Vous êtes sur la page 1sur 75

1

BAB I
LANDASAN TEORI
A. MEDIS
1. Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Anatomi Jantung Manusia


a. Anatomi

Gambar 1. Anatomi Jantung Manusia

1)

Ukuran dan bentuk


Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut
tumpul yang memiliki empat ruang yang terletak antara
1

kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua


pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal.
Jantung dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang
lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya (Ethel, 2003: 228).
2)

Pelapis
a) Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang
dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung
dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada
diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paruparu. Di dalam perikardium terdapat dua lapisan yakni
lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam.
b) Rongga perikardial adalah ruang potensial antara

3)

membran viseral dan parietal (Ethel, 2003: 228-229).


Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan:
a) Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial
yang berada di atas jaringan ikat.
b) Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung
yang berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi
miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri
besar.
c) Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial
yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan
meninggalkan jantung (Ethel, 2003: 229).
4) Tanda tanda Permukaan
a) Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi
jantung diantara atrium dan ventrikel.
b) Sulkus Interventrikular anterior dan posterior,
memisahkan ventrikel kanan dan ventrikrl kiri
(Ethel, 2003: 230).
5) Rangka Fibrosa Jantung.

Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di


bagian atas septum interventrikular dan cincin jaringan
ikat rapat di sekeliling bagian dasar trunkus pulmonar
dan aorta (Ethel, 2003: 230).
6) Ruang Jantung
Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas
yang dipisahkan oleh septum intratrial, ventrikel kanan
dan kiri bawah dipisahkan oleh septum interventrikular.
Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima
darah dari vena yang membawa darah kembali ke
jantung.
a) Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan
jantung, menerima darah dari seluruh jaringan
kecuali paru-paru.
(1) Vena cava superior dan inferior membawa
darah yang tidak mengandung oksigen dari
tubuh kembali ke jantung.
(2) Sinus koroner membawa kembali darah dari
dinding jantung itu sendiri.
b) Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung,
berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi
dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung
empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah
teroksigenasi dari paru-paru.
c) Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong

darah ke luar jantung menuju arteri yang membawa


darah meninggalkan jantung.
(1) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior
kanan pada apeks jantung. Darah meninggalkan
ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan
3

mengalir melewati jarak yang pendek ke paruparu.


(2) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri
pada apeks jantung. Tebal dindingnya 3 kali
tebal

dinding

ventrikel

kanan

darah

meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan


mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paruparu.
(3) Trabeculae carneae adalah hubungan otot
bundar atau tidak teratur yang menonjol dari
permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke
rongga ventrikuler (Ethel, 2003: 229).
7) Katup Jantung
a) Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan
dan ventrikel kanan.
b) Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan
ventrikel kiri.
c) Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di
jalur keluar ventrikular jantung sampai ke aorta ke
trunkus pulmonar (Ethel, 2003: 229-230).
b. Fisiologi
Jantung berfungsi memompakan darah kaya Oksigen
(O2) keseluruh tubuh melalui pembuluh darah nadi (arteri) dan
menerima darah kurang O2 (kotor) dari seluruh tubuh melalui
pembuluh darah balik (vena) untuk dipompakan kembali ke
paru-paru dan mendapatkan O2 kembali, kemudian dialirkan ke
jantung bagian kiri jantung, untuk dipompakan kembali
kaseluruh tubuh, begiulah selanjutnya. Fungsi ini tidak bisa
dikomando oleh kita, jadi bekerja secara otomatis. Jantung
normal berdenyut rata2 60-100 /menit, dan setiap denyut akan
dikeluarkan sekitar 70-80 cc darah, jadi rata2 setiap menitnya
kira2 5 ltr darah yang dipompa, 300 ltr/jam, 7000 ltr/hari, dan
ini tidak pernah istirahat. Bila umur kita 50 thn saja, berapa

banyak yang telah dipompakan oleh jantung kita yang hanya


sebesar 1 kepalan tangan kita.
2. Pengertian
a. Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik
140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg
(Sharon, L.Rogen, 1996).
b. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG
(Luckman Sorensen,1996).
c. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah
diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997).
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal
dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90
mmHg.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic
lebih dari 90 mmHg. Hipertensi dapat disebabkan oleh
obesitas,

stress,

hilangnya

elastisitas

jaringan

dan

arterisklerosis pada orang tua, serta pelebaran pembuluh darah.


Bila tidak segera diobati dapat mengakibatkan gagal jantung,
gagal ginjal, dan pecahnya pembuluh darah di otak.
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan nilai tekanan darah siastolik dan diastolic tekanan
darah
1) Tekanan darah normal: jika tekanan darah sistolik

130

mmHg dan atau diastolik antara 85 mmHg.


2) Hipertensi ringan: Jika tekanan darah sistolik antara 140
159 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 90 95
mmHg.

3) Hipertensi sedang: Jika tekanan darah sistolik antara 160


179 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 100 109
mmHg.
4) Hipertensi berat: Jika tekanan darah sistolik antara 180
209 mmHg dan atau tekanan diastolik antara 110 120
mmHg.
b. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori

Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal

Dibawah 130 mmHg

Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi

130-139 mmHg

85-89 mmHg

Stadium
1
(Hipertensi ringan)

140-159 mmHg

90-99 mmHg

Stadium
2
(Hipertensi sedang)

160-179 mmHg

100-109 mmHg

Stadium
3
(Hipertensi berat)

180-209 mmHg

110-119 mmHg

Stadium
4
210 mmHg atau lebih
(Hipertensi maligna)

120 mmHg atau lebih

c. Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan


menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Ketika tekanan darah tinggi kronis pasien tidak
memiliki penyebab medis tertentu yang dapat diidentifikasi.
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini
masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor
diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,

seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas


(keturunan).
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi
penyebabnya
pembuluh

sekunder

dapat

darah

(hipertiroid),

adalah

diketahui,
ginjal,

penyakit

hipertensi

antara

gangguan

lain

kelainan

kelenjar

kelenjar

yang
tiroid
adrenal

(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan


terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia
esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak
ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder
a) Penyakit Ginjal.
-

Stenosis arteri renalis .

Pielonefritis.

Glomerulonefritis.

Tumor-tumor ginjal .

Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) .

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal).

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal


7

b) Kelainan Hormonal.
- Hiperaldosteronisme.
- Sindroma Cushing.
- Feokromositoma
c) Obat-obatan.
- Pil KB.
- Kortikosteroid.
- Siklosporin.
- Eritropoietin.
- Kokain.
- Penyalahgunaan alkohol.
- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).
d) Penyebab Lainnya.
- Koartasio aorta.
- Preeklamsi pada kehamilan.
- Porfiria intermiten akut.
- Keracunan timbal akut.
4. Epidemiologi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah
yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun
berkembang termasuk Indonesia. Pada negara-negara sedang
berkembang, kematian yang terjadi selama 20 tahun terakhir
disebabkan oleh gangguan peredaran darah yang meningkat dari
16%menjadi 25% dan keadaan ini cenderung akan meningkat
menjadi dua kali lipat pada beberapa dasa warsa yang akan datang
bila tidak dilakukan penanggulangan dengan baik (Antari, 2005).
Secara epidemiologis 30% penduduk dunia peka terhadap
keracunan garam dapur dan menyebabkan hipertensi. Pada
golongan penduduk dengan obesitas resikonya naik menjadi 50%.
Hipertensi memang bukan penyakit pembunuh sejati, tetapi ia
digolongkan sebagai The silent killer (pembunuh diamdiam).
Penyakit ini gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta perlu
diobati sedini mungkin karena hipertensi yang kronis dan
diabaikan dapat secara tiba-tiba membawa malapetaka seperti
serangan jantung dan stroke. Hal ini juga bisa menyebabkan lemah

jantung. Penyakit jantung koroner dan gangguan ginjal. (Iwan dkk,


2003).
Data statistik dari Nasional Heart Foundation di Australia
memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000 orang Australia (15%
penduduk dewasa di Australia) menderita tekanan darah tinggi
kira-kira 40% dari semua kematian di Australia disebabkan oleh
gangguan peredaran darah. Angka serupa juga nampak di negara
barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Selandia Baru, dan Eropa
Barat (Iwan dkk, 2003). Hipertensi di negara maju merupakan
masalah kesehatan yang memerlukan penanggulangan yang baik,
oeh karena mortalitas (angka kematian) dan mortalitas (angkat
kesakitan) yang sangat tinggi. Di Amerika Serikat 15 ras kulit pada
usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam adalah penderita
hipertensi (Miswar, 2004).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi jawa
Tengah, kasus tertinggi hipertensi adalah kota Semarang yaitu
sebesar 67.101 kasus (19,56%) dibanding dengan jumlah
keseluruhan hipertensi di Kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah.
Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan di kota
Semarang terdapat proporsi yang lebih besar yaitu 53,69.
Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu
sebesar 36.002 kasus (10,49%) dan apabila dibanding dengan
jumlah keseluruhan di Kabupaten Banyumas adalah sebesar
57,01%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal
yaitu 516 kasus (0,15%). Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah
adalah 9.800,54 kasus (dari profil kesehatan propinsi Jawa Tengah,
2004).
5. Etiologi
a. Faktor keturunan atau genetik
Faktor keturunan atau genetik ini kebanyakan menjadi
faktor pertama dalam penyebab suatu penyakit, karena itu latar
9

