Vous êtes sur la page 1sur 12

LEMBAR KERJA LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN

(METODE SAMPLING)
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Laboratorium Teknik Lingkungan
Dosen Pembimbing : Dr. Nopi Stiyati P. S.Si, M.T

Disusun Oleh :
Selvia Risanti

NIM H1E114219

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
2016

METODE SAMPLING
1) Apa tujuan sampling?
Jawab :
Tujuan pengambilan sampel adalah menggunakan sebagian dari individuindividu yang ingin diselidiki untuk memperoleh informasi tentang populasi,
selain itu untuk memperoleh data yang akurat dan ada kaitannya dengan
populasi yang menjadi sasaran penelitian, mampu memberikan informasi
yang terkait dengan populasi yang ingin diteliti. Suatu populasi mempunyai
sekurang-kurangnya satu karakteristik yang membedakan dengan kelompok
lainnya serta informasi yang diperoleh akan menjadi bahan baku dalam
mengambil suatu keputusan.
2) Bagaimana cara mengambil sampel air permukaan?
Jawab :
Cara

mengambil

sampel/contoh

air

permukaan

berdasarkan

SNI

6989.57:2008, yaitu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :


1. Siapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber
airnya;
2. Bilas alat pengambil contoh dengan air yang akan diambil, sebanyak 3
(tiga) kali;
3. Ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam
penampung
sementara, kemudian homogenkan;
4. Masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
5. Lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya
hantar listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat
dan tidak dapat diawetkan;
6. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;
7. Pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium
dilakukan pengawetan seperti pada Lampiran B.

CATATAN 1 Untuk contoh yang akan di uji kandungan senyawa organiknya


dan logam runutan hendaknya tidak membilas alat 3 kali dengan contoh air
tapi digunakan botol yang bersih dan siap pakai.
CATATAN 2 Apabila pengambilan contoh dilakukan secara merawas, petugas
pengambil contoh berada di sebelah hilir.
3) Bagaimana cara mengambil sampel air limbah ?
Jawab :
Cara mengambil sampel air limbah berdasarkan SNI 6989.59:2008, yaitu
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan;
2. Bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali;
3. Ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam
penampung
sementara, kemudian homogenkan;
4. Masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
5. Lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya
hantar listrik, pH
dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat
diawetkan;
6. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;
7. Pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium
dilakukan pengawetan
seperti pada Lampiran B.
CATATAN Untuk contoh yang akan di uji kandungan senyawa organiknya dan
logam, hendaknya tidak membilas alat 3 kali dengan contoh air, tetapi
digunakan wadah yang bersih dan siap pakai.
4) Bagaimana cara mengawetkan sampel?
Jawab :
Cara mengawetkan sampel tergantung pada analisa yang akan dilakukan
dalam suatu senyawa atau unsur tertentu. Misalnya menganalisa senyawa
nitrat (NO3-). Jadi, cara pengawetan sampel yaitu di tambahkan H 2SO4
sampai pH<2 dan didinginkan sampai waktu pengawetan maksimum yaitu 2

hari. Berikut 3 cara pengawetan yang bisa diterapkan pada sampel, yaitu
antara lain :
1. Pendinginan
Dilakukan dengan menyimpan contoh pada suhu kurang lebih 4 oC dan
lebih baik lagi ditempat gelap. Dimaksudkan untuk memperlambat
aktifitas biologi dan mengurangi kecepatan reaksi secara kimia dan fisika.
Keuntungan metode ini adalah tidak mengganggu unsur-unsur yang
ditetapkan. Bila pendinginan tidak mungkin dilakukan pada suhu 4 oC
maka botol contoh dapat disimpan dalam bongkahan-bongkahan es.
2. Pengawetan secara kimia
a. Pengasaman
Dengan penambahan asam sampai pH 2, biasanya dilakukan untuk
pengawetan

