Vous êtes sur la page 1sur 185

TUGAS AKHIR

ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU


UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING
INDUSTRI KECIL
(Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
ANDY WIJAYA
D 600 020 091
02.6.106.03064.5.091

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008

HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU
UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING
INDUSTRI KECIL

Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan studi S-1 untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hari, Tanggal : .

Disusun Oleh :
Nama

: ANDY WIJAYA

NIM

: D.600.020.091

NIRM

: 02.6.106.03064.5.091

Jurusan

: Teknik Industri

Fakultas

: Teknik

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

(Indah Pratiwi, ST.MT)

(Etika Muslimah, ST, MM, MT)

HALAMAN PENGESAHAN
ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU
UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING
INDUSTRI KECIL
Tugas Akhir ini telah dipertahankan pada Sidang Pendadaran
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh :
Nama

: ANDY WIJAYA

NIM

: D.600.020.091

NIRM

: 02.6.106.03064.5.091

Jurusan

: Teknik Industri

Fakultas

: Teknik
Surakarta,

Tim Penguji

Juli 2008

Tanda Tangan

1. Indah Pratiwi, ST.MT


(Ketua)

()

2. Etika Muslimah, ST.MM.MT


(Anggota)

()

3. Munajat Tri Nugroho, ST.MT


(Anggota)

()

4. A Kholid Al Ghofari, ST.MT


(Anggota)

()
Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik


Wakil Dekan I

Ketua Jurusan Teknik Industri

(Ir. Sri Widodo, MT)

(Munajat Tri Nugroho, ST.MT)

MOTTO

( Kahlil Gibran )

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk :


Illahi Robbi Allah SWT, Sang penguasa jagat raya yang
selama ini telah memberiku kesempatan untuk berkarya
walaupun hanya sebatas kemampuan sebagai seorang
hamba yang lemah.
Untuk

Ibunda

dan

Ayahanda

tercinta yang senantiasa menyertakan

doa, kasih sayang, dukungan dan tauladan dalam setiap


perjalanan dan langkah hidupku.
Adikku Elvica yang selalu membuat tertawa dan marah.
Om dan Tante yang selalu memberi dukungan
AD 2114 ZD She Ge Zhit Ir it yang selalu mengantarku
kemana saja.
Almameterku.

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.


Tiada kata yang pertama-tama penulis ucapkan, selain puji syukur Alhamdulillah
kepada Allah SWT atas limpahan rahmah dan hidayah-Nya serta segala nikmatNya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan untuk berkarya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai dengan yang diharapkan dengan
judul ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU
UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING .

Tugas Akhir ini ditulis guna melengkapi dan memenuhi syarat


kelulusan dalam meraih gelar sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah ikut serta
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, secara moril
maupun materiil selama penulis belajar sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini.
Untuk selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengarahan, bimbingan, dorongan serta
bantuan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir di
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta,
terutama kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Bambang Setiaji, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Surakarta.
2. Ir.

Sri

Widodo,

MT,

selaku

Dekan

Fakultas

Teknik

Universitas

Muhammadiyah Surakarta.
3. Munajat Tri Nugroho, ST.MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Indah Pratiwi, ST.MT, selaku Dosen Pembimbing I.
5. Etika Muslimah, ST.MM.MT, selaku Dosen Pembimbing II.
6. Munajat Tri Nugroho, ST.MT, A Kholid Al Ghofari, ST.MT, selaku Dosen
penguji.
7. Mila Faila Sufa, ST.MT, selaku Pembimbing Akademik.
8. Segenap staff dosen dan karyawan Teknik Industri Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang banyak membantu selama di bangku kuliah.
9. Untuk Ibunda

dan Ayahanda

tercinta yang

senantiasa memberikan bantuan materi, doa, kasih sayang, dukungan dan


tauladan dalam setiap perjalanan dan langkah hidupku.
10. Adikku

yang selalu membuat tertawa dan marah.

11. Om dan Tante yang selalu memberi dukungan.

12. Sahabatku-sahabatku
! "
#

% !
"
#

$!

! "
#'
/ "
# 0

" "
#

"
1(

"
#)

'-

!
"
#

!
"
#"

$
!
"
# &
'

! $
"
#
$
"
# &
( "
#

$
!
"
#) *"
#+ , "
#+$ % "
#
!
"
# .* !
"
#
-

"
#"

- $
!
"
#
2!
"
1" %

"
#"

" " " %!


"
#"
4

2 "&
3#

%"
#5 ' !
"
#
6

!
"
## - # # &
3! "
#,

-2
#2
0
7
8,"9
-

"
#
7
8,"
:

Semoga kita tetap terjaga dalam kebersamaan dan


Canda Tawa.
13. Teman-teman Rumahku: Mas Priyono Primbon, Mas Yanto Gepeng, Wisno
Bono, Andi Acong, Ferry Perol, Raka Kecil, Trijoko Mentec.
14. AD 2114 ZD She Ge Zhit Ir it yang selalu mengantarku kemana saja.
15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, semoga
amal usaha serta pengorbanannya mendapat balasan dari Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan. Amien.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Surakarta,

Juli 2008

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN. .....................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................

iv

MOTTO .......................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

vi

DAFTAR ISI ................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii


DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xviii
ABSTRAKSI ................................................................................................ xxi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................

1.2 Perumusan Masalah ................................................................

1.3 Batasan Masalah ......................................................................

1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................

1.6 Sistematika Penulisan .............................................................

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Ergonomi ...............................................................

2.2 Pemindahan bahan secara Manual............................................ 12


2.2.1 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material
Handling.........................................................................

15

2.2.2 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan


Musculoskeletal.............................................................

16

2.2.3 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling...... 22


2.3 Sistem Kerangka dan Otot Manusia (Musculuskeletal System).. 24
2.4 Metode Analisis Postur Kerja OWAS. ..................................... 25
2.5 Nordic Body Map..................................................................... 31
2.6 Antropometri ........................................................................... 32
2.7 Pengantar Catia........................................................................
................................................................................................ 35
2.7.1 Teori Dasar Proses Simulasi ........................................... 36
2.7.2 Simulasi Program Komputer .......................................... 36
2.8 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Obyek Penelitian ..................................................................... 41
3.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 41
3.3 Identifikasi Data ..................................................................... 42
3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data............................. 43
3.5 Kerangka Pemecahan Masalah ................................................ 51

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


4.1 Pengumpulan Data .................................................................. 52
4.2 Pengolahan Data ..................................................................... 55
4.2.1 Proses Coding Postures Rekaman Postur Kerja............. 55
4.2.1.1 Proses Pada Stasiun Perendaman..................... 55
4.2.1.2 Proses Pada Stasiun Pemasakan dan
Penyaringan .................................................... 59
4.2.1.3 Proses Pada Stasiun Pemotongan .................... 65
4.2.2 Hasil Analisis Gambar Postur Kerja Ketiga Stasiun....... 73
4.2.3 Pengkategorian Postur Kerja Menggunakan
Tabel OWAS................................................................. 74
4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Postur Kerja ....................... 87
4.2.4.1 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian
Postur Kerja.................................................... 87
4.2.4.2 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4
Yang Mempunyai Kode Sama ........................ 92
BAB V ANALISA DAN PERANCANGAN
5.1 Analisa Data ........................................................................... 93
5.2 Rekomendasi Perbaikan Postur Kerja Para Pekerja
Pembuatan Tahu ..................................................................... 95
5.2.1 Perbaikan Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun................. 96
5.2.2 Perancangan Alat Bantu Menggunakan Catia ............... 118
5.2.5.1

Data Antropometri Para Pekerja ................... 119

5.2.5.2

Konsep Perancangan...................................... 119

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................. 130
6.2 Saran ...................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Kategori tindakan kerja OWAS .................................................. 31

Tabel 3.1

Kode Postur Kerja Menurut Metode OWAS ............................... 44

Tabel 3.2

Kategori Tindakan Kerja OWAS ................................................ 46

Tabel 4.1

Data Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Kerja .............................. 53

Tabel 4.2

Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 ..................................................... 55

Tabel 4.3

Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 1 ..................................................... 56

Tabel.4.4

Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1 ..................................................... 56

Tabel 4.5

Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 ..................................................... 57

Tabel 4.6

Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 ..................................................... 57

Tabel 4.7

Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 ..................................................... 58

Tabel 4.8

Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 ..................................................... 59

Tabel 4.9

Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 ..................................................... 59

Tabel 4.10 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 2 ..................................................... 60


Tabel 4.11 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 ..................................................... 60
Tabel 4.12 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 2 ..................................................... 61
Tabel 4.13 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 ..................................................... 61
Tabel 4.14 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2 ..................................................... 62
Tabel 4.15 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 ..................................................... 62
Tabel 4.16 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 2 ..................................................... 63
Tabel 4.17 Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun 2 ..................................................... 63
Tabel 4.18 Postur 5 Aktivitas 2 Stasiun 2 ..................................................... 64

Tabel 4.19 Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun 2 ..................................................... 64


Tabel 4.20 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2 ..................................................... 65
Tabel 4.21 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3 ..................................................... 66
Tabel 4.22 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 3 ..................................................... 66
Tabel 4.23 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 ..................................................... 66
Tabel 4.24 Postur 4 Aktivitas 4 Stasiun 3 ..................................................... 67
Tabel 4.25 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 3 ..................................................... 67
Tabel 4.26 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 3 ..................................................... 67
Tabel 4.27 Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3 ..................................................... 68
Tabel 4.28 Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3 ..................................................... 68
Tabel 4.29 Postur 9 Aktivitas 1 Stasiun 3 ..................................................... 69
Tabel 4.30 Postur10 Aktivitas 1 Stasiun 3 .................................................... 69
Tabel 4.31 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 3 ..................................................... 70
Tabel 4.32 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 3 ..................................................... 70
Tabel 4.33 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3 ..................................................... 71
Tabel 4.34 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3 ..................................................... 72
Tabel 4.35 Postur 2 Aktivitas 3 Stasiun 3 ..................................................... 72
Tabel 4.36 Data hasil pengkodean postur kerja pada ketiga stasiun kerja...... 73
Tabel 4.37 Pengelompokkan antara tiap postur yang memiliki kode sama
dijadikan satu pada ketiga stasiun ............................................... 74
Tabel 4.38 Kode Postur Kerja 4151.............................................................. 75
Tabel 4.39 Kode Postur Kerja 3121.............................................................. 75
Tabel 4.40 Kode Postur Kerja 2141.............................................................. 76

Tabel 4.41 Kode Postur Kerja 4141.............................................................. 77


Tabel 4.42 Kode Postur Kerja 2142.............................................................. 77
Tabel 4.43 Kode Postur Kerja 1172.............................................................. 78
Tabel 4.44 Kode Postur Kerja 1142.............................................................. 79
Tabel 4.45 Kode Postur Kerja 3151.............................................................. 79
Tabel 4.46 Kode Postur Kerja 1231.............................................................. 80
Tabel 4.47 Kode Postur Kerja 1121.............................................................. 81
Tabel 4.48 Kode Postur Kerja 1221.............................................................. 81
Tabel 4.49 Kode Postur Kerja 2131.............................................................. 82
Tabel 4.50 Kode Postur Kerja 4131.............................................................. 83
Tabel 4.51 Kode Postur Kerja 2151.............................................................. 83
Tabel 4.52 Kode Postur Kerja 1171.............................................................. 84
Tabel 4.53 Kode Postur Kerja 2171.............................................................. 85
Tabel 4.54 Kode Postur Kerja 2221.............................................................. 85
Tabel 4.55 Rekapitulasi hasil pengkategorian postur kerja
Stasiun Perendaman.................................................................... 87
Tabel 4.56 Rekapitulasi postur kerja kategori 1 dan 2 Stasiun Perendaman .. 87
Tabel 4.57 Rekapitulasi postur kerja kategori 3 dan 4 pada
Stasiun Perendaman.................................................................... 88
Tabel 4.58 Rekapitulasi hasil pengkategorian postur kerja pada
Stasiun Pemasakan dan Penyaringan........................................... 88
Tabel 4.59 Rekapitulasi postur kerja kategori 1 dan 2
Stasiun Pemasakan dan Penyaringan........................................... 89

Tabel 4.60 Rekapitulasi postur kerja kategori 3 dan 4


Stasiun Pemasakan dan Penyaringan........................................... 89
Tabel 4.61 Rekapitulasi hasil pengkategorian postur kerja pada
Stasiun Pemotongan ................................................................... 91
Tabel 4.62 Rekapitulasi postur kerja kategori 1 dan 2
Stasiun Pemotongan ................................................................... 91
Tabel 4.63 Rekapitulasi postur kerja kategori 3 dan 4
Stasiun Pemotongan ................................................................... 91
Tabel 4.64 Rekapitulasi kategori 3 dan 4 pada kode postur kerja yang sama. 92
Tabel 5.1

Rekapitulasi postur kerja kategori 1 dan 2 pada ketiga stasiun .... 93

Tabel 5.2

Rekapitulasi postur kerja kategori 3 dan 4 pada ketiga stasiun .... 94

Tabel 5.3

Perbaikan postur kerja awal dan usulan 111................................ 96

Tabel 5.4

Perbaikan postur kerja awal dan usulan 121................................ 97

Tabel 5.5

Perbaikan postur kerja awal dan usulan 221................................ 99

Tabel 5.6

Perbaikan postur kerja awal dan usulan 321................................ 100

Tabel 5.7

Perbaikan postur kerja awal dan usulan 112................................ 101

Tabel 5.8

Perbaikan postur kerja awal dan usulan 412................................ 102

Tabel 5.9

Perbaikan postur kerja awal dan usulan 512................................ 103

Tabel 5.10 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 612................................ 104
Tabel 5.11 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 122................................ 106
Tabel 5.12 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 113................................ 107
Tabel 5.13 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 213................................ 108
Tabel 5.14 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 413................................ 109

Tabel 5.15 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 513................................ 110
Tabel 5.16 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 613................................ 111
Tabel 5.17 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 713................................ 112
Tabel 5.18 Perbaikan postur kerja awal dan usulan 813................................ 114
Tabel 5.19 Usulan perbaikan postur kerja..................................................... 115
Tabel 5.20 Rekapitulasi perancangan alat bantu untuk usulan perubahan
postur kerja................................................................................. 118
Tabel 5.21 Data antropometri pekerja........................................................... 119
Tabel 5.22 Rekapitulasi persamaan jenis usulan perancangan....................... 119
Tabel 6.1

Hasil Pengkategorian Postur Kerja.............................................. 130

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Sikap kerja yang aman bagi musculoskeletal .........................

Gambar 2.1

Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk.... 18

Gambar 2.2

Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk ................... 19

Gambar 2.3

Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan yang salah.................... 20

Gambar 2.4

Klasifikasi sikap kerja bagian punggung ............................... 26

Gambar 2.5

Klasifikasi sikap kerja bagian lengan .................................... 27

Gambar 2.6

Klasifikasi sikap kerja bagian kaki ........................................ 27

Gambar 2.7

Nordic Body Map.................................................................. 32

Gambar 3.1

Postur Sikap Kerja ................................................................ 45

Gambar 3.2

Kerangka Pemecahan Masalah.............................................. 51

Gambar 4.1

Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 ............................................... 55

Gambar 4.2

Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 1 ............................................... 55

Gambar 4.3

Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1 ............................................... 56

Gambar 4.4

Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 ............................................... 57

Gambar 4.5

Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 ............................................... 57

Gambar 4.6

Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 ............................................... 58

Gambar 4.7

Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 59

Gambar 4.8

Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 59

Gambar 4.9

Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 60

Gambar 4.10

Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 60

Gambar 4.11

Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 61

Gambar 4.12

Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 ............................................... 61

Gambar 4.13

Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 62

Gambar 4.14

Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 62

Gambar 4.15

Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 63

Gambar 4.16

Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 63

Gambar 4.17

Postur 5 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 64

Gambar 4.18

Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 64

Gambar 4.19

Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2 ............................................... 65

Gambar 4.20

Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 65

Gambar 4.21

Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 65

Gambar 4.22

Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 66

Gambar 4.23

Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 66

Gambar 4.24

Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 67

Gambar 4.25

Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 67

Gambar 4.26

Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 68

Gambar 4.27

Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 68

Gambar 4.28

Postur 9 Aktivitas 1 Stasiun 3 ............................................... 69

Gambar 4.29

Postur 10 Aktivitas 1Stasiun 3 .............................................. 69

Gambar 4.30

Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 3 ............................................... 70

Gambar 4.31

Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 3 ............................................... 70

Gambar 4.32

Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3 ............................................... 71

Gambar 4.33

Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3 ............................................... 72

Gambar 4.34

Postur 2 Aktivitas 3 Stasiun 3 ............................................... 72

Gambar 5.1

Postur kerja Awal dan Usulan 111 ........................................ 96

Gambar 5.2

Postur kerja Awal dan Usulan 121 .............................................. 97