10

belakang keluarga yang mempunyai riwayat penyakit tertentu


termasuk hipertensi ini maka harus berhati-hati dengan kata
lain kita harus berusaha agar jangan sampai kita mengalami
penyakit serupa. Pencegahan adalah hal utama yang harus kita
lakukan sebelum kita benar-benar mengalaminya.
b. Faktor mengonsumsi lemak tinggi, kolesterol dan garam yang
berlebihan
Mengkonsumsi makanan yang mengandung dagingdagingan dan ikan-ikanan serta garam yang berlebihan banyak
disukai sebagian orang karena rasanya yang enak dan gurih,
tapi dibalik kenikmatan itu terdapat kandungan lemah yang
tinggi dan kolesterol yang cukup berbahaya untuk tubuh kita.
Mengonsumsi makan-makanan yang mengandung lemah
tinggi dan kolesterol serta garam yang berlebih secara
kontinyu akan mengakibatkan banyak sekali penyakit yang
menyerang tubuh termasuk hipertensi.
c. Faktor terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman
yang mengandung bahan pengawet.
Dalam kehidupan modern ini sebagian besar orang
akan memilih hal-hal yang praktis saja termasuk dalam
memasak makanan. Mereka tidak mau repot dengan belanja
makanan segar mereka lebih cenderung memilih makanan
dalam kemasan yang praktis yang siap dimasak kapan saja
malahan sekarang banyak makanan siap saji dalam kemasan.
Sifat pengawet dalam makanan itu sangat berbahaya yang
apabila kita mengkonsumsi secara terus menerus akan banyak
mendatangkan berbagai penyakit.
d. Faktor Kegemukan (Obesitas)
Ada istilah orang gemuk itu tidak selamanya sehat,
malahan belakangan ini kegemukan menjadi momok bagi
sebagian orang karena kegemukan menjadikan orang mudah
sekali terserang penyakit termasuk hipertensi.

10

11

e. Faktor Pengaruh Gaya Hidup


Gaya hidup yang mana kita menganggapnya sebagai
gaya hidup orang modern tidak selamanya membawa
pengaruh positif. Sering orang menganggap bahwa makan
makanan di restoran cepat saji (junk food) akan dianggap
modern, padahal kita tahu makan makanan seperti itu tidak
sehat. Pola hidup yang serba modern, juga akan membuat
orang mudah stress apabila kita tidak bisa menyesuaikan
dengan kondisi kita sendiri.
f. Faktor kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol
Merokok sering dianggap oleh sebagian orang sebagai
gaya hidup yang perlu dilestarikan sehingga mereka enggan
untuk berhenti merokok padahal mereka tahu banyak penyakit
yang disebabkan karena merokok. Begitu juga dengan
minuman beralkohol, mereka akan merasa bangga bila bisa
menghabiskan sebotol minuman beralkohol karena merasa
jantan.
g. Faktor Stress
Berhati-hatilah

bagi

orang

yang

mudah

sekali

mengalami stress, terutama orang yang mudah sekali marah.


Jangan suka sekali menjadikan persoalan yang sebenarnya
sepele menjadi persoalan yang berat karena itu akan
menambah beban pikiran kita. Kecenderungan orang yang
mudah stress, dia akan mudah marah karena beban masalah
yang dianggapnya tidak bisa diselesaikan. Kita harus berpikir
bijak bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

11

12

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.


Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana

dengan

dilepaskannya

norepinefrin

mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan


ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin
yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon
vasokontriktor

pembuluh

darah.

Vasokontriksi

yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan


pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang

kemudian

diubah

menjadi

angiotensin

II,

suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi


aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah.

Konsekuensinya,

aorta

dan

arteri

besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang


12

13

dipompa

oleh

jantung

(volume

sekuncup),

mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

7. Pathway (Price & Wilson, 1995)

13

14

8. Tanda dan gejala

14

15

Hipertensi ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan


gejala. Gejala hipertensi baru muncul bila hipertensi menjadi berat
atau pada keadaan krisis hipertensi.
a. Pusing
b. mudah marah
c. telinga berdengung
d. mimisan (jarang)
e. sukar tidur
f. sesak nafas
g. rasa berat di tengkuk
h. mudah lelah
i. mata berkunang-kunang
9. Komplikasi
a. Penyakit jantung (gagal jantung)
Akibat peningkatan tekanan darah, ventrikel dapat
menebal dan membesar sehingga akan menggangu daya
pemompaan jantung.
b. Penyakit ginjal (gagal ginjal)
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal yaitu nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan merusaknya glomerulus, protein akan keluar
melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.

c. Penyakit otak (stroke)


Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
15

16

kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami


hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak
yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami
aterosklerosis

dapat

melemah

sehingga

meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma.


10. Test diagnostik.
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati .
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal dan perbaikan ginjal.
h. Foto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

16

17

11. Pencegahan
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan
yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan
lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga
berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun
mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.
12. Penatalaksaan
a. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti
hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien
dengan hipertensi seperti golongan

diuretic,

golongan

betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat


konversi rennin angitensin.
b. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan

atau

pengurangan

konsumsi

garam.

Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi


dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar
adosteron dalam plasma.
a) Prinsip diet hipertensi
(1) Makanan yang beraneka ragam dan gizi yang
seimbang.
17

18

(2) Jenis makanan disesuaikan .


(3) Jumlah garam dibatasi (tidak lebih dari -
sendok teh perhari)
(4) Konsumsi sayuran dan buah-buahan segar.
b) Makanan yang dihindari
(1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak,
ginjal, paru-paru, minyak kelapa, gajih).
(2) Makanan yang diolah menggunakan

garam

natrium (biskuit, craker, keripik dan makanan


kering yang asin).
(3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden,
sosis, korned, sayuran dan buah-buahan dalam
kaleng, soft drink).
(4) Makanan yang diawetkan

(dendeng, asinan

sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang


kering, telur asin, selai kacang).
(5) Susu full cream, mentega, margarine, keju
mayonaise, daging merah (sapi / kambing), kulit
ayam.
(6) Bumbu-bumbu masak yang banyak mengandung
garam natrium dan MSG.
(7) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol
seperti durian dan tape.
c) Makanan yang diperbolehkan
(1) Beras, kentang, ubi, mie, maizena, terigu,
gula pasir.
(2) Kacang-kacangan dan hasilnya seperti kacang

hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang


tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
(3) Minyak goreng, margarine tanpa garam.
(4) Sayuran dan buah-buahan.
(5) Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang

putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos,


lombok, salam, sere.
d) Makanan yang dibatasi

18

19

(1) Untuk diet rendah garam ini, penggunaan

daging / daging ayam/ikan dibatasi paling


banyak 100 gram per hari. Telur Ayam/telur
bebek, paling banyak 1 butir sehari.
(2) Susu paling banyak 200 cc sehari.
(3) Minuman dan sari buah dalam kemasan.
e) Pola makan
Jenis Makanan
Porsi Harian
Biji-bijian & produk 7-8 porsi harian
biji-bijian

Sayur-sayuran

4-5 porsi harian

Buah-buahan

4-5 porsi harian

Susu & produk susu 2-3 porsi sehari


rendah lemak atau
bebas lemak
Daging, unggas dan 2 atau kurang
ikan
porsi harian

Ukuran
1 potong roti
1 cangkir sereal siap
makan
cangkir nasi, pasta, atau
sereal
1 cangkir sayur mentah
cangkir sayur yang
dimasak
6 ons jus sayuran
1 buah sedang
cangkir buah kering
cangkir buah segar,
beku, atau kalengan
6 ons jus buah

8 ons susu
1 cangkir yogurt
1
ons keju
3 ons daging tanpa lemak,
unggas tanpa kulit, atau
ikan yang dimasak
Kacang-kacangan,
4-5 porsi per 1/3 cangkir atau 1 ons
biji-bijian
dan minggu
kacang
kacang kering
1 sendok makan atau
ons biji-bijian
gelas kacang masak
kering
Lemak dan minyak
2-3 porsi sehari
1 sendok teh margarin
lembut
1 sendok makan mayones
lowfat
2 sendok makan saus
ringan
salad
1 sendok teh minyak sayur
Gula
Kurang dari 5 1 sendok makan gula
19

20

porsi per minggu

1 sdm jelly atau selai


ons selai kacang
8 ons lemon

2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan
dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi.
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple

(hubungan,

pekerjaan.
20

keuangan,

yang

berkaitan

dengan

21

Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue


perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi.
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan.
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir-akhir ini (meningkat/turun), riwayat penggunaan diuretic.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,
glikosuria.

f. Neurosensori.
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,
subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman
tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman.