logam

terlarut

dan

logam

total

sehingga

pemeriksaannya dapat ditunda selama beberapa minggu. Khusus


untuk logam merkuri waktu penyimpanan paling lama 7 hari dan bila
perlu

disimpan

lebih

lama

lagi

harus

ditambahkan

bahan

pengoksidasi biasanya KMnO4 atau K2Cr2O7 dapat menghalangi


aktifitas biologi, sehingga dapat digunakan untuk pemeriksaan unsurunsur yang dapat mengalami perubahan secara biologi.
b. Biosida
Akan menghalangi aktifitas biologi, larutan HgCl 2 dalam contoh
sekitar 20-40 mg/L. Penggunaan bahan ini harus hati-hati karena
pengukuran kadar merkuri dalam konsentrasi rendah karena dapat
terkontaminasi oleh HgCl2.
c. Keadaan khusus
Penetapan unsur-unsur tertentu

memerlukan

perlakuan

yang

tersendiri. Sebagai contoh untuk pengawetan sianida ditambahkan


larutan NaOH sehingga pH menjadi 10-11.
3. Pengaturan waktu
Dapat dihindari kesalahan pemeriksaan yang disebabkan oleh perubahan
unsur selama penyimpanan. Batas waktu pemeriksaan tidak boleh
melebihi batas waktu maksimum penyimpanan agar tidak terjadi
perubahan unsur yang tidak dikehendaki.

5) Apa saja gangguan yang mungkin terjadi ketika pengambilan dan


menyimpanan sampel?
Jawab :
Gangguan yang mungkin terjadi ketika pengambilan dan penyimpanan
sampel, yaitu antara lain
a. Gas seperti O2 dan CO2 dapat diserap air sampel atau dapat lenyap dari
air sampel keudara.
b. Zat tersuspensi seperti koloidal dapat membentuk flog flog sendiri dan
mengendap.
c. Beberapa zat terlarut dapat dioksidasikan oksigen terlarut sehingga
senyawa berubah, misalnya Mn2+ terlarut dapat teroksidasi oleh oksigen
terlarut sehingga terbentuk MnO2 (s).
d. Beberapa zat terlarut dapat bereaksi, misalnya Ca2+ dan Co32- dapat
membentuk CaCo3 yang mengendap. Hal tersebut terjadi bila pH
berubah.
e. Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel ayang tidak
disimmpan pada tempat gelap dan dingin atau bila pH nya rendah; zat
organis (seperti COD dan BOD) akan terus dicerna oleh bakteri yang aktif.
6) Bagaimana urutan langkah - langkah yang tepat untuk penanganan
sampel?
Jawab :
Urutan langkah - langkah yang tepat untuk penanganan sampel, yaitu :
1. Mendefinisikan karakteristik populasi yang ingin diteliti.
2. Menentukan kerangka sampling (sampling frame), kumpulan (set) item
atau kejadian yang mungkin diukur.
3. Menentukan metode sampling untuk memilih aitem atau kejadian dari
4.
5.
6.
7.

kerangka sampling.
Menghitung ukuran sampel.
Melaksanakan sampling berdasarkan perencanaan yang dibuat.
Pengambilan sampling dan data.
Mereview proses sampling.

7) Bagaimana prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran


temperatur?
Jawab :
Prosedur

kerja

standart

pada

sampel

untuk

pengukuran

temperatur

berdasarkan Badan Standarisasi Nasional 2005 SNI 06-6989.23.ICS No.


13.060.1, yaitu metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air
limbah dengan termometer air raksa. Air raksa dalam termometer akan
memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga
suhu air dapat dibaca pada skala thermometer (oC)
1. Peralatan
Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110C.
2. Penetapan contoh uji air permukaan
a. Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2
menit sampai dengan 5 menit sampai thermometer menunjukkan
nilai stabil.
b. Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu
thermometer dari air.
3. Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.
a. Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.
b. Masukkan alat pengambil contoh uji kedalam air pada kedalaman
tertentu untuk mengambil contoh uji.
c. Tarik alat pengambil contoh uji sampai kepermukaan
d. Catat skala yang ditunjukkan thermometer sebelum contoh air
dikeluarkan dari alat pengambil contoh.
Pengukuran temperatur dapat dilakukan menggunakan termometer air raksa
dari celcius, bisa juga digunakan termometer elektronik yang bisa dipasang
bersamaan

dengan

alat

DO

meter

dan

Conductivitymeter.