Gambar 5.3

Postur kerja Awal dan Usulan 221 ........................................ 98

Gambar 5.4

Postur kerja Awal dan Usulan 321 ........................................ 100

Gambar 5.5

Postur kerja Awal dan Usulan 112 ........................................ 101

Gambar 5.6

Postur kerja Awal dan Usulan 412 ........................................ 102

Gambar 5.7

Postur kerja Awal dan Usulan 512 ........................................ 103

Gambar 5.8

Postur kerja Awal dan Usulan 612 ........................................ 104

Gambar 5.9

Postur kerja Awal dan Usulan 122 ........................................ 105

Gambar 5.10

Postur kerja Awal dan Usulan 113 ........................................ 107

Gambar 5.11

Postur kerja Awal dan Usulan 213 ........................................ 108

Gambar 5.12

Postur kerja Awal dan Usulan 413 ........................................ 109

Gambar 5.13

Postur kerja Awal dan Usulan 513 ........................................ 110

Gambar 5.14

Postur kerja Awal dan Usulan 613 ........................................ 111

Gambar 5.15

Postur kerja Awal dan Usulan 713 ........................................ 112

Gambar 5.16

Postur kerja Awal dan Usulan 813 ........................................ 113

Gambar 5.17

Dimensi usulan bak tempat penampungan air........................ 120

Gambar 5.18

Dimensi usulan rak pembilasan............................................. 122

Gambar 5.19

Dimensi usulan penambahan tinggi lantai ............................. 124

Gambar 5.20

Dimensi usulan rak cetakan................................................... 126

Gambar 5.21

Dimensi usulan bak pemasakan dan penyaringan .................. 128

ABSTRAKSI

Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri di Indonesia,


khususnya industri kecil, masih sangat dominan. Fleksibilitas gerakan
merupakan alasan kuat penggunaan tenaga manusia, terutama untuk kegiatan
penaganan material secara manual (Manual Material Handling). Akan tetapi
aktivitas MMH diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab penyakit tulang
belakang (Law Back Pain). Akibat dari penanganan material yang cukup
berat, posisi dan postur kerja yang tidak baik serta pengulangan pekerjaan
yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi postur
kerja yang tidak aman bagi pekerja serta merekomendasikan perancangan alat
bantu pada proses pembuatan tahu di Kartasura, Sukoharjo.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan
wawancara terhadap pekerja untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data
tersebut adalah data postur pekerja yang meliputi punggung, bagian lengan
dan kaki untuk dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode
Ovako Work Posture Analysis System (OWAS). Output yang didapat berupa
pengelompokkan sikap kerja (Action Categories) dan rekomendasi untuk
perbaikan (Recommendation for Action) yang menunjukkan apakah postur
kerja yang dilakukan sudah aman.
Hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui nilai Action
Categories yang dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada masingmasing postur kerja. Tiga stasiun kerja yang diamati yaitu stasiun
perendaman, pemasakan dan penyaringan, serta pemotongan terdapat 34
postur kerja. Dari data tersebut teridentifikasi sebanyak 11 postur kerja masuk
kategori 1 yang berarti Aman pada sistem musculoskeletal, tidak perlu
perbaikan. 7 postur masuk kategori 2 yang berarti Berbahaya pada sistem
musculoskeletal, perlu perbaikan dimasa yang akan datang. 8 postur masuk
kategori 3 yang berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu
perbaikan segera mungkin. Dan 8 postur masuk kategori 4 yang berarti
Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga.
Rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan adalah mengubah sikap kerja
pada bagian kaki dan punggung, karena pada bagian tersebut mengalami
pembebanan akibat postur kerja yang salah. Serta memberikan usulan
perancangan alat bantu.
Kata kunci: Postur kerja, OWAS, Rekomendasi perbaikan, Antropometri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam
menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah
satu bentuk peranan manusia adalah aktivitas pemindahan material secara
manual (Manual Material Handling/MMH). Penggunaan MMH yang
dominan bukanlah tanpa sebab, MMH memiliki keunggulan dalam hal
fleksibelitas yang tinggi dan murah bila dibandingkan dengan alat
transportasi (alat bantu pemindahan material) lainnya.
Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan penanganan material
menggunakan alat bantu adalah pada fleksibilitas gerakan yang dapat
dilakukan untuk beban-beban ringan. Akan tetapi aktifitas MMH dalam
pekerjaan-pekerjaan industri banyak diidentifikasi beresiko besar sebagai
penyebab penyakit tulang belakang (low back pain) akibat dari penanganan
material secara manual yang cukup berat dan posisi tubuh yang salah dalam
bekerja. Faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah beban
kerja yang berat, postur kerja yang salah dan pengulangan pekerjaan yang
tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh. Faktor-faktor yang
dapat menimbulkan adanya gangguan pada tubuh manusia jika pekerjaan
berat dilakukan secara terus menerus akan berakibat buruk pada kondisi
kesehatan pekerja terutama dalam jangka waktu panjang (Sumamur, 1995).

Dilihat dari sudut pandang ergonomis terutama dari sudut pandang


biomekanika, pemindahan material secara manual menimbulkan kecelakaan
kerja yaitu cidera pada tulang belakang, sedangkan dari sudut pandang
fisiologi Manual Material Handling (MMH) atau pemindahan material
secara manual membutuhkan energi yang cukup besar. Tetapi pemindahan
bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
menimbulkan kecelakaan dalam industri, yang disebut juga Over exertionlifting and carrying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
beban angkat yang berlebihan (Nurmianto, 1996).
Aktivitas membungkuk dan memutar didalam tempat kerja

saat

melakukan Manual Material Handling seharusnya dikurangi atau bahkan


jika memungkinkan aktivitas ini sebaiknya dihilangkan karena sikap ini
rawan yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem musculoskeletal.
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagianbagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai sangat
sakit. Apabila seseorang menerima beban statis secara berulang dan dalam
waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya
diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera
pada sistem musculoskeletal (Granjen, 1993 dan Lamasters, 1996, keduanya
dalam Purwaningsih dkk, 2006).
Salah satu prinsip perancangan sistem kerja dalam aktivitas MMH
adalah menjaga posisi pinggul dan bahu lurus atau segaris ketika melakukan

aktivitas MMH (Alexander, 1986). Hal ini untuk menjaga pembebanan pada
punggung tetap sedikit, karena jarak antar pusat beban dengan tubuh dekat
sehingga momen dihasilkan relatif kecil.

Gambar 1.1. Sikap kerja yang aman bagi musculoskeletal


(Sumber : www.ccohs.ca/oshanswers)

Terdapat beberapa metode analisis sikap kerja untuk mencegah


timbulnya gangguan musculoskeletal pada saat bekerja. Ovako Work
Posture Analysis System (OWAS) merupakan suatu metode untuk
mengevaluasi dan menganalisa sikap kerja yang tidak nyaman dan berakibat
pada cidera musculoskeletal (Karhu dkk, 1981). Bagian sikap kerja dari
pekerja yang diamati meliputi pergerakan tubuh dari bagian punggung,
bahu, tangan, dan kaki (termasuk paha, lutut, pergelangan kaki). Rapid
Upper Limb Assesment (RULA) dikembangkan untuk menginvestigasikan
lingkungan kerja yang tidak ergonomi dengan menggunakan gangguan kerja
pada bagian atas manusia (upper limb disorders) sebagai pusat pengamatan
(Corlett dan McAtamney, 1993). Selain itu masih ada Quick Exposure
Check (QEC) yang mempunyai konsep dasar mencari seberapa besar
exposure score untuk beberapa bagian tubuh punggung, leher, bahu,

pergelangan tangan dengan mempertimbangkan kombinasi antar faktor (Li,


2001).
Penelitian ini melanjutkan hasil penelitian terdahulu (Mardiyanto,
2008 dan Asmara, 2008), yakni mendapatkan data Nordic Body Map pada
sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja. Diantaranya yaitu pada
stasiun Perendaman, Pemasakan dan Penyaringan, serta Pemotongan. Dari
data tersebut dilakukan analisis menggunakan metode OWAS. Sehingga
akan dapat diketahui sikap kerja pada stasiun yang berdampak paling
berbahaya bagi para pekerja dan harus dilakukan perbaikan sedini mungkin.
Kemudian selanjutnya akan dilakukan perancangan alat bantu dengan
menggunakan Software CATIA untuk rekomendasi perbaikan sikap kerja.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah postur kerja yang aman pada pekerjaan pembuatan tahu
berdasarkan metode OWAS?
2. Bagaimanakah rekomendasi postur kerja yang aman berdasarkan
metode OWAS?
3. Bagaimana rancangan alat bantu berdasarkan data antropometri pekerja?

1.3. Batasan Masalah


Pada umumnya sebuah penelitian menghadapi lingkup wilayah
penelitian yang sangat luas. Penelitian memerlukan kejelasan luas lingkup
wilayah penelitian agar fokus dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena
itu penelitian ini membatasi masalah sebagai berikut:
1. Penelitian difokuskan pada pekerja MMH di industri kecil pembuatan
tahu yang ada di Desa Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo.
2. Variabel pengamatan adalah postur kerja yang meliputi sikap punggung,
lengan, kaki dan berat beban berdasarkan klasifikasi postur kerja OWAS.
3. Postur kerja yang diamati adalah sikap kerja pada aktivitas proses
perendaman, pemasakan dan penyaringan serta pemotongan.
4. Dalam perancangan tidak membahas aspek biaya ekonomis.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian
dan penulisan laporan ini adalah:
1. Mengidentifikasi postur kerja para pekerja manual material handling
(MMH) Industri Kecil pembuatan tahu yang ada di Desa Purwogondo,
Kartasura, Sukoharjo dengan metode OWAS.
2. Memberikan rekomendasi perbaikan kerja terhadap proses kerja yang
memiliki postur kerja yang paling berbahaya berdasarkan penilaian
metode OWAS.
3.

Mengidentifikasi rancangan alat bantu yang ergonomis bagi pekerja


MMH di industri kecil pembuatan tahu.

1.5. Manfaat Penelitian


Hasil akhir penelitian ini akan dijadikan pertimbangan dan masukan
oleh berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Pihak Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbaikan postur
kerja dengan metode OWAS melalui perancangan alat bantu.
2. Pihak Perusahaan
Hasil akhir dari penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi perusahaan
tentang sikap kerja yang beresiko cidera pada bagian musculoskeletal.
Kemudian dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan untuk
melakukan perbaikan pada postur kerja MMH yang salah sehingga
melindungi pekerja dari cidera musculoskeletal.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dalam penelitian ini,
maka Tugas Akhir ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, kemudian dilakukan
perumusan masalah, batasan masalah yang berfungsi membatasi
laporan agar tidak terlalu meluas dan menentukan secara khusus
wilayah pembahasan, tujuan yang ingin dijadikan sasaran
penelitian ini, manfaat yang diambil dari penelitian oleh
beberapa pihak tekait. Selain itu masih ada asumsi penelitian

dan sistematika penulisan yang memuat urutan penulisan dan


kandungannya secara garis besar.
BAB II

LANDASAN TEORI
Berisi penjelasan mengenai konsep dan prinsip dasar yang
diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian. Bab ini
memuat berbagai sumber literatur dari buku, jurnal, majalah,
internet, dan berbagai penelitian. Yang terdiri dari pengertian
Ergonomi, Manual Material Handling, Sistem kerangka Dan
Otot Manusia (Musculoskeletal System), Metode Analisis Postur
Kerja OWAS, Nordic Body Map, Antropometri, Pengantar Catia
serta Tinjauan Pustaka. Berbagai sumber tersebut dijadikan
landasan teori guna mendukung proses penyelesaian penelitian
dari awal sampai akhir.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang garis besar langkah-langkah pemecahan masalah
yang ditetapkan dalam penelitian. Proses penyelesaian masalah
ditunjukan melalui flowchart yang skematis dan disertai
keterangan-keterangannya. Bentuk metodologi penelitian ini
disesuaikan

dengan

masalah

yang

diteliti

serta

teknik

pemecahan masalah yang digunakan.


BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Dalam bab ini berisi tentang data-data yang diperlukan yang
selanjutnya akan diproses melalui pengolahan data untuk

menyelesaikan masalah penelitian. Adapun data-data pokok


yang dikumpulkan antara lain : data sikap kerja pekerja Manual
Material Handling (MMH), berat beban pengangkatan, data
antropometri, data historis produksi dan lain-lain.
BAB V

ANALISIS DAN PERANCANGAN


Berisi tentang analisis hasil pengolahan data dan perancangan
alat bantu yang didapat dari rekomendasi perbaikan postur kerja
menggunakan metode OWAS.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini berisi tentang kesimpulan terhadap analisis yang
dibuat dan saran-saran terhadap permasalahan yang dibahas.
Saran dapat digunakan oleh pihak perusahaan dan penelitian
selanjutnya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Ergonomi


Interaksi yang sering dilakukan dalam sistem kerja adalah interaksi
antara manusia dengan mesin. Hubungan ini sering disebut sebagai interaksi
manusia-mesin (human-machine system). Wujud dari hubungan ini dapat
berupa kombinasi satu atau lebih manusia dengan satu atau lebih komponen
fisik untuk saling berinteraksi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh
interaksi manusia-mesin adalah proses input, operasi dan hasil output yang
diinginkan.
Untuk mendapatkan sebuah sistem kerja yang baik, maka
diperlukan proses perancangan sistem kerja. Sebuah perancangan sistem
yang ideal adalah keterlibatan karakteristik manusia pada sebuah sistem
terutama interaksi manusia-mesin. Potensi yang ada pada diri manusia,
meliputi kemampuan dan keterbatasannya, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia. Konsep ini sering disebut
sebagai fitting the job to the man. Faktor-faktor terjadinya kecelakaan
kerja yang menimpa pekerja dapat dihindari, karena sejak awal perancangan
kerja telah melibatkan karakteristik manusia.
Sebuah disiplin ilmu berkembang pada awal Revolusi industri di
Eropa, yaitu ergonomi yang berupaya menganalisis sistem kerja dengan
menitik beratkan pada hubungan antara manusia dengan mesin. Istilah

ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949. Istilah ergonomi berasal


dari bahasa latin yaitu Ergon dan Nomos yaitu aturan, prinsip / kaidah
atau dapat pula didefinisikan sebagai studi tentang aspek aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, managemen dan desain atau perancangan. Ergonomi
berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja maupun lingkungan. Ergonomi
merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam
merancang suatu sistem kerja yang baik, efektif, aman dan nyaman, dengan
tujuan agar manusia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan nyaman dan
sehat.
Maksud dan tujuan disiplin ergonomi adalah mendapatkan
pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi
manusia dengan lingkungan kerja, selain itu ergonomi memiliki tujuan
untuk mengurangi tingkat kecelakaan saat bekerja dan meningkatkan
produktifitas dan efisiensi dalam suatu proses produksi. Ergonomi adalah
ilmu,

seni

dan

penerapan

teknologi

untuk

menyerasikan

dan

menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam


beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia
baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik (Tarwaka dkk, 2004).

Ada

beberapa

aspek

pendekatan

ergonomis

yang

harus

dipertimbangkan untuk melakukan pendekatan ergonomi, antara lain :


1. Sikap dan Posisi Kerja
Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi
kerja, baik duduk ataupun berdiri merupakan suatu hal yang sangat
penting. Adanya sikap atau posisi kerja yang tidak mengenakkan dan
berlangsung dalam waktu yang lama, akan mengakibatkan pekerja cepat
mengalami kelelahan serta membuat banyak kesalahan.
2. Kondisi Lingkungan Kerja
Faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja, terdiri dari faktor
yang berasal dari dalam diri manusia (intern) dan faktor dari luar diri
manusia (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi
lingkungan yang meliputi semua keadaan yang terdapat di sekitar
tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, getaran mekanis,
warna, bau-bauan dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja yang bising,
panas, bergetar atau atmosfer yang tercemar akan memberikan dampak
yang negatif terhadap kinerja operator.
3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja.
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedurprosedur untuk membuat gerakan kerja yang memenuhi prinsip-prinsip
ekonomi gerakan. Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi
gerakan dapat memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi kelelahan
kerja.

2.2

Pemindahan Bahan Secara Manual


Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan beban
dimana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, membawa, menggenggam, objek (Swedish Nasional
Board of Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk,
2006). Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American
Material Handling Society (AHMS) bahwa material handling dinyatakan
sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan
(moving), Pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan
(controlling) dari material dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto,
1996). Lifting berarti menaikkan beban dari posisi yang rendah keposisi
yang lebih tinggi yang menunjukkan / menyatakan penggunaan gaya harus
melebihi / melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan bahan secara
manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan
kecelakaan dalam industri. Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya
nyeri punggung (back injury) , adalah arah beban yang akan diangkat dan
frekuensi aktivitas pemindahan. Beberapa pertimbangan / parameter yang
harus

diperhatikan

untuk

mengurangi

timbulnya

nyeri

punggung

(Nurmianto,1996) antara lain:


1. Beban yang harus diangkat.
2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya.
3. Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya.
4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan
mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh, dan
bisa menggangu jarak pandangnya.

Batasan beban yang boleh diangkat:


1. Batasan angkat secara legal (legal limitations )
Beberapa batasan angkat secara legal dari beberapa Negara. Batasan
angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional.
(Nurmianto, 1996)
a. Pria dibawah usia 16 tahun maksimum beban angkatnya adalah 14
kilogram.
b. Pria usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban
angkatnya adalah 18 kilogram.
c. Pria usia lebih dari 18 tahun tidak ada batasan angkat
d. Wanita usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban
angkatnya adalah 11 kilogram.
e. Wanita lebih dari 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 16
kilogram.
2. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Bio mechanical
limitations).
Nilai dari analisa biomekanika adalah tentang postur atau posisi aktivitas
kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan
kriteria keselamatan kerja adalah dasar pada beban (copreesion load)
pada intervertabraldisk antara lumbar nomor lima dan schrum nomor
satu.

