Vous êtes sur la page 1sur 10

Asta Kosala Kosali merupakan Fengshui-nya Bali, adalah sebuah tata cara, tata letak, dan tata

bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang
sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan,
pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya.
Untuk melakukan pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang mpunya
rumah. mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti
Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke
atas),
Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai
ujung jari tengah yang terbuka)
Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan)
A Landasan Filosofis, Etis. dan Ritual
A.1. Landasan filosofis.
1.1. Hubungan Bhuwana Alit dengan Bhuwana Agung.
Pembangunan perumahan adalah berlandaskan filosofis bhuwana alit bhuwana agung. Bhuwana
Alit yang berasal dari Panca Maha Bhuta adalah badan manusia itu sendiri dihidupkan oleh
jiwatman. Segala sesuatu dalam Bhuwana Alit ada kesamaan dengan Bhuwana Agung yang
dijiwai oleh Hyang Widhi. Kemanunggalan antara Bhuwana Agung dengan Bhuwana Alit
merupakan landasan filosofis pembangunan perumahan umat Hindu yang sekaligus juga menjadi
tujuan hidup manusia di dunia ini.
1.2. Unsur- unsur pembentuk.
Unsur pembentuk membangun perumahan adalah dilandasi oleh Tri Hit a Karana dan pengiderideran (Dewata Nawasanga). Tri Hita Karana yaitu unsur Tuhan/ jiwa adalah Parhyangan/
Pemerajan. Unsur Pawongan adalah manusianya dan Palemahan adalah unsur alam/ tanah.
Sedangkan Dewata Nawasanga (Pangider- ideran) adalah sembilan kekuatan Tuhan yaitu para
Dewa yang menjaga semua penjuru mata angin demi keseimbangan alam semesta ini.
A.2. Landasan Etis
2.1. Tata Nilai.
Tata nilai dari bangunan adalah berlandaskan etis dengan menempatkan bangunan pemujaan ada
di arah hulu dan bangunan- bangunan lainnya ditempatkan ke arah teben (hilir). Untuk lebih

pastinya pengaturan tata nilai diberikanlah petunjuk yaitu Tri Angga adalah Utama Angga,
Madya Angga dan Kanista Angga dan Tri Mandala yaitu Utama, Madya dan Kanista Mandala.
2.2. Pembinaan hubungan dengan lingkungan.
Dalam membina hubungan baik dengan lingkungan didasari ajaran Tat Twam Asi yang
perwujudannya berbentuk Tri Kaya Parisudha
A.3. Landasan Ritual
Dalam mendirikan perumahan hendaknya selalu dilandaskan dengan upacara dan upakara agama
yang mengandung makna mohon ijin, memastikan status tanah serta menyucikan, menjiwai,
memohon perlindungan Ida Sang Hyang Widhi sehingga terjadilah keseimbangan antara
kehidupan lahir dan batin.
B. Konsepsi perwujudan
Konsepsi perwujudan perumahan umat Hindu merupakan perwujudan landasan dan tata ruang,
tata letak dan tata bangunan yang dapat dibagi dalam :
1. Keseimbangan alam
2. Rwa Bhineda, Hulu- teben, Purusa- Pradhana
3. Tri Angga dan Tri Mandala.
4. Harmonisasi dengan lingkungan.
5. Keseimbangan Alam:
Wujud perumahan umat Hindu menunjukkan bentuk keseimbangan antara alam Dewa, alam
manusia dan alam Bhuta (lingkungan) yang diwujudkan dalam satu perumahan terdapat tempat
pemujaan tempat tinggal dan pekarangan dengan penunggun karangnya yang dikenal dengan
istilah Tri Hita Karana.
6. Rwa Bhineda, Hulu Teben, Purusa Pradhana.
Rwa Bhineda diwujudkan dalam bentuk hulu teben (hilir). Yang dimaksud dengan hulu adalah
arah/ terbit matahari, arah gunung dan arah jalan raya (margi agung) atau kombinasi dari
padanya. Perwujudan purusa pradana adalah dalam bentuk penyediaan natar. sebagai ruang yang
merupakan pertemuan antara Akasa dan Pertiwi.
7. Tri Angga dan Tri Mandala.
Pekarangan Rumah Umat Hindu secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala) yaitu
Utama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai utama (seperti tempat pemujaan).
Madhyama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai madya (tempat tinggal