21

22

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung)


dan sakit kepala.
h. Pernafasan.
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan.
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan.
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM. Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika,
Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone lain,
penggunaan alcohol/obat.
Rencana

pemulangan

bantuan

dengan

pemantau

diri

TD/perubahan dalam terapi obat.


Bagian Gizi RS DR. Cipto Mangunkusumo Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (2001), Penuntun Diit Edisi Kedua. Jakarta, Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.

22

23

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak


seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan
peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
e. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit yang dialami.

23

24

Rencana keperawatan
No.
1.

Diagnosa
Keperawatan & Data
Penunjung
Resiko penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan vasokontriksi
pembuluh darah.

Tindakan Keperawatan
Tujuan & Kriteria

Tindakan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 4 x 24 jam, terjadi
peningkatan curah jantung klien
dengan kriteria:
- Klien
berpartisifasi
dalam aktivitas yang
menurunkan
tekanan
darah
/
beban
kerja
jantung
,
mempertahankan
TD
dalam rentang individu
yang
dapat
diterima.
- Memperlihatkan norma
dan frekwensi jantung
stabil dalam rentang
normal pasien.

1. Observasi
tekanan
darah.
2. Catat
keberadaan,
kualitas
denyutan
sentral dan perifer.
3. Auskultasi
tonus
jantung dan bunyi
napas.
4. Amati warna kulit,
kelembaban, suhu, dan
masa pengisian kapiler.
5. Catat adanya demam
umum / tertentu.
6. Berikan
lingkungan
yang nyaman, tenang,
kurangi aktivitas /
keributan
ligkungan,
batasi
jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.
7. Anjurkan
teknik
relaksasi,
panduan
imajinasi dan distraksi.

24

Rasional
1. Perbandingan
dari
tekanan
memberikan
gambaran
yang
lebih
lengkap
tentang keterlibatan /
bidang masalah vaskuler.
2. Denyutan
karotis,jugularis, radialis
dan femoralis mungkin
teramati
/
palpasi.
Dunyut pada tungkai
mungkin
menurun,
mencerminkan efek dari
vasokontriksi
(peningkatan SVR) dan
kongesti vena).
3. S4 umum terdengar pada
pasien hipertensi berat
karena adanya hipertropi
atrium, perkembangan S3
menunjukan hipertropi
ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels,

25

8. Kolaborasi

dengan
dokter dlam pembrian
therafi
anti
hipertensi, deuritik.
4.

5.

6.

7.

25

mengi
dapat
mengindikasikan
kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya
atau
gagal
jantung
kronik.
Adanya pucat, dingin,
kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat
mencerminkan
dekompensasi
/
penurunan curah jantung.
Dapat mengindikasikan
gagal
jantung, kerusakan ginjal
atau vaskuler.
Membantu
untuk
menurunkan rangsangan
simpatis, meningkatkan
relaksasi.
Dapat
menurunkan
rangsangan
yang
menimbulkan
stress,
membuat efek tenang,
sehingga
akan
menurunkan
tekanan
darah.

26

8. Menurunkan
darah.
2.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai
dan
kebutuhan
O2.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 4 x 24 jam,
klien dapat beraktivitas kembali
dengan kriteria :
- Klien dapat berpartisipasi
dalam aktivitas yang di
inginkan / diperlukan.
- Melaporkan peningkatan
dalam toleransi aktivitas
yang
dapat
diukur.

1. Kaji toleransi pasien


terhadap
aktivitas
dengan
menggunkan
parameter
:
frekwensi nadi 20 per
menit diatas frekwensi
istirahat,
catat
peningkatan
TD,
dipsnea,
atau
nyeridada,
kelelahan
berat dan kelemahan,
berkeringat,
pusig atau pingsan.
2. Kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktivitas
contoh : penurunan
kelemahan
/ kelelahan, TD stabil,
frekwensi
nadi,
peningkatan perhatian
pada
aktivitas dan perawatan
diri.

26

tekanan

1. Parameter menunjukan
respon fisiologis pasien
terhadap stress, aktivitas
dan indicator derajat
pengaruh kelebihan kerja
/ jantung.
2. Stabilitas fisiologis pada
istirahat
penting
untuk
memajukan
tingkat
aktivitas individual.
3. Konsumsi
oksigen
miokardia
selama
berbagai aktivitas dapat
meningkatkan jumlah
oksigen
yang
ada.
Kemajuan
aktivitas
bertahap
mencegah
peningkatan
tiba-tiba
pada
kerja
jantung.
4. Teknik penghematan
energi
menurunkan

27

3. Dorong
memajukan
aktivitas / toleransi
perawatan diri.
4. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan dan anjurkan
penggunaan
kursi
mandi,
menyikat gigi / rambut
dengan duduk dan
sebagainya.

3.
Gangguan rasa nyaman
nyeri : sakit kepala
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.

5. Dorong pasien untuk


partisifasi
dalam
memilih
periode
aktivitas.
1. Pertahankan
tirah
baring selama fase akut.
2. Beri
tindakan
non
farmakologi
untuk
menghilangkan
sakit
kepala,
misalnya : kompres
dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher
serta
teknik
relaksasi.
3. Hilangkan
/

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 4 x 24 jam, nyeri
klien berkurang/hilang dengan
kriteria hasil :
- Melaporkan
nyeri
/
ketidak nyamanan tulang
/
terkontrol,
mengungkapkan
metode
yang
memberikan
pengurangan.

27

penggunaan energi dan


sehingga
membantu
keseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Seperti
jadwal
meningkatkan toleransi
terhadap
kemajuan
aktivitas
dan
mencegah kelemahan.

1. Meminimalkan stimulasi/
meningkatkan relaksasi.
2. Tindakan
yang
menurunkan
tekanan
vaskuler serebral dengan
menghambat / memblok
respon simpatik, efektif
dalam
menghilangkan
sakit
kepala
dan
komplikasinya.

28

4.

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
intake
nutrisi
in
adekuat,

Mengikuti
farmakologi
diresepkan.

minimalkan
aktivitas
vasokontriksi
yang
dapat meningkatkan
sakit kepala : mengejan
saat
BAB,
batuk
panjang,dan
membungkuk.
4. Bantu pasien dalam
ambulasi
sesuai
kebutuhan.
5. Beri cairan, makanan
lunak. Biarkan klien
itirahat selama 1 jam
setelah
makan.
6. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
obat
analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.

regiment
yang

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 4 x 24 jam,
kebutuhan
nutrisi
j=klien
terpenuhi dengan kriteria hasil :
- klien
dapat

1. Kaji emahaman klien


tentang
hubungan
langsung
antara
hipertensi dengan

28

3. Aktivitas
yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan
sakit
kepala pada adanya
peningkatkan
tekanan
vakuler serebral.
4. Meminimalkan
penggunaan
oksigen dan aktivitas
yang berlebihan yang
memperberat
kondisi
klien.
5. Menurunkan
kerja
miocard
sehubungan
dengan kerja pencernaan.
6. Analgetik menurunkan
nyeri dan menurunkan
rangsangan
saraf
simpatis.
1. Kegemukan
adalah
resiko tambahan pada
darah tinggi, kerena
disproporsi
antara
kapasitas
aorta
dan

29

keyakinan budaya, pola


hidup monoton.
-

mengidentifikasi
hubungan
antara
hipertensi
dengan
kegemukan.
Klien
menunjukan
perubahan pola makan,
melakukan
/
memprogram olah raga
yang
tepat secara individu.

kegemukan.
2. Bicarakan pentingnya
menurunkan masukan
kalori
dan
batasi
masukan
lemak,garam dan gula
sesuai indikasi.
3. Tetapkan
keinginan
klien menurunkan berat
badan.
4. Kaji ulang masukan
kalori
harian
dan
pilihan diet.
5. Tetapkan
rencana
penurunan BB yang
realistic dengan klien,
Misalnya
:
penurunan berat badan
0,5 kg per minggu.
6. Dorong klien untuk
mempertahankan
masukan
makanan
harian termasukkapan
dan dimana makan
dilakukan
dan
lingkungan
dan
perasaan sekitar saat
makanan dimakan.