Cara

pengukurannya sangat tergantung pada termometer yang digunakan. Jika


digunakan termometer gelas, maka termometer tersebut dicelupkan ke
dalam air dan dibiarkan sampai cairan dalam kolom termometer berhenti
bergerak. Untuk termometer elektronik dengan probe yang panjang dapat
digunakan untuk mengukur temperatur air pada berbagai kedalaman
8) Bagaimana prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran pH?
Jawab :

Prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran pH, yaitu dapat
menggunakan pHmeter, kertas lakmus dan calorimeter. pH meter pada
dasarnya menentukan kegiatan ion hidrogen menggunakan elektroda yang
sangat sensitif terhadap kegiatan ion merubah signal arus listrik. Cara ini
praktis, teliti serta dapat digunakan untuk mengukur pH pada lokasi dan
posisi sampel.
9) Bagaimana prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran
transparansi?
Jawab :
Prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran transparansi, yaitu
pembacaan dengan menggunakan cakram Secchi sebagai berikut :
1. Turunkan alat itu sampai permukaan air di tempat yang teduh, sampai
mulai menghilang.
2. Ukur kedalaman sejak titik ini. Naikkan alat itu sampai mulai tampak lagi.
3. Ukur kedalaman sejenak titik ini. Cari rata-rata dari kedua hasil
pengukuran itu. Kondisi permukaan dan warna air perlu dicatat.
4. Jika diperoleh pembacaan rendah, misalnya 75 cm, maka air banyak
mengandung bahan suspensi. Jika amat tinggi, misalnya 600 cm, maka
air itu amat bening dan relatif bebas bahan tersuspensi. Ada yang
menyarankan bahwa hasil baca cakram Secchi dekat dengan batas
kedalaman daerah pesisir, daerah pertumbuhan tanaman berakar. Jika
hasil baca Secchi 300 cm, maka itulah garis permukaan danau yang
ditanami rumput.
5. Hasil baca Secchi berbeda dari tempat ke tempat, hari ke hari, jam ke
jam, bergantung kepada kondisi air. Karena itu lakukanlah pengukuran ini
untuk beberapa bulan, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih tepat.
6. Cara kerja piringan secchi adalah menurunkan piringan ke dalam air
sampai piringan tepat hilang dari pandangan dan dinaikan perlahanlahan sampai batas dimana secchi dish masih terlihat.
7. Kemudian mencatat kedalamannya dengan mengukur panjang tali secchi
dish yang basah dengan meteran. Jika piringan secchi masih terlihat pada
jarak yang cukup dalam, berarti kecerahannya tinggi artinya cahaya

matahari masih dapat menembus air pada kedalaman tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sastrawijaya (2000), jika diperoleh pembacaan
rendah, misalnya 75 cm, maka air banyak mengandung bahan suspensi.
Jika amat tinggi, misalnya 600 cm, maka air itu amat bening dan relatif
bebas bahan tersuspensi.
10) Bagaimana prosedur kerja standart