penghuni)
dan Kanista Mandala untuk penempatan bangunan yang
bernilai kanista (misalnya: kandang).
Secara vertikal masing- masing bangunan dibagi menjadi 3 bagian (Tri Angga) yaitu Utama
Angga adalah atap, Madhyama angga adalah badan bangunan yang terdiri dari tiang dan dinding,
serta Kanista Angga adalah batur (pondasi).
8. Harmonisasi dengan potensi lingkungan.
Harmonisasi dengan lingkungan diwujudkan dengan memanfaatkan potensi setempat seperti
bahan bangunan dan prinsip- prinsip bangunan Hindu.
C. Pemilihan Tanah Pekarangan.
1. Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke
timur atau miring ke utara, pelemahan datar (asah), pelemahan inang, pelemahan marubu
lalah(berbau pedas).
2. Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah :
2.1. karang karubuhan (tumbak rurung/ jalan),
2.2. karang sandang lawe (pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan),
2.3. karang sulanyapi (karang yang dilingkari oleh lorong (jalan)
2.4. karang buta kabanda (karang yang diapit lorong/ jalan),
2.5. karang teledu nginyah (karang tumbak tukad),
2.6. karang gerah (karang di hulu Kahyangan),
2.7. karang tenget,
2.8. karang buta salah wetu,
2.9. karang boros wong (dua pintu masuk berdampingan sama tinggi),
2.10. karang suduk angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah
2.11. tanah yang berwarna hitam- legam, berbau bengualid (busuk)
3. Tanah- tanah yang tidak baik (ala) tersebut di atas, dapat difungsikan sebagai lokasi
membangun perumahan jikalau disertai dengan upacara/ upakara agama yang ditentukan, serta
dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara/ upakara pamarisuda.
4. Perumahan Dengan Pekarangan Sempit, bertingkat dan Rumah Susun.
C.1. Pekarangan Sempit.
Dengan sempitnya pekarangan, penataan pekarangan sesuai dengan ketentuan Asta Bumi sulit
dilakukan. Untuk itu jiwa konsepsi Tri Mandala sejauh mungkin hendaknya tercermin (tempat

pemujaan, bangunan perumahan, tempat pembuangan (alam bhuta).


Karena keterbatasan pekarangan tempat pemujaan diatur sesuai konsep tersebut di atas dengan
membuat tempat pemujaan minimal Kemulan/ Rong Tiga atau Padma, Penunggun Karang dan
Natar.
C.2. Rumah Bertingkat.
Untuk rumah bertingkat bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu
halaman bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas.
C.3. Rumah Susun.
Untuk rumah Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari.
Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan.
D. Dewasa Membangun Rumah.
D.1. Dewasa Ngeruwak :
Wewaran : Beteng, Soma, Buda, Wraspati, Sukra, Tulus, Dadi.
Sasih: Kasa, Ketiga, Kapat, Kedasa.
D.2. Nasarin :
Watek: Watu.
Wewaran: Beteng, soma, Budha, Wraspati, Sukra, was, tulus, dadi,
Sasih: Kasa, Katiga, Kapat, Kalima. Kanem.
D.3. Nguwangun
Wewaran: Beteng, Soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
D.4. Mengatapi
Wewaran : Beteng, was, soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
Dewasa ala : geni Rawana, Lebur awu, geni murub, dan lain- lainnya.
D.5. Memakuh/ Melaspas
Wewaran : Beteng, soma, Budha. Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
Sasih : Kasa, Katiga, Kapat, Kadasa.

E. Upacara Membangun Rumah.


E.1. Upacara Nyapuh sawah dan tegal.
Apabila ada tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal.
Jenis upakara : paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat kelanan,
nasi ireng, mabe bawang jae. Setelah Angrubah sawah dilaksanakan asakap- sakap dengan
upakara Sanggar Tutuan, suci asoroh genep, guling itik, sesayut pengambeyan, pengulapan, peras
panyeneng, sodan penebasan, gelar sanga sega agung l, taluh 3, kelapa 3, benang + pipis.
E.2. Upacara pangruwak bhuwana dan nyukat karang, nanem dasar wewangunan.
Upakaranya ngeruwak bhuwana adalah sata/ ayam berumbun, penek sega manca warna.
Upakara Nanem dasar: pabeakaonan, isuh- isuh, tepung tawar, lis, prayascita, tepung bang,
tumpeng bang, tumpeng gede, ayam panggang tetebus, canang geti- geti.
E.3. Upakara Pemelaspas.
Upakaranya : jerimpen l dulang, tumpeng putih kuning, ikan ayam putih siungan, ikan ayam
putih tulus, pengambeyan l, sesayut, prayascita, sesayut durmengala, ikan ati, ikan bawang jae,
sesayut Sidhakarya, telur itik, ayam sudhamala, peras lis, uang 225 kepeng, jerimpen, daksina l,
ketupat l kelan, canang 2 tanding dengan uang II kepeng. Oleh karena situasi dan kondisi di
suatu tempat berbeda, maka upacara
E.4. dan upakara tersebut di atas disesuaikan dengan kondisi setempat.
Asta Kosala Kosali Fengshui ala Bali
Tanah dan tata letak rumah berpengruh terhadap kehidupan penghuninya.lontar asta kosala kosali
atau asta bumi bisa dijadikan acuan.Bagaimanakah bangunan arsitek bali yang bisa membuat
penghuninya bisa nyaman dan bahagia.
Menurut ida Pandita dukuh Samyaga,perkebangan arsitektur bangunan Bali,tak lepas dari peran
beberapa tokoh sejarah bali Aga berikut zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan
yang hidup pada abad ke 11,atau zaman pemerintahan Raja Anak wungsu di Bali banyak
mewarisi landasan pembanguna arsitektur Bali.
Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah
Mada ke Bali abad 14,juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta
Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para
arsitektur.