29

peningkatan
curah
jantung
berkaitan
dengan masa tumbuh.
2. Kesalahan
kebiasaan
makan
menunjang
terjadinya aterosklerosis
dan kegemukan yang
merupakan predisposisi
untuk
hipertensi
dan
komplikasinya, misalnya,
stroke, penyakit ginjal,
gagal
jantung,
kelebihan
masukan
garam
memperbanyak volume
cairan intra vaskuler
dan dapat merusak ginjal
yang lebih memperburuk
hipertensi.
3. Motivasi
untuk
penurunan berat badan
adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan,

30

7. Intruksikan dan Bantu


memilih makanan yang
tepat , hindari makanan
dengan
kejenuhan
lemak tinggi (mentega,
keju, telur, es krim,
daging
dll)
dan kolesterol (daging
berlemak, kuning telur,
produk
kalengan,jeroan).
8. Kolaborasi dengan ahli
gizi sesuai indikasi.

bila tidak maka program


sama sekali tidak
berhasil.
4. Mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan
dalam
program
diit
terakhir.
Membantu
dalam
menentukan kebutuhan
inividu
untuk
menyesuaikan
/
penyuluhan.
5. Penurunan
masukan
kalori
seseorang sebanyak 500
kalori per hari secara
teori dapat menurunkan
berat
badan 0,5 kg / minggu.
Penurunan berat badan
yang
lambat
mengindikasikan
kehilangan
lemak
melalui kerja otot dan
umumnya dengan cara
mengubah

30

31

kebiasaan makan.
6. Memberikan data dasar
tentang
keadekuatan
nutrisi yang dimakan dan
kondisi
emosi
saat
makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian
pada factor mana pasien
telah / dapat mengontrol
perubahan.
7. Menghindari
makanan
tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan
aterogenesis.
8. Memberikan konseling
dan
bantuan
dengan
memenuhi
kebutuhan
diet individual.

31

32

5.

Inefektif koping individu


berhubungan
dengan
mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang
tidak terpenuhi, persepsi
tidak
realistic.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 4 x 24 jam, koping
individual klien efektif dengan
kriteria hasil :
- Mengidentifikasi
perilaku koping efektif
dan
konsekuensinya,
menyatakan
kesadaran kemampuan
koping
/
kekuatan
pribadi.
- mengidentifikasi
potensial
situasi
stress
dan
mengambil
langkah
untuk menghindari dan
mengubahnya.

1. Kaji
keefektipan
strategi koping dengan
mengobservasi
perilaku,
Misalnya : kemampuan
menyatakan perasaan
dan
perhatian,
keinginan
berpartisipasi
dalam
rencana pengobatan.
2. Catat laporan gangguan
tidur,
peningkatan
keletihan, kerusakan
konsentrasi,
peka
rangsangan, penurunan
toleransi sakit kepala,
ketidak
mampuan
untuk
mengatasi
/
menyelesaikan
masalah.
3. Bantu
klien
untuk
mengidentifikasi
stressor spesifik dan
kemungkinan
strategi
untuk
mengatasinya.
4. Libatkan klien dalam

32

1. Mekanisme adaptif perlu


untuk
megubah pola hidup
seorang,
mengatasi
hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terafi
yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari.
2. Manifestasi mekanisme
koping
maladaptive
mungkin
merupakan
indicator marah yang
ditekan
dan
diketahui telah menjadi
penentu
utama
TD
diastolic.
3. Pengenalan
terhadap
stressor adalah langkah
pertama
dalam
mengubah
respon
seseorang
terhadap
stressor.
4. Keterlibatan memberikan
klien
perasaan kontrol diri
yang
berkelanjutan.
Memperbaiki
keterampilan koping,

33

perencanaan perwatan
dan beri dorongan
partisifasi
maksimum
dalam
rencana pengobatan.
5. Dorong klien untuk
mengevaluasi prioritas /
tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti :
apakah
yang
anda
lakukan merupakan apa
yang
anda
inginkan.
6. Bantu
klien
untuk
mengidentifikasi
dan
mulai
merencanakan
perubahan
hidup yang perlu. Bantu
untuk
menyesuaikan
ketibang membatalkan
tujuan
diri / keluarga.

6.

Kurang

pengetahuan Setelah

dilakukan

tindakan

1. Bantu

33

klien

dalam

dan dapat menigkatkan


kerjasama
dalam
regiment teraupetik.
5. Fokus perhtian klien
pada realitas situasi yang
relatif
terhadap pandangan klien
tentang
apa
yang
diinginkan. Etika kerja
keras,
kebutuhan untuk kontrol
dan focus keluar dapat
mengarah pada kurang
perhatian
pada
kebutuhan-kebutuhan
personal.
6. Perubahan yang perlu
harus
diprioritaskan
secara
realistic
untuk
menghindari rasa tidak
menentu
dan
tidak
berdaya.

1. Faktor-faktor

resiko

34

mengenai
kondisi
penyakitnya berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
tentang
penyakit yang dialami.

keperawatan 4 x 24 jam, klien


dapat mengerti tentang penyakit
yang dialami dengan kriteria
hasil:
- Menyatakan pemahaman
tentang proses penyakit
dan
regiment
pengobatan.
- Mengidentifikasi
efek
samping
obat
dan
kemungkinan komplikasi
yang
perlu
diperhatikan.
Mempertahankan
TD
dalam parameter normal.

mengidentifikasi factorfaktor
resiko
kardivaskuler
yang dapat diubah,
misalnya : obesitas, diet
tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup
monoton, merokok, dan
minum alcohol (lebih
dari
60
cc / hari dengan teratur)
pola hidup penuh stress.
2. Kaji
kesiapan
dan
hambatan dalam belajar
termasuk
orang
terdekat.
3. Kaji
tingkat
pemahaman
klien
tentang
pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala,
pencegahan,
pengobatan, dan akibat
lanjut.
4. Jelaskan pada klien
tentang proses penyakit
hipertensi
(pengertian,penyebab,ta

34

ini telah menunjukan


hubungan
dalam
menunjang
hipertensi
dan
penyakit
kardiovaskuler
serta
ginjal.
2. Kesalahan konsep dan
menyangkal
diagnosa
karena perasaan sejahtera
yang
sudah lama dinikmati
mempengaruhi minimal
klien / orang terdekat
untuk
mempelajari
penyakit,
kemajuan dan prognosis.
Bila
klien
tidak
menerima
realitas
bahwa
membutuhkan
pengobatan
kontinu,
maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan.
3. Mengidentivikasi
tingkat
pegetahuan
tentang proses penyakit
hipertensi
dan

35

nda
dan
gejala,pencegahan,
pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui penkes.

mempermudah
dalam
menentukan
intervensi.
4. Meningkatkan
pemahaman
dan
pengetahuan
klien
tentang proses penyakit
hipertensi.
(Marlyn E Doenges,2000)

35

36

BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM KARDIOVASKULER
Mahasiswa/NIM

: Marlini Sari Saragih

Tanggal

: 24 Juni 2011

Jam

: 14.00 WIB

1. Identitas
a. Pasien
Nama

: Bpk. KS

Umur

: 70 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Yogyakarta

Status

: Duda

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Pensiun PNS

Tgl. masuk RS

: 23 Juni 2011

No. RM

: 394

Ruang

: Galilea II Kamar 209 C

Diagnosis kerja/medis :

CVA hemoragik

hipertensi
b. Keluarga / Penanggungjawab
Nama

: Ny. MS

Umur

: 36 Tahun

Hubungan

: Menantu

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: PNS

dengan

riwayat

penyakit

37

Alamat

: Yogyakarta

2. Riwayat Kesehatan Pasien


a. Kesehatan Pasien :
1) Keluhan utama saat dikaji : Keluarga klien mengatakan klien sulit
makan dan tidak ada nafsu makan.
2) Keluhan tambahan saat dikaji : Keluarga klien mengatakan BAK
klien sedikit dan kepala klien pusing dan klien mengamuk-ngamuk
(marah).
b. Alasan utama masuk Rumah Sakit : Keluarga klien mengatakan klien
tidak mau makan dan kepala terasa sakit sekali.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Sejak tanggal 22 Juni 2011 pagi keluarga klien mengatakan klien sulit
makan, BAK sedikit dan pusing. Klien tidak ada nafsu makan selama
beberapa hari. Keluarga membawa pasien ke Rumah sakit Bethesda dan
masuk ke ruang PSA pada tanggal 23 Juni 2011. Di ruang PSA klien
masih marah-marah dan belum bisa tenang. Pada tanggal 24 Juni 2011
klien tampak lebih membaik dari kemarin sehingga dipindahkan ke
ruang GALILEA II dengan TD : 150/90mmHg, suhu 36C, respirasi
22x/menit, nadi: 97x/menit.
d. Riwayat penyakit yang lalu :
1) Nama penyakit/waktu : Hipertensi, Katarak dan Asma
2) Upaya pengobatan : Keluarga klien mengatakan klien mengikuti
operasi katarak dan memberikan obat salbutamol untuk mengatasi
asma klien.
3) Hasil : Keluarga klien mengatakan operasi katarak berhasil
dilakukan namun asma klien masih sering kambuh jika klien
terlalu capai dan udara dingin.
d. Alergi : Keluarga klien mengatakan klien tidak ada alergi terhadap obat
dan makanan.