pada sampel untuk pengukuran

konduktivitas?
Jawab :
Prosedur kerja standart pada sampel untuk pengukuran konduktivitas
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6989.1-2004, Air dan air
limbah Bagian 1, yaitu :
a. Cara uji daya hantar listrik (DHL) dalam SNI ini diterapkan untuk
pengujian parameter-parameter kualitas air dan air limbah. Peraturan
yang digunakan sebagai dasar adalah Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air dan
Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Pengujian Kualitas air
Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan. SNI ini merupakan
hasil revisi dari butir 3.11 pada SNI 06-2413-1991, Metode pengujian
kualitas fisika air. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar
internasional yaitu Standard Methods for the Examination of Water and
Waste
b. Cara uji daya hantar listrik (DHL) ini meliputi cara uji daya hantar listrik
(DHL) air dan air limbah dengan menggunakan alat konduktimeter. Daya
hantar listrik adalah kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik
yang dinyatakan dalam jtmhos/cm (jtS/cm). Pada uji ini digunakan larutan
baku, yang merupakan larutan yang dibuat dengan melarutkan KCl
dengan konsentrasi tertentu.
c. Cara uji DHL sebagai berikut, yaitu :
Prinsip uji DHL, Daya hantar listrik

diukur

dengan

elektroda

konduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai


larutan baku pada suhu 25oC.
a) Bahan

1. Air suling dengan DHL < 1 jtmhos/cm.


2. Larutan baku kalium klorida, KCl 0,01 M.
b) Prosedur
1. Larutkan 0,7456 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah
dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan
encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25 oC
mempunyai daya hantar listrik 1413 jtmhos/cm.
2. Larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M.
3. Larutkan 7,4560 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah
dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan
encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25 oC
mempunyai daya hantar listrik 12900 jtmhos/cm.
4. Larutan baku kalium klorida, KCl 0,5 M.
5. Larutkan 37,2800 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah
dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan
encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25 oC
mempunyai daya hantar listrik 58460 jtmhos/cm.
c) Peralatan
1. Timbangan analitik;
2. Konduktimeter;
3. Labu ukur 1000 mL;
4. Termometer; dan
5. Gelas piala 100 mL .
d) Kalibrasi alat
1. Cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.
2. Atur suhu larutan KCl 0,01 M pada 25oC.
3. Celupkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M.
4. Tekan tombol kalibrasi.
5. Atur sampai menunjuk angka 1413 mhos/cm (sesuai dengan
instruksi kerja alat).
CATATAN Apabila DHL contoh uji lebih besar dari 1413 mhos/cm,
lakukan tahapan pada 3.4 dengan menggunakan larutan baku KCl
0,1 M (DHL = 12900 mhos/cm) atau KCl 0,5 M (DHL = 58460
mhos/cm).
e) Prosedur
1. Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
2. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktimeter
menunjukkan pembacaan yang tetap.

3. Catat

hasil

pembacaan

skala

atau

angka

pada

tampilan

konduktimeter dan catat suhu contoh uji.


11) Apa yang diperlukan agar data hasil pengukuran dapat dikatakan valid?
Jelaskan!
Jawab :
Agar data hasil pengukuran dapat dikatakan valid, maka yang diperlukan,
yaitu :
1. Contoh air yang respresentatif, yaitu contoh air yang komposisinya sama
dengan komposisi badan air yang akan diteliti kualitasnya. Maksud dan
tujuan pengambilan contoh air adalah mengumpulkan volume air dari
bagian air yang akan diteliti kualitasnya dengan volume sekecil mungkin
tetapi karakteristik dan komposisinya masih sama dengan karakteristik
badan air tersebut.
2. Metode analisis dengan tingkat akurasi dan presisi yang dapat diterima
3. Peralatan dan instrumentasi yang terkalibrasi
4. Sumber daya manusia (analisis atau laporan) yang dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai
12) Jelaskan bagaimana cara menentukan lokasi pengambilan sampel?
Jawab :
Cara menentukan lokasi pengambilan sampel diantaranya, yaitu sebagai
berikut :
1. Pemilihan lokasi pengambilan contoh sampel air. Dikarenakan ini
merupakan salah satu langkah penting dalam prosedur pengambilan
contoh air.
2. Lokasi pengambilan contoh dipilih agar contoh air yang diambil benarbenar mewakili badan air tersebut, agar diperoleh hasil pengukuran yang
respresentatif.
3. Dalam pemilihan

lokasi

harus

mempertimbangkan

tujuan

dari

pengukuran/pemantauan dan pengetahuan tentang kondisi geografi dari


badan air yang akan diteliti.