Penjelasan dikatakan oleh Ida Pandita Dukuh Samyaga.Lebih jauh dikemukakan,Bhagawan


Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur,sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata
yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan barunya.Dalam kisah
tersebut,hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut
menjadi sebuah kerajaan untuk Krisna.Kemudian secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap
sebagai dewa arsitektur.
Karenanya,tiap bangunan di bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan
Wiswakarma.Upacara demikian di lakukan mulai dari pemilihan lokasi,membuat dasar bagunan
sampai bangunan selesai.Hal ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar
bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi penghuninya.Menurut kepercayaan
masyarakat Hindu Bali,bangunan memiliki jiwa bhuana agung (alam makrokosmos) sedangkan
manusia yang menepati bangunan adalah bagian dari buana alit (mikrokosmos). Antara manusia
(mikrokosmos) dan bangunan yang ditempati harus harmonis,agar bisa mendapatkan
keseimbangan anatara kedua alam tersebut.Karena itu,mebuat bagunan harus sesuai dengan
tatacara yang ditulis dalam sastra Asta Bhumi dan Atas Kosala-kosali sebagai fengsui Hindu
Bali.
Tanah
Membuat rumah yang dapt mendatangkan keberuntungan bagi penghuninya,bagi rohaniwan dari
Banjar Semaga,Desa Penatih,Denpasar ini harus diawali dengan pemilihan lokasi (tanah) yang
pas.Lokasi yang bagus dijadikan bagunan adalah tanah yang posisinya lebih rendah (miring) ke
timur (sebelum direklamasi). Namun di luar lahan bukan milik kita,posisinya lebih
tinggi.Demikian juga tanah bagian utaranya juga harus lebih tinggi.Bila tanah di pinggir
jalan,usahakan posisinya tanah dipeluk jalan.Sangat baik bila ada air di arah selatan tetapi bukan
dari sungai yang mengalir deras.Air harus berjalan pelan,tetapi posisi sungai juga harus memeluk
tanah ,bukan sebaliknya menebas lokasi tanah.Diyakini,aliran air yang lambat membuat Dewa
air sebagai pembawa kesuburan dan rejeki banyak terserap dalam deras.
Selain letak tanah,tekstur tanah juga harus dipastikan memiliki kualitas baik.Tanah berwarna
kemerahan dan tidak berbau termasuk jenis tanah yang bagus untuk tempat tinggal.Untuk
menguji tekstur tanah,cobalah genggam tanah tersebut.Jika setelah lepas dari genggaman tanah
itu terurai lagi,berarti kualitas tanah tersebut cocok dipilih untuk lokasi perumahan.Cara lain
untuk menguji tekstur tanah yang baik adalah dengan cara melubangi tanah tersebut sedalam 40
Cm persegi.Kemudian lubang itu diurug (ditimbun) lagi dengan tanah galian tadi.
Jika lubang penuh atau kalau bisa ada sisa oleh tanah urugan itu, berati tanah itu bagus untuk
rumah.Sebaliknya jika tanah untuk menutup lubang tidak bisa memenuhi (jumlahnya kurang)
berati tanah tersebut tidak bagus dan tidak cocok untuk rumah karena tergolong tanah
anggker.Akan lebih baik memilih tanah yang terletak di utara jalan karena lebih mudah

