARUS BERAKHLAK KEPADA ALLAH

Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT.
Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya kita
bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
beakhlak kepada Allah. Yaitu:
1. Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang
ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di
firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut :
yang artinya : Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia
tercipta dari air yang terpancar. yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (at-Tariq:5-7)
1. Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan
sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.

yang Artinya: Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78)
1. Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah
ayat 12-13.
yang Artinya Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat
berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :
12-13 ).
1. Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan
lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa ayat, 70.
yang Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut
mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(Q.S al-Israa : 70).

C. AKHLAK SEORANG MUSLIM KEPADA ALLAH

Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah lah
yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk itu akhlak kepada
Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi
nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung
sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah taala
dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

.
: . :

Keluhuran akhlak itu terbagi dua.


1. Akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan
mesti (mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dariNya) dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda
senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepadaNya sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua,
akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat
baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan.
2. Adapun contoh Akhlak kepada Allah itu antara lain:
a. Taqwa kepada Allah SWT.
Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala Perintahnya
dan menjauhi segala larangannya.
b. Cinta kepada Allah SWT.
Definisi cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih
sayang.3
c. Ikhlas
Definisinya yaitu semata-mata mengharap ridlo Allah. Jadi segala apa yang kita lakukan itu
semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
d. Khauf dan raja
Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukaiyang akan menimpanya,
atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.4
Raja yaitu memautkan hati pada sesuatu yang disukai.
e. Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah
Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurny
seorang h amba berkisar atas tiga hal, yang jika ketigany tidak berkumpul maka tidaklah
dinamakann syukur. Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicaraknnya secara
lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
f.

Muraqobah

Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam pengawasan Allah SWT.

g. Taubat
Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik.
h. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
Maksudnya kita sebagai umat yang diciptakan oleh Allah, hendaknya khusnudzon, jangan
suudzon, karena apa yangakan diberikan oleh Allah itu pasti bak bagi kita.
1. Bertawakal kepada Allah SWT.
Bertawakal yaitu kita berserah diri kepada Allah. Setelah kita memohon kepada Allah hendaknya
kita berrusaha, bukan hanya diam diri untuk memenuhi doa kita. Itu yang dimaksud dengan
tawakal.
j.

Senantiasa mengingat Allah SWT.

Salah satu akhlak yang baik kepada Allah yaitu kita selalu mengingat Allah dalam keadaan
apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang.
k. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
Yaitu kita dianjurkan untuk melakukan Tadzabur Alam, memikirkan tentang bagaimana kita
diciptakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan ciptaan Allah yang lain, supaya kita dapat
merasakan keagungan Allah SWT. Sehingga kita dapat berakhlak yang baik kepada Allah.
l.

Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.

Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita melakukan Amar maruf,
m. Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita Nahi Munkar.

Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah
adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam
semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam
kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri
setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realitabahwa Allah lah yang pertama kali
harus dijadikan prioritas dalam berakhlak. Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini
merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada dimuka bumi ini.
Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin
memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak

yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan
akhlak terhadap orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:

1.Taat terhadap perintah-perintah-Nya.


Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT,adalah
dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin iatidak mentaati-Nya,
padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya padadirinya. Allah berfirman (QS. 4 :
65):
Mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara
yang mereka perselisihkan, kemdian mrekea tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadapptutusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Karenataat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim kepada AllahSWT.
Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanyakeimanan. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda:
Tidak beriman salah seorang diantara kalian,hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti
apa yang telah datang dariku(Al-Quran dan sunnah). (HR. Abi Ashim al-syaibani).

2.Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.


Hal kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa
tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya,kehidupan inipun
merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini,
apapun yang Allah berikan padanya, maka itumerupakan amanah yang kelak akan dimintai
pertanggung jawaban dari Allah. Dalamsebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:Dari
Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda,
Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa
yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakanpemimpin,
dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi
keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga
merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab
atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia
bertanggung jawab terhadap apayang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR. Muslim)

3.Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.

Yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridhaterhadap segala
ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketikaia dilahirkan baik oleh keluarga
yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya,
atau hal-hal lainnya. Karenapada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin (baca;
tsiqah) terhadapapapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau
berupakeburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: sungguh mempesona
perkara orang beriman. Karena segalaurusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia
mendapatkan kebaikan, iabersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik
bagidirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa haltersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya. (HR. Bukhari)Apalagiterkadang sebagai seorang manusia,
pengetahuan atau pandangan kita terhadapsesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu
yang kita anggap baik justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah
memilikikebaikan bagi diri kita.

4.Senantiasa bertaubat kepada-Nya.Sebagaiseorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah
luput dari sifat lalai danlupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena
itulah, etikakita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga
berbuatkemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. DalamAlQuran Allah berfirman (QS. 3 : 135) :Dan jugaorang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri,mereka ingat akan Allah,lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapatmengampuni dosa selain Allah? dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itusedang mereka mengetahui.

5.Obsesinya adalah keridhaan ilahi.Seseorangyang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan
memiliki obsesi dan orientasidalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak
beramal danberaktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia.Bahkan
terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, terpakasa harusmendapatkan
ketidaksukaan dari para manusia lainnya. Dalam sebuah haditsRasulullah SAW pernah
menggambarkan kepada kita:
Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan adanya kemurkaan manusia, makaAllah
akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencarikeridhaan manusia
dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkankebencian-Nya pada manusia. (HR.
Tirmidzi, Al-Qadha dan ibnu Asakir).
Dan halseperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya.Karena
orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinyatentulah hanya keridhaan
manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukaitindakannya atau tidak. Yang penting ia
dipuji oleh oran lain.

6.Merealisasikan ibadah kepada-Nya.


Akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWTadalah
merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah ataupun
ibadah yang ghairu mahdhah. Karena padahakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah
ibadah kepada Allah SWT.Dalam Al-Quran Allah berberfirman (QS. 51 : 56)


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku

Akhlak Kepada Allah dan Rasul-Nya


7 November 2015 Redaksi Akhlaq One comment

Buletin At-Tauhid edisi 41 Tahun XI


Suatu hari, ibunda Aisyah radhiyallahuanha bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam : Wahai Rasulullah! Ibnu Judan, dahulu di zaman jahiliyah, adalah seorang yang
senantiasa menyambung tali silaturahim dan memberi makan orang miskin, apakah itu semua
bermanfaat baginya kelak di akhirat? Nabi shallallahualaihi wasallam menjawab, Hal itu tidak
bermanfaat baginya karena dia tidak pernah sedikit pun mengucapkan, Wahai Rabb-ku,
ampunilah dosa-dosaku di hari kiamat kelak. (HR Muslim). Hadits ini menceritakan tentang
Ibnu Judan, yaitu seseorang dari kaum jahiliyah yang terkenal suka membantu orang yang
lemah dan suka menyambung silaturrahim. Namun Rasulullah mengabarkan bahwa kebaikannya
kepada manusia itu tidak akan bermafaat bagi dirinya kelak di hari akhir. Hal tersebut karena ia
belum mengatakan Wahai Rabb-ku, ampunilah dosa-dosaku di hari kiamat kelak. Maksudnya
ia belum beriman kepada Allah dan juga hari kebangkitan yang ia akan dihisab dan diberi
pembalasan atas apa yang telah dilakukannya. Dan orang-orang yang mengingkari hari
kebangkitan maka ia tergolong sebagai orang kafir. Dan orang kafir tidak akan Allah terima
amalannya. Adapun orang kafir yang luhur akhlaknya di dunia, Allah memberikan balasan atas
amal baiknya hanya di dunia saja, yaitu berupa kesehatan, harta yang melimpah dan keturunan
yang banyak. Adapun di akhirat ia akan mendapatkan balasan dan kedudukan yang sama dengan
orang-orang kafir lainnya.

Hakikat akhlak mulia


Lalu sebenarnya apakah akhlak itu? Bagaiamana bisa semua kebaikan yang dia lakukan kepada
sesama manusia tidak memiliki arti dan tidak bermanfaat sama sekali baginya di hari kiamat

kelak? Padahal Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda: Kebajikan itu keluhuran


akhlak (HR. Muslim). Untuk menjawab hal tersebut, marilah kita lihat perkataan Ibnu Rajab Al
Hanbali mengenai hadits di atas: Diantara makna al birr (kebajikan) adalah mengerjakan
seluruh ketaatan, baik secara lahir maupun batin. (Makna seperti ini) tertuang dalam firman
Allah Taala: (artinya) : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al Baqarah: 177). Dari penjelasan Ibnu Rajab di atas, dengan dalil ayat 177
surat Al Baqarah, kita dapat pahami bahwa kebaikan yang paling utama yaitu menjalankan apa
yang Allah perintahkan kepada kita dalam wahyu yang diturunkan-Nya melalui Nabi-Nya
shallallahualaihi wa sallam. Barulah setelah itu kita menjalankan akhlak kepada sesama
makhluk.
Oleh karena itu, akhlak kepada Allah Taala (berupa ketaatan) adalah dasar dari diterimanya
segala amalan baik kepada sesama makhluk di dunia, seperti memberi harta yang dicintai kepada
kerabat, anak, istri, anak-anak yatim, orang miskin, dan musafir, serta kebaikan-kebaikan lainnya
yang disebutkan dalam ayat tadi. Jika sesuatu yang menjadi dasarnya tidak dipenuhi, maka
bagaimana cabang-cabangnya bisa terpenuhi dengan sempurna? Yang menjadi dasar adalah
keimanan. Jika dasarnya tersebut sudah ada, maka amalan kebaikan yang kita lakukan dapat
bermanfaat dan berbuah pahala. Sebagaimana seseorang yang masuk kuliah. Jika status sebagai
mahasiswa saja tidak dimiliki (karena tidak ikut seleksi untuk menjadi mahasiswa), bagaimana ia
bisa mendapat nilai dan ijazah kuliahnya tersebut? Marilah bersama-sama kita renungkan!
Karena sesunguhnya kesempurnaan akhlak mulia adalah beradab kepada Allah Taala, Rabb
semesta alam. Yaitu dengan mengetahui hak Rabb-nya dan bersegera memenuhi hak Rabb-nya
dari perkara yang diwajibkan atasnya serta dari sunnah yang dimudahkan atasnya. Sehingga
seorang hamba dapat mencapai derajat yang tinggi di hadapan Allah Taala.

Berakhlak mulia kepada Rasulullah


Konsekuensi dari pentingnya adab kita kepada Allah (yaitu berupa ketaatan kepada-Nya) adalah
kita juga mentaati Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah dalam
ayat-Nya yang mulia (artinya): Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS. An Nisa: 80). Oleh karena itu,