38

3. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit :
Frekuensi makan : 3 x sehari.
Jenis makanan/diet : Nasi biasa, lauk pauk dan sayuran.
Porsi yang dihabiskan : 1 porsi habis sekali makan.
Makanan yang disukai : Keluarga klien mengatakan klien menyukai
semua jenis makanan.
Makanan yang tidak disukai : Keluarga klien mengatakan klien
menyukai semua jenis makanan.
Makanan pantang : Keluarga klien mengatakan makanan pantangan
klien adalah makanan yang dilarang oleh ajaran agama.
Makanan tambahan/vitamin : Buah-buahan.
Kebiasaan makan : Keluarga klien mengatakan klien sering makan di
rumah.
Nafsu makan: baik
Alasan : Keluarga klien mengatakan klien dapat menghabiskan porsi
makanannya.
Banyaknya minum : (1700 cc/24 jam)
Jenis minuman : Air putih
Minuman yang tidak disukai : Minuman beralkohol
Minuman pantang : Minuman beralkohol dan minuman yang dilarang
oleh ajaran agama.
Perubahan BB 6 bulan terakhir : bertambah 2 kg.
2) Selama sakit
Jenis makanan : Makanan cair
Frekuensi makan : 3 x sehari
Porsi makan yang dihabiskan : 250 cc makanan cair melalui sonde
NGT dan keluarga klien mengaakan klien terkadang diberikan

39

makanan cair yang disuapin tetapi hanya 7-8 sendok dapat dihabiskan
oleh klien.
Banyaknya minum dalam sehari : 1000 cc melalui sonde NGT dan
disuap oleh keluarga klien.
Jenis minuman : Air putih.
Keluhan :
a) Tidak nafsu makan.
b) Alat bantu untuk memasukan zat makanan: sonde.
Pengetahuan tentang zat gisi dan kegunaan makanan bagi tubuh :
Kurangnya pengetahuan keluarga klien tentang zat gizi dan kegunaan
makanan bagi tubuh yang harus diberikan kepada klien.
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit
a) Buang air besar (BAB)
(1) Frekuensi : 1 x sehari
(2) Waktu : Pagi hari
(3) Warna : Kuning kecoklatan
(4) Konsistensi : Padat
(5) Posisi waktu BAB: Jongkok
(6) Penghantar untuk BAB: Merokok
(7) Pemakaian obat: Keluarga klien mengatakan klien tidak
menggunakan obat untuk pencahar BAB.
b) Buang air kecil (BAK)
(1) Frekuensi (dalam sehari) : 7 x sehari
(2) Jumlah (cc/24 jam) : 1900cc/24jam
(3) Warna : Kuning dan bening
(4) Bau : Bau air kencing normal yaitu bau pesing

2) Selama sakit
a)

Buang air besar (BAB)

40

(1) Frekuensi : Keluarga klien mengatakan klien selama sakit

sudah 3 hari selama dirawat tidak BAB. Tetapi hari keempat


klien BAB.
(2) Waktu : Pagi hari
(3) Warna : Coklat
(4) Konsistensi : Lembek
(5) Keluhan :

Keluarga klien mengatakan klien sulit BAB karena kurang


banyak makan buah-buahan selama sakit.
Upaya yang dilakukan keluarga/pasien untuk mengatasi
keluhan: Keluarga klien memberikan buah
b) Buang air kecil (BAK)
(1) Frekuensi (dalam sehari) : 6-7 x sehari
(2) Jumlah (cc/24 jam) : 1200-1500 cc/24jam
(3) Warna : Kuning pekat dan merah
(4) Bau : Bau obat
(5) Alat bantu buang air kecil: kateter digunakan semenjak pasien

dirawat di rumah sakit dari tanggal 23 Juni 2011.


c. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur
1) Sebelum sakit
a)

Keadaan aktifitas sehari-hari


(1) Kebiasaan olahraga: Keluarga klien mengatakan klien bermain

sepak bola jika ada pertandingan antar lingkungan tempat


tinggal saja.
(2) Jenis olahraga : Sepak bola
(3) Lingkungan rumah klien luas dan tempat kerja klien luas

karena klien merupakan pensiunan dari pekerjaan pada kereta


api.
(4) Apakah aktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri, bantuan

alat, orang lain, sangat tergantung :

41

Aktivitas

Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Memasak
Belanja
Merapikan rumah

Ket.

0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total

b)

Kebutuhan tidur
(1) Jumlah tidur dalam sehari : 8 jam
(2) Tidur siang : Keluarga klien mengatakan klien jarang tidur

siang, karena pekerjaan klien.


(3) Tidur malam (berapa kali) : 1 kali

Keluarga klien mengatakan klien lebih mengutamakan tidur


malam daripadi tidur siang, klien juga tidur sendiri karena istri
klien telah meninggal sejak tahun 2004 dan klien menggunakan
bantal, guling dan selimut jika merasakan kedinginan.
c)

Kebutuhan istirahat
Keluarga klien mengatakan klien merupaka seorang yang oekerja
keras, klien menggunakan waktu istirahatnya pada siang hari hanya
untuk makan dan minum di tempat klien bekerja dan pulang ketika
sudah waktunya untuk pulang dan di rumah klien makan dan
minum bersama anak kedua da menantu serta cucu satu orang
setelah itu nonton TV bersama keluarga yang berada satu rumah
setelah itu klien istirahat untuk tidur malam. Keluarga klien

42

mengatakan jika ada waktu luang klien gunakan untuk istirahat dan
terkadang membereskan rumah dan mencari kegiatan lainnya.
2) Selama sakit
a)

Keadaan aktifitas
Kemampuan Perawatan Diri

Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di TT
Berpindah
Ambulasi/ROM
Ket.

0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total

b)

Kebutuhan Tidur
(1) Jumlah tidur dalam sehari: 17 jam
(2) Tidur siang : 1 kali sehari ( 7 jam)
(3) Tidur malam : 1 kali sehari (10 Jam)

Keluarga klien mengatakan klien selama sakit dan dirawat di


rumah sakit tidur terus karena tirah baring total dan jika klien
terbangun klien terkadang marah dan menangis karena keadaan
klien dan klien pengen cepat pulang.
c)

Kebutuhan Istirahat
Setiap kali klien bangun klien menangis karena klien merasa
terganggu dengan suasana rumah sakit dan terganggu dengan
adanya alat- alat medik seperti selang NGT dan selang oksigen
yang terpasang di kedua lubang hidung klien. Klien menarik-narik
selang dan selalu mengatakan ingin pulang.

43

d. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)


1) Kebersihan kulit
Keluarga klien menagtakan klien mandi 2 x sehari pagi dan sore dan
klien menggunakan sabun saat mandi.
2) Kebersihan rambut
Keluarga klien mengatakan klien mencuci rambut menggunakan
shampoo tetapi setiap hari klien mandi dengan membasahi kepala dan
rambutnya agar lebih segar.
3) Kebersihan telinga
Keluarga klien mengatakan jika telinga klien gatal baru dibersihkan
menggunakan korek telinga (cotton bud).
4) Kebersihan mata
Keluarga klien mengatakan klien membersihkan mata dan kotoran
mata saat mandi. Jika ada kotoran saat bekerja klien membersihkan
dengan jari tangan.
5) Kebersihan mulut
Keluarga klien mengatakan klien menggosok gigi pada saat mandi
pagi dan sore dan menggunakan pasta gigi. Gigi klien sudah banyak
yang tanggal.
6) Kebersihan kuku
Keluarga klien menagatakan klien memotong kuku jika sudah panjang
dan kotor menggunakan gunting, gunting kuku dan kadang klien
menggigit kuku yang panjang dengan giginya.
e. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1) Penggunaan tembakau
Keluarga klien mengatakan klien adalah perokok berat. Saat masih
bekerja di stasiun kereta api, klien selalu bekerja sambil merokok dan
satu hari dapat menghabiskan 1-2 bungkus rokok.
2) NAPZA
Keluarga klien mengatakan klien tidak menggunakan obat terlarang.