3. Batasan angkat secara fisiologi (Physiological limitations).


Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting)
sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah komsumsi oksigen. Hal ini
haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk
menentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktivitas yang
berulang akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang
karena akumulasi dari asam laktat yang menumpuk secara berlebihan
4. Batasan angkat secara psiko-fisik (Phycho-physical limitations ).
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk
medapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda.

Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan


sebagai berikut:
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan
beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan dengan
menggunakan mesin.
3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
2.2.1 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling
Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan
koordinasi sistem kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulang
belakang. Bila koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik akan
menimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bidang MMH. Faktor yang
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menurut (Heran, Dkk
(1999) dalam Mustolih, 2007) dibagi menjadi dua faktor yaitu:
1. Faktor Fisik (Physical Factor)
Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu, kebisingan, bahan kimia,
radiasi, gangguan penglihatan, postur kerja, gangguan sendi (gerakan
dan perpindahan berulang), getaran mesin dan alat, permukaan lantai.
2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor)
Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja,
peraturan kerja, gaji yang tidak adil, rangkap kerja, stress kerja,
konsekuensi kesalahan kerja, istirahat yang pendek dan terganggu saat
kerja.

Kedua faktor tersebut diatas berpengaruh terhadap kecelakaan


kerja pada musculoskeletal. Untuk faktor fisik (Physical Factor) yang
menjadi faktor beresiko terhadap gangguan musculoskeletal adalah postur/
sikap kerja dan gangguan sendi akibat pekerjaan yang berulang.
Sedangkan diantara faktor Psikososial yang menjadi penyebab utama
adalah rendahnya pengawasan dalam aktivitas produksi dan terbatasnya
keleluasan para pekerja.
2.2.2 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal
Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan
pekerjaan antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan dan
lain-lain. Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam
sistem kerja yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan
menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang
tidak aman. Sikap kerja yang salah, canggung dan diluar kebiasaan akan
menambah resiko cidera pada bagian muskuloskeletal (Bridger, 1995).
1. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering
dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia
akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi
berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju
tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi.
Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi oleh posisi kedua
kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul

akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan
antara anggota tubuh bagian atas dengan anggota tubuh bagian bawah.
Sikap

kerja

berdiri

memiliki

beberapa

permasalahan

sistem

muskuloskeletal. Nyeri punggung bagian bawah (low back pain)


menjadi salah satu permasalahan posisi sikap kerja bediri dengan sikap
punggung condong ke depan. Posisi berdiri yang terlalu lama akan
menyebabkan penggumpalan pembuluh darah vena, karena aliran darah
berlawanan dengan gaya gravitasi. Kejadian ini bila terjadi pada
pergelangan kaki dapat menyebabkan pembengkakan.
2. Sikap Kerja Duduk
Penelitian pada Eastman Kodak Company di New York menunjukan
bahwa 35% dari beberapa pekerja mengunjungi klinik mengeluhkan
rasa sakit pada punggung bagian bawah (Bridger, 1995). Ketika sikap
kerja duduk dilakukan, otot bagian paha semakin tertarik dan
bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan
miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar akan
mengendor. Mengendornya bagian lumbar menjadikan sisi depan
invertebratal disk tertekan dan sekelilingnya melebar atau merenggang.
Kondisi ini akan membuat rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan
menyebar pada kaki.

Gambar 2.1. Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk
(Sumber : Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))

Ketegangan saat melakukan sikap kerja duduk seharusnya dapat


dihindari dengan melakukan perancangan tempat duduk. Hasil
penelitian mengindikasikan bahwa posisi duduk tanpa memakai
sandaran akan menaikan tekanan pada invertebaratal disk sebanyak 1/3
hingga 1/2 lebih banyak daripada posisi berdiri (Kroemer Dkk, 2000).
Sikap kerja duduk pada kursi memerlukan sandaran punggung untuk
menopang punggung. Sandaran yang baik adalah sandaran punggung
yang bergerak maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar.
Sandaran tersebut juga memiliki tonjolan kedepan untuk menjaga ruang
lumbar yang sedikit menekuk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
tekanan pada bagian invertebratal disk.

3. Sikap Kerja Membungkuk


Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam
pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan
tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan rasa nyeri pada
bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dikukan secara
berulang dan periode yang cukup lama.

Gambar 2.2. Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk


(Sumber: Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))

Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh.


Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar
mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari
invertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan.
Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian
bawah. Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan slipped disks,
bila dibarengi dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama
dengan sikap kerja membungkuk, tetapi akibat tekanan yang berlebih

menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak dan penekanan


pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan oleh keluarnya material
pada invertebratal disk akibat desakan tulang belakang bagian lumbar.
4. Pengangkatan Beban
Kegiatan ini menjadi penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja
pada bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari
kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar
pula atau over exertion.

Gambar 2.3. Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan yang salah


(Sumber : Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))

Adapun pengangkatan beban akan berpengaruh pada tulang belakang


bagian lumbar. Pada wilayah ini terjadi penekanan pada bagian L5/S1
(lempeng antara lumbar ke-5 dan sacral ke-1). Penekanan pada daerah
ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebratal
disk pada L5/S1 lebih banyak menahan tekanan daripada tulang
belakang. Bila pengangkatan yang dilakukan melebihi kemampuan

tubuh manusia, maka akan terjadi disk herniation akibat lapisan


pembungkus pada invertebratal disk pada bagian L5/S1 pecah.
5. Membawa Beban
Terdapat perbedaan dalam menetukan beban normal yang dibawa oleh
manusia. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang
dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa
beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh semakin jauh akan
menurunkan batasan beban yang dibawa.
6. Kegiatan Mendorong Beban
Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tangan
pendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong
beban dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk
manghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban berat dan
menghindari kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu.
7. Menarik Beban
Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan
beban, karena beban sulit untuk dikendalikan dengan anggota tubuh.
Beban dengan mudah akan tergelincir keluar dan melukai pekerjanya.
Kesulitan yang lain adalah pengawasan beban yang dipindahkan serta
perbedaan jalur yang dilintasi. Menarik beban hanya dilakukan pada
jarak yang pendek dan bila jarak yang ditempuh lebih jauh biasanya
beban didorong ke depan.

2.2.3 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling


Pencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada bagian
musculoskeletal adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang
beresiko terhadap keselamatan kerja. Dibawah ini beberapa tindakan untuk
mengurangi resiko gangguan musculokeletal pada pekerjaan manual
material handling :
1. Perencanaan ulang pekerjaan
a. Mekanisasi
Penggunaan sistem mekanis untuk menghilangkan pekerjaan yang
berulang. Jadi dengan penggunaan peralatan mekanis mampu
menampung pekerjaan yang banyak menjadi sedikit pekerjaan.
b. Rotasi pekerjaan
Pekerja tidak hanya melakukan satu pekerjaan, namun beberapa
pekerjaan dapat dilakukan oleh pekerja tersebut. Tujuan dari langkah
ini adalah pemulihan ketegangan otot melalui beban kerja yang
berbeda-beda.
c. Perbanyakan dan pengayaan kerja
Sebuah pekerjaan sebisa mungkin tidak dilakukan dengan monoton,
melainkan dilakukan dengan beberapa variasi. Tujuan dari langkah
ini adalah untuk menghindari beban berlebih pada satu bagian otot
dan tulang pada anggota tubuh.

d. Kelompok kerja
Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu membagi beban
kerja pada otot secara merata. Hal ini disebabkan anggota kelompok
bebas melakukan pekerjaan yang dilakukan.
2. Perancangan tempat kerja
Prinsip

yang

dilaksanakan

adalah

perancangan

kerja

dengan

memperhatikan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tempat kerja


menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH
dilakukan dengan leluasa. Kondisi lingkungan seperti cahaya, suara,
lantai dan lain-lain juga perlu perhatian untuk menciptakan kondisi
kerja yang nyaman.
3. Perancangan peralatan dan perlengkapan
Perancangan

peralatan

dan

perlengkapan

yang

layak

mampu

mengurangi penggunaan tenaga yang berlebihan dalam menyelesaiakan


pekerjaan. Menyediakan pekerja dengan alat bantu dapat mengurangi
sikap kerja yang salah, sehingga menurunkan ketegangan otot.
4. Pelatihan kerja
Program ini perlu dilakukan terhadap pekerja, karena pekerja
melakukan pekerjaan sebagai kebiasaan. Pekerja harus mengetahui
mengenai pekerjaan yang berbahaya dan perlu mengetahui bagaimana
melakukan pekerjaan yang aman. Untuk melakukan kegiatan manual
material handling (MMH) dengan aman, maka dalam melaksanakan
pelatihan kerja MMH perlu memahami pedomannya. Empat prinsip

yang dipegang selama melakukan manual material handling (MMH),


menurut (Alexander,1986, didalam Mustolih, 2007) yaitu :
a. Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengan
tubuh (mencegah momen pada tulang belakang).
b. Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam posisi
segaris (mencegah gerakan berputar pada tulang belakang).
c. Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah jatuh.
d. Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulit
dan berbahaya.
2.3

Sistem kerangka Dan Otot Manusia (Musculoskeletal System)


Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa sistem koordinasi, dan
salah satunya adalah sistem otot dan kerangka (Musculoskeletal System).
Organ organ tubuh manusia yang menyusun sistem ini meliputi:
1. Tulang
Bagian ini tersusun dari jaringan yang sangat keras berfungsi sebagai
pembentuk kerangka dan pelidung dari organ dalam. Tulang dalam
sistem gerak berfungsi sebagai pembentuk gerakan pasif. Tulang juga
berperan penting dalam proses pembentukan sel-sel darah merah
dibagian sumsum.
2. Sambungan Tulang Rawan(Cartilage)
Jaringan ini berfungsi sebagai penghubung antar tulang seperti pada
setiap sambungan. Dengan adanya jaringan ini pergerakan tulang relatif
kecil, sehingga melindungi dari pergeseran tulang.

3. Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung bagian sambungan dan
menempel pada tulang pada ujungnya. Ligamen memiliki peranan
penting dalam melindungi persendiaan. Ligamen tersebut untuk
membatasi rentang gerak dari tulang yang dihubungkan.
4. Otot
otot sering disebut sebagai alat gerak aktif. Sel-sel otot menghasilkan
panas tubuh untuk menjaga kesetabilan panas tubuh akibat pengaruh dari
luar. Tendon merupakan otot panjang dengan kekuatan elastis yang
tinggi.
2.4

Metode Analisis Postur Kerja OWAS


Perkembangan OWAS dimulai pada tahun tujuh puluhan di
perusahaan Ovako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini
dikembangkan oleh Karhu dan kawan-kawannya di Laboratorium
Kesehatan Buruh Finlandia (Institute of Occupational Health). Lembaga ini
mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap gangguan kesehatan seperti
sakit pada punggung, leher, bahu, kaki, lengan dan rematik. Penelitian
tersebut memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan berat beban.
Pada kurun waktu 1977 Karhu Dkk memperkenalkan metode ini
untuk pertama kalinya. Pengenalan pertama terbatas pada aspek klasifikasi
postur kerja. Kemudian Stofert menyempurnakan metode OWAS melalui
disertasinya pada tahun 1985. Penyempurnaan ini telah memasukan aspek
evaluasi analisa secara detail.

Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung,


tangan, kaki dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi
sendiri-sendiri. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap kerja yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang menjadi
perhatian dari metode ini adalah sistem musculoskeletal manusia.
Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri empat digit,
dimana disusun secara berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki dan
berat beban yang diangkat ketika melakukan penanganan material secara
manual. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati
untuk dianalisa dan dievaluasi (Karhu, 1981) :
A. Sikap Punggung
1. Lurus
2. Membungkuk
3. Memutar atau miring kesamping
4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk kedepan dan
menyamping

Gambar 2.4. Klasifikasi sikap kerja bagian punggung

B. Sikap Lengan
1. Kedua lengan berada dibawah bahu
2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu
3. Kedua lengan pada atau diatas bahu

Gambar 2.5. Klasifikasi sikap kerja bagian lengan

C. Sikap Kaki
1. Duduk
2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus
3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus
4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk
5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk
6. Berlutut pada satu atau kedua lutut
7. Berajalan

Gambar 2.6. Klasifikasi sikap kerja bagian kaki

D. Berat Beban
1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W = 10 Kg)
2. Berat beban adalah 10 Kg 20 Kg (10 Kg < W = 20 Kg)
3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg)
Dibawah ini adalah perihal penjelasan tentang klasifikasi sikap agar
membedakan sikap masing-masing klasifikasi.
1. Sikap Punggung
Membungkuk
Penilaian sikap kerja diklasifikasikan membungkuk jika terjadi sudut
yang terbentuk pada punggung minimal sebesar 20 atau lebih.
Begitu pula sebaliknya jika perubahan sudut kurang dari 20, maka
dinilai tidak membungkuk. Adapun posisi leher dan kaki tidak
termasuk dalam penilaian batang tubuh (punggung).
2. Sikap Lengan
Yang dimaksud sebagai lengan adalah dari lengan atas sampai
tangan.
Penilaian terhadap posisi lengan yang perlu diperhatikan adalah
posisi tangan.
3. Sikap Kaki
Duduk
Pada sikap ini adalah duduk dikursi dan semacamnya.

Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus


Pada sikap ini adalah kedua kaki dalam posisi lurus / tidak bengkok
dimana beban tubuh menumpu kedua kaki.
Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus
Pada sikap ini adalah beban tubuh bertumpu pada satu kaki lurus
(menggunakan satu pusat gravitasi lurus), dan satu kaki yang lain
dalam keadaan menggantung (tidak menyentuh lantai). Dalam hal ini
kaki yang menggantung untuk menyeimbangkan tubuh dan bila jari
kaki menyentuh lantai termasuk sikap ini.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk
Pada sikap ini adalah keadaan postur setengah duduk yang telah
umum diketahui yaitu keadaan lutut ditekuk dan beban tubuh
bertumpu pada kedua kaki.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk
Pada sikap ini dalam keadaan berat tubuh bertumpu pada satu kaki
dengan lutut ditekuk (menggunakan pusat gravitasi pada satu kaki
dengan lutut ditekuk).
Berlutut pada satu atau kedua lutut
Ada sikap ini dalam keadaan satu atau kedua lutut menempel pada
lantai.
Berjalan
Pada sikap ini adalah gerakan kaki yang dilakukan termasuk gerakan
kedepan, belakang, menyamping dan naik turun tangga.

4. Berat beban
Dalam hal ini yang membedakan adalah berat beban yang diterima
dalam satuan kilogram (Kg). Berat beban yang diangkat lebih kecil atau
sama dengan 10 Kg (W = 10 Kg), lebih besar dari 10 Kg dan lebih kecil
atau sama dengan 20 Kg (10 Kg < W = 20 Kg), lebih besar dari 20 Kg
(W > 20 Kg).
Hasil dari analisa postur kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap
kerja yang berbahaya bagi para pekerja.
KATEGORI 1 : Pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem
muskuloskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada
perbaikan.
KATEGORI 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal
(postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan
yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan
datang.
KATEGORI 3 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal
(postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan
yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera
mungkin.
KATEGORI 4 : Pada

sikap

ini

sangat

berbahaya

pada

sistem

muskuloskeletal (postur kerja ini mengakibatkan resiko


yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung / saat ini
juga.

Berikut ini merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara


keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung,
lengan, kaki dan berat beban.
Tabel 2.1 Kategori tindakan kerja OWAS

Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur-postur kerja ke


dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan kode 2352,
maka postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan
dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi
sistem musculoskeletal (sikap kerja ini mengakibatkan resiko yang
jelas). Perlu perbaikan secara langsung atau saat ini.
2.5. Nordic Body Map
Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang dilakukan
dengan menganalisis peta tubuh (NBM) yang ditunjukkan pada tiap bagian
tubuh seperti yang terlihat pada gambar 2.8 Melalui NBM dapat diketahui
bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai
dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Tarwaka, 2002).

Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM) akan dapat diestimasi
jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Metode
ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada pekerja.

Gambar 2.7. Nordic Body Map

(Sumber: Corlett, 1992 dalam Tarwaka, dkk. 2004. Stastic Muscle loading and the
evaluation of posture)

2.6. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthro yang artinya manusia dan
metri yang berarti ukuran. Jadi antropometri diartikan sebagai ilmu secara
khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk
menentukan

perbedaan

pada

individu,

kelompok

dan

sebagainya.

Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang berhubungan


dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta
penerapan dari suatu data tersebut untuk penanganan masalah desain
(Nurmanto, 1996).