mentaati Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah
Taala. Sedangkan jika seseorang berpaling, maka tidak ada satupun yang dirugikan kecuali
dirinya sendiri. Dan ketaatan kepada Rasul juga termasuk salah satu adab kita sebagai umatnya
kepada Rasulullah, sebagaimana banyak disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya (artinya):
Taatilah Allah, dan taatilah Rasul (QS. An Nisa: 59).
Diantara perkara lain yang merupakan bentuk akhlak kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam
yaitu mencintainya melebihi seluruh makhluk. Sebagaimana hadits dari Anas Radhiyallahuanhu,
beliau berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidak akan sempurna
keimanan seseorang sampai aku menjadi orang yang lebih ia cintai dari anaknya, orang tuanya,
dan semua manusa (HR. Bukhari dan Muslim). Ibnu Taimiyah menjelaskan: adapun sebab kita
harus lebih mencintai dan mengagungkan beliau shallallahu alaihi wa sallam dibanding
siapapun, adalah karena kebaikan yang paling agung yang bisa kita rasakan di dunia saat ini
maupun di akhirat nanti tidak akan bisa tergapai oleh kita kecuali dengan sebab Nabi, yaitu
dengan cara mengimani dan mengikutinya. Dan juga seseorang tidak terhindar dari adzab dan
tidak juga bisa mendapatkan rahmat Allah kecuali dengan perantara beliau dengan cara
mengimaninya, mencintainya, membelanya, dan mengikutinya. Dan beliaulah yang menjadi
sebab Allah menyelamatkan kita dari adzab dunia dan akhirat. Dan beliaulah yang menjadi
perantara untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Maka termasuk nikmat yang paling
besar dan paling bermanfaat adalah nikmat keimanan. Dan nikmat tersebut tidak akan bisa kita
peroleh kecuali melalui perantara beliau. Oleh karena itu, diutusnya nabi lebih bermanfaat
dibanding diri kita sendiri dan harta kita. Maka siapapun yang Allah keluarkan dari kegelapan
menuju cahaya yang terang-benderang, tidak ada jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah
selain melalui jalan yang beliau ajarkan. Adapun diri seseorang dan keluarganya, tidak memiliki
kuasa apapun untuk menyelamatkan diri (jika tanpa sebab beliau shallallahu alaihi wa sallam) di
hadapan Allah Taala (Majmu Fatawa).
Dari pemaparan di atas, kita bisa menarik kesimpulan: (1) bahwa Iman adalah syarat diterimanya
amal shalih dan kebermanfaatan amal shalih tadi bagi kita di akhirat kelak. Sebagaimana firman
Allah Taala (artinya) Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. An Nahl: 97). (2) Orang yang
musyrik, bagaimana pun amalan baiknya ketika di dunia, tidak akan membuat dia mendapat
ampunan di hari kiamat. Allah Taala berfirman (artinya) Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi (QS. Az
Zumar: 65). (3) dan juga amalannya itu tidak menambah berat amalan baiknya di hari kiamat,
hanya akan mendapatkan balasan di dunia, namun tidak di akhirat, (4) bahwa orang yang tidak
megimani hari kebangkitan adalah orang yang kafir, karena ia tidak mengimani salah satu dari
rukun iman, yang semua umat islam diwajibkan utuk mengimaninya, dan ia juga tidak akan

mendapatkan ampunan di hari kiamat kecuali jika ia telah bertaubat ketika masih hidup di dunia.
(5) adapun taat kepada Rasul, termasuk bentuk ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, juga
merupakan salah satu akhlak yang luhur kepada Allah juga Rasul-Nya shallallahualaihi wa
sallam, (6) Begitu juga dengan mencintai Nabi shallallahualaihi wa sallam , adalah bentuk
berakhlak mulia kepada Rasul dan bukti kesempurnaan Iman seseorang.
Demikian dari kami, semoga Kita tergolong orang yang paling berakhlak, baik kepada Allah dan
Rasul-Nya, maupun kepada sesama makhluk Allah, dan kita tergolong orang yang mendapatkan
ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Aamiin

Penulis : Parangeni Muhammad Lubis (Alumni Mahad Al-Ilmi Yogyakarta)


Murojaah : Ust. Abu Salman, BIS
Related Posts:

Kepada siapa kita pertama kali kita harus berbuat baik kalau bukan kepada
Allah???? Dialah yang menciptakan kita, yang memberi rizki kepada kita, yang mengaruniakan
kesehatan, yang memberikan panca indra lengkap, yang memberi perlindungan, yang
mengabulkan permohonan serta karunia-karunia lain yang tak mampu kita hitung.

Kahar Masyhur, Membina Moral Dan Akhlak, (Jakarta : Kalam Mulia, 1985)
Akhlak terhadap Allah Swt
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki
ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat
alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang
mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari
tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat atThariq ayat 5-7. sebagai berikut :)( )( )
(
(-0 : ) (

Artinya : (5) Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia
tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (at-Tariq:57)
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh
dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.
( : )
Artinya: Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.
( Q.S an-Nahal : 78)
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan
bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13.
()

(- :)
Artinya (13) Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat
berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S alJatsiyah :12-13 ).
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan
dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa ayat, 70.
( )
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka
dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S alIsraa : 70).
Sementara itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji;
demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul Membina Moral dan Akhlak bahwa
akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
a. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f. Senantiasa mengingat Allah SWT.
g. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia

seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan
bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaanNya.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, terutama melaksanakan ibadahibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian,
lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Quran yang
harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat Islam.

Dalil Iman Kepada Allah swt

Posted by: sari on: 12 Mei 2009

In: akidah | dalil

10 Comments

Iman kepada Allah Subhanhu wa taalaa adalah satu kalimat yang sudah tidak asing lagi di
telinga kita. Namun demikian, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan iman kepada Allah
Subhanahu wa taalaa tersebut? Beriman kepada Allah subhanhu wa taalaa adalah
membenarkan dengan yakin akan adanya Allah subhanhu wa taalaa, membenarkan dengan
yakin akan keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam makhluk seluruhnya,
maupun dalam menerima ibadat segenap makhluk-Nya, kemudian juga membenarkan dengan
yakin, bahwa Allah swt memiliki sifat sempurna, suci dari segala sifat kekurangan dan suci pula
dari menyerupai segala yang baru (makhluk). Sebuah pembenaran yang terealisir dalam hati,
lisan, dan amal perbuatan.
Beriman kepada Allah subhanahu wa taalaa berarti meninggalkan segala bentuk penghambaan,
bersandar, dan menyembah kepada selain Allah subhanahu wa taalaa. Segala bentuk aktivitas
kehidupan, baik yang bersifat lahir maupun bathin, jasmaniah maupun ruhaniah, semuanya
hanya ditujukan untuk beribadah kepada Allah subhanhu wa taalaa, untuk mendapatkan ridho
dan rahmat Allah subhanhu wa taalaa.
Adapun dalil-dalil yangberkenaan dengan iman kepada Allah subhanhu wa taalaa adalah
sebagai berikut:
Firman Allah subhanahu wa taalaa:
Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam ), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitabkitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sangat jauh tersesat.
(QS. An Nisaa (4): 136
Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan
Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah (2): 163.)