untuk melakukan penataan bangunan menurut konsep Asta kosalakosali.Misalnya membuat pintu masuk rumah,letak bangunan,dan tempat suci keluarga
(merajan/sanggah).Lokasi seperti ini memungkinkan untuk menangkap sinar baik untuk
kesehatan.Tata letak pintu masuk yang sesuai,akan memudahkan menangkap Dewa Air
mendatangkan rejeki.
Kurang Bagus
Jangan membangun rumah di bekas tempat-tempat umum seperti bekas balai banjar (balai
masyarakat), bekas pura (tempat suci), tanah bekas tempat upacara ngaben
massal(pengorong/peyadnyan)bekas gria (tempat tinggal pedande/pendeta) dan tanah bekas
kuburan.Usahakan pula untuk tidak memilih lokasi (tanah)bersudut tiga atau

lebih dari bersudut empat.Tanah di puncak ketinggian,di bawah tebing atau jalan juga
kurang bagus untuk rumah karena membuat rejeki seret dan penghuninya akan sakit
sakitan.Demikian juga tanah yang terletak di pertigaan atau di perempatan jalan (simpang jalan)
tidak bagus untuk tempat tinggal tetapi cocok untuk tempat usaha.Tanah jenis ini termasuk tanah
angker karena merupakan tempat hunian Sang Hyang Durga Maya dan Sang Hyang Indra
Balaka.
Tata Letak Bangunan
Setelah direklamasi (ditata) diusahkan bangunan yang terletak di timur,lantainya lebih tinggi
sebab munurut masyarakat bali selatan umumnya,bagian timur dianggap sebagai
hulu(kepala)yang disucikan.Sedangkan menurut fungsui,posisi bangunan seperti itu
memberi efek positif.Sinar matahari tidak terlalu kencang,dan air tidak sampai ke bagian
hulu.Bagunan yang cocok untuk ditempatkan diareal itu adalah tempat suci keluarga yg disebut
merajan atau sanggah.Dapur diletakan di arah barat (barat daya) dihitung dari tempat yang
di anggap sebagai hulu (tempat suci) atau di sebelah kiri pintu masuk areal rumah, karena
menurut konsep lontar Asta Bumi,tempat ini sebagai letak Dewa Api.
Sumur dan lumbung tempat penyimpanan padi sedapat mungkin diletakan di sebelah timur atau
utara dapur.Atau di sebelah kanan pintu gerbang masuk rumah karena melihat posisi Dewa Air.
Bangunan balai Bandung (tempat tidur) diletakan diarah utara,sedangkan balai adat atau balai
gede ditempatkan disebelah timur dapur dan diselatan balai Bandung.Bangunan penunjang
lainnya diletakkan di sebelah selatan balai adat.
Pintu Masuk
Selain menemukan posisinya yang tepat untuk menangkap dewa air sebagai sumber rejeki
ukuran pintu masuk juga harus diatur. Jika membuat pintu masuk lebih dari satu,lebar pintu
masuk utama dan lainya tidak boleh sama.Termasuk tinggi lantainya juga tidak boleh sama.

Lantai pintu masuk utama (dibali berbentuk gapura/angkul angkul) harus dibuat lebih tinggi
dari pintu masuk mobil menuju garase.jika dibuat sama akan memberi efek kurang
menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sakit-sakitan.Akan sangat bagus bila di
sebelah kiri (sebelah timur jika rumah mengadap selatan) diatur jambangan air (pot air) yang disi
ikan.
Ini sebagai pengundang Dewa Bumi untuk memberi kesuburan seisi rumah.Tak menempatkan
benda benda runcing dan tajam yang mengarah ke pintu masuk rumah seperti penempatan
meriam kuno,tiang bendera,listrik dan tiang telepon atau tataman yang berbatang tinggi seperti
pohon palm,karena membuat penghuninya sakit sakitan akibat tertusuk.Got dan tempat
pembungan kotoran sedapat mungkin di buat di posisi hilir dan lebih rendah dari pintu
masuk.Kalau menempatkan kolam di pekarangan rumah hendaknya dibuat di atas permukaan
tanah(bukan lobang).Kolam di buat di sebelah kanan pintu masuk dengan posisi memelu
rumah,bukan berlawanan.Karena keberadaan kolam yang tidak sesuai akan mempengaruhi
kesehatan penghuni rumah. (umahbali)

Perhitungan Arah Rumah Yang Baik


Monday, February 18, 2008
Arah Rumah
0 comments
Jika seseorang ditanya arah rumah yang baik menghadap kemana, seringkali mereka menjawab
ke arah halaman. Memang itu betul, akan tetapi tentunya si penanya yang serius tidak berharap
akan
mendapat
jawaban
sebodoh
itu.
Sebab bagaimanapun, dimana kita berpijak disitu langit dijunjung. Jadi selama kita hidup di
Indonesia ini, tradisi yang sepertinya ketinggalan jaman tapi sepertinya masih erat tertanam di

benak

sebagian

besar

masyarakat.

