Vous êtes sur la page 1sur 14

AKHLAK DALAM AJARAN ISLAM

Nama Anggota:
Rachma Maristika Irtany 2316030065
Firman Maulana 2316030072
Nurul Qomar Dwi P. 2316030090
Sofia Putri Salsabila 2316030095
Miriam Roos 2316030101
Nur Aulia Pramesthi 2316030115

D-3 TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul Akhlak Islam. Atas dukungan moral dan materi yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka Kami mengucapkan terima kasih
kepada:
Bapak Syarifuddin selaku dosen Pendidikan Agama Islam kami, yang telah memberi
dorongan, masukan, bimbingan kepada penulis.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca dibutuhkan untuk meyempurnakan
makalah ini.

Surabaya, 12 Oktober 2016

Kelompok IV

DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I
I.1 Latar Belakang

I.2 Rumusan Masalah

I.3 Tujuan Penulisan

I.4 Manfaat Penulisan

Bab II
II.1 Akhlak Islam
II.2 Konsep Akhlak
II.3 Akhlak dan Aktualisasinya

6
6
9

Bab III
a. Simpulan

14

b. Saran

14

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Kata akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseoang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Menurut 3 pakar bidang akhlak yaitu Ibnu
Miskawih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai
yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan baik antara hamba dengan
Allah SWT (habluminallah) dan antara sesama manusia (habluminannas). Akhlak
yang baik akan hadir pada diri manusia dengan proses yang panjang, yaitu melalui
pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak yang dibawa oleh Islam merupakan sesuatu
yang benar dan tidak ada kekurangannya. Pendidikan akhlak yang ditawarkan Islam
berasal langsung dari Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui Malaikat Jibril dengan Al Quran dan Sunnah kepada umat Rasulullah.
Rasulullah SAW sebagai teladan yang paling baik memberikan pengetahuan
akhlak kepada keluarga dan para sahabat Rasulullah SAW, sehingga orang-orang
dekat Rasulullah SAW mampu memilik akhlak yang tinggi di hadapan umat lain dan
akhlak mulia di hadapan Allah.
Pandangan bahwa kehidupan dengan landasan akhlak adalah sesuatu yang kuno
dan ketinggalan zaman serta jauh dari kemoderan harus kita hapuskan dari
pemikiran kita. Kemunduran moral yang terjadi di seluruh penghujung dunia

seharusnya menjadi keprihatinan sendiri bagi seluruh umat. Semestinya manusia


sadar dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan Allah dengan
akhlak yang mulia. Orang yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang
baik akhlaknya. Akhlak Ialam yang mulia ini aka mmbawa umat untuk selamat
hidupnya di dunia dan akhirat.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Bagaimana konsep akhlak dalam Islam?


Apa yang hubungan antara etika, moral dan akhlak?
Apa saja karakteristik etika Islam?
Bagaimana aktualisasi akhlak?

I.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui konsep akhlak dalam Islam


Agar mengetahui hubungan antara etika, moral, dan akhlak dalam Islam
Agar dapat menerapkan akhlak-akhlak Islam dalam kehidupan
Untuk menjadikan kita sebagai manusia yang berakhlak Islamiyah