Dengan demikian terdapat dua cara pengukuran, yaitu :


(Sutalaksana, 1979)
a. Antropometri Statis
Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara
linier atau lurus dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil
pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan
metoda tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam
keadaan diam. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi
tubuh manusia, yaitu : (Wignjosoebroto, 1995)
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah
besar sejak awal kelahirannya sampai dengan umur 20 tahun
mengalami penyusutan sekitar umur 40 tahun.
2. Jenis Kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar
dibandingkan dengan wanita, kecuali bagian tubuh tertentu seperti
pinggul.
3. Suku Bangsa dan Etnis
Setiap suku, bangsa atau kelompok etnik akan memiliki
karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Posisi Tubuh atau Postur

Posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh standar yang


diterapkan untuk survei.
b. Antropometri Dinamis
Pengukuran antropometri dinamis berhubungan dengan
pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan
bergerak atau dalam keadaan yang mungkin terjadi bila seseorang
bekerja melakukan kegiatan-kegiatan.
Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi banyak
dilakukan melalui penyelidikan dan pembahasan, dalam penyelidikan itu
terdapat empat kelompok besar sebagai berikut (Sutalaksana, 1979).
1. Penyelidikan tentang tampilan (display)
Display merupakan suatu perangkat antara (interface) yang mampu
menyajikan

informasi

tentang

keadaan

lingkungan

dan

mengkonsumsikan pada manusia dalam bentuk tanda, angka dan


lambang.
2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalian.
Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas manusia ketika bekerja dan
kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut.
3. Penyelidikan mengenai tempat kerja
Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan
kemampuan dan kerterbatasan manusia, maka ukuran tersebut harus
sesuai dengan tubuh manusia.

4. Penyelidikan mengenai lingkungan kerja


Yang dimaksud lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan fasilitas
yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja,
yang kedua-duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.
2.7. Pengantar CATIA
Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive
Application) adalah alat bantu yang mempunyai banyak fungsi pada
CAD,CAM,dan CAE dipadu dengan model analisa rancang bangun yang
handal Integrated Design And Analysis. CATIA memiliki keistimewaan
sebagai salah satu sistem gambar 2 dimensi dan 3 dimensi.yang konsisten
mulai dari user interface, data management, data base, model yang sangat
komplit dan program aplikasi interface. CATIA mempunyai aplikasi yang
digunakan pada area industri antara lain mechanical design, analysis,
robotic, dan perancangan.
CATIA sebagai analysis tool yang berfungsi untuk analisa produk
yang ada ataupun dalam proses perancangan , mempunyai beberapa bagian
antara lain CATIA kinematic, CATIA image design, dan CATIA FEM
(Finite element modeler).
Secara

khusus

pada

CATIA

Finite

Modeler

mempunyai

kemampuan dan kegunaan dalam pre processor 3D finite element serta


membangun suatu model lengkap dengan mendiskripsikan fisik dan sifat

material, kondisi batas, dan beban. Finite Element Modeler dapat secara
cepat dan tepat dalam mendefinisikan dan merubah mesh.
2.7.1

Teori Dasar Proses Simulasi


CATIA V.5 R.15 merupakan program tiga dimensi yang
mampu membuat gambar teknik dalam perencanaan benda kerja, dengan
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan software CATIA
V.5 R.15 misalnya, perangkat lunak ini mampu untuk membuat gambar 3
dimensi, analisa perhitungan, dan simulasi pembebanan. Namun untuk
memberikan suatu efek film program ini belum mampu.
Setelah seluruh part dibuat dan di assembly. Tinggal
memberikan load serta pemberian asumsi kondisi batas sesuai /
mendekati keadaan sebenarnya maka dapat dilakukan proses komputasi
untuk mengetahui analisa struktur hasil simulasi pembebanan.

2.7.2

Spesifikasi Program Komputer


Program CATIA V.5 R.15 mempunyai spesifikasi komputer
minimal yang dapat digunakan untuk pembuatan program simulasi
adalah:
Processor AMD / Pentium IV, VGA 64 MB, RAM 256 MB, Kapasitas
hard disk 40 GB.

2.8. Tinjauan Pustaka


Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengacu pada
laporan tugas akhir dari :
1. Analisis konsumsi energi dan identifikasi kondisi postur kerja pada
proses perontokan padi menggunakan metode OWAS. 2008, oleh Rano
Andriyano, Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Subyek dari penelitian ini adalah seorang pekerja pada proses perontokan
padi dengan mesin tleser didesa jatirejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten
Boyolali. Didalam penelitian ini penulis menganalisa postur kerja
penanganan material terhadap beberapa orang karyawan dengan
menggunakan metode OWAS terhadap sikap punggung, lengan, kaki dan
beban kerja serta konsumsi energi yang dibutuhkan.
2. Analisis Postur Kerja Penanganan Material Secara Manual dengan
Pendekatan

OWAS.

2007,

oleh

Ajis

Mustoleh,

Universitas

Muhammadiyah Surakarta:
Salah satu metode penyelesaian masalah mengenai kenyamanan dan
keamanan dalam proses Manual Material Handling adalah Metode
OWAS (Ovako Work Posture Analysis System), dengan metode ini dapat
mengetahui gangguan musculusceletal atau gangguan sistem jaringan
tubuh yang meliputi punggung, lengan, dan kaki. Dengan metode ini
lebih mudah dalam penerapan dan juga sudah didukung dengan soft ware

yaitu soft ware WinOwas. Selain untuk mengetahui gangguan


musculuskeletal metode owas juga dapat dipakai sebagai alat untuk
mengelompokkan kategori / tingkat gangguan yang diderita beserta solusi
rekomendasi tindakan perbaikan . Sehingga para pekerja dapat merasakan
kenyamanan dan keamanan pun dapat terjamin dalam proses pekerjaan
Manual Material Handling.
3. Triyono, NIM : I 0300048, Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret, April 2006 Skripsi dengan judul : Analisis
Sikap Kerja Pekerja Manual Material Handling UD. Tetap Semangat
Dengan Metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System). Pada
penelitian ini berupaya mengidentifikasi dan menganalisa sikap kerja
pekerja departemen pecetakan dan pengiriman untuk mengetahui kondisi
sikap kerja pada saat ini. Adapun metode yang digunakan pda penelitian
ini adalah metode OWAS. Metode ini mengelompokkan sikap kerja
menjadi empat kategori sikap kerja dan rekomendasi perbaikan sikap
kerja.
Dari hasil penelitian ini telah mengidentifikasi sikap kerja pekerja
departemen pencetakan dengan 79% - 90% sikap kerja berada pada
kelompok

kategori

2, yaitu

signifikan

berbahaya

bagi sistem

muskuloskeletal. Pada departemen pengiriman tercatat 59% - 79% sikap


kerja berada pada kelompok kategori 1, yaitu aman terhadap terhadap
sistem muskuloskeletal. Meskipun demikian perlu dilakukan perbaikan

tempat kerja, karena masih ditemukan sikap kerja yang berbahaya bagi
sistem muskuloskeletal.
Rekomendasi yang harus dilakukan adalah mengubah sikap kerja pada
bagian tubuh kaki dan punggung. Pada bagian tubuh tersebut mengalami
pembebanan akibat sikap kerja yang membungkuk. Agar tidak terjadi
pembebanan,

maka

diusulkan

perubahan

tempat

kerja

yang

menghasilkan sikap bahu dan pinggul pada posisi sebaris.


4. Kecelakaan kerja cenderung lebih sering terjadi pada aktivitas
pemindahan beban secara manual, yaitu dapat menimbulkan resiko
cidera tulang belakang yang cukup besar sehingga lebih cepat
menimbulkan kecelakaan pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini
menganalisa kemungkinan-kemungkinan terjadi kecelakaan kerja yang
dapat menggangu kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya pada
perusahaan home industri yang masih mengandalkan manual terhadap
Manual Material Handling dalam kegiatan produksinya dan solusi
perbaikannya dengan memberikan tatakan sebagai landasan beban
sebelum diangkat (Andriyadi, 2001).
Persamaan dan Perbedaan laporan ini dengan ketiga laporan diatas:
Persamaan
Sama sama menganalisa postur kerja yang terdiri dari punggung,
lengan, kaki, dan beban kerja dengan menggunakan metode OWAS.
Langkah langkah pengolahan data dengan menggunakan metode
OWAS sebagian besar sama dengan kedua laporan diatas.

Perbedaan
Pada ketiga penelitian diatas penulis memberikan rekomendasi hanya
sebatas pada perubahan postur kerja tanpa memperhitungkan keadaan
tempat kerja. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menganalisis dan
mengevaluasi kondisi postur tubuh pekerja pada proses pembuatan
tahu, menganalisis kondisi nyata tempat kerja dan memberikan usulan
rancangan alat bantu berdasarkan data data antropometri.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada Industri kecil pembuatan tahu di
daerah, yang beralamat di Kp. Purwogondo RT. 03 RW. I, Kartasura.

3.2

Metode Pengumpulan Data


Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam melakukan penelitian, yaitu:
a. Studi Lapangan (observasi)
Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung pada obyek yang diteliti. Observasi dilakukan guna
mendapatkan data postur kerja pekerja Industri kecil pembuatan tahu
serta data umum industri tersebut yang meliputi aktivitas yang
dilakukan baik pekerja, kondisi lingkungan kerja, jalannya proses
produksi dan keluhan serta permasalahan yang dihadapi oleh pekerja.
b. Wawancara (interview)
Pengumpulan data dengan cara melakukan interaksi tanya
jawab dengan nara sumber yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan. Wawancara dilakukan pada pimpinan perusahaan dan
sejumlah karyawan guna mendapatkan data-data yang meliputi, jumlah
tenaga kerja, keluhan - keluhan yang dirasakan oleh pekerja saat
beraktivitas dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan.

c. Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan
mendokumentasikan objek permasalahan kedalam sebuah media.
Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
merekam aktivitas pekerjaan selama bekerja menggunakan kamera
perekam.
d. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang bersumber pada buku-buku
referensi, jurnal yang diperoleh dari media cetak maupun media internet
yang relevan dengan obyek yang diteliti.
3.3

Identifikasi Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari tempat yang dijadikan sebagai
objek penelitian. Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi:
1.

Data postur kerja pekerja untuk mengetahui klasifikasi postur kerja


berdasarkan metode OWAS.

2. Data dari keluhan pekerja (Nordic Body Map) pada aktivitas proses
perendaman, pemasakan dan penyaringan serta pemotongan.
(Mardiyanto,2008 dan Asmara,2008)
3. Data antropometri, diperlukan apabila terdapat postur kerja yang
berbahaya

menurut

direkomendasikan

klasifikasi

dengan

OWAS

mengubah

yang
postur

tidak
kerja.

bisa
Data

antropometri diperlukan untuk merancang alat bantu kerja yang


lebih baik.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan yang ada hubungannya
dengan obyek penelitian yang dilakukan. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:
1. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan cara merekam postur - postur
kerja pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja.
2. Studi pustaka
Sumber data yang berasal dari buku-buku referensi yang relevan dan
mendukung dengan obyek penelitian.
3. Media internet
Sumber data yang berasal dari media internet yang berupa jurnal
maupun artikel yang mendukung dengan obyek penelitian.
3.4

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data


A.

Pengolahan data dengan metode OWAS.


1. Proses Coding Postures
Proses Coding Postures adalah proses menterjemahkan postur
kerja dari hasil perekaman sesuai dengan postur kerja menurut
kode empat digit. Kode tersebut meliputi postur tubuh bagian
punggung, lengan, kaki dan berat beban. Berikut kode postur
kerja menurut metode OWAS

Tabel 3.1. Kode Postur Kerja Menurut Metode OWAS


Punggung
Kode Postur Punggung
1

Lurus

Bungkuk kedepan atau kebelakang

Memutar atau miring ke samping

Bungkuk dan memutar atau bungkuk kedepan dan menyamping


Lengan

Kode Postur Tangan


1

Kedua lengan berada di bawah bahu

Satu lengan berada pada atau di atas bahu

Kedua lengan berada pada atau di atas bahu


Kaki

Kode Postur Kaki


1

Duduk

Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus

Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus

Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk

Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk

Berlutut pada satu atau kedua lutut

Berjalan
Beban Kerja

Kode Berat Beban


1

W 10 Kg

10 Kg < W 20 Kg

W > 20 Kg

Gambar 3.1 Postur Sikap Kerja

Seorang pekerja memiliki postur kerja dengan kode OWAS 2151


seperti gambar diatas memiliki penjelasan sebagai berikut:
Postur punggung

: Kode OWAS 2; Bungkuk ke depan atau ke


belakang.

Postur lengan

: Kode OWAS 1; Kedua lengan berada


dibawah bahu.

Postur kaki

: Kode OWAS 5; Berdiri bertumpu pada


satu kaki dengan posisi lutut ditekuk.

Beban kerja

: Kode OWAS 1; W

10 Kg

2. Pengolahan Data
Proses selanjutnya setelah dilakukan pengkodean yaitu proses
pengolahan data. Hasil dari tahap pengkodean postur kerja yang
berupa kode postur kerja dimasukkan kedalam tabel OWAS

Tabel 3.2 Kategori Tindakan Kerja OWAS

Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur-postur kerja


ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan
kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur kerja dengan
kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada
sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini
mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara
langsung atau saat ini.
B.

Pengukuran data antropometri


Antropometri

adalah

suatu

komponen

data

numerik

yang

berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk


dan kekuatan serta penerapan dari suatu data tersebut untuk
penanganan masalah desain (Nurmanto, 1996).

Dengan demikian terdapat dua cara pengukuran, yaitu : (Sutalaksana,


1979)
c. Antropometri Statis
Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linier
atau lurus dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil
pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan
dengan metoda tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh
harus dalam keadaan diam. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dimensi tubuh manusia, yaitu : (Wignjosoebroto,
1995)
Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan
bertambah besar sejak awal kelahirannya sampai dengan umur
20 tahun mengalami penyusutan sekitar umur 40 tahun.
Jenis Kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar
dibandingkan dengan wanita, kecuali bagian tubuh tertentu
seperti pinggul.
Suku Bangsa dan Etnis
Setiap suku, bangsa atau kelompok etnik akan memiliki
karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Posisi Tubuh atau Postur


Posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh standar
yang diterapkan untuk survei.
d. Antropometri Dinamis
Pengukuran antropometri dinamis berhubungan dengan
pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan
bergerak atau dalam keadaan yang mungkin terjadi bila seseorang
bekerja melakukan kegiatan-kegiatan. Salah satu usaha untuk
mendapatkan informasi banyak dilakukan melalui penyelidikan
dan pembahasan, dalam penyelidikan itu terdapat empat kelompok
besar sebagai berikut (Sutalaksana, 1979).
Penyelidikan tentang tampilan (display)
Display merupakan suatu perangkat antara (interface) yang
mampu menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan
mengkonsumsikan pada manusia dalam bentuk tanda, angka
dan lambang.
Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses
pengendalian. Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas manusia
ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari
setiap aktifitas tersebut.

Penyelidikan mengenai tempat kerja


Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai
dengan kemampuan dan kerterbatasan manusia, maka ukuran
tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia.
Penyelidikan mengenai lingkungan kerja
Yang dimaksud lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan
fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi
lingkungan kerja, yang kedua-duanya banyak mempengaruhi
tingkah laku manusia.
C.

Perancangan alat bantu menggunakan Software CATIA


Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive
Application) adalah alat bantu yang mempunyai banyak fungsi pada
CAD,CAM,dan CAE dipadu dengan model analisa rancang bangun
yang handal Integrated Design And Analysis. CATIA memiliki
keistimewaan sebagai salah satu sistem gambar 2 dimensi dan 3
dimensi.yang konsisten mulai dari user interface, data management,
data base, model yang sangat komplit dan program aplikasi interface.
CATIA mempunyai aplikasi yang digunakan pada area industri antara
lain mechanical design, analysis, robotic, dan perancangan. CATIA
sebagai analysis tool yang berfungsi untuk analisa produk yang ada
ataupun dalam proses perancangan , mempunyai beberapa bagian
antara lain CATIA kinematic, CATIA image design, dan CATIA
FEM (Finite element modeler). Secara khusus pada CATIA Finite

Modeler mempunyai kemampuan dan kegunaan dalam pre processor


3D finite element serta membangun suatu model lengkap dengan
mendiskripsikan fisik dan sifat material, kondisi batas, dan beban.
Finite Element Modeler dapat secara cepat dan tepat dalam
mendefinisikan dan merubah mesh.
D.

Analisa
Pada tahap ini dilakukan dengan menganalisis semua hasil yang
diperoleh pada tahap pengolahan data. Data yang dianalisis berasal
dari output sofware WinOWAS. Analisa dilakukan terhadap setiap
pekerja yang salah dan rawan cidera musculoskeletal. Berdasarkan
pengumpulan dan pengolahan data, telah didapat adanya perbaikan
perubahan cara kerja metode awal dengan metode perbaikan. Hal ini
dimaksudkan untuk mencapai efisiensi waktu penyelesaian kerja dan
kenyamanan dalam bekerja.