4. Lokasi pengambilan contoh air sudah dapat diplotkan di atas peta, tetapi
keputusan akhir sangat tergantung pada kondisi di lapangan setelah
dilakukan survei pendahuluan.
13) Jelaskan parameter kunci dalam penentuan kualitas air?
Jawab :
Parameter kunci dalam penentuan kualitas air, yaitu sebagai berikut :
1. Derajat keasaman (pH)
pH merupakan parameter untuk menyatakan suatu keasaman air, untuk
menyatakan banyaknya ion H+ di dalam air, semakin banyak ion H+ di
dalam air semakin rendah pH air. Data pH ini sangat diperlukan untuk
mengetahui

apakah

air

tersebut

memenuhi

persyaratan

tertentu,

misalnya untuk air minum disyaratkan pH antara pH 6,5-8,5. Parameter


pH

juga digunakan untuk keperluan industri atau pertanian lainnya.

Data pH juga diperlukan untuk proses pengolahan air, karena efisiensi


proses pengolahan air sangat dipengaruhi oleh pH air, misalnya
pengolahan limbah secara biologis, proses koagulasi dan lain-lain.
2. Kekeruhan (turbidity)
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat yang tersuspensi (tidak
larut). Data kekeruhan ini sangat berguna, terutama untuk kualitas air
minum, orang tidak mau minum air keruh, karena kekeruhan dalam air
disebabkan oleh senyawa anorganik atau organik yang tersuspensi yang
mungkin

saja

meminumnya.

dapat

membahayakan

kesehatan

orang

yang

Kekeruhan air berhubungan erat dengan parameter zat

padat tersuspensi (TSS), kadar lumpur kasar dan kecerahan dalam air.
3. Warna
Warna air adalah sifat fisik air yang disebabkan oleh karakteristik zat-zat
yang terdapat di dalam air, bukan disebabkan oleh molekul air itu sendiri,
karena air murni yaitu air yang tidak mengandung zat-zat pengotor tidak
berwarna.
4. Temperatur
Temperatur

merupakan

parameter

fisika

air

yang

penting

dalam

menunjang kehidupan biota air dan dalam penentuan kualitas air . Jika
terjadi peningkatan temperatur yang tinggi, yang mungkin disebabakan

oleh pembuangan limbah berbahaya (misalnya air pendingin dari PLTU)


atau dari sumber lain, akan menyebabkan terjadinya perubahan reaksi
biokimia di dalam kehidupan biota air , dan pada kondisi ekstrim dapat
menimbulkan kematian pada biota air. Jika biota air banyak mati maka
kualitas air tersebut termasuk tercemar.
5. Transparansi (kekeruhan)
Transpirasi adalah parameter fisik untuk menyatakan kemampuan sinar
matahari menembus kedalaman air. Kecerahan sangat dipengaruhi oleh
warna dan kekeruhan air.

Semakin tinggi kekeruhan dalam air maka

kecerahannya semakin kecil. Alat untuk mengukur kecerahan adalah


secci disk.
6. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik)
Daya Hantar Listrik adalah kemampuan air untuk menghantarkan arus
listrik, hal ini disebsbksn karena adanya mineral yang terlarut dalam air
yang

terionisasi.

Data

konduktivitas

dalam

air

berguna

untuk

memperkirakan atau mengevaluasi kualitas air atau jenis air (air


permukaan, air tanah, air payau atau air laut). Data ini sering
dihubungkan dengan kadar zat terlarut (TDS) didalam air.
14) Sebutkan peraturan-peraturan di daerah kita yang terkait dengan
pemantauan kualitas air
Jawab :
Peraturan-peraturan didaerah kita yang terkait dengan pemantauan kualitas
air, yaitu :
1. Perda Prov. Kal-Sel No. 2 Tahun 2006 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
2. Perda Kota Banjarmasin No. 2 Tahun 2007 tentang pengelolaan sungai.

Vous aimerez peut-être aussi