I.4 Manfaat Penulisan


Sebagai bahan yang dapat memberikan suatu wacana bagi kita agar dapat mengenal dan
menerapkan akhlak Islamiyah.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Akhlak Islam
Kata Akhlak bersasal dari bahasa arab, yaitu merupakan jamak dari khuluq.
Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk, lalu
disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktekkan dalam perbuatan, sedang yang
buruk di benci dan dihilangkan.
Dalam Ilmu akhlak, objek ilmu akhlak yang dipelajari adalah perilaku manusia, dan
penetapan nilai perilaku sebagai baik atau buruk. Dasar atau alat pengukur yang
menyatakan baik-buruknya sifat perilaku seseorang itu adalah Al-Quran dan AsSunah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Quran dan As-Sunah, itulah yang
baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang
buruk menurut al-Quran dan as-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.
Eksistensi akhlak yang baik sangat berpengaruh bagi kelangsungan umat muslim.
Mempelajari Ilmu akhlak bertujuan sebagai pedoman atau pun penerang bagi kaum
manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Akhlak tidak bisa
menjadikan manusia baik atau buruk. Kedudukan akhlak adalah sebagai dokter
untuk pasien. Pasien bisa saja tidak mendengarkan informasi yang diberikan dokter
tentang kesehatannya. Hal ini mengibaratkan bahwa hidup tanpa petunjuk akhlak
yang baik maka akan mengalami keugian yang mendalam. Jika petunjuk atau
petuah dari dokter diikuti dengan baik maka hal ini akan mendorong kita supaya
membentuk hidup yang menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan.

Perbuatan baik membutuhkan pembiasaan setiap hari. Berusaha melakukan


perbuatan yang baik dan berusaha menjauhi perbuatan yang buruk. Perbuatan yang
baik akan banyak halangannya. Berbekal akhak yang mulia, seorang mukmin akan
semakin teruji dan menjadi insan yang terpuji.
II.2 Konsep Akhlak
II.2.1 Etika, Moral, dan Akhlak
Secara substansial etika, moral dan akhlak memiliki suatu kesamaan, yaitu
entang baik dan buruk tentang perilaku manusia, hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Yang berbeda
hanyalah dasar atau ukuran baik dan buruknya.
Etika merupakan norma baik atau buruk, yang mendasarinya adalah akal,
karena etika merupakan bagian dari filsafat. Moral adalah segala tingkah laku manusia
yang mencakup sifat baik dan buruk dari ingkah laku itu. Dan yang menjadi ukurannya
adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.
Sedangkan Akhlak sendiri adalah ajaran yang membahas tentang baik dan
buruk yang dasar normanya adalah wahyu Allah yang bersifat umum.
1. Menurut Ibnu Maskawaih(941-1030 M)
: .
, , ....
.
Artinya :
Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal
dari tabiat aslinya adapula yang diperoleh dari kebiasaan berulang-ulang. Boleh
jadi,pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan,kemudian dilakukan
terus menerus,maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
2. Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)

.
Artinya :
Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

II.2.2 Karakteristik Etika Islam (Akhlak)


Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji
atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran dan
perbuatan manusia lahir maupun batin. Akhlak secara inti adalah sifat hati, yang bisa
baik dan bisa buruk, yang tercermin pada perilaku. Jika sifat hatinya baik maka yang
muncul adalah perilaku baik (akhlaq mahmudah) dan sebaliknya jika sifat hatinya buruk
maka yang mucul adalah perilaku buruk (akhlak madzmumah).
Menurut Ibnu Arabi, didalam diri manusia terdapat tiga nafsu, yaitu:
1. Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang. Nafsu ini
cenderung kepada kelezatan jasmaniyah, misalnya makan, minum dan seksual. Jika
nafsu ini tidak terkendali, maka manusia menjadi tidak ada bedanya dengan binatang,
skap hidupnya menjadi hedonis. Hedonis dalam hal ini adalah pandangan hidup yang
menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup.
Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan
tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak.
2. Nafsu Ghadlabiyah, nafsu yang ada pada manusia dan binatang dan cenderung pada
amarah, merusak, senang menguasai dan mengalahkan yang lain. Nafsu ini lebih
berbahaya dari nafsu syahwaniyah karena jika tidak terkendali maka akan dapat
mengalahkan akal, sehingga menimbulkan keburukan dan kerusakan.
3. Nafsu Nathiqah yaitu nafsu yang membedakan manusia dengan binatang lain (hewan
yang lainnya). Dengan nafsu ini manusia mampu berzikir, mengambil hikmah, memahi
fenomena alam, dan dengan nafsu ini juga manusia menjadi Agung, besar cita-citanya
kagum pada dirinya sehingga bersyukur kepada tuhannya. Dan nafsu ini juga dapat
menajdikan manusia untuk mebedakan baik- buruknya dan dengan nafsu ini juga
manusia dapat mengendalikan keuda nafsu yakni al-syawaniyya dan al-gadhabiyyah.
Bagitu pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam sehingga Al-Quran tidak hanya
memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-ayat
yang berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat yang
berbicara tentang shoalat, puasa, haji, zakat dan muamalah selalu dikaitkan dan diakhiri
dengan pesan-pesan perbaikan akhlak (Al Baqarah: 183, 197)