3.5

Kerangka pemecahan masalah

Mulai

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah dan Tujuan


penelitian

Studi Pustaka

Pengumpulan data
Data Nordic Body Map (Data Sekunder)
Data berat beban

Pengolahan data dengan metode


OWAS

Data Antropometri

Penentuan Kategori

Kategori 1 dan 2

Penentuan Persentil
Tidak

Penentuan Dimensi Alat Bantu

Ya

Analisis Data

Perancangan Alat Bantu


Menggunakan Software Catia

Rekomendasi/Usulan
Perbaikan
Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1

Pengumpulan Data
Subyek penelitian ini adalah pekerja yang melakukan
aktivitas secara manual di lantai produksi pembuatan tahu pada industri
kecil pembuatan tahu di Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo. Penentuan
sampel diambil dari penelitian terdahulu (Mardiyanto, 2008 dan Asmara,
2008) berdasarkan hasil keluhan atau gangguan terbanyak dari kuesioner
Nordic Body Map yang dirasakan pekerja selama 3 bulan terakhir. Hasil
kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:
1. Stasiun Perendaman sebanyak 49
2. Stasiun Penggilingan sebanyak 37
3. Stasiun pemasakan dan Penyaringan sebanyak 51
4. Stasiun Pencetakan sebanyak 39
5. Stasiun Pemotongan sebanyak 49
Dari data diatas, maka sampel yang digunakan postur atau sikap kerja
adalah stasiun perendaman sebanyak 49, stasiun pemasakan dan
penyaringan sebanyak 51 serta stasiun pemotongan sebanyak 49.
Penelitian diawali dengan memberi penjelasan kepada
pekerja mengenai maksud, tujuan dan cara melakukan pengambilan data,
dimana pekerja yang diamati dalam penelitian ini ditugaskan untuk

melakukan pekerjaan secara normal (berdasarkan pekerjaan yang biasa


dilakukan).
Ketika pekerja melakukan aktivitas penanganan material
secara manual pada pekerjaannya, aktivitas kerja dari 3 stasiun tersebut
direkam dengan menggunakan kamera digital. Bila terjadi perulangan
gerakan maka proses merekam bisa dihentikan dan dapat dilanjutkan ke
aktivitas kerja selanjutnya. Aktivitas pekerja diamati untuk mengetahui
berbagai macam postur kerja menurut perubahannya dari awal hingga
akhir pekerjaannya.
Dari ketiga stasiun tersebut, data yang diperoleh berupa
rekaman video yang dipotong-potong dijadikan foto atau gambar postur
kerja. Penjelasan gambar postur kerja ketiga stasiun dapat dilihat pada
tabel 4.1
No

Tabel 4.1 Data Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Kerja


Nama Stasiun
Aktivitas
1. Penuangan air untuk pembilasan

Stasiun Perendaman
2. Penuangan setelah pembilasan ke dalam ember

Stasiun Pemasakan dan


Penyaringan
1. Membawa hasil penggilingan ke stasiun
pemasakan
2. Penyaringan hasil pemasakan

Postur
1
2
3
1
2
3
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6

1. Penuangan untuk dilakukan pencetakan


3

Stasiun Pemotongan

2. Memotong tahu yang telah dicetak


3. Memasukkan tahu yang telah dipotong ke
ember
Jumlah Postur Kerja

Daftar data berat beban dalam aktivitas kerja

1 Ember kedelai kering

: 6 Kg

1 Ember kedelai basah

: 7 Kg

1 Ember kedelai setelah digiling

: 12 Kg

1 Ember air

: 5 Kg

1 Serok kosong

: 1 Kg

1 Serok kedelai hasil masakan

: 2 Kg

1 Serok Ampas penyaringan

: 7 Kg

7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
1
2
34

4.2

Pengolahan Data

4.2.1 Proses Coding Postures Rekaman Postur kerja


Proses Coding Postures adalah proses menterjemahkan postur
kerja dari hasil perekaman sesuai dengan postur kerja menurut kode empat
digit. Kode tersebut meliputi postur tubuh bagian punggung, lengan, kaki
dan berat beban.
4.2.1.1

Proses Pada Stasiun Perendaman


1. Penuangan Air Untuk Pembilasan

Gambar 4.1 Postur 1


Aktivitas 1 Stasiun 1

Gambar 4.2 Postur 2


Aktivitas 1 Stasiun 1

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP

Tabel 4.2 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1


KODE
KETERANGAN

Punggung

Lengan
Kaki
Berat Beban

1
5
1

Bungkuk dan memutar atau bungkuk kedepan dan


menyamping.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

SIKAP

KODE

Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

3
1
2
1

Tabel 4.3 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 1


KETERANGAN
Memutar atau miring kesamping
Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

Gambar 4.3 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.4 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1


KODE
KETERANGAN
3
1
2
1

Memutar atau miring kesamping


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

2. Penuangan Kedelai Setelah Dibilas ke Dalam Ember

Gambar 4.4 Postur 1


Aktivitas 2 Stasiun 1

Gambar 4.5 Postur 2


Aktivitas 2 Stasiun 1

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.5 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1


KODE
KETERANGAN
2
1
4
1

Bungkuk kedepan atau kebelakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk.
Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

Tabel 4.6 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1


SIKAP

KODE

Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

4
1
4
1

KETERANGAN
Bungkuk kedepan dan menyamping.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk
Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

Gambar 4.6 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.7 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1


KODE
KETERANGAN
4
1
5
1

Bungkuk kedepan dan menyamping.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

4.2.1.2

Proses Pada Stasiun Pemasakan dan Penyaringan


1. Membawa Hasil Penggilingan Ke Stasiun Pemasakan

Gambar 4.7 Postur 1


Aktivitas 1 Stasiun 2

Gambar 4.8 Postur 2


Aktivitas 1 Stasiun 2

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.8 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
2
1
4
2

Bungkuk kedepan atau kebelakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

Tabel 4.9 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
1
1
7
2

Lurus.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berjalan.
Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

Gambar 4.9 Postur 3


Aktivitas 1 Stasiun 2

Gambar 4.10 Postur 4


Aktivitas 1 Stasiun 2

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.10 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
1
1
4
2

Lurus.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk.
Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

Tabel 4.11 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
2
1
4
2

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk.
Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

Gambar 4.11 Postur 5


Aktivitas 1 Stasiun 2

Gambar 4.12 Postur 6


Aktivitas 1 Stasiun 2

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban
SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.12 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
2
1
4
2

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk.
Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

Tabel 4.13 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
4
1
4
2

Bungkuk kedepan dan menyamping.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk.
Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

2. Penyaringan Hasil Pemasakan

Gambar 4.13 Postur 1


Aktivitas 2 Stasiun 2

Gambar 4.14 Postur 2


Aktivitas 2 Stasiun 2

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.14 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
3
1
5
1

Memutar atau miring kesamping.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.15 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
1
2
3
1

Lurus.
Satu lengan berada pada atau diatas bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Gambar 4.15 Postur 3


Aktivitas 2 Stasiun 2

Gambar 4.16 Postur 4


Aktivitas 2 Stasiun 2

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.16 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
1
2
3
1

Lurus.
Satu lengan berada pada atau diatas bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.17 Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
1
1
2
1

Lurus.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Gambar 4.17 Postur 5


Aktivitas 2 Stasiun 2

Gambar 4.18 Postur 6


Aktivitas 2 Stasiun 2

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban
SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.18 Postur 5 Aktivitas 2 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
2
1
2
1

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan berada di bawah bahu
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.19 Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun 2


KODE
KETERANGAN
1
2
2
1

lurus.
Satu lengan berada pada atau di atas bahu
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Gambar 4.19 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


Tabel 4.20 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2
KODE
KETERANGAN

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

4.2.1.3

2
1
3
1

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan berada di bawah bahu
Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Proses Pada Stasiun Pemotongan


1. Penuangan Untuk Dilakukan Pencetakan

Gambar 4.20 Postur 1


Aktivitas 1 Stasiun 3

Gambar 4.21 Postur 2


Aktivitas 1 Stasiun 3

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.21 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
3
1
5
1

Memutar atau miring ke samping.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.22 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
2
1
4
1

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Gambar 4.22 Postur 3


Aktivitas 1 Stasiun 3

Gambar 4.23 Postur 4


Aktivitas 1 Stasiun 3

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.23 Kode Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
4
1
3
1

Bungkuk kedepan dan menyamping.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada salah satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.24 Kode Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
3
1
5
1

Memutar atau miring kesamping.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Gambar 4.24 Postur 5


Aktivitas 1 Stasiun 3

Gambar 4.25 Postur 6


Aktivitas 1 Stasiun 3

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP

Tabel 4.25 Kode Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
4
1
5
1

Bungkuk kedepan dan menyamping.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.26 Kode Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN

Punggung
Lengan
Kaki

2
1
5

Berat Beban

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut
ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Gambar 4.26 Postur 7


Aktivitas 1 Stasiun 3

Gambar 4.27 Postur 8


Aktivitas 1 Stasiun 3

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP

Tabel 4.27 Kode Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN

Punggung
Lengan
Kaki

2
1
5

Berat Beban

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut
ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.28 Kode Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3


SIKAP

KODE

Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

2
1
5
1

KETERANGAN
Bungkuk kedepan atau belakang.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Gambar 4.28 Postur 9


Aktivitas 1 Stasiun 3

Gambar 4.29 Postur 10


Aktivitas 1 Stasiun 3

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP

Tabel 4.29 Kode Postur 9 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN

Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP

1
1
7
1

Lurus.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berjalan.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.30 Kode Postur 10 Aktivitas 1 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN

Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

2
1
7
1

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

2. Memotong Tahu Yang Telah Dicetak

Gambar 4.30 Postur 1


Aktivitas 2 Stasiun 3

Gambar 4.31 Postur 2


Aktivitas 2 Stasiun 3

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.31 Kode Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
2
2
2
1

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.32 Kode Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
2
2
2
1

Bungkuk kedepan atau belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Gambar 4.32 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.33 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
1
2
2
1

Lurus.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

3. Memasukkan Tahu Setelah Dipotong Ke Dalam Ember

Gambar 4.33 Postur 1


Aktivitas 3 Stasiun 3

Gambar 4.34 Postur 2


Aktivitas 3 Stasiun 3

Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS


SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

SIKAP
Punggung
Lengan
Kaki
Berat Beban

Tabel 4.34 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
2
2
2
1

Bungkuk kedepan atau ke belakang.


Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

Tabel 4.35 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3


KODE
KETERANGAN
1
2
2
1

Lurus.
Kedua lengan di bawah bahu.
Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

4.2.2 Hasil Analisis Gambar Postur Kerja Ketiga Stasiun


No

Tabel 4.36 Data Hasil Pengkodean Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Kerja
Nama Stasiun
Aktivitas
Postur
1
1. Penuangan air untuk pembilasan
2
3
Stasiun Perendaman
1
2. Penuangan setelah pembilasan ke dalam
2
ember
3
1
2
1. Membawa hasil penggilingan ke stasiun
3
pemasakan
4
5
6
Stasiun Pemasakan dan
1
Penyaringan
2
3
2. Penyaringan hasil pemasakan
4
5
6
7
1
2
3
4
5
1. Penuangan untuk dilakukan pencetakan
6
7
Stasiun Pemotongan
8
9
10
1
2. Memotong tahu yang telah dicetak
2
3
1
3. Memasukkan tahu yang telah dipotong ke
ember
2

Kode
4151
3121
3121
2141
4141
4151
2142
1172
1142
2142
2142
4142
3151
1231
1231
1121
2121
1221
2131
3151
2141
4131
3151
4151
2151
2151
2151
1171
2171
2221
2221
1221
2221
1221

Tabel 4.37 Pengelompokan antara tiap postur yang memiliki kode sama
dijadikan satu pada ketiga Stasiun
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Kode
4151
3121
2141
4141
2142
4142
1172
1142
3151
1231
1121
2121
1221
2131
4131
2151
1171
2171
2221
Jumlah

Jumlah
3
2
2
1
1
1
1
3
3
2
1
1
3
1
1
3
1
1
3
34

4.2.3 Pengkategorian Postur Kerja Menggunakan Tabel OWAS


Setelah didapatkan hasil pengkodean dari tiap- tiap postur kegiatan
pada ketiga Stasiun, maka dilanjutkan penentuan kategori dengan cara
Tabel OWAS. Tiap-tiap postur kegiatan yang memiliki kode yang sama,
tabel hanya ditampilkan salah satu saja. Adapun tabel yang didapat yakni:

Kode: 4151
Tabel 4.38 Kode Postur Kerja 4151
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.38 di atas menunjukkan angka (4), yang berarti bahwa
kode 4151 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 4 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja ini
mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini
juga.
Kode: 3121
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

Tabel 4.39 Kode Postur Kerja 3121


1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.39 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa
kode 3121 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu
sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem
Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.
Kode: 2141
Tabel 4.40 Kode Postur Kerja 2141
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Dari tabel 4.40 di atas menunjukkan angka (3), yang berarti bahwa
kode 2141 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 3 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu
perbaikan segera mungkin.

Legs
Load

Kode: 4141
Tabel 4.41 Kode Postur Kerja 4141
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.41 di atas menunjukkan angka (4), yang berarti bahwa
kode 4141 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 4 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja ini
mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini
juga.
Kode: 2142
Tabel 4.42 Kode Postur Kerja 2142
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.42 di atas menunjukkan angka (3), yang berarti bahwa
kode 2142 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 3 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu
perbaikan segera mungkin.
Kode: 1172
Tabel 4.43 Kode Postur Kerja 1172
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Dari tabel 4.43 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa
kode 1172 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu
sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem
Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.

Legs
Load

Kode: 1142
Tabel 4.44 Kode Postur Kerja 1142
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.44 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa
kode 1142 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan
dimasa yang akan datang.
Kode: 3151
Tabel 4.45 Kode Postur Kerja 3151
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.45 di atas menunjukkan angka (4), yang berarti bahwa
kode 3151 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 4 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja ini
mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini
juga.
Kode: 1231
Tabel 4.46 Kode Postur Kerja 1231
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Dari tabel 4.46 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa
kode 1231 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu
sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem
Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.

Legs
Load

Kode: 1121
Tabel 4.47 Kode Postur Kerja 1121
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.47 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa
kode 1121 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu
sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem
Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.
Kode: 1221
Tabel 4.48 Kode Postur Kerja 1221
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.48 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa
kode 1221 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu
sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem
Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.
Kode: 2131
Tabel 4.49 Kode Postur Kerja 2131
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Dari tabel 4.49 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa
kode 2131 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan
dimasa yang akan datang.

Legs
Load

Kode: 4131
Tabel 4.50 Kode Postur Kerja 4131
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.50 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa
kode 4131 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan
dimasa yang akan datang.
Kode: 2151
Tabel 4.51 Kode Postur Kerja 2151
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.51 di atas menunjukkan angka (3), yang berarti bahwa
kode 2151 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 3 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu
perbaikan segera mungkin.
Kode: 1171
Tabel 4.52 Kode Postur Kerja 1171
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Dari tabel 4.52 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa
kode 1171 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu
sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem
Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.

Legs
Load

Kode: 2171
Tabel 4.53 Kode Postur Kerja 2171
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.53 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa
kode 2171 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan
dimasa yang akan datang.
Kode: 2221
Tabel 4.54 Kode Postur Kerja 2221
Back
1

Arms
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1
1
1
1
2
2
3
1
2
2
2
3
4

1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4

3
1
1
1
3
3
4
1
3
3
3
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

3
2
1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

3
1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4

4
2
2
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4

3
2
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4

1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

5
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

3
2
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

6
2
1
1
1
2
3
4
1
3
4
4
4
4

3
1
1
1
2
4
4
1
3
4
4
4
4

1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

7
2
1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

3
1
1
2
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Legs
Load

Dari tabel 4.54 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa
kode 2221 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada
sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan
dimasa yang akan datang.

