Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HERNIA INGUINALIS
LATERAL
OLEH:
dr. Ruth Agnes Anastasia
PENDAMPING:
dr. Agung Sulistiono, Sp.B
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
HERNIA
I.
Definisi
Hernia merupakan penonjolan atau protusi isi rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan
isi hernia . (Sjamsuhidayat, 2005)
II.
GAMBARAN ANATOMIS
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. pada
abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus.
Kemungkinan lainnya termasuk :
1. usus besar dan apendiks
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
4. Ovarium dengan atau tanpa tuba falopi
2
superfiacialis dan fascia profundus dari otot ini menjadi satu setelah
mencapai dinding depan abdomen dan membentuk suatu Aponeurosis
MOE, dibagian medial dekat tuberkulum pubicum, Aponeurosis ini
pecahmenjadi 2 bagian, yaitu: crus superior dan crus inferior.
2. Muskulus Obliqus Abdomis Internus (MOI)
Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari
pertengahan lateral ligament inguinalis menuju ke cranio medial
sampai pada tepi lateral muskulus Rectus Abdominis.
3. Ligamantum Inguinale (Poupart)
Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus
eksternus.Terletak mulai dari Sias sampai ke ramus superior tulang
publis.
4. Ligamentum lakunare (Gimbernat)
Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah
Sias.Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum
melekat pada ligamentum pektineal.Ligamentum ini membentuk
pinggir medial kanalis femoralis.
5. Konjoin tendon
Merupakan gabungan serabut-serabut bagian bawah aponeurosis
obliqus internus dengan aponeurosis transversus abdominis yang
berinsersi pada tuberkulum pubikum dan ramus superior tulang pubis.
6. Fasia transversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus
abdominis.
7. Segitiga Hasselbach
Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segi tiga yang
dibentuk oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea.
8. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan
panjang 4 cm dan terletak di atas ligamentum inguinale.
Arteri diferential
Nervus ilioinguinalis
e. lapisan fasia:
terdapat
bagian
pectineus
dari
ligamentum
dan
disebelah
medial
oleh
ligamentum
lakunare
Lipat paha adalah daerah pada dinding abdomen yang lemah secara
alami dan merupakan tempat yang paling sering untuk herniasi. Pria 25
kali lebih sering terkena hernia inguinalis. (Schwartz, 2005)
III.
Epidemiologi
Klasifikasi
-Berdasarkan waktu terjadinya : Kongenital atau akuisata.
-Berdasarkan Letaknya: Hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,dll.
10
V.
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi oleh karena kongenital ataupun akuisata.
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan
intrakavitas dan melemahnya dinding abdomen
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena:
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk PPOK
3. Tahanan saat miksi BPH atau Neoplasma
4. Tahanan saat defekasi konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau
ganas, kehamilan (multipara), lemak tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena:
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisibaik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien
(misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantong
kongenital yang telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan
hernia sampai kelemahan dinding abdomen akuisita atau kenaikan tekanan
intra abdomen mengijinkan isi abdomen memasuki kantong tersebut..
11
Patofisiologi
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu :
1.
2.
adanya
struktur
m.oblikus
internus
Adanya
prosesus
vaginalis
yang
tetap
terbuka
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada
neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka,
sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini
hanya beberapa persen. Tidak sampai 10 % dengan anak dengan
prosesus vaginalis paten menderita hernia.Pada lebih dari separuh
populasi
anak,
dapat
dijumpai
prosesus
vaginalis
paten
adanya
prosesus
vaginalis
yang
paten
bukan
kekuatan jaringan
penunjang. Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intraabdominal yang tiba-tiba dan kuat seperti waktu mengangkat barang
yang sangat berat, mendorong, batuk, atau mengejan dengan kuat
pada waktu miksi atau defekasi.
3.
internus
turur
kendur. Pada
keadaan
itu
tekanan
dan
letaknya
maka
disebut
juga
hernia
inguinalis
14
sebagai
bayangan
merah
menunjukkan
rongga
yang
16
Perbedaan
Usia pasien
Indirek
Usia berapapun,
Direk
Lebih tua
Penyebab
Bilateral
Penonjolan saat batuk
Muncul saat berdiri
terutama muda
Dapat congenital
20 %
Oblik
Tidak segera
Didapat
50 %
Lurus
Mencapai ukuran
mencapai ukuran
terbesarnya
Dapat tidak tereduksi
Tereduksi segera
Penurunan ke skrotum
Oklusi cincin internus
Leher kantong
Strangulasi
Hubungan dengan
segera
Sering
Terkontrol
Sempit
Tidak jarang
Lateral
Jarang
Tidak terkontrol
Lebar
Tidak biasa
Medial
pembuluh darah
epigastric inferior
17
VIII.
a. Anamnesa
Gejala lokal termasuk :
-
nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam, rasa tidak enak yang
selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari, saat
pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang.