II.2.3 Macam Akhlak


Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian: (Anwar, Rosihon
2010:30-31)
1.

Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah, di antaranya:

a. Cinta dan beriman kepada Allah SWT

f. Taat beribadah

b. Selalu menepati janji

g. Melaksanakan amanah

c. Berlaku sopan (ucapan dan perbuatan)

h. Qanaah

d. Tawakal

i. Sabar

e. Syukur

j. Tawadhu (merendahkan diri), dll

2.

Akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak syaiyah, di antaranya:

a. Kufur

b. Syirik

d. Fasik

e. Riya

g. Mengadu domba
j. Kikir

h. Dengki/iri
k. Dendam

m. Memutuskan silaturahmi

n. Putus asa

c. Murtad
f. Takabur
i. Hasut
l. Khianat
o. Dusta, dll

II.3 Akhlak dan Aktualisasinya


II.3.1 Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara mensucikan
hati (tashfiyat al-qalbi). Hati yang suci bukan hanya bisa ekat dengan Allah tapi malah
dapat mengenal Allah (al-marifah). Menurut Dzun Nun al-Misri, ada tiga pengetahuan
tentang Allah, yaitu :
a. Pengetahuan awam : Mengetahui Allah Esa dengan perataraan kalimat syahadat.
b. Pengetahuan ulama : Mengetahui Allah Esa dengan logika/akal
c. Pengetahuan kaum sufi : Mengetahui Allah Esa dengan perantaraan hati sanubari
( pengalaman batin)
Pengetahuan yang hakiki tentang Allah adalah pengetahuan yang disertai dengan
kesucian hati. Telah dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati yang mendasari perilaku
manusia. Jika hatinya bersih dan suci maka yang akan keluar adalah perbuatan/perilaku
yang baik dan mulia (al-akhlaq al-karimah). Dalam hubungan ini tasawuf adalah cara

untuk membersihkan dan mensucika hati. Maka hubungan antara tasawuf dan akhlak
menjadi sangat erat dan penting karena satu sama lain saling mendukung.
Metode penyucian hati (tashfiyat al-qalbi) dalam ilmu Tasawuf meliputi :
a. Iijinbul Manhiyat, ialah menjauhi larangan-larangan Allah
b. Adaul Wajibat, ialah melaksanakan kewajiban-kewajiban Allah
c. Adaun Nafilat, ialah melaksanakan hal-hal yang disunahkan Allah
d. Ar-Riyadlah, ialah latihan spiritual agar dapat istiqomah dalam menjalankan seluruh
ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah
Sedangkan Mustofa Zukir mengatakan : Untuk mewujudkan cita-cita mereka
tersebut, para ulama Sufi membuat tata cara dalam bentuk pendidikan akhlak yang
disusun dalam tiga tingkata, yaitu :
a. Pertama Takhalli, yaitu suatu usaha mengosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela
dan maksiat lahir maupun batin
b. Kedua Tahalli, yaitu suatu usaha untuk mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji
dan taat secara lahir maupun batin
c. Ketiga Tajalli, yaitu suatu tingkatan dimana ia merasakan rasa ketuhaan dengan
mencapai kenyataan hakikat mengenal Allah
II.3.2 Indikator Manusia Berakhlak
Indikator manusia berakhlak baik (husn al-khuluq) adalah tertanamnya iman dalam
hati dan teraplikasinya takwa dalam perilaku. Sebaliknya mausia yang tidak berakhlak
baik (su al-khuluq) adalah manusa yang ada nifaq (kemunafikan) di dalam hatinya.
Nifaq adalah sikap mendua terhadap Allah. Tidak ada kesesuaian antara hati dan
perbuatan.
Taat kepada perintah Allah dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu dapat
membersihkan hati, sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati.
Barang siapa melakukan dosa maka hitamlah hatinya, dan barang siapa melakukan dosa
tetapi menghapusnya dengan kebaikan maka tidak akan gelaplah hatinya, hanya saja
cahaya itu telah berkurang.
Ahli Tasawuf mengemukakan bahwa indikator manusia berakhlak, antara lain
adalah memiliki budaya malu ( untuk berbuat buruk) dalam interaksi dengan