4.2.1

Rekapitulasi Hasil Analisis Postur Kerja

4.2.4.1

Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja


1. Pada Stasiun Perendaman
Aktivitas

1. Penuangan air untuk pembilasan

2. Penuangan setelah pembilasan ke


dalam ember

No
1
2

Aktivitas
Penuangan air untuk
pembilasan
Penuangan air untuk
pembilasan

Postur

Tabel 4.55 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja


Kode

Kategori

4151

3121

3121

2141

4141

4151

Postur

Kode

Kategori

3121

3121

Keterangan
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua
kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada
kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg

Tabel 4.56 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2

Keterangan
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg

No
1

Aktivitas
Penuangan air untuk
pembilasan

2
3

Penuangan setelah pembilasan


ke dalam ember

Tabel 4.57 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4

Postur

Kode

Kategori

4151

2141

4141

4151

Keterangan
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg

pada
pada
pada
pada

2. Pada Stasiun Pemasakan dan Penyaringan


No

Aktivitas

Membawa hasil penggilingan ke


stasiun pemasakan

Penyaringan hasil pemasakan

Tabel 4.58 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja

Postur

Kode

Kategori

2142

1172

1142

2142

2142

4142

3151

1231

1231

Keterangan
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu paa kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki
lurus, W 10 Kg

No
1

Aktivitas

1121

2121

1221

2131

Tabel 4.59 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2


Postur Kode Kategori
2

1172

1142

1231

1231

1121

2121

1221

2131

5
6

Membawa hasil penggilingan ke


stasiun pemasakan

Penyaringan hasil pemasakan

Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10
Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki lurus, W 10 Kg

Keterangan

Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, 10 Kg < W 20 Kg


Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10
Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki lurus, W 10 Kg

No

Aktivitas

1
2
3

Membawa hasil penggilingan ke


stasiun pemasakan

4
5

Penyaringan hasil pemasakan

Tabel 4.60 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4

Postur

Kode

Kategori

2142

2142

2142

4142

3151

Keterangan
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg
Punggung memutar atau miring ke samping,, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg

3. Pada Stasiun Pemotongan


No
1

Aktivitas
Penuangan untuk dilakukan
pencetakan

Postur

Tabel 4.61 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur


Kode

Kategori

3151

2141

4131

3151

4151

2151

2151

Keterangan
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki lurus, W 10 Kg
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg

No
1
2
3

Memotong tahu yang telah dicetak

Memasukkan tahu yang telah


dipotong ke ember

Aktivitas
Penuangan untuk dilakukan
pencetakan

4
5

Memotong tahu yang telah dicetak

6
7
8

Memasukkan tahu yang telah


dipotong ke ember

2151

9
10

1171
2171

1
2

2221

2221

1221

2221

1221

Postur

Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri
bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri
bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri
bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg

Tabel 4.62 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2


Kode

Kategori

4131

9
10

1171
2171

1
2

2221

2221

1221

2221

1221

Keterangan
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri
bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri
bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg,
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri
bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg
Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus, W 10 Kg,

No

Aktivitas

Postur

Tabel 4.63 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4


Kode

Kategori

2141

3151

4151

2151

2151

2151

3
4

4.2.4.2

Penuangan untuk dilakukan


pencetakan

Keterangan
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg

Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 Yang Mempunyai Kode Sama


Tabel 4.64 Rekapitulasi Kategori 3 dan 4 pada Kode Postur Kerja Yang Sama
No
1
2
3
4
5
6
7

Kode
4151
2141
4141
2142
4142
3151
2151

Kategori
4
3
4
3
4
4
3

Jumlah

Jumlah
3
2
1
3
1
3
3
16

BAB V
ANALISIS DAN PERANCANGAN

5.1

Analisis Data
Kategori postur kerja merupakan hasil dari pengolahan data,
dimana inputnya berupa postur-postur kerja para pekerja pembuatan
tahu. Postur kerja dikategorikan menurut tingkat resiko terhadap sistem
muskuloskeletal. Setiap tingkat resiko akan diberikan tindakan perbaikan
sesuai

dengan

seberapa

pengaruhnya

terhadap

gangguan

muskuloskeletal. Dari hasil pengolahan data telah didapat kategori postur


tubuh yang perlu diperbaiki sesuai metode OWAS.
Adapun kategori-kategori postur kerja

sesuai dengan

pengolahan data dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:


Tabel 5.1 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2 Pada Ketiga Stasiun

No

Nama Stasiuan

Aktivitas

Stasiun Perendaman

Penuangan air untuk pembilasan


Membawa hasil penggilingan ke stasiun
pemasakan

Stasiun Penyaringan
dan Pemasakan

Penyaringan hasil pemasakan

Penuangan untuk dilakukan pencetakan


3

Stasiun Pemotongan

Memotong tahu yang telah dicetak


Memasukkan tahu yang telah dipotong ke
ember

Postur
2
3
2
3
2
3
4
5
6
7
3
9
10
1
2
3
1
2

Kode
3121
3121
1172
1142
1231
1231
1121
2121
1221
2131
4131
1171
2171
2221
2221
1221
2221
1221

Kategori
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1

Dari tabel 5.1 di atas terdapat 11 postur kerja yang tergolong


kategori 1 yang berarti Aman pada sistem musculoskeletal, tidak perlu
perbaikan. Serta 7 postur kerja yang tergolong dalam kategori 2, yang
berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan dimasa
yang akan datang.
No
1

Tabel 5.2 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 Pada Ketiga Stasiun
Nama Stasiuan
Aktivitas
Postur Kode
Penuangan air untuk pembilasan
1
4151
Stasiun Perendaman
1
2141
Penuangan setelah pembilasan kedalam
2
4141
ember
3
4151
1
2142
Membawa hasil penggilingan ke stasiun
4
2142
Stasiun Penyaringan
pemasakan
5
2142
dan Pemasakan
6
4142
Penyaringan hasil pemasakan
1
3151
1
3151
2
2141
4
3151
Stasiun Pemotongan
Penuangan untuk dilakukan pencetakan
5
4151
6
2151
7
2151
8
2151

Kategori
4
3
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3

Dari tabel 5.2 di atas terdapat 8 postur kerja yang tergolong pada
kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu
perbaikan segera mungkin. Serta 8 postur kerja yang tergolong dalam
kategori 4, yang berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu
perbaikan saat ini juga.

5.2

Rekomendasi Perbaikan Postur Kerja Para Pekerja Pembuatan


Tahu
Telah diketahui bahwa para pekerja di Industri Kecil
Pembuatan Tahu dalam melakukan aktivitas masih beresiko terhadap
gangguan musculoskeletal. Keadaan ini memerlukan perbaikan postur
kerja

untuk

mengurangi

atau

menghilangkan

resiko

gangguan

musculoskeletal. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi tempat


kerja yang aman dan terhindar dari resiko kecelakaan kerja. Hasil
pengolahan data postur kerja Metode OWAS telah merekomendasikan
segmen-segmen dari postur kerja untuk dilakukan perbaikan. Anggota
tubuh yang direkomendasikan adalah postur punggung, lengan dan kaki.
Pada bagian berat beban pengangkatan dikategorikan dalam kelompok
aman

terhadap

sistem

musculoskeletal.

Rekomendasi

perbaikan

(Recommendation For Action) dikategorikan menurut tingkat resiko


terhadap musculoskeletal. Setiap rekomendasi perbaikan akan diberikan
tindakan sesuai dengan seberapa besar pengaruhnya terhadap gangguan
musculoskeletal.

5.2.1

Perbaikan Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun


1. Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 1

Gambar 5.1 Postur kerja Awal dan Usulan 111


Nama Stasiun

Stasiun
Perendaman

Tabel 5.3 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 111


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 4151
Kode 1221
Punggung bungkuk ke depan Punggung lurus
dan menyamping
Berdiri bertumpu dengan
Kaki berdiri bertumpu pada
kedua kaki lurus
Penuangan air untuk
satu kaki dengan lutut
Tempat penampungan air
pembilasan
ditekuk
berada di atas, sehingga
Tempat penampungan air
dalam pengambilan air
hanya dengan membuka
menggunakan drum
kran
Kategori 4
Kategori 1

Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu
dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah tempat penampungan air, semula
drum kemudian diganti dengan bak yang posisinya ditempatkan di
atas yang diberi kran. Agar mudah dalam pengambilan air, yakni

dengan membuka kran. Sehingga postur punggung menjadi lurus


serta postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Dengan perubahan ini gangguan muskuloskeletal terutama pada
bagian punggung dan pinggang dapat diminimalkan, karena
punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi
pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan
perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4151
kategori 4 menjadi kode OWAS 1221 kategori 1.
2. Postur 1, Aktivitas 2, Stasiun 1

Gambar 5.2 Postur kerja Awal dan Usulan 121


Nama Stasiun

Stasiun
Perendaman

Tabel 5.4 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 121


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 2141
Kode 1121
Punggung bungkuk ke
Punggung lurus
depan atau belakang
Berdiri bertumpu dengan
Kaki berdiri bertumpu
kedua kaki lurus
Penuangan ke dalam
ember setelah
pada kedua kaki dengan Beban berada di atas rak
pembilasan
lutut ditekuk
Kategori 1
Beban berapa di atas
lantai
Kategori 3

Kode OWAS 2141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah beban, semula diatas lantai pada
saat awal pengangkatannya menjadi di atas rak setinggi lutut.
Sehingga postur punggung menjadi lurus dan kaki berdiri bertumpu
pada

kedua

kaki

musculoskeletal

lurus.

terutama

Dengan
pada

perubahan
bagian

ini

gangguan

punggung

dapat

diminimalkan, karena punggung lurus dengan pinggul hingga kaki.


Serta dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan
betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang
semula dari kode OWAS 2141 kategori 3 menjadi kode OWAS 1121
kategori 1.
3. Postur 2, Aktivitas 2, Stasiun 1

Gambar 5.3 Postur kerja Awal dan Usulan 221

Nama Stasiun

Stasiun Perendaman

Tabel 5.5 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 221


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 4141
Kode 4131
Punggung bungkuk ke depan
Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping
dan menyamping
Penuangan ke
dalam ember
Kaki berdiri bertumpu pada
Berdiri bertumpu dengan
setelah
kedua kaki dengan lutut
satu kaki lurus
pembilasan
ditekuk
Beban berada di atas lantai
Beban berapa di atas lantai
dengan posisi lebih tinggi
Kategori 4
Kategori 2

Kode OWAS 4141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan
perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan
yang dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan
ember dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15 cm.
Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus.
Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan
yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan
postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4141 kategori 4
menjadi kode OWAS 4131 kategori 2.

4. Postur 3, Aktivitas 2, Stasiun 1

Gambar 5.4 Postur kerja Awal dan Usulan 321


Nama Stasiun

Stasiun Perendaman

Tabel 5.6 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 321


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 4151
Kode 4131
Punggung bungkuk ke depan
Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping
dan menyamping
Penuangan ke
dalam ember
Kaki berdiri bertumpu pada
Berdiri bertumpu dengan
setelah
satu kaki dengan lutut ditekuk
satu kaki lurus
pembilasan
Beban berapa di atas lantai
Beban berada di atas lantai
rendah
dengan posisi lebih tinggi
Kategori 4
Kategori 2

Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu
dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan ember
dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15 cm. Sehingga
postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur

kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4151 kategori 4


menjadi kode OWAS 4131 kategori 2.
5. Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 2

Gambar 5.5 Postur kerja Awal dan Usulan 112


Nama Stasiun

Stasiun Penyaringan
dan pemasakan

Tabel 5.7 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 112


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 2142
Kode 2122
Punggung bungkuk ke depan
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang
atau belakang
Membawa hasil
Kaki berdiri bertumpu pada
Berdiri bertumpu dengan
penggilingan ke
kedua
kaki
dengan
lutut
kedua kaki lurus
stasiun
ditekuk
Beban berada di atas lantai
pemasakan
Beban berapa di atas lantai
dengan posisi lebih tinggi
rendah
Kategori 2
Kategori 3

Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan ember
dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15cm. Sehinga postur

kaki menjadi berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan


perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2142 kategori 3
menjadi kode OWAS 2122 kategori 2.
6. Postur 4, Aktivitas 1, Stasiun 2

Gambar 5.6 Postur kerja Awal dan Usulan 412


Nama Stasiun

Stasiun Penyaringan
dan pemasakan

Tabel 5.8 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 412


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 2142
Kode 1121
Punggung bungkuk ke depan
Punggung lurus
atau belakang
Berdiri bertumpu dengan
Membawa hasil
Kaki berdiri bertumpu pada
kedua kaki lurus
penggilingan ke
satu
kaki
dengan
lutut
ditekuk

Beban
berada di atas cetakan
stasiun

Beban
berapa
di
atas
rak
dengan
posisi lebih tinggi
pemasakan
cetakan yang posisinya agak
Kategori 1
rendah
Kategori 3

Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu

dilakukan perbaikan segera mungkin. Pada postur ini menunjukkan


pengangkatan ember yang ditaruh diatas cetakan, sedangkan cetakan
tersebut di taruh di atas rak. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan
yaitu dengan mengubah ketinggian rak cetakan setinggi 10cm.
Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus.
Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan
yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan
postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2142 kategori 3
menjadi kode OWAS 1121 kategori 1.
7. Postur 5, Aktivitas 1, Stasiun 2

Gambar 5.7 Postur kerja Awal dan Usulan 512


Nama Stasiun

Stasiun Penyaringan
dan pemasakan

Tabel 5.9 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 512


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 2142
Kode 1121
Punggung bungkuk ke depan
Punggung lurus
atau belakang
Berdiri bertumpu dengan
Membawa hasil
penggilingan ke Kaki berdiri bertumpu pada
kedua kaki lurus
stasiun
satu kaki dengan lutut ditekuk Ukuran tinggi bak
pemasakan
Ukuran tinggi bak pemasakan
pemasakan lebih tinggi
lebih rendah
Kategori 1
Kategori 3

Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki

berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah postur punggung menjadi lurus
dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan perubahan
ini gangguan muskuloskeletal terutama pada bagian punggung dapat
diminimalkan karena punggung lurus dengan pinggul hingga kaki.
Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode
OWAS 2142 kategori 3 menjadi kode OWAS 1121 kategori 1.
8. Postur 6, Aktivitas 1, Stasiun 2

Gambar 5.8 Postur kerja Awal dan Usulan 612


Nama Stasiun

Stasiun Penyaringan
dan pemasakan

Tabel 5.10 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 612


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 4142
Kode 4132
Punggung bungkuk ke depan
Punggung lurus
atau belakang
Berdiri bertumpu dengan
Membawa hasil
penggilingan ke Kaki berdiri bertumpu pada
kedua kaki lurus
stasiun
satu kaki dengan lutut ditekuk Ukuran tinggi bak
pemasakan
Ukuran tinggi bak pemasakan
pemasakan lebih tinggi
lebih rendah
Kategori 2
Kategori 4

Kode OWAS 4142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan
perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan
yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian bak untuk
pemasakan sesuai dengan ukuran antropometri pekerja. Sehingga
postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4142 kategori 4
menjadi kode OWAS 4132 kategori 2.
9. Postur 1, Aktivitas 2, Stasiun 2

Gambar 5.9 Postur kerja Awal dan Usulan 122

Nama Stasiun

Stasiun Penyaringan
dan pemasakan

Tabel 5.11 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 122


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 3151
Kode 3131
Punggung memutar atau
Punggung lurus
miring ke samping
Berdiri bertumpu dengan
Penyaringan
Kaki berdiri bertumpu pada
satu kaki lurus
hasil pemasakan
satu kaki dengan lutut ditekuk Ukuran tinggi bak
Ukuran tinggi bak penyaringan
penyaringan lebih tinggi
lebih rendah
Kategori 1
Kategori 4

Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar


atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut
kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada
sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan
saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan
mengubah ketinggian bak untuk pemasakan sesuai dengan ukuran
antropometri pekerja. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu
pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat
mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.
Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode
OWAS 3151 kategori 4 menjadi kode OWAS 3131 kategori 1.

10. Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 3

Gambar 5.10 Postur kerja Awal dan Usulan 113


Nama Stasiun

Stasiun Pemotongan

Tabel 5.12 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 113


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 3151
Kode 3131
Punggung memutar atau
Punggung memutar atau
miring ke samping
miring ke samping
Penuangan untuk

Kaki
berdiri
bertumpu
pada

Berdiri bertumpu dengan


dilakukan
satu
kaki
dengan
lutut
ditekuk
satu kaki lurus
pencetakan
Ukuran tinggi bak penyaringan Ukuran tinggi bak
lebih rendah
pemasakan lebih tinggi
Kategori 4
Kategori 1

Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar


atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut
kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada
sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan
saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan
mengubah ketinggian bak untuk penyaringan sesuai dengan ukuran
antropometri pekerja. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu
pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat
mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.

Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode
OWAS 3151 kategori 4 menjadi kode OWAS 3131 kategori 1.
11. Postur 2, Aktivitas 1, Stasiun 3

Gambar 5.11 Postur kerja Awal dan Usulan 213


Nama Stasiun

Stasiun Pemotongan

Tabel 5.13 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 213


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 2141
Kode 2121
Punggung memutar atau
Punggung memutar atau
miring ke samping
miring ke samping
Penuangan untuk

Kaki
berdiri
bertumpu
pada

Berdiri bertumpu dengan


dilakukan
satu
kaki
dengan
lutut
ditekuk
satu kaki lurus
pencetakan
Ukuran tinggi bak penyaringan Ukuran tinggi bak
lebih rendah
pemasakan lebih tinggi
Kategori 3
Kategori 2

Kode OWAS 2141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk.
Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti
postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu
dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah postur kaki menjadi berdiri
bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka
dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis

kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari
kode OWAS 2141 kategori 3 menjadi kode OWAS 2121 kategori 2.
12. Postur 4, Aktivitas 1, Stasiun 3

Gambar 5.12 Postur kerja Awal dan Usulan 413


Nama Stasiun

Stasiun Pemotongan

Tabel 5.14 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 413


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 3151
Kode 3131
Punggung memutar atau
Punggung memutar atau
miring ke samping
miring ke samping
Penuangan untuk

Kaki
berdiri
bertumpu
pada

Berdiri bertumpu dengan


dilakukan
satu
kaki
dengan
lutut
ditekuk
satu kaki lurus
pencetakan
Ukuran tinggi rak cetakan
Ukuran tinggi rak cetakan
lebih rendah
lebih tinggi
Kategori 4
Kategori 1

Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar


atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut
kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada
sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan
saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan
mengubah ketinggian rak cetakan setinggi 10cm. Sehingga postur
kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang

berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 3151 kategori 4
menjadi kode OWAS 3131 kategori 1.
13. Postur 5, Aktivitas 1, Stasiun 3

Gambar 5.13 Postur kerja Awal dan Usulan 513


Nama Stasiun

Stasiun Pemotongan

Tabel 5.15 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 513


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 4151
Kode 2121
Punggung bungkuk ke depan
Punggung bungkuk ke depan
dan menyamping
atau belakang
Penuangan untuk

Kaki
berdiri
bertumpu
pada

Berdiri bertumpu dengan


dilakukan
satu
kaki
dengan
lutut
ditekuk
kedua kaki lurus
pencetakan
Pengangkatan beban dari
Pengangkatan beban dari
samping
depan
Kategori 4
Kategori 2

Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu
dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan mengubah arah posisi pengangkatan tutup

cetakan. Sehingga postur punggung menjadi bungkuk ke depan atau


belakang serta kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan
demikian, maka dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan
musculoskeletal khususnya pada bagian pinggang dan kaki. Dalam
usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode
OWAS 4151 kategori 4 menjadi kode OWAS 2121 kategori 2.
14. Postur 6, Aktivitas 1, Stasiun 3

Gambar 5.14 Postur kerja Awal dan Usulan 613


Nama Stasiun

Stasiun Pemotongan

Tabel 5.16 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 613


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 2151
Kode 1121
Punggung bungkuk ke depan
Punggung lurus
atau belakang
Berdiri bertumpu dengan
Penuangan untuk

Kaki
berdiri
bertumpu
pada
kedua kaki lurus
dilakukan
satu kaki dengan lutut ditekuk Beban yang diangkat dalam
pencetakan
Beban yang diangkat dalam
posisi horisontal
posisi vertikal
Kategori 1
Kategori 3

Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini

berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan


perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan
yaitu dengan mengubah cara pengangkatan tutup cetakan, semula
dengan posisi horisontal menjadi vertikal. Sehingga postur punggung
menjadi lurus dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus.
Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan
yang berlebih pada punggung, pinggang dan betis. Dalam usulan
perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2151
kategori 3 menjadi kode OWAS 1121 kategori 1.
15. Postur 7, Aktivitas 1, Stasiun 3

Gambar 5.15 Postur kerja Awal dan Usulan 713


Nama Stasiun

Stasiun Pemotongan

Tabel 5.17 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 713


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 2151
Kode 2131
Punggung bungkuk ke depan
Punggung bungkuk kedepan
atau belakang
atau belakang
Penuangan untuk

Kaki
berdiri
bertumpu
pada

Berdiri bertumpu dengan


dilakukan
satu
kaki
dengan
lutut
ditekuk
kedua kaki lurus
pencetakan
Ukuran tinggi rak cetakan
Ukuran tinggi rak cetakan
lebih rendah
lebih tinggi
Kategori 3
Kategori 2

Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke


depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki
berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan
perbaikan

segera

mungkin.