Allah itu tunggal, tidak ada Tuhan selain Dia, yang hidup tidak berkehendak kepada selain-Nya,
tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya lah segala sesuatu yang ada di langit dan di
bumi. Bukankah tidak ada orang yang memberikan syafaat di hadapan-Nya jika tidak dengan
seizin-Nya? Ia mengetahui apa yang di hadapan manusia dan apa yang di belakang mereka,
sedang mereka tidak mengetahui sedikit jua pun tentang ilmu-Nya, kecuali apa yang
dikehendaki-Nya. Pengetahuannya meliputi langit dan bumi. Memelihara kedua makhluk itu
tidak berat bagi-Nya. Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al Baqarah (2): 255.)
Dialah Allah, Tuhan Yang Tunggal, yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui perkara yang
tersembunyi (gaib) dan yang terang Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Allah,
tidak tidak ada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci, yang sejahtera yang memelihara, yang
Maha Kuasa. Yang Maha Mulia, Yang Jabbar,lagi yang Maha besar, maha Suci Allah dari segala
sesuatu yang mereka perserikatkan dengannya. Dialah Allah yang menjadikan, yang
menciptakan, yang memberi rupa, yang mempunyai nama-nama yang indah dan baik. Semua isi
langit mengaku kesucian-Nya. Dialah Allah Yang Maha keras tuntutan-Nya, lagi Maha
Bijaksana. (QS. Al Hasyr (59): 22-24 )
Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung segala
makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan tidak
diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang sebanding dengan Dia. (QS. Al Ikhlash
(112): 1-4)
Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaha (20): 14)
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu dan Aku Tuhan
kalian, maka bartakwalah kepada-Ku. (QS. Al Mukminun (23): 52)
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua agama yang satu dan Aku Tuhan
kalian, maka sembahlah Aku. (QS. Al Anbiya (21): 92)
Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-Tuhan selain Allah, tentulah keduanya telah rusak,
binasa. Maka Mahasuci Allah yang mempunyai Arasy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS.
Al Anbiya (21): 22)
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, Malaikat, Kitab-Kitab,
Nabi-Nabi (QS. Al Baqarah (59): 177)
Sabda RasululIah Shallallahu alaihi wasallam:
Di antara sejumlah hadits-hadits tersebut, terdapat sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari hadits Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu yang menyatakan
bahwa Malaikat Jibril pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang
Iman, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab:

Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-Kitab-Nya, RasulRasul-Nya, dan Hari Akhir, serta beriman kepada qadar yang baik maupun buruk.
Katakanlah olehmu (wahai Sufyan, jika kamu benar-benar hendak memeluk Islam): Saya telah
beriman akan Allah, kemudian berlaku luruslah kamu. (HR. Taisirul Wushul, 1: 18).
Manusia yang paling bahagia memperoleh syafaat-Ku di hari kiamat, ialah: orang yang
mengucapkan kalimat La ilaha illallah. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12).
Barangsiapa mati tidak memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk surga. Dan
barangsiapa mati tengah memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka. (HR.
Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12)
Demikian, semoga bermanfaat.

Akhlak Kepada Allah SWT dan Nabi SAW

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sember dari segala sumberdalam
kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya,
Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah SWT adalah pemberi
hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia dan lain sebagainya. Sehingga manakala
hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim maka akan terimplementasikan dalam realita
bahwa Allah SWT lah yang pertama kaliharus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika diperhatikan, akhlak kepada Allah SWT ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak
kepada siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif
terhadap Allah SWT, maka ia tidak akan memiliki akhlah positif terhadap siapapun. Demikian
pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah SWT, maka ini merupakan
pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim harus mempunyai akhlak
kepada Nabi SAW. Karena Nabi Muhammad SAW lah, satu-satunya manusia terhebat di dunia
ini. Yang telah membawa banyak perubahan bagi dunia yang fana ini, dan beliaulah cahaya yang
menerangi bumi yang dulu kala gelap gulita. Yang sering dijuluki kekasih Allah SWT. Karena
perilakunya beliau pula lah, yang sangat patut untuk di contoh, ditiru dan di amalkan
kesehariannya oleh kita para umatnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan definisi di atas, di dapat beberapa rumusan masalah dalam makalah ini. Di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT ?
2. Mengapa seorang muslim harus pula berakhlak pada Rasulullah SAW ?
3. Mencakup apa sajakah akhlak seorang muslim terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW
dalam kehidupan sehari-hari ?
4. Adakah landasan yang memerintahkan bahwasanya seorang muslim harus berakhlak kepada
Sang Pencipta ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Akhlak Kepada Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan itu
memiliki cirri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut dalam latar belakang tadi.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT.
Pertama, karena Allah SWT lah yang menciptakan manusia. Dia yang menciptakan manusia
dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk, hal ini sebagaimana di
firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai berikut :

()
( ) ( )

Artinya : (5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia
diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar dari tulang sulbi (punggung) dan
tulang dada.
Kedua, karena Allah SWT lah yang telah member perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh
dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT dalam syrat An-Nahl ayat 78 :

,
,


()
Artinya : (78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur.
Ketiga, karena Allah SWT lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan
bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah SWT dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :

()

() ,

Artinya : (12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat berlayar di
atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13). Dan Dia menundukan apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh,
dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-

orang yang berfikir.