44

3) Alkohol
Keluarga klien mengatakan klien tidak suka minuman beralkohol dan
memang klien tidak minum minuman beralkohol.
4) Intelektual
Keluarga klien mengatakan ingin mengetahui cara-cara perawatan
klien selama sakit sehingga saat klien dapat dirawat di rumah sendiri
sudah tau cara merawat klien dengan alat-alat yang digunakan tim
rumah sakit yang dibawa kerumah nantinya.
f. Pola Reproduksi-Seksualitas
1)

Gangguan hubungan seksual : Tidak


terkaji.

g. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
1) Keadaan mental
a)

Sadar

b)

Kacau mental

c)

Gelisah

d)

Takut

e)

Sedih

f)

Murung

g)

Marah

2) Berbicara
a)

Tidak jelas

b)

Mampu mengekspresikan pendapat

3) Bahasa yang dikuasai : Indonesia dan bahasa Jawa.


4) Kemampuan membaca:
Klien sebelum sakit dan dirawat di rumah sakit dapat membaca
menggunakan kacamata tetapi klien pernah katarak dan dioperasi.
5) Kemampuan berkomunikasi:
Klien sesekali dapat diajak untuk berbicara dan menjawab pertanyaan
yang kita tanyakan.

45

6) Kemampuan memahami informasi: Klien selalu mengatakan tidak


mungkin sembuh sambil menangis.
7) Tingkat ansietas: berat. Klien dapat mengungkapkan bahwa dia ingin
cepat pulang setiap kali dia terbangun dari tidurnya dan selalu mengatakan
bahwa tidak ada uang untuk biaya selama sakit.
8) Ketrampilan berinteraksi: kurang memadai
9) Pendengaran : Tidak ada keluhan.
10) Penglihatan
a)

Kacamata

b)

Keluhan : katarak dan dioperasi

11) Vertigo : tidak ada keluhan vertigo.


12) Tak nyaman/nyeri : Klien tidak nyaman hanya dengan alat-alat medik
yang terpasang pada dirinya.
13) Pola Konsep Diri
a) Identitas diri
Klien dapat memberikan respon baik saat dipanggil namanya.
b) Ideal diri
Klien menangis dan putus asa dengan keadaannya seperti ini. Klien
selalu mengatakan tidak mungkin dapat sembuh dan hanya buangbuang uang dan biayanya selama sakit.
c) Harga diri
Klien merasa dirinya sudah tidak berguna lagi.
d) Gambaran diri
Keluarga klien mengatakan klien merasa terganggu dengan alat-alat
medik yang terpasang pada dirinya sehingga dengan segala upaya
klien untuk menarik selang NGT dan selang oksigen.
e) Peran diri
Keluarga klien mengatakan klien merasa dirinya tidak ada gunanya
lagi tidak dapat bekerja ataupun beraktivitas seperti dulu saat klien
masih sehat

46

h. Pola Koping
1) Pengambilan keputusan : sendiri.
2) Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah:
Keluarga klien mengatakan jika klien ada masalah hanya diam,
memendam sendiri dan tidak mau terbuka dengan anak-anaknya atau
keluarga terdekat klien.
i. Pola Peran-Berhubungan
1) Status pekerjaan:
a)

Pensiunan PNS

2) Jenis pekerjaan : Keluarga klien mengatakan klien adalah pensiunan


dari PNS yang bekerja di PT kereta api Yogyakarta.
3) Keluarga klien menagtakan klien sering mengikuti sholat berjamaah di
mesjid dekat lingkungan tempat tinggal dan sering ikut acara agama
sebelun sakit.
4) Sistem pendukung :
a)

Keluarga klien mengatakan banyak orang yang


memberikan semangat kepada klien seperti:
(1) Tetangga/teman
(2) Keluarga dalam rumah yang sama
(3) Keluarga dalam rumah terpisah

b) Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit : Klien mendapatkan


dukungan dari anak-anak dan menantunya.
5) Kesulitan dalam keluarga
a)

Hubungan dengan anak saudara : Keluarga


mengatakan klien menjalin hubungan yang baik dengan anak dan
keluarga lainnya.

b)

Hubungan

perkawinan

Keluarga

klien

mengatakan status klien sudah duda karena istrinya sudah


meninggal pada tahun 2004 dan selama 7 tahun setelah kepergian

47

istrinya klien hidup sendiri dan merasa sendiri, sehingga klien tetap
merasa sepi walaupun masih ada anak-anaknya di sampingnya.
6) Selama sakit
a)

Keluarga klien mengatakan klien sering marah


dan mengeluh ingin pulang karena percuma dirawat dan tidak
mungkin bisa sembuh dan klien terlalu memikirkan biaya
perawatan.

b)

Sikap klien terhadap tim kesehatan seperti


perawat yang merawat kadang klien merespon baik, tetapi jika
klien sudah mengamuk klien sama sekali tidak ingin diganggu oleh
siapa saja.

j. Pola Nilai dan Keyakinan


1)

Sebelum sakit
a)

Agama : Islam

b)

Larangan agama : Ada. Makanan dan minuman yang


dilarang oleh ajaran agama.

c)

Kegiatan keagamaan
(1) Macam : sholat lima waktu dan sholat jumat berjamaah
(2) Frekuensi : 5 x sehari

2)

Selama sakit
a)

Klien tampak jarang beribadah saat sakit.

4. Pengkajian Fisik
a. Pengukuran TB : 170 cm.
b. Pengukuran BB : 60 kg.
c. Pengukuran Vital Sign :
1) Tekanan darah

: 160/110 mmHg

Diukur di

: Lengan kanan

Posisi pasien

: Supinasi

2) Nadi

: 103 x/mnt.

48

Reguler/irregular : Irregular
Diukur di

: Arteri radialis

Kualitas

: Normal
: 37,40C

3) Suhu
Diukur di

: Aksila

4) Respirasi

: 25x/mnt, irregular, pernapasan perut

d. Tingkat Kesadaran: Apatis


GCS: 12

Kuantitatif

E: 4

V: 2

M: 6

e. Keadaan Umum:
Klien tampak sakit: Lemah
Alasan : Klien tampak gelisah dan cemas.
f. Pemeriksaan Fisik:
1)

Kepala
a)

Bentuk

kepala

lonjong

dan

tidak

berketombe
b)

Pertumbuhan rambut: mudah rontok

c)

Kesan wajah : asimetris

2)

Mata
a)

Konjungtiva: anemis dan sklera : (-)


ikterik

b)

Pupil isokor

c)

Mata kanan dan kiri refleks terhadap


cahaya.

3)

4)

Telinga
a)

Fungsi pendengaran : Kurang baik

b)

Bentuknya : simetris kanan dan kiri

c)

Tidak ada keluar cairan

d)

Kebersihan : telinga klien sedikit kotor.


Hidung

49

a)
5)

Tidak ada nyeri pada hidung klien.


Mulut dan tenggorokan

a)

Kemampuan berbicara : Kurang baik

b)

Warna lidah : Putih kemerahan

c)

Gigi klien tinggal beberapa, gigi lain klien


sudah tanggal.

d)

Terdapat karies pada gigi klien

e)

Tonsil: T1

6)

Leher
a)

7)

Tidak ada pembengkakan.


Tengkuk

a)
8)

Kaku kuduk : tidak terkaji


Dada

a) Inspeksi
(1)

asimetris

(2)

Ictus cordis (-)

b) Palpasi
(1)

Asimetris

(2)

Heart rate : 25x/menit

c) Perkusi : tidak terkaji karena kondisi pasien


d) Auskultasi: tidak terkaji karena kondisi pasien
9)

Payudara
a) Inspeksi
(1)

Bentuk: asimetris

b) Palpasi
(1)
10)

Punggung
a)

11)

Tidak ada massa

Tidak ada kelainan bentuk


Abdomen

a) Inspeksi

50

(1)

Warna kulit : coklat

(2)

Tidak ada lesi

b) Auskultasi
(1)

Frekuensi peristaltik :

c) Perkusi: Tidak terkaji


d) Palpasi : Tidak terkaji
12)

Anus dan Rektum: tidak terkaji.

13)

Genetalia : Tidak terkaji

14)

Ekstermitas
a)

Atas
(1)

Anggota gerak lengkap

(2)

Tidak ada kelainan jari

(3)

Kekuatan otot: Tangan kiri 5 dan tangan


kanan 2

b)

Bawah
(1)

Anggota gerak lengkap.