Pada

postur

ini

menunjukkan

pengangkatan tutup cetakan yang ditaruh di atas rak. Bentuk usulan


perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian rak
cetakan setinggi 10cm. Sehingga postur kaki menjadi berdiri
bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka
dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis
kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari
kode OWAS 2151 kategori 3 menjadi kode OWAS 2131 kategori 2.
16. Postur 8, Aktivitas 1, Stasiun 3

Gambar 5.16 Postur kerja Awal dan Usulan 813

Nama Stasiun

Stasiun Pemotongan

Tabel 5.18 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 813


Aktivitas
Kondisi Awal
Kondisi Usulan
Kode 2151
Kode 2131
Punggung bungkuk ke depan
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang
atau belakang
Penuangan untuk

Kaki
berdiri
bertumpu
pada

Berdiri bertumpu dengan


dilakukan
satu
kaki
dengan
lutut
ditekuk
satu kaki lurus
pencetakan
Ukuran tinggi bak
Ukuran tinggi bak
penampungan air lebih rendah
penampungan air lebih tinggi
Kategori 3
Kategori 2

Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke

depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki


berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja
tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini
berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan
perbaikan segera mungkin. Pada postur ini menunjukkan posisi
pengangkatan pengganjal tutup cetakan yang ditaruh di bibir bak
penampungan air. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu
dengan mengubah ukuran tinggi bak tersebut sesuai dengan ukuran
antropometri pekerja. Sehingga pada saat pengangkatan pengganjal,
postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan
perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur
kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2151 kategori 3
menjadi kode OWAS 2131 kategori 2.

Tabel 5.19 Usulan Perbaikan Postur Kerja


Nama Stasiun

Aktivitas

Postur

Kode

Penuangan air untuk pembilasan

4151

2141

Stasiun
Perendaman
Penuangan setelah pembilasan
kedalam ember

Stasiun
Penyaringan dan
Pemasakan

Membawa hasil penggilingan ke


stasiun pemasakan

4141

4151

2142

Postur Awal
Postur
Punggung
bungkuk
dan
memutar atau bungkuk ke
depan
dan
menyamping,
kedua lengan berada dibawah
bahu, berdiri bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk,
W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, W
10
Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, W
10
Kg
Punggung bungkuk ke depan
dan
menyamping,
kedua
lengan di bawah bahu, berdiri
bertumpu pada satu kaki
dengan lutut ditekuk, W 10
Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, 10 Kg <
W 20 Kg

Kode

1221

1121

4131

4131

2122

Postur Usulan
Postur
Punggung
Lurus,
satu
lengan berada pada atau di
atas bahu, Berdiri bertumpu
pada kedua kaki lurus, W
10 Kg
Punggung lurus, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri
bertumpu
pada
kedua kaki lurus, W
10
Kg
Punggung bungkuk ke
depan dan menyamping,
kedua lengan di bawah
bahu, berdiri bertumpu pada
satu kaki lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke
depan dan menyamping,
kedua lengan di bawah
bahu, berdiri bertumpu pada
satu kaki lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri
bertumpu
pada
kedua kaki lurus, 10 Kg <
W 20 Kg

Keterangan
Kategori
Kategori 4
menjadi
Kategori 1

Kategori 3
menjadi
Kategori 1

Kategori 4
menjadi
Kategori 2

Kategori 4
menjadi
Kategori 2

Kategori 3
menjadi
Kategori 2

Membawa hasil penggilingan ke


stasiun pemasakan
Stasiun
Penyaringan dan
Pemasakan

Penyaringan hasil pemasakan

Penuangan untuk dilakukan

2142

4142

3151

Stasiun

2142

3151

2141

Punggung bungkuk ke depan


atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, 10 Kg <
W 20 Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, 10 Kg <
W 20 Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi
kedua lutut ditekuk, 10 Kg <
W 20 Kg
Punggung
memutar
atau
miring ke samping, kedua
lengan di bawah bahu, berdiri
bertumpu pada satu kaki
dengan lutut ditekuk, W 10
Kg
Punggung
memutar
atau
miring ke samping, kedua
lengan di bawah bahu, berdiri
bertumpu pada satu kaki
dengan lutut ditekuk, W 10
Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada kedua kaki dengan posisi

1121

1121

4132

3131

3131

2121

Punggung lurus,
lengan di bawah
berdiri
bertumpu
kedua kaki lurus, 10
W 20 Kg

kedua
bahu,
pada
Kg <

Punggung lurus,
lengan di bawah
berdiri
bertumpu
kedua kaki lurus, 10
W 20 Kg

kedua
bahu,
pada
Kg <

Punggung bungkuk ke
depan dan menyamping,
kedua lengan di bawah
bahu, berdiri bertumpu pada
satu kaki lurus, 10 Kg < W
20 Kg
Punggung memutar atau
miring ke samping, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri bertumpu pada satu
kaki lurus, W 10 Kg
Punggung memutar atau
miring ke samping, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri bertumpu pada satu
kaki lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri
bertumpu
pada

Kategori 3
menjadi
Kategori 1

Kategori 3
menjadi
Kategori 1

Kategori 4
menjadi
Kategori 2

Kategori 4
menjadi
Kategori 1

Kategori 4
menjadi
Kategori 1

Kategori 3
menjadi
Kategori 2

Pemotongan

pencetakan

Stasiun
Pemotongan

Penuangan untuk dilakukan


pencetakan

3151

4151

2151

2151

2151

kedua lutut ditekuk, W


10
Kg
Punggung
memutar
atau
miring ke samping, kedua
lengan di bawah bahu, berdiri
bertumpu pada satu kaki
dengan lutut ditekuk, W 10
Kg
Punggung bungkuk ke depan
dan
menyamping,
kedua
lengan di bawah bahu, berdiri
bertumpu pada satu kaki
dengan lutut ditekuk, W 10
Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut
ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut
ditekuk, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke depan
atau belakang, kedua lengan di
bawah bahu, berdiri bertumpu
pada satu kaki dengan lutut
ditekuk, W 10 Kg

3131

2121

1121

2131

2131

kedua kaki lurus, W


10
Kg,
Punggung memutar atau
miring ke samping, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri bertumpu pada satu
kaki lurus, W 10 Kg
Punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri
bertumpu
pada
kedua kaki lurus, W
10
Kg,
Punggung lurus, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri
bertumpu
pada
kedua kaki lurus, W
10
Kg,
Punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri bertumpu pada satu
kaki lurus, W 10 Kg,
Punggung bungkuk ke
depan atau belakang, kedua
lengan di bawah bahu,
berdiri bertumpu pada satu
kaki lurus, W 10 Kg

Kategori 4
menjadi
Kategori 1

Kategori 4
menjadi
Kategori 2

Kategori 3
menjadi
Kategori 1
Kategori 3
menjadi
Kategori 2

Kategori 3
menjadi
Kategori 2

5.2.2

Perancangan Alat Bantu Menggunakan Catia


Dari usulan perbaikan postur kerja sebanyak 16 postur yang termasuk
dalam kategori 3 dan 4, ternyata terdapat 12 postur yang perlu adanya
perancangan ulang alat bantu dan 4 postur yang hanya perlu perubahan
postur kerja.

5.20 Rekapitualsi Perancangan Alat Bantu Untuk Usulan Perubahan Postur


Kerja
No
Nama Stasiuan
Aktivitas
Postur
Kode
Kategori
Keterangan
Penuangan air untuk
Perancangan ulang bak
1
4151
4
pembilasan
penampungan air
Perancangan ulang rak
Stasiun
1
2141
3
tempat pembilasan
1
Perendaman
Penuangan setelah
Perancangan ulang lantai
2
4141
4
pembilasan kedalam ember
tempat penaruhan ember
Perancangan ulang lantai
3
4151
4
tempat penaruhan ember
Perancangan ulang lantai
1
2142
3
tempat penaruhan ember
Perancangan ulang rak
Membawa hasil
4
2141
3
cetakan
penggilingan ke stasiun
Stasiun
Perubahan posisi postur
pemasakan
2
Penyaringan dan
5
2141
3*
kerja
Pemasakan
Perancangan ulang bak
6
4142
4
tempat pemasakan
Penyaringan hasil
Perancangan ulang bak
1
3151
4
pemasakan
tempat hasil penyaringan
Perancangan ulang bak
1
3151
4
tempat hasil penyaringan
Perubahan posisi postur
2
2141
3*
kerja
Perancangan ulang rak
4
3151
4
tempat cetakan
Perubahan posisi postur
Stasiun
Penuangan untuk dilakukan
5
4151
4*
3
kerja
Pemotongan
pencetakan
Perubahan posisi postur
6
2151
3*
kerja
Perancangan ulang rak
7
2151
3
tempat cetakan
Perancangan ulang bak
8
2151
3
penampungan air pada
stasiun pemasakan
Keterangan: (*) Hanya usulan perubahan postur kerja

5.2.5.1 Data Antropometri Para Pekerja


No
1
2
3
4
5

Tabel 5.21 Data antropometri pekerja

Nama Data Yang Diukur

Tinggi Badan
Tinggi bahu dalam posisi berdiri
Panjang jangkauan tangan
Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak
Berat Badan

Pekerja 1
(cm)
161
144
75
100
57

Pekerja 2
(cm)
160
142
73
99
55

X (cm)
160.5
143
74
98.5
56

Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang


berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran , bentuk,
dan kekuatan serta penerapan dai suatu data tersebut untuk penanganan
masalah desain. Data antropometri sangat penting bagi perancangan
suatu alat bantu pada penelitian ini guna mendapatkan ukuran yang
sesuai dan kenyamanan bagi para pekerja, sehingga dapat mengurangi
kecelakaan atau cedera pada saat bekerja. Adapun dalam penentuan
persentil diambil nilai rata rata atau persentil 50 dari data antropometri
pekerja.
5.2.5.2 Konsep Perancangan
Rekomendasi perancangan alat bantu postur kerja ketiga
stasiun pada proses pembuatan tahu yang tergolong kategori 3 dan 4
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.22 Rekapitulasi Persamaan jenis Usulan Perancangan
No
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jenis Rancangan
Perancangan ulang bak penampungan air
Perancangan ulang rak tempat pembilasan
Perancangan ulang lantai tempat meletakkan
ember

Perancangan ulang rak cetakan

Perancangan ulang bak pada stasiun


pemasakan dan penyaringan

Nama Aktivitas
Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1
Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1
Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1
Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1
Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2
Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2
Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3
Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3
Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2
Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2
Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3
Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3

1. Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun

Keterangan: Satuan dalam (cm)

Gambar 5.17 Dimensi Usulan Bak Tempat Penampungan Air

Usulan perancangan pada Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 yaitu


merancang pembuatan bak penampungan air yang ditempatkan di
atas tempat pembilasan. Yang semula penampungan air memakai
drum. Dalam setiap pengambilan air, pekerja harus menggunakan
gayung dengan posisi punggung membungkuk ke depan dan
menyamping serta posisi kaki bertumpu pada satu kaki. Pada postur
tersebut dilakukan berulang ulang sehingga akan mengakibatkan
gangguan musculoskeletal pada punggung, pinggang dan betis.
Dengan kondisi tersebut perlu dilakukan perbaikan saat ini juga.
Dimensi rancangan antara kran dengan lantai yakni: 143 cm, yang
diambil dari data antropometri tinggi bahu dalam posisi berdiri.
Maka dari itu, dengan usulan perancangan ini akan merubah postur
kerja pekerja menjadi posisi punggung lurus dan berdiri bertumpu
pada kedua kaki lurus. Maksud dari perubahan ini yakni, agar posisi
punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi
pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.

2. Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1

Keterangan: Satuan dalam (cm)

Gambar 5.18 Dimensi Usulan Rak Pembilasan

Usulan perancangan pada Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 yaitu


merancang pembuatan rak pembilasan dengan dimensi: Tinggi rak
60,5cm diambil dari data antropometri tinggi rata rata siku dalam
posisi berdiri tegak dikurangi tinggi ember. Yakni 98,5 38 = 60,5
cm. Semula ember ditaruh dilantai, sehingga postur pekerja dalam
melakukan aktivitas dengan posisi punggung bungkuk kedepan atau
belakang dengan posisi kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lutut
ditekuk. Maka dengan usulan rancangan ini merubah postur menjadi
posisi punggung lurus dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki
lurus. Sehingga akan mengurangi keluhan gangguan musculoskeletal
khususnya di bagian punggung karena posisi punggung lurus dengan
pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi pembebanan yang
berlebih pada lutut dan betis kaki.

3. Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1, Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1, dan


Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2

Keterangan: Satuan dalam (cm)

Gambar 5.19 Dimensi Usulan Penambahan Tinggi Lantai

Usulan perancangan pada Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1, Postur 3


Aktivitas 2 Stasiun 1, dan Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 adalah
sama yaitu merancang lantai tempat penaruhan ember pada saat
kedelai akan dilakukan penggilingan. Yaitu dengan menambah
ketinggian lantai 15cm, lebar 75cm dan panjang 105cm. Dengan
usulan rancangan tersebut maka dapat merubah posisi kaki menjadi
berdiri bertumpu pada satu atau kedua kaki lurus, sehingga akan
mengurangi pembebanan pada lutut dan betis kaki.

4. Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3, dan


Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3

Keterangan: Satuan dalam (cm)

Gambar 5.20 Dimensi Usulan Rak Cetakan

Usulan perancangan pada Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 4


Aktivitas 1 Stasiun 3, dan Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3, yaitu
merancang pembuatan rak cetakan dengan dimensi: Tinggi rak
90cm. Yakni ditentukan dari data antropometri rata rata :
Tinggi bahu dalam posisi berdiri (T Ember + T Cetakan) = T Rak
cetakan.
Untuk ukuran panjang, lebar dan tebal tetap sama dengan ukuran
sesungguhnya yang sekarang ini masih digunakan pekerja yaitu
140cm, 45cm dan 12cm. Jadi usulan rancangan ini hanya merubah
ukuran tinggi yang disesuaikan data antropometri pekerja, guna
dapat merubah postur kerja sehingga dapat memberikan kenyamanan
bagi pekerja. Postur kerja yang semula posisi kaki bertumpu pada
satu kaki dengan lutut ditekuk, maka berubah posisi menjadi kaki
berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Sehingga dapat mengurangi
keluhan gangguan musculoskeletal khususnya pada lutut dan betis
kaki, karena pembebanan pada kaki dapat dikurangi.

5. Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2, Postur


1 Aktivitas 1 Stasiun 3, dan Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3

Keterangan: Satuan dalam (cm)

Gambar 5.21 Dimensi Usulan Bak Pemasakan dan Penyaringan

Usulan perancangan pada Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 1


Aktivitas 2 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3, Postur 8
Aktivitas 1 Stasiun 3 yaitu merancang sebuah bak untuk pemasakan,
penyaringan dan bak penampungan air pada stasiun pemasakan.
Ketiga ukuran bak tersebut dirancang dengan ukuran tingginya sama.
Data antropometri yang digunakan diantaranya:

Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak = 98.5cm digunakan untuk


menentukan tinggi bibir bak hingga lantai.

Panjang jangkauan tangan = 74cm digunakan untuk menentukan


kedalaman bak.

Sehingga terdapat perubahan postur yang semula posisi kaki berdiri


bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk menjadi berdiri
bertumpu pada satu kaki lurus.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai analisis postur kerja para pekerja Manual
Material Handling pada industri kecil pembuatan tahu di Kp. Porwogondo,
Kartasura, Sukoharjo dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Postur kerja yang telah teridentifikasi pada proses perendaman,


pemasakan dan penyaringan serta pemotongan terdapat 34 postur
kerja.
Tabel 6.1 Hasil pengkategorian Postur kerja

Kategori
1

Banyak Postur
11

Keterangan
Aman pada sistem musculoskeletal, tidak perlu perbaikan.
Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan dimasa
yang akan datang.
Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera
mungkin.
Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini
juga.