Keempat, Allah SWT lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan daratan
dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa ayat 70 :



( )

Artinya : (70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah SWT. Karena
alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat perintah Allah SWT di dalamnya
bahwa kita sebagai seorang muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.
2.2. Macam Akhlak Kepada Allah SWT
2.2.1. Taat Terhadap Perintah-Nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah
dengan mentaati segala perintah-perintah Nya., padahal Allah SWT lah yang telah
memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah SWT berfirman dala Al-Quran surat An-Nisa
ayat 65 :
Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau
(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian
tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.
Kendati demikian, taat keada Allah SWT merupakan konsekwensi keimanan seorang muslim
kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan. Dalam Sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan
bersabda :
Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti
apa yang telah dating dariku (Al-Quran dan Sunnah). (HR. Abi Ashim Al-Syaibani)
2.2.2. Tawakal
Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-Mulk ayat 15 di jelaskan,
bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi utuk mecari rizki dengan berdagang, bertani
dan lain sebagainya.
Sahl At-Tusturi mengatakan, Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah
melncela sunatullah (ketetentuan yang Allah SWT ciptakan). Barang siapa mencela tawakal
(tidak mau bersandar pada Allah SWT) maka dia telah meninggalkan keimanan.
2.2.3. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas Amnanah Yang Di Embankan Padanya
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa
tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya, kehidupan
ini-pun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa
meyakini apapun yang Allah SWT berikan padanya, maka itu meruakan amanah yang kelak akan

diminta pertanggung jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda.
Dari Umar R.A, Rasulullah SAW bersabda :
Setia kalian adalah peminpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpinnya. Seorang Amir (presiden/imam/ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi
keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah
pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan
setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggujng jawab atas aa yang dipimpinnya. (HR.
Muslim).
2.2.4. Ridlo terhadap ketentuan Allah SWT
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adala ridla terhadap
segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik
oleh keluarga yang berada maupun keluarga yang kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT
berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa
yakin terhadap apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa
keburukan. Rasulullah SAW bersabda :
Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah dipandang baik
bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu
bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. (HR. Bukhari).
Apalagi terkadangsebagai seorang manusia, pengetahuan atau pendangan kita terhadap sesuatu
sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik, justru buruk, sementara
sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.
2.2.5. Senantiasa Bertaubat Kepada-Nya
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena
hal ini merupakan sifat dan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada Allah SWT
manakala kita sedang terjerumus kedalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan kepada
Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT
berfirman :
Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunterhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah
yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu
sedang mereka mengetahui.
2.2.6. Obsesinya Adalah Keridloan Illahi
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi
dalam segala aktifitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktifitas untuk
mencari keridloan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai
keridloan Allah SWT tersebut, terpaksa harus mendapatkan ketidaksukaan dari para manusia

lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita :
Barang siapa yang mencari keridloan Allah dengan adanya kemurkaan manusia, maka Allah
akan memberikan keridloan manusia juga. Dan barang siapa mencari keridloan manusia dengnan
cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia. (HR.
Tirmidzi Al-Qodloi dan Ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya. Karena
orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya tentulah hanya keridloan
manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia
dipuji oleh orang lain.
2.2.7. Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang mulim terhadap Allah SWT adalah
merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdloh, ataupun ibadah
yang ghairu mahdloh. Karena, pada hakekatnya seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah
kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Oleh karenanya, sebagai aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya merupakan
ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT. Sehingga ibadah tidak hanya yang
memiliki skup mahdloh saja, seperti puasa, shalat, haji dan lain sebagainya. Perealisasian ibadah
yang paling penting untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktifitas dalam rangkaian tujuan
untuk dapat menerakpak hukum Allah SWT di muka bumi ini. Sehingga islam menjadi pedoman
hidup yang direalisasikan oleh masyarakat islam pada khhususnya dan juga oleh masyarakat
dunia pada umumnya.
2.2.8. Banyak Membaca Al-Quran
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang muslim terhadap Allah SWT
adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firmanfirman Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering
menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mecintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu
menyebut-nyebut asma Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman Nya. Apalagi
manakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Quran yang demikian besarnya. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan kepada kita :
Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya Al-Quran itu dapat memberikan syafaat di hari
kiamat kepada para pembacanya. (HR. Muslim)
Adapun bagi mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia
senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus
terbata-bata dalam membaca Al-Quran tersebut, maka Allah SWT pun akan memberikan
pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :
Orang (mumin) yang membaca Al-Quran dan ia lancar dalam membacanya, maka ia akan
bersama malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mumin yang membaca Al-Quran sedang
ia terbata-bata membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan

mendapatkan pahala dua kali lipat. (HR. Bukhori Muslim).