(2)

Kekuatan otot : kaki kanan 2 dan kaki kiri


5

(3)

Bentuk kaki: Normal

(4)

Telapak kaki flatfood

15)

Refleks : Tidak terkaji

5. Rencana Pulang
a.

Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan :


Keluarga

b.

Keinginan tinggal setelah pulang :


Di rumah

c.

Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya


Keluarga klien mengatakan akan melakukan perawatan di rumah sendiri
oleh keluarga.

d.

Kendaraaan yang digunakan saat pulang :

51

Keluarga klien mengatakan meminta bantuan kepada tetangga yang


mempunyai kendaraan (mobil)
e.

Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang :


Keluarga klien mengatakan telah merundingkan dengan semua keluarga
bahwa semua biaya administrasi akan diurus keluarga.

f.

Antisipasi masalah perawatan diri :


Keluarga klien mengatakan akan meminta bantuan keluarga lainnya dalam
masalah perawatan diri dalam proses pemulihan di rumah.

g.

Bantuan yang diperlukan setelah pulang :


Keluarga klien mengatakan dengan kondisi klien seperti ini, keluarga akan
merawat klien bersama-sama.

6. Diagostik Test
a.

Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Lekosit
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Segmen
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
RDW
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
MPV
PDW
Laju endap darah
2) LED 1 jam

Laboratorium

Hasil

Satuan

Nilai normal

13,6
8,45

gr/dL
L ribu/mmk

13.50 - 17.50
4.50 - 11.00

3,0
0,1
H 64,0
24,6
8,3
L 40,2
H 6,59
H 18,20
L 61,00
L 20,60
33,80
301
10,10
13,5

%
%
%
%
%
%
Juta/mmk
%
fL
pg
g/dL
ribu/mmk
H fL
fL

0.0 - 5.0
0.0 - 2.0
47.0 80.0
13.0 40.0
2.0 11.0
41.0 53.0
4.50-5.90
11.60 14.80
92.00 121.00
31.00 37.00
29.00 36.00
140.0 440.0
4.00 11.00

7,0

mm

1,0 10,0

52

3) LED 2 jam
Golongan Darah
Fungsi hati
Total protein
Albumin
Globulin
SGOT (AST)
SGPT (ALT)
Lemak
Paket Lemak
Kolesterol
Trigliserid
HDL cholesterol
LDL cholesterol
Elektrolit
Natrium
Kalium
Fungsi Ginjal
Paket Ginjal
Ureum
Kreatinin
Uric Acid
b.

16,0
AB

mm

1,0 - 10,0

7,1
4,6
2,5
18,4
11,5

gr/dL
gr/dL
gr/dL
u/L
u/L

6,6 - 9,7
3,5 5,2

H 212,9
91,0
51,6
H 134,2

mg/dL
mg/dL

<200,0
<200,0

147,0
4,00

mmol/L
mmol/L

130.0 150.0
3.50 5.50

26,7
1,0
6,1

mg/dL
mg/dL
mg/dL

10.0 50.0
0.7 1.2
3.4 7.0

0.0 40.0
0.0 - 41.0

mg/dL

CT. Scan Thorax: Apikal paru tenang


corakan bronchovasculer kasar dengan air bronchogram minimal dalam
batas normal.

7. Program Pengobatan
a.
b.
c.
d.

Piracetam 1x 12 gr
Vitamin K
Kalnex
Nicolin

53

8. Analisa Obat
No.
1.

NAMA
OBAT
Piracetam

INDIKASI
Sediaan injeksi : Pengobatan
infark serebral.
Sediaan oral : Gejala involusi
yang berhubungan dengan usia
lanjut, alkoholisme kronik dan
adiksi; dan gejala pasca trauma.

KONTRA INDIKASI

Penderita dengan
insufisiensi ginjal
yang
berat
(bersihan kreatinin
< 20 mL / min).
Penderita
yang
hipersensitif
terhadap piracetam
atau
derivat
pirolidon lainnya,
termasuk
komponen obat.
Penderita dengan
cerebral
haemorrhage.

EFEK SAMPING

IMPLIKASI KEP.

Nervousness, irritabilitas, Perhatikan


insomnia, anxietas, tremor kontraindikasi dan
dan agitasi. Pada beberapa efek samping obat.
pasien telah dilaporkan :
fatigue dan somnolence.
Gangguan gastro-intestinal
(nausea, vomiting, diare,
gastralgia, sakit kepala, dan
vertigo) pernah dilaporkan.
Efek samping lain yang
kadang kala terjadi : mulut
kering,
meningkatnya
libido, meningkatnya berat
badan
dan
reaksi
hipersensitif pada kulit.
Rasa
gugup,
agitasi,
iritabilitas, rasa lelah dan
gangguan tidur. Gangguan
saluran cerna misalnya:
nausea, muntah, diare, dan
gastralgia. Yang jarang
terjadi
adalah
pusingpusing, sakit kepala, tremor,

54

peningkatan libido. Mulut


kering, penambahan berat
badan dan umumnya reaksi
hipersensitivitas
dermatologik.
2.

3.

Vitamin K

Kalnex

Pengobatan dan pencegahan


perdarahan pada bayi baru lahir,
cabut gigi, hipoprotrombinemia.
- Untuk fibrinolisis lokal
seperti
epistaksis,prostatektomi,k
onisasiserviks.
-

Perhatikan
efek
samping obat
-

Edemaangioneurotikhered
iter.
-

4.

Nicolin

Perdarahan
abnormal
sesudah operasi.

Perdarahan
sesudah
operasi
gigi
pada
penderita hemofilia.

Tidak sadar akibat trauma otak,


kecelakaan, bedah otak, gangguan
psikiatrik dan saraf (hemiplegia,

Gangguan-gangguan
Perhatikan
efek
gastrointestinal,mual,
samping obat
muntahmuntah,anoreksia,pusing,ek
sanlema dan sakit kepala
dapat
timbul
pada
pemberian secara oral.
Gejala-gejala
ini
menghilang
dengan
pengurangan dosis atau
penghentian pengobatannya.

Dengan injeksi intravena


yang
cepat
dapat
menyebabkan pusing dan
hipotensi.
Jarang, perubahan tekanan darah Observasi
(<0,1%), ruam, penglihatan ganda. perubahan
stats
mental klien serta
-

55

diskinesia, kelumpuha motorik,


afasia, amnesia, disorientasi, sakit
kepala) setelah opopleksia dan
oprasi otak.

pantau perubahan
TD dan GCS.

56

9. Program Tindakan
a. Diit BCVA
b. Oksigen 2 liter/menit
c. Tranfusi darah
d. Infus RL
e. Kateter
f. NGT
g. Pengobatan

57

B. ANALISA DATA
No.
1.

Data
DS:
-

Masalah
Ansietas

Klien
mengatakan
ingin cepat pulang.
Klien
mengatakan
tidak mungkin bisa
sembuh.

Penyebab
Kondisi dan keadaan
yang dialami

DO:
-

2.

DS:DO:
-

3.

DS:DO:
-

4.

DS:DO:
-

Klien
tampak
mengamuk-ngamuk.
Klien menangis.
Klien gelisah

Klien
meringai
Klien
kesakitan.

Gangguan rasa nyaman peningkatan


nyeri
tekanan
vaskuler
tampak
cerebral
menangis

Resiko
gangguan tirah
terpasang integritas kulit

baring

Klien
restrain.
Klien tirah baring
(bedrest).
Imobilisasi/mobilisasi
klien kurang.
KU
:
lemah,
kesadaran: apatis.

ketidakmampuan
Perubahan
nutrisi pemasukkan oral.
Klien tidak nafsu kurang dari kebutuhan
makan.
tubuh.
Klien terpasang NGT.

lama

58

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No.
1.

2.

3.

4.

Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan kondisi dan keadaan yang dialami ditandai oleh:
DS:
- Klien mengatakan ingin cepat pulang.
- Klien mengatakan tidak mungkin bisa sembuh.
DO:
- Klien tampak mengamuk-ngamuk.
- Klien menangis.
- Klien gelisah.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral ditandai oleh:
DS:DO:
- Klien tampak meringai
- Klien menangis kesakitan.
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama ditandai
oleh:
DS:DO:
- Klien terpasang restrain.
- Klien tirah baring (bedrest).
- Imobilisasi/mobilisasi klien kurang.
- KU : lemah, kesadaran: apatis.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukkan oral ditandai oleh:
DS:
DO:
-

Klien tidak nafsu makan.


Klien terpasang NGT.

Tanggal : 24 Juni 2011

TT : ...........................................

59

E. RENCANA KEPERAWATAN

No.
1.