2. Perbaikan berupa usulan metode kerja dengan menggunakan prinsip


MMH, yaitu postur kerja punggung dan pinggul diusahakan segaris
ketika melakukan aktivitas MMH. Sehingga akan mengurangi keluhan
nyeri pada bagian punggung bawah (low back pain).
3. Perbaikan alat bantu dan tempat kerja juga menciptakan kondisi postur
kerja kaki yang bertumpu pada kedua kaki lurus, sehingga berat tubuh

dapat mengalir kebawah melalui kedua kaki. Hal ini menyebabkan


kondisi tubuh stabil.

4. Usulan perbaikan postur kerja, teridentifikasi sebanyak 16 postur kerja


dalam kategori 3 dan 4. Masing masing terdapat 12 postur yang perlu
dilakukannya perancangan ulang alat bantu dan 4 postur yang hanya
perlu perubahan postur kerja.
No
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
6.2

Tabel 6.2 Hasil Usulan Perancangan

Jenis Rancangan
Perancangan ulang
bak penampungan
air
Perancangan ulang
rak tempat
pembilasan
Perancangan ulang
lantai tempat
meletakkan ember
Perancangan ulang
rak cetakan
Perancangan ulang
bak pada stasiun
pemasakan dan
penyaringan

Nama Aktivitas

Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1

Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1


Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1
Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1
Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2
Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2
Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3
Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3

Keterangan
Dimensi bak penampungan air => Ttotal:
350cm, T kran: 143cm, P bak: 150cm, L bak:
70cm, T bak: 100cm, T tiang penyangga:
250cm.
Dimensi Rak pembilasan => T: 60.5cm, P:
120cm, L: 60cm.
Dimensi penambahan ketinggian lantai => P:
105cm, L: 75cm, T: 15cm.
Dimensi Rak cetakan => P: 140cm, L:12cm,
T: 90cm.

Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2


Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2
Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3
Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3

Dimensi Bak pemasakan dan Penyaringan =>


P = L: 95cm, T: 98.5cm, D: 74cm, Kedalaman
:74cm.

Saran
1. Aktivitas MMH sangatlah perlu adanya Studi untuk menganalisa
kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan dalam bekerja. Pekerja merupakan faktor utama yang perlu
diprioritaskan dalam suatu sistem kerja sehingga studi dalam
menganalisa

gangguan

tubuh

untuk

mengurangi

gangguan

musculoskeletal perlu dilakukan secara berkelanjutan.


2. Pekerja

diharapkan

memperhatikan

posisi

kerja,

agar

dapat

mengurangi resiko dan gangguan pada sistem musculoskeletal


sehingga terciptanya kenyamanan, serta keselamatan dalam bekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, David C. The Practice and Management of Industrial Ergonomic New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1986
Andriyano, R. 2008. Analisis Konsumsi Energi dan Identifikasi Kondisi Postur
Kerja Pada Proses Perontok Padi Menggunakan Metode OWAS. Tugas
Akhir. Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Asmara, D.Y. 2008. Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode Rapid Entry
Body Assesment (REBA). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Bridger, R.S. 1994. Introduction to The Ergonomic. New York: McGraw-Hill
International Edition.
Karhu, etc. 1981. Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS
Aplication. APPLIED ERGONOMICS
Li, etc. 1999. Postural Analysis of Four Jobs on Two Building Construction Sites:
an Experienceof Using The OWAS Method in Taiwan. Joh.med.uoehu.ac.jp/e/E/41_3_10 html
Mardiyanto, 2008. Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb
Assesment (RULA). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan)
Mustoleh, Ajis. 2007. Analisis Postur Kerja Penanganan Material Secara Manual
dengan Pendekatan OWAS. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak
dipublikasikan)
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT Guna
Widya. Surabaya
Sutalaksana, Iftikar Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri
ITB. Bandung.
Tarwaka dkk, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Uniba Press. Surakarta.

Triyono. 2006. Analisis Sikap Kerja Pekerja Manual Material Handling UD.
Tetap Semangat dengan Metode OWAS. Tugas Akhir. Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak
dipublikasikan)
Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, studi gerak dan waktu. PT. Guna Widya,
Jakarta.

DATA NORDIC BODY MAP (NBM)

HASIL KUESIONER NORDIC BODY MAP (NBM) PEKERJA PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TAHU
DI KARTASURA (27 Desember 2007)
1. Stasiun Perendaman
No

Nama

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

Y
Kasno
Ngadiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

T
1

Y
1
1
1
1
1
5

1
1
1
1
4

11
Y
1
1
1
1
1
5

6
5

pekerja

1
2
3
4
5

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
T
Y
T Y T Y T
Y
T
Y
T
Y
T Y
T
Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
3
1
4
5
5
5
5
2
4
1

4
ya

T I DA K , 18%

t idak
YA

T I DA K

1
0

Y A , 82%

gangguan

10

11

12

12
T

Y
1
1
1
1
1
5

Total
Y
T
9
3
11
1
8
4
11
1
10
2
49
11

No

Nama

Umur
(Th)

BB
(Kg)

1
Y

1
2
3
4
5

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
0

2
T
1
1
1
1
1
5

3
T
1
1
1
1
1
5

T
1
1
1
1
1
5

Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir


4
5
6
7
8
9
Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5
0
5

14
12
10

Ya, 0%
Ya

8
6

Tidak

4
2
0
1

3
P ekerja

Tidak, 100%

10
Y

11
T
1
1
1
1
1
5

12
T
1
1
1
1
1
5

T
1
1
1
1
1
5

Total
T
12
12
12
12
12
60

No

Nama

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

1
Y

Kasno
Ngadiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

T
1
1
1
1

1
1

Y
1
1
1
3

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
11
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
1
2
4
3
3
5
5
5
2
4
3
1
2
2

6
5

pekerja

1
2
3
4
5

4
ya

ti dak

Tidak,
55%

2
1
0
1

gangguan

10

11

12

Ya, 45%

Total

12
Y
1
1
1
1
1
5

Y
6
9
8
8
11
42

T
6
3
4
4
1
18

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama3 Bulan Terakhir


Leher/Tengkuk
Bahu
Punggung
Pangkal Lengan
Siku
Satu atau Keduanya dari Lengan
Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan
Satu atau Keduanya dari Pinggang
Lutut
Satu atau Keduanya dari Paha
Satu atau Keduanya dari Lutut
Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki

Ya
1
5
5
3
1
4
5
5
5
5
5
5
49

Tidak

% Ya
0.020408
0.102041
0.102041
0.061224
0.020408
0.081633
0.102041
0.102041
0.102041
0.102041
0.102041
0.102041

%
Tidak

2. Stasiun Penggilingan
No

Nama

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya

1
Y

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

T
1
1
1

Y
1
1
1
1
1
5

1
1
2

Tdk

Y
1

T
1
1
1

1
2

Y
1
1
1
1
1
5

Y
1
1

1
1
1
3

Y
1
1
1
1
1
5

Y
1
1
1
1
1
5

T
1
1
1

1
1
1

Y
1
1

1
1
1
4

Y
1
1
1

T
1
1

T
1
1

Y
8
7
6
8
8
37

1
1

1
4
1

Total

12

1
1

1
1

1
1
1

5
4
ya

ti dak

tidak, 38%
Y

T
ya, 62%

0
1

gangguan

10

11

12

T
4
5
6
4
4
23

pekerja

1
2
3
4
5

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir


2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

No

Nama

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48

1
Y

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

T
1
1
1
1
1
12

3
T
1
1
1
1
1
12

Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir


4
5
6
7
8
9
10
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12

15
Pencegahan

1
2
3
4
5

Ya, 0%

Ya

10

Tidak

5
0
1

3
Pekerja

Tidak,
100%

11
Y

T
1
1
1
1
1
12

12
Y

T
1
1
1
1
1
12

Total
Y
T
12
12
12
12
12
60

No

Nama

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

1
Y

Kasno
Ngadiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

T
1

1
1

Y
1

1
1
2

1
3

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
11
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1 1
1 1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
4
2
3
4
1
2
1
1
4
3
1
3
2
1
4
3
4
4

4.5
4

pekerja

1
2
3
4
5

3.5

Ya, 33%

3
2.5

ya

t idak

1.5
1

Tidak, 67%

0.5
0
1

gangguan

10

11

12

12
Y

T
1

1
1
1
1
1
4

Total
Y
T
4
8
9
3
2
10
4
8
5
7
24
36

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir


Leher/Tengkuk
Bahu
Punggung
Pangkal Lengan
Siku
Satu atau Keduanya dari Lengan
Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan
Satu atau Keduanya dari Pinggang
Lutut
Satu atau Keduanya dari Paha
Satu atau Keduanya dari Lutut
Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki

Ya
2
5
2
5
3
5
5
1
4
4
1
1
37

Tidak

% Ya
0.054054
0.135135
0.054054
0.135135
0.081081
0.135135
0.135135
0.027027
0.108108
0.108108
0.027027
0.027027

%
Tidak

3. Stasiun Pemasakan dan Penyaringan

1
2
3
4
5

Nama
Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

1
Y
1
1
1

2
T

1
1
4

Y
1
1
1
1
4

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
11
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
5
5
3
5
5
5
4
3
4
1
2
1
2
1

Total

12
Y
1
1
1

1
1
4
1

TIDAK, 15%

pekerja

No

4
ya

t idak

2
1
0
1

gangguan

10

11

12

YA, 85%

Y
12
10
10
10
9
51

T
0
2
2
2
3
9

No

Umur
(Th)

Nama

BB
(Kg)

1
Y

1
2
3
4
5

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
0

2
T
1
1
1
1
1
12

3
T
1
1
1
1
1
12

14
12
10
8
6
4
2
0

Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir


4
5
6
7
8
9
10
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12

Ya

Tidak,
0%

Tidak

Ya,
100%

11
Y

T
1
1
1
1
1
12

12
Y

T
1
1
1
1
1
12

Total
T
12
12
12
12
12
60

Nama
Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

1
Y
1

2
T

1
1

1
1
1
3

1
3
2

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
11
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
4
2
4
4
3
4
1
3
2
1
1
3
1
1
1
1
4
2

4.5
4

pekerja

1
2
3
4
5

Umur
(Th)

3.5
3
2.5

ya

Ya, 42%

t idak

1.5
1

Tidak, 58%

0.5
0
1

gangguan

10

11

12

12
Y

T
1

1
1
1
1
2
3

Total
Y
T
5
7
10
2
9
3
6
6
6
6
36
24

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir


Leher/Tengkuk
Bahu
Punggung
Pangkal Lengan
Siku
Satu atau Keduanya dari Lengan
Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan
Satu atau Keduanya dari Pinggang
Lutut
Satu atau Keduanya dari Paha
Satu atau Keduanya dari Lutut
Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki

Ya
4
4
5
5
3
5
4
4
5
5
3
5
51

Tidak

% Ya
0.078431
0.078431
0.098039
0.098039
0.058824
0.098039
0.078431
0.078431
0.098039
0.098039
0.058824
0.098039

%
Tidak

4 Stasiun Pencetakan
No

Nama

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

1
Y

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

T
1

Y
1
1
1
1
1
5

1
1
1
1
4
1

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
11
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
5
5
3
5
5
1
1
2
2
4
5
4
3

Total

12
Y

T
1

1
1
1
1
3

Y
6
9
8
10
6
39

5
4
ya

Tidak, 35%

t idak

1
Ya, 65%

0
1

gangguan

10

11

12

T
6
3
4
2
6
21

pekerja

1
2
3
4
5

No

Umur
(Th)

Nama

BB
(Kg)

1
Y

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

41
42
50
30
55

T
1
1
1
1
1
12

60
57
52
55
48
0

Pencegahan

1
2
3
4
5

2
Y

3
T
1
1
1
1
1
12

Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir


4
5
6
7
8
9
10
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12

15
10

Ya

Ya, 0%

Tidak

5
0
1

3
Pekerja

Tidak,
100%

11
Y

T
1
1
1
1
1
12

12
Y

T
1
1
1
1
1
12

Total
T
12
12
12
12
12
60

No

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

1
Y
1
1
1
1
1
5

2
T

Y
1
1
1
3

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
11
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
4
4
4
1
3
2
1
2
1
1
5
1
1
2
1
3
4

6
5

pekerja

1
2
3
4
5

Nama

4
ya

t idak

2
1
0
1

gangguan

10

11

12

Tidak
50%

Ya, 50%

12
Y

T
1

1
1
1
1
1
4

Total
Y
T
6
6
9
3
5
7
7
5
6
6
33
27

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir


Leher/Tengkuk
Bahu
Punggung
Pangkal Lengan
Siku
Satu atau Keduanya dari Lengan
Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan
Satu atau Keduanya dari Pinggang
Lutut
Satu atau Keduanya dari Paha
Satu atau Keduanya dari Lutut
Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki

Ya
4
5
5
5
3
5
5
1
1
0
2
3
39

Tidak

% Ya
0.102564
0.128205
0.128205
0.128205
0.076923
0.128205
0.128205
0.025641
0.025641
0
0.076923
0.076923

%
Tidak

5. Stasiun Pemotongan
No

Umur
(Th)

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

1
Y
1
1
1
1
1
5

2
T

Y
1
1
1
3

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
11
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1
1
1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
5
5
3
4
3
4
4
5
4
2
2
1
2
1
1
1

Total
Y
T
11
1
12
0
10
2
9
3
7
5
49
11

12
Y
1
1
1
1
1
5

Tidak, 18%

pekerja

1
2
3
4
5

Nama

4
ya

t idak

1
0
1

gangguan

10

11

12

Ya, 82%

No

Umur
(Th)

Nama

BB
(Kg)

1
Y

Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
0

Pencegahan

1
2
3
4
5

2
T
1
1
1
1
1
12

3
T
1
1
1
1
1
12

Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir


4
5
6
7
8
9
10
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12

15
10

Ya

Ya, 0%

Tidak

5
0
1

3
Pekerja

Tidak,
100%

11
Y

T
1
1
1
1
1
12

12
Y

T
1
1
1
1
1
12

Total
T
12
12
12
12
12
60

1
2
3
4
5

Nama
Kasno
Nagdiman
Ngadimin
Triyanto
Partiman

BB
(Kg)

41
42
50
30
55

60
57
52
55
48
Ya
Tdk

1
Y
1
1
1
1
1
5

2
T

Y
1
1
1
3

Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir


3
4
5
6
7
8
9
10
11
T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1
1 1
1
1
1
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
4
4
2
3
3
3
2
3
3
4
1
1
3
2
2
2

6
5

pekerja

No

Umur
(Th)

4
ya

t idak

2
1
0
1

gangguan

10

11

12

Tidak,
42%

Ya,
58%

12
Y

T
1

1
1
1
1
2
3

Total
Y
T
7
5
10
2
5
7
5
7
6
6
33
27

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir


Leher/Tengkuk
Bahu
Punggung
Pangkal Lengan
Siku
Satu atau Keduanya dari Lengan
Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan
Satu atau Keduanya dari Pinggang
Lutut
Satu atau Keduanya dari Paha
Satu atau Keduanya dari Lutut
Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki

Ya
5
3
5
5
3
4
3
4
4
5
4
5
49

Tidak

% Ya
0.102041
0.061224
0.102041
0.102041
0.061224
0.081633
0.061224
0.081633
0.081633
0.102041
0.081633
0.102041

%
Tidak

Pertanyaan:
1. Gangguan yang terjadi selama 3 bulan terakhir (mulai 27 Oktober 2007
27 Desember 2007).
2. Pencegahan yang dilakukan terhadap gangguan selama 3 bulan terakhir
3. Gangguan atau keluhan yang dialami selama 7 hari terakhir(mulai 28
Desember 2007-3 Januari 2007)
Rekapitulasi Kuesioner Nordic Body Map
terakhir
No
Stasiun
1 Perendaman
2 Penggilingan
3 Pemasakan dan Penyaringan
4 Pencetakan
5 Pemotongan

keluhan selama 3 bulan


Ya
49
37
51
39
49

Tidak
11
23
9
21
11

Dari rekapitulasi diatas dapat diketahui bahwa keluhan atau gangguan yang paling
banyak dirasakan oleh pekerja adalah pada satsiun pemasakan dan penyaringan
sebanyak 51, dan diikuti oleh stasiun perendaman dan pemotongan sebanyak 49.

GAMBAR USULAN PERANCANGAN

Gambar Perancangan Postur Kerja 111

Gambar Perancangan Postur Kerja 121

Gambar Perancangan Postur Kerja 221

Gambar Perancangan Postur Kerja 321

Gambar Perancangan Postur Kerja 321

Gambar Perancangan Postur Kerja 412

Gambar Perancangan Postur Kerja 512

Gambar Perancangan Postur Kerja 612

Gambar Perancangan Postur Kerja 122

Gambar Perancangan Postur Kerja 113

Gambar Perancangan Postur Kerja 213

Gambar Perancangan Postur Kerja 413

Gambar Perancangan Postur Kerja 513

Gambar Perancangan Postur Kerja 613

Gambar Perancangan Postur Kerja 713

Gambar Perancangan Postur Kerja 813

Vous aimerez peut-être aussi