Berikut ini adalah arah rumah yang baik berdasarkan jumlah pekan dan jumlah pasaran bagi
penghuninya.
7 menghadap ke arah Utara atau Timur
8 menghadap ke arah Utara atau Timur
9 menghadap ke arah Selatan atau Timur
10 menghadap ke arah Selatan atau Barat
11 menghadap ke arah Barat
12 menghadap ke arah Utara atau Barat
13 menghadap ke arah Utara atau Timur
14 menghadap ke arah Selatan atau Timur
15 menghadap ke arah Barat
16 menghadap ke arah Barat
17 menghadap ke arah Utara atau Barat
18 menghadap ke arah Utara atau Timur
CaraPerhitungan:
Jika lahir misalnya hari Sabtu Pahing, neptu Sabtu dan pahing adalah 9 + 9 = 18. Maka
rumah yang baik bagi penghuni yang lahir pada hari Sabtu Pahing adalah mengahadap ke
Utara atau ke Timur.

Tips memilih Tempat Tinggal dari kacamata Feng Shui


TIP-1 : Lingkungan Sekeliling Rumah Tinggal harus asri.
TIP-2 : Kondisi Kontur Tanah Rumah tinggal yang baik Feng Shui-nya berada pada
kontur tanah yang naik ke belakang, bukan sebaliknya.
TIP-3 : Bentuk Kavling adalah empat persegi panjang.
TIP-4 : Arah Hadap Pintu Masuk Utama sebaiknya sesuai dengan arah yang baik
bagi kepala keluarga (pria dan wanita). Untuk itu harus dilihat angka Kua dari kepala
keluarga ini. Untuk pria gunakan rumus: (100 - tahun lahir)/9 sisanya adalah Kua.
Untuk wanita, gunakan rumus: (tahun lahir - 4)/9 sisanya adalah Kua. Kua 2,5,6,7,
dan 8 termasuk dalam kelompok Barat, arah hadap pintu masuk utama adalah :

Barat, Barat Laut, Barat Daya, atau Timur Laut. Kua 1, 3, 4, dan 9 termasuk dalam
kelompok Timur, arah hadap pintu masuk utama adalah : Timur, Utara, Selatan atau
Tenggara. Contoh perhitungan : Pria kelahiran 1953 memiliki Kua = (100-53)/9 sisa
2 (BARAT) Wanita kelahiran 1977 memiliki Kua = (77- 4)/9 sisa 1 (TIMUR)
TIP-5 : Tata letak interior perlu memperhatikan beberapa prinsip utama yaitu: dapur
tidak terletak di sektor utara (karena utara merupakan simbol air, sedangkan dapur
merupakan simbol api); kamar mandi/WC tidak boleh terletak di sektor selatan
(karena selatan adalah simbol api, sedangkan kamar mandi/WC adalah simbol air).
Selain daripada itu, hindari rumah dengan letak tangga, dapur, atau kamar
mandi/WC berada persis di tengah rumah. Hindari juga rumah yang berpintu depan
langsung melihat ke arah tangga, pintu dapur, maupun pintu kamar mandi/WC.
TIP-6 : Bentuk Bangunan yang sederhana dan beraturan lebih baik daripada bentuk
bangunan yang tidak beraturan dan bentuk dasar yang beraneka ragam. Apabila
sebagian bangunan itu bertingkat, maka posisi yang bertingkat tersebut sebaiknya
berada di bagian belakang bangunan, bukan sebaliknya.
TIP-7 : Dimensi Waktu Saat transaksi pembelian rumah tinggal dan saat menempati
bangunan merupakan hal yang penting. Ada baiknya tidak melakukan aktivitas
penting pada tahun-tahun ciong. Pasangan ciong adalah ular-babi; naga-anjing;
kelinci-ayam; harimau-monyet; kerbau-kambing; dan tikus-kuda.
TIP-8 : Andalkan Intuisi Anda Setelah mempertimbangkan ketujuh tips diatas. Ketika
melihat bangunan yang diminati, perhatikan semua aspek bangunan itu dari luar
hingga masuk ke dalam dan cobalah rasakan, apakah rumah itu cocok untuk Anda.
Anda dengan cepat dapat mengetahui dan merasakan apakah ada kecocokan
dengan bangunan tersebut. Kesan pertama yang anda rasakan sangat penting
untuk dijadikan sebagai pedoman dalam memilih rumah.

Vous aimerez peut-être aussi