2.3. Akhlak Kepada Rasulullah SAW
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di haruskan untuk berakhlak
kepada Nabi SAW. Karena dari beliaulah kita banyak mendapatkan warisan yang bisa kita
warikan lagi turun-menurun ke anak cucu kita.
Saat Rasulullah SAW wafat, beliau meninggalkan dua warisan yang berharga, yakni Al-Quran
dan As-Sunnah. Orang yang berpegang teguh pada keduanya dipastikan tidak akan tersesat
selamanya. Saat ini, tidak sedikit orang yang melupakan, bahkan mematikan sunnah beliau.
Tidak hanya itu, mereka kemudian malah beralih pada tradisi dan adat istiadat yang justru tidak
sesuai dengan syariat.
Makalah ini mencoba mengingatkan kita tentang sebagian sunnah Rasulullah SAW yang telah
dilupakan oleh banyak orang. Baik itu sunnah yang berbentuk perkataan maupun perbuatan
beliau. Dan makalah ini pula mencoba mengajak kita untuk kembali menghidupkan sunnah
Rasulullah SAW sebagai bentuk komitmen cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, yang
menyuruh kita untuk mengikuti sunnah beliau.
2.4. Macam Akhlak Kepada Rasulullah SAW
2.4.1. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda yang menerangkan bahwa, kita sebagai umat
muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau wariskan.
Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh
manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang
mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun. (HR Ibnu Majah)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi : Barang siapa menghidupkan salah
satu sunnahku yang telah dimatikan, sesudahku (sesudah aku meninggal dunia), maka bagi orang
tersebut pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya, tanpa dikurangi sedikit pun dari
pahala mereka. (HR. At-Tirmidzi).
2.4.2. Taat
Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada
Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian
itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yg beriman dengan seruan Hai orang-orang yg
beriman sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap menerima perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap
menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah
dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -Nya.
Kaum muslimin harus taat kepada Ulil Amri apabila dalam memerintah mereka menyeru kepada
yg maruf dan mencegah yg munkar. Akan tetapi jika mereka menyuruh kepada hal-hal yg dapat
melalaikan kewajiban untuk taat kepada Allah SWT atau bahkan menyuruh perbuatan yang
melanggar aturan Allah SWT maka tiap kita kaum muslimin tidak boleh menaatinya. Rasulullah

SAW telah bersabda yg artinya Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yg maruf dan tidak
ada ketaatan terhadap makhluk dalam maksiat terhadap sang Khaliq.
Jika terjadi perbedaan pendapat di antara kaum muslimin atau antara mereka dengan Ulil Amri
atau sesama Ulil Amri maka wajib baginya mengembalikan persoalan itu kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya yaitu dgn merujuk kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
Jika benar-benar beriman seseorang hanya akan kembali kepada kitabullah dan unnah Rasul-Nya
dalam menyelesaikan segala perkara dan tidak akan berhukum kepada selain keduanya. Jika
tidak maka iman seseorang dapat diragukan dari ketulusannya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat kepada Allah dan
Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha Mengetahui
segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Iman kepada hari akhir akan
membuat seseorang berpikir akan akibat segala perbuatannya yg dilakukannya di dunia. Pada
hari akhir seluruh amal anak Adam akan dibalas, jika baik maka baik pula balasannya, namun
jika buruk maka buruk pula balasannya. Boleh jadi seseorang dapat menghindari hukuman di
dunia namun tidak akan dapat seseorang menghindar dari hukuman akhirat.
Dalam hal taat dan mengembalikan segala perselisihan kepada Allah dan Rasul-Nya terdapat
kebaikan bagi orang-orang mukmin baik di dunia maupun di akhirat. Akibatnya lebih baik bagi
mereka dari pada bermaksiat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya atau kembali kepada selain-Nya.
Perlu kita ketahui bahwa apabila manusia berlepas diri dari hukum Allah SWT niscaya mereka
menjadi budak-budak setan dan hawa nafsu. Hal itu akan membuat seseorang dapat berhenti
berselisih. Seseorang ingin mendapatkan kebebasan mutlak tetapi yg terjadi justru adalah
menjadi budak setan dan hawa nafsunya.
2.4.3. Membaca Shalawat dan Salam
Selawat atau Shalawat (bahasa Arab: )adalah bentuk jamak dari kata salat yang berarti doa
atau seruan kepada Allah SWT. Membaca shalawat untuk Nabi SAW, memiliki maksud
mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah SWT untuk Nabi SAW dengan ucapan,
pernyataan serta pengharapan, semoga beliau (Nabi SAW) sejahtera (beruntung, tak kurang suatu
apapun, keadaannya tetap baik dan sehat).
Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa dan selamat. Jadi saat seorang muslim membaca
selawat untuk Nabi SAW, dimaksudkan mendoakan beliau semoga tetap damai, sejahtera, aman
sentosa dan selalu mendapatkan keselamatan.
Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada Nabi SAW. Orang
yang membaca shalawat untuk Nabi SAW hendaknya disertai dengan niat dan didasari rasa cinta
kepada beliau dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati beliau. Dalam penjelasan
hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan bahwa apabila seseorang membaca shalawat tidak disertai
dengan niat dan perasaan hormat kepada Nabi SAW, maka timbangannya tidak lebih berat
ketimbang selembar sayap. Nabi saw bersabda : Sesungguhnya sahnya amal itu tergantung
niatnya.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar sayap, yaitu :
1. Shalat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.
2. Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang hatinya tidak