Tanda/ sign
18
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.
1. Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Pada hernia inguinal lateralis muncul benjolan
di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong. Hernia skrotalis yaitu benjolan yang
terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan dari
19
Finger Test:
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan
menggunakan
jari
telunjuk
atau
kelingking
skrotum
21
tekankan
pada
annulus
internus.Penderita
disuruh
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Radiologis
Pemeriksaan
radiologis
tidak
22
Rectum toucher
Thorax foto
USG Abdomen
Diagnosa Banding
Inguinal adenitis
Testis ektopik
oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan
dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di
atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi
pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6
jam harus dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000
tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak
dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit
dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi
tetap
mengancam.
Pada
anak-anak
cara
ini
dapat
dengan
herniotomi.
Dikenal
berbagai
metode
25
2. Metode Shouldice
Prinsip metode ini adalah diseksi luas dan rekonstruksi kanalis
ingunalis.Prinsip dasar metode shouldice adalah seperti pada metode
Bassini namun metode Shouldice menggunakan teknik jahit jelujur pada
beberapa lapisan.Keuntungan metode ini adalah distribusi regangan yang
merata pada beberapa lapisan dan mencegah kekambuhan hernia lebih
baik dibandingkan dengan jahitan terputus.
26
yaitu
dengan
menggunakan
27
mesh
prosthesis
untuk
28
yang
dibutuhkan
sebelum
evaluasi
yang
jelas
yang pertama di garis tengah dekat umbilikus, dan dua lainnya di lateral
(Sjamsuhidayat, 2005).
Biasanya isi hernia tereposisi sendiri setelah rongga perut diisi oleh
gas CO2 karena usus akan jatuh ke arah kranial. Dinding perut bagian
pelvis dan inguinal kelihatan baik. Peritoneum parietal dibuka dan
dilepaskan di sekitar daerah hernia; kantong hernia dibiarkan di
tempatnya(Sjamsuhidayat, 2005).
Daerah anulus internus, segitiga Hasselbach, dan lakuna vasorum,
artinya pintu masuk hernia indirek, hernia direk, dan hernia femoralis,
sekaligus ditampilkan.Daerah tersebut ditutupi dengan selembar bahan
sintetis prolen yang diletakkan di belakang pembuluh epigastrika inferior
yang dipancang dengan klip di sebelah kaudal ligamentum Cooper.
Peritoneum ditutup kembali dan dipancang dengan klip (Sjamsuhidayat,
2005).
Keuntungan metode ini ialah morbiditas ringan, penderita kurang
merasa nyeri, dan keadaan umum kurang terganggu dibandingkan
dengan operasi dari luar.Penderita dapat pulang ke rumah setelah satu
hari dan bekerja kembali setelah satu minggu. Pendekatan hernia dari
dalam tentu lebih rasional. Penyulit terdiri atas perdarahan atu infeksi.
Umumnya, perdarahan mudah diatasi sewaktu operasi endoskopi dengan
memasang klip. Cedera pada buli-buli atau usus jarang terjadi. Metode
ini sangat dianjurkan untuk hernia residif dan hernia bilateral
(Sjamsuhidayat, 2005).
X.
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia
ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri
atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser) atau merupakan hernia
akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat
pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
30
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila
cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang
terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam
kantung hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum
seperti huruf W (Sjamsuhidayat, 2005) .
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi
udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika
terjadi hubungan dengan rongga perut (Sjamsuhidayat, 2005).
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena
gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan
gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh
nyri lebih berat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneal (Sjamsuhidayat, 2005).
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia,
dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata
merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat
pertolongan segera (Sjamsuhidayat, 2005).
XI.
Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi
kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera
31
ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis,
dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi (Sjamsuhidayat, 2005).
XII.
Pencegahan
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat
dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan
pada otot-otot dan jaringan abdomen:
Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan,
konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet
yang sesuai.
Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayursayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan
32
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Sjamsuhidayat R, Wim de
Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,Hal: 523-537
3.
4.
5.
Schwartz's Principles of
Surgery, 9th ed., pp. 1305-1342. New York: McGraw-Hill.
33
34