10

sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam
ucpannya, tidak banyak bicara tetapi banyak berbuat, penyabar, tenang, hatinya selalu
bersama Allah, suka berterima kasih, ridla terhadap ketentuan Allah, bijaksana, hati-hati
dalam bertindak, menyenangkan bagi teman dan disegani lawan, tidak pendendam ,
tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena
Allah dan benci karena Allah
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup maka manusia berakhlak adalah
manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya
dengan Allah sesama makhluk dan alam semesta.
Di dalam Al-Quran banyak ditemukan ciri-ciri manusa yang beriman dan memiliki
akhlak mulia diantaranya :
-

Istiqomah dan konsekuen dalam pendirian ( QS Al-Ahqaf 13 )

Suka berbuat kebaikan (QS Al-Baqarah 112)

Mematuhi amanah dan berbuat adil ( QS An-Nisa 58)

Kreatif dan tawakkal (QS Ali Imran 160)

Disiplin waktu dan produktif (QS Al-Ashr 1-4)

Melakukan sesuatu secara proposional dan harmonis ( QS Al-Araf 31 )

II.3.3 Akhlak dan Aktualisasinya dalam Kehidupan


Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman
yang dimilikinya dengan mengaplikasikan ajaran Islam dalam keseharian. Misalnya:
a. Akhlak kepada Allah:

Mentauhidkan Allah ( QS Al-Ikhlas: 1-4 )

Tidak berbuat syirik terhadap Allah ( QS Luqman: 13 )

Bertakwa kepada Allah ( QS An-Nisa: 1 )

Banyak berdzikir kepada Allah ( QS Al-Ahzab: 41-44 )

Bertawakal hanya kepada Allah ( QS Ali Imran: 159 )

b. Akhlak terhadap Rasulullah:

Menjalankan sunnahnya ( QS Ali Imran: 30 )

Meneladani akhlaknya ( QS Al-Ahzab: 21 )

Bershalawat kepadanya ( QS Al-Ahzab: 56 )

c. Akhlak terhadap diri sendiri:

11

Sikap sabar ( QS Al-Baqarah: 153 )

Sikap syukur ( QS Ibrahim: 7 )

Sikap amanah dan jujur ( QS Al-Ahzab: 72 )

Sikap tawadlu ( QS Luqman: 18 )

Cepat bertaubat jika berbuat khilaf ( QS Ali Imran: 135 )

d. Akhlak kepada keluarga:

Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) ( QS An-Nisa : 36 )

Membina dan mendidik keluarga ( QS At-Tahrim : 6 )

Memelihara keturunan ( QS An-Nahl : 58-59 )

e. Akhlak terhadap sesama manusia:

Merajut ukhuwah atau persaudaraan ( QS Al -Hujurat : 10 )

Saling tolong menolong ( Taawun ) ( QS Al-Maidah : 2 )

Suka memaafkan kesalahan orang lain ( QS Ali Imran : 134 & 159 )

Menepati janji ( QS At-Taubah : 111 )

f. Akhlak terhadap sesama makhluk:

Tafakkur ( QS Ali Imran: 190 )

Memaanfaatkan alam untuk kemaslahatan ( QS Yunus: 101 )

Dalam ilmu akhlak dijelaskan bahwa kebiasaan yang baik harus dipertahankan dan
disempurnakan, sedangkan kebiasaan yang buruk harus dihilangkan, karena kebiasaan
merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan karakter manusia berakhlak.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa untuk mencapai akhlak yang baik ada tiga cara,
yaitu:
a. Akhlak yang merupakan anugerah dan rahmat Allah, yakni orang memiliki akhlak
baik secara alamiah ( bit-thabiah wal fitrah ) sebagai sesuatu yang diberikan Allah
kepada seseorang sejak ia dilahirkan.
b. Mujahadah, yaitu selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik dan tetap
dalam kebaikan, serta menahan diri dari sikap putus asa.
c. Riyadlah, yaitu melatih diri secara spiritual untuk senantiasa dzikir kepada Allah
dengan dawam al-dzikir.

12

Adapun beberapa cara untuk dapat membantu seseorang mengubah akhlaknya


menjadi baik, yaitu:
1. Menjadi murid seorang pembimbing spiritual
2. Meminta bantuan seseorang yang tulus dan taat
3. Berupaya untuk mengetahui kekurangan diri kita dari seseorang yang benci dengan
kita.
4. Bergaul dengan orang banyak dan memisalkan kekurangan yang ada pada orang lain
bagaikan yang ada pada kita.
5. Menyadari perbuatan buruk dan bertekad untuk meninggalkannya.
6. Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan buruk tersebut dan mewujudkan
niat atau tekad semula.
7. Menghindarkan diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk tersebut
terulang kembali.
Kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk memiliki akhlaqul karimah dan
berupaya dapat menjauhi akhlaqus-saiyiah. Jika kita ingin memilikinegara yang
baldatun thayibatun wa rabbun ghafur (negara yang baik, makmur, dan senantiasa
dalam ampunan-Nya), maka kuncinya adalah masyarakat dan bangsa tersebut harus
berakhlak baik, jika tidak maka kehancuran dan kehinaan akan meliputi masyarakat dan
bangsa tersebut.

BAB III
PENUTUP
A.

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Akhlak merupakan bekal diri yang membawa kebaikan dan keberuntungan bagi
mereka yang mengerjakannya. Akhlak yang ditawarkan Islam berdasar pada nilai-nilai

13

Al-Quran dan Al-Hadis. Dalam pelaksanaannya, Akhlak Islam perlu dijabarkan oleh
pemikiran-pemikiran manusia melalui usaha ijtihad.
Dengan akhlak Islam, manusia diharapkan dapat menempuh jalan yang baik. Jalan
yang sesuai ajaran-ajaran Islam, pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan.
Memiliki akhlak islam, manusia akan dapat kebersihan batin yang membawanya
melakukan perilaku terpuji. Dengan perilaku terpuji akan melahirkan keadaan antar
umat menjadi harmonis, damai serta sejahtera lahir dan batin. Sehingga setiap aktivitas
akan dilakukan karena untuk mendapatkan kerahmatan Allah yang akan membawa
insan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dapat dikatakan bahwa Akhlak Islam bertujuan memberikan pedoman atau
penerangan bagi manusia untuk mengetetahui perbuatan yang baik dan buruk. Terhadap
perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya dan terhadap perbuatan yang buruk ia
berusaha menghindarinya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Sebagai umat Islam hendaknya memahami Akhlak Islam dengan baik, karena
dengan kita memahami arti akhlak ini dapat mengatur berbagai kehidupan umat
manusia untuk mencapai kemaslahatan.
2. Dalam bermasyarakat hendaknya kita menerapkan sikap akhlaqul karimah agar
dapat hidup rukun antar sesama

14

Vous aimerez peut-être aussi