sadar.
3. Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat dan rasa hormat.
Nabi SAW bersabda : Dan kalau kamu membaca shalawat, maka bacalah dengan penuh
penghormatan untuk ku.
Membaca shalawat untuk mencintai dan memuliakan Nabi SAW. Siti Aisyah ra. berkata :
Barangsiapa cinta kepada Allah SWT, maka dia banyak menyebutnya dan buahnya ialah Allah
SWT akan mengingat dia, juga memberi rahmat dan ampunan kepadanya, serta memasukannya
ke surga bersama para Nabi dan para Wali. Dan Allah SWT memberi kehormatan pula
kepadanya dengan melihat keindahan-Nya. Dan barang siapa cinta kepada Nabi SAW maka
hendaklah ia banyak membaca shalawat untuk Nabi SAW dan buahnya ialah ia akan mendapat
syafaat dan akan bersama beliau di surga.
Selanjutnya Nabi SAW bersabda : Barang siapa membaca selawat untukku karena
memuliakanku, maka Allah SWT menciptakan dari kalimat (shalawat) itu satu malaikat yang
mempunyai dua sayap, yang satu di timur dan satunya lagi di barat. Sedangkan kedua kakinya di
bawah bumi sedangkan lehernya memanjang sampai ke Arasy. Allah SWT berfirman
kepadanya : Bacalah selawat untuk hamba-Ku, sebagaimana dia telah membaca selawat untuk
Nabi-Ku. Maka Malaikat pun membaca selawat untuknya sampai hari kiamat.
2.4.4. Mencintai Keluarga Nabi SAW
Rasulullah SAW bersabda, Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang
besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati
(Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan
tersesat selamanya hingga bertemu denganku di telaga al-Haudh. (HR. Muslim dalam Kitabnya
Sahih juz. 2, Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam
kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).
Marilah kita letakkan segala bentuk fanatisme yang ada di pundak kita selama ini. Tidak
dipungkiri lagi bahwa keluarga Nabi SAW yang terkenal dengan sebutan Ahlulbait adalah
manusia-manusia yang mempunyai kelebihan dan keutamaan-keutamaan yang tidak dimiliki
oleh manusia lainnya setelah Rasulullah SAW. Akan tetapi sangat disayangkan sekali bahwa
banyak sekali kaum Muslimin yang melupakan dan bahkan tidak mengetahui eksistensi mereka
(keluarga Nabi SAW).
Hadits di atas adalah salah satu dari puluhan bukti otentik yang sangat jelas yang mengisyaratkan
kepada kita semua bahwa begitu besar keutamaan mereka hingga Nabi SAW berwasiat kepada
para sahabatnya dan kita khususnya sebagai umat Islam agar selalu berpegang teguh kepadanya
(Al-Quran & Ahlulbait), jika tidak maka akan tersesatlah mereka yang berpaling dari dua perkara
besar tersebut (Ats-Tsaqalain).
Mengapa keluarga Nabi Saw? Apakah beliau Saw berkata seperti itu hanya dikarenakan faktor
kasih sayang beliau terhadap keluarganya dan juga karena hubungan darah semata? Tentu saja
tidak, karena segala perkataan yang keluar dari mulut suci beliau pasti atas dasar petunjuk dari
Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang

sangat kuat. (QS. An-Najm: 3-5)


Marilah kita bertabarruk dengan mempelajari ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-hadits sahih
yang berkenaan dengan Ahlulbait Rasulullah kemudian membuka mata dan hati kita untuk
melihat kemuliaan-kemuliaan mereka yang selama ini tidak kita ketahui agar kita dapat
mencintai mereka dan mengikuti apa yang diajarkan oleh mereka alaihimussalam.
2.4.5. Ziarah
Kata ziarah berasal dari bahasa arab yaitu ziaroh, yang berarti masuk atau mengunjungi. Yaitu
kunjungan yang dilakukan oleh orang islam ketempat tertentu yang dianggap memiliki nilai-nilai
sejarah. Namun sering kali kata ziarah disebut oleh kebanyakan orang adalah berkunjung ke
makam dan dan mendoakannya sambil mengingat akan diri sendiri dan mengambil pelajaran
tentang kematian. Kegiatan berziarah tersebut terbagi dua bagian, yakni beerziarah menurut
syariat dan berziarah yang berbentuk bidah.
Pada awal sejarah islam, yang namanya ziarah itu diharamkan bagi laki-laki maupun perempuan,
dikarenakan hawatir akan goncangnya keimanan. Namun, ketika aqidah umat islam sudah
demikian mantapdan telah diketahui hukum berziarah serta tujuannya, maka dibolehkan karena
pula ada hadits yang membolehkannya. Madzhab syafii berpendapat bahwa ziarah kubur
hukumnya sunnah, sedangkan kaum wahabi mengatakan bahwa ziarah kubur hukumnya mubah.
Share this:

Twitter

Facebook

Setiap Muslim Wajib Mengikuti Dalil


sudah menjadi kewajiban bagi setiap hamba dalam agamanya untuk
mengikuti firman Allah Ta'ala dan sabda Rasul-Nya, Muhammad
Shallallahu 'alaihi Wasallam, dan mengiktuti para Khulafa Ar Rasyidin
yaitu para sahabat sepeninggal beliau, dan juga mengikuti para tabi'in
yang mengikuti mereka dengan ihsan
By Yulian Purnama 12 July 2014
17 9689 1

Bismillah. Segala puji hanya bagi Allah, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad dan keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka
dengan ihsan.
Allah Taala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah
kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu (Qs. Muhammad: 33).
Ia juga berfirman:

Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya
kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang (Qs. At
Taghabun: 12).
Allah Taala juga berfirman:

Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisa:
59).
Ayat-ayat ini menegaskan wajibnya kita sebagai hamba Allah untuk mengikuti dalil, yaitu firman
Allah dan sabda Rasul-Nya. Syaikh Abdurrahman As Sadi menjelaskan: Allah Taala
memerintahkan kaum muminin dengan suatu perkara yang membuat iman menjadi sempurna,
dan bisa mewujudkan kebahagiaan bagi mereka di dunia dan akhirat, yaitu: menaati Allah dan
menaati Rasul-Nya dalam perkara-perkara pokok agama maupun dalam perkara cabangnya. Taat
artinya menjalankan setiap apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang sesuai
dengan tuntunannya dengan penuh keikhlasan dan pengikutan yang sempurna (Taisir
Karimirrahman, 789).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan, sudah menjadi kewajiban bagi setiap
hamba dalam agamanya untuk mengikuti firman Allah Taala dan sabda Rasul-Nya, Muhammad
Shallallahu alaihi Wasallam, dan mengiktuti para Khulafa Ar Rasyidin yaitu para sahabat
sepeninggal beliau, dan juga mengikuti para tabiin yang mengikuti mereka dengan ihsan
(Fathu Rabbil Bariyyah, 7).
Karena itulah Allah Taala mengutus Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam,
dengan membawa petunjuk dari Allah. Dan Allah telah mewajibkan seluruh manusia untuk
beriman kepada beliau, secara lahir dan batin. Allah Taala berfirman:





Katakanlah (wahai Muhammad): Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimatkalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk (QS. Al
Araf: 158).
Maka barangsiapa yang tidak mau taat kepada dalil, seolah ia tidak beriman bahwasanya
Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam adalah utusan Allah dan seolah ia tidak mengimani
bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah petunjuk dari Allah Taala.
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam juga bersabda:



Wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin
sepeninggalku. Peganglah ia erat-erat, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan
perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap bidah adalah kesesatan (HR. At Tirmidzi
no. 2676. ia berkata: hadits ini hasan shahih).
Maka wajib bagi setiap hamba untuk taat dan patuh kepada sunnah Rasulullah Shallallahu
alaihi Wasallam yang shahihah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Sunnah ini, jika
shahih, maka semua kaum Muslimin bersepakat bahwa wajib untuk mengikutinya (Majmu Al
Fatawa, 19/85, dinukil dari Ushul Fiqh inda Ahlisunnah 120).
Seorang hamba yang enggan untuk taat kepada sabda Rasul-Nya juga terancam untuk ditimpa
fitnah (keburukan) dan adzab yang pedih. Allah Taala berfirman:



maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih (QS. An Nuur: 63).
Wahai hamba Allah! Takutlah engkau akan fitnah dan adzab Allah, tundukkanlah jiwamu untuk
patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan tidak halal bagi seorang Mukmin, ketika disampaikan kepadanya firman Allah dan sabda
Rasul-Nya, ia memiliki pilihan yang lain yang bukan berasal dari keduanya. Allah Taala
berfirman:







Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata (Qs. Al Ahzab: 36).
Bahkan andaikan pilihan yang lain tersebut berasal dari para ulama, tidak halal diambil ketika
berhadapan dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Imam Asy Syafii rahimahullah juga
berkata:

Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah demi membela pendapat
siapapun (Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al Ilam 2/361. Dinukil dari Ashl Sifah
Shalatin Nabi, 28 ).
Wahai hamba Allah, ikutilah dalil, taatilah firman Allah dan sunnah Rasul-Nya, sesuai dengan
apa yang dipahami para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka. Niscaya anda
berada dalam petunjuk yang benar. Oleh karena itu, Allah Taala berfirman:

Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu
sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya,
niscaya kamu mendapat petunjuk (QS. An Nuur: 54).
Wabillahit taufiq was sadaad.

Penulis: Yulian Purnama


Artikel Muslim.Or.Id

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan
pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya
Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya

Sumber: https://muslim.or.id/22111-setiap-muslim-wajib-mengikuti-dalil.html

Dalil-dalil tentang akhlak

Firman Allah subhanahu wa taala :



Dan sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak yang agung. ( QS. Al) Qalam : 4
Firman Allah Subhanahu wa taala :



Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
)kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia
) kepada negeri akhirat.(QS.Shaad : 46
Hadits dari Rasulullah shalallahualaihi wa sallam :

:










(

Sunan Tirmidzi 1941: dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai
dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah
orang yang akhlaknya paling bagus. Dan sesungguhnya orang yang paling
aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat ialah
orang yang paling banyak bicara (kata-kata tidak bermanfaat dan
memperolok manusia)." Para shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah,
siapakah orang yang paling banyak bicara itu?" Nabi menjawab: "Yaitu
"orang-orang yang sombong.
Hadits dari Ibnu Abu Mulaikah :
: (







Sunan Tirmidzi 1896: dari Ibnu Abu Mulaikah dari Aisyah ia berkata; Tidak
ada akhlak yang paling dibenci Allah melebihi sifat dusta.
Hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi rahimahulaah :
:








Sunan Tirmidzi 1910: dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu kepada
Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan
kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan

"akhlak yang baik.


Di hadits lain diririwayatkan pula :
:


Sunan Tirmidzi 1925: dari Abu Darda` bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan
seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik.
"Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi jahat.
Sungguh bahwa akhlak yang buruk itu sangat tidak disukai sehingga
Rasulullahshalallahualaihi wa sallam sendiri berlindung dari akhlah yang
buruk sebagaimana diriwayatkan dalam hadits sebagai berikut:
:


(






Sunan Tirmidzi 3515: dari Mis'ar dari Ziyad bin 'Ilaqah dari pamannya dia
berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan: "ALAAHUMMA
INNII A'UUDZU BIKA MIN MUNKARAATIL AKHLAAQ WAL A'MAALI
WAL AHWAAAI" (Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari berbagai
"kemungkaran akhlak, amal maupun hawa nafsu).
Diriwayatkan bahwa sesuatu yang paling berat dalam timbangan seorang
mukmin pada hari kiamat adalah akhlak yang baik, sebagaimana disebutkan
dalam hadits Rasulullah shalallahualaihi wa sallam :
:


Sunan Tirmidzi 1925: dari Abu Darda` bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan
seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik.
Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi jahat."
Hadits yang menyebutkan bahwa yang paling banyak memasukkan orangorang kedalam surga adalah akhlak yang mulia sebagaimana hadits sebagai
berikut :


Sunan Tirmidzi 1927: dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak
memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab:
"Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia." Dan beliau juga ditanya
tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka,
maka beliau menjawab: "Mulut dan kemaluan."
Posted by Siti RahmayantiPisces at 7:09 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Vous aimerez peut-être aussi