Nama Pasien

: Bpk. K

Ruangan

: Galilea II 209 C

Waktu

: 14.00 WIB

Nama Mahasiswa

: Mahasiswa Marlini

Diagnosa
Keperawatan & Data Penunjung
Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00 WIB
Ansietas berhubungan dengan
kondisi dan keadaan yang dialami
ditandai oleh:
DS:
- Klien mengatakan ingin
cepat pulang.
- Klien mengatakan tidak
mungkin bisa sembuh.
DO:
- Klien tampak mengamukngamuk.
- Klien menangis.
- Klien gelisah.

Tindakan Keperawatan

Rasional
Tujuan & Kriteria
Tindakan
Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00 Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00
14.00 WIB
WIB
WIB
Setelah dilakukan tindakan
1. Bina hubungan saling
1. Sikap saling percaya dapat
keperawatan 3 x 24 jam,
percaya
memperlancar
dalam
tingkat kecemasan klien
melakukan
tindakan
dapat berkurang dengan
keperawatan.
2. Kaji kebutuhan rasa
kriteria:
2. Mengetahui
kebutuhan
aman klien
DS:
rasa aman klien.
3. Agar mendapatkan rasa
- Klien
mengatakan
3. Sediakan waktu untuk
tenang.
ingin cepat sembuh.
ekspress feeling
4. Dapat mengurangi stress.
4.
Latihan
Teknik
DO:
Relaksasi dan reduksi
- Klien tamapk tenang.
stres.
- Klien
dapat
mengungkapakan

60

2.

Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00 WIB


Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral ditandai
oleh:
DS:DO:
- Klien tampak meringai
- Klien menangis kesakitan
- Skala nyeri 4

rasa
yakin
akan
sembuh.
Klien dapat bekerja
sama
selama
melakukan tindakan
keperawatan.

Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00 Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00
14.00 WIB
WIB
WIB
Setelah dilakukan tindakan
1. Pertahankan
tirah
keperawatan 3 x 24 jam,
baring selama fase
1. Meminimalkan stimulasi /
nyeri klien berkurang/hilang
akut.
meningkatkan relaksasi.
dengan kriteria hasil :
2. Beri tindakan non
2. Tindakan
yang
DO:
farmakologi
untuk
menurunkan
tekanan
- Klien tampak tenang.
menghilangkan sakit
vaskuler serebral dengan
- Skala nyeri berkurang
kepala,
menghambat / memblok
dari 4 menjadi 1
misalnya : kompres
respon simpatik, efektif
dingin pada dahi, pijat
dalam
menghilangkan
punggung dan leher
sakit
serta
teknik
kepala dan komplikasinya.
relaksasi.
3. Hilangkan
/
3. Aktivitas
minimalkan aktivitas
yang
meningkatkan
vasokontriksi
yang
vasokontriksi

61

dapat meningkatkan
sakit
kepala
:
mengejan saat BAB,
batuk
panjang,dan
membungkuk.
4. Bantu pasien dalam
ambulasi
sesuai
kebutuhan.
5. Beri cairan, makanan
lunak. Biarkan klien
itirahat selama 1 jam
setelah
makan.
6. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
obat
analgetik,
anti
ansietas,
diazepam dll.

3.

menyebabkan sakit kepala


pada
adanya
peningkatkan
tekanan
vakuler serebral.
4. Meminimalkan
penggunaan
oksigen dan aktivitas yang
berlebihan
yang
memperberat
kondisi
klien.
5. Menurunkan kerja miocard
sehubungan dengan kerja
pencernaan.
6. Analgetik
nyeri dan
rangsangan
simpatis.

menurunkan
menurunkan
saraf

Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00 WIB Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00 Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00
Resiko gangguan integritas kulit 14.00 WIB
WIB
WIB

62

berhubungan dengan tirah baring


lama
DS:DO:
- Klien tirah baring lama.
- Klien direstrain.
- Imobilisasi.

4.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3 x 24 jam,
klien
mampu
mempertahankan keutuhan
kulit dengan kriteria hasil :
DS: DO:
- Tidak ada tanda-tanda
kemerahan.
- Tidak ada tanda-tanda
luka pada kulit.
- Keadaan kulit baik.

1. Anjurkan
untuk
melakukan latihan ROM
(range of motion) dan
mobilisasi jika mungkin.
2. Rubah posisi tiap 2 jam.
3. Gunakan bantal atau
pengganjal yang lunak di
bawah
daerah-daerah
yang menonjol.
4. Lakukan massage pada
daerah yang menonjol
yang baru mengalami
tekanan
pada
waktu
berubah posisi.
5. Observasi
terhadap
eritema dan kepucatan
dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan
pelunakan jaringan tiap
merubah posisi.
6. Jaga kebersihan kulit dan
seminimal
mungkin
hindari trauma, panas
terhadap kulit.

1. Meningkatkan aliran darah


ke semua daerah.
2. Menghindari tekanan dan
meningkatkan
aliran
darah.
3. Menghindari tekanan yang
berlebih pada daerah yang
menonjol.
4. Menghindari kerusakankerusakan kapiler-kapiler.
5. Hangat dan pelunakan
adalah tanda kerusakan
jaringan.
6. Mempertahankan
keutuhan kulit.

Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00 WIB Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00 Tgl/Jam : 24 Juni 2011/ 14.00
Perubahan nutrisi kurang dari 14.00 WIB
WIB
WIB
kebutuhan tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan
1. Beri makan dalm

63

dengan
ketidakmampuan
pemasukkan oral ditandai oleh:
DS:DO:
- Klien tidak nafsu makan
- Klien terpasang NGT

keperawatan 3 x 24 jam,
kebutuhan
nutrisi
klien
terpenuhi dengan kriteria
hasil :
DO:
- Klien
menunjukan
perubahan
pola
makan
- Klien mau makan dan
ada nafsu makan

2.
3.
4.
5.

jumlah kecil, sering


dan dalam keadaan
hangat.
Bantu kebersihan oral
sebelum makan.
Pertahankan
kalori
yang ketat.
Kaji ulang masukan
kalori harian dan
pilihan diet.
Dorong klien untuk
mempertahankan
masukan
makanan
harian termasuk kapan

dan dimana makan


dilakukan
dan
lingkungan
dan
perasaan sekitar saat
makanan dimakan.
6. Intruksikan dan Bantu
memilih
makanan
yang tepat , hindari
makanan
dengan
kejenuhan
lemak
tinggi
(mentega, keju, telur,
es krim, daging dll)

1. Membantu
mencegah
distensi
gaster/ketidaknyamanan
dan
meningkatkan
pemasukkan, menambah
nafsu makan.
2. Mulut/peralatan
bersih
meningkatkan
napsu
makan yang baik.
3. Pedoman tepat untuk
pemasukkan kalori yang
tepat.
4. Mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan
dalam
program
diit
terakhir.
5. Memberikan data dasar
tentang
keadekuatan
nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan,
membantu
untuk
memfokuskan
perhatian
pada factor mana pasien
telah / dapat mengontrol

64

perubahan.

dan kolesterol (daging


berlemak,
kuning
telur,
produk
kalengan,jeroan).
7. Kolaborasi
dengan
ahli
gizi
sesuai
indikasi.

6. Menghindari
makanan
tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan
aterogenesis.
7. Memberikan
konseling
dan
bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.

65

F. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien

: Bpk. KS

Ruangan

: Galilea II Kamar 209 C

Diagnosis Medis

: CVA hemoragik dengan riwayat penyakit


hipertensi

No.

No. DK / MK

1.

DX. I

2.

DX. II

Tgl /
Jam

Perkembangan (SOAPIE)

24 Juni I:
2011/
1. Mengobservasi status neurologis
14.00
- KU: lemah, kesadaran: Apatis, klien
WIB
tampak gelisah.
2. Mengukur tanda vital
14.10
- TD: 160/110 mmHg
WIB
- Suhu: 37,4C
- Respirasi : 25x/menit
- Nadi: 103x/menit
3. Melatih teknik relaksasi
- Klien masih tampak gelisah
E:
DS:
- Klien mengatakan ingin mati saja.
DO:
- TD : 160/110 mmHg
- Klien tampak mengamuk-ngamuk dan
menarik selang oksigen pada hidung
dan selang NGT yang terpasang pada
klien.
- Klien tampak gelisah.
24 Juni I:
2011/
1. Memperhatikan tirah baring pasien
14.30
- Klien tampak masih gelisah dan
WIB
menangis
E:
DS:DO:
- Klien tampak meringai
- Klien menangis kesakitan
- Skala nyeri 4

Tanda
Tangan

66

3.

DX. III

24 Juni I:
2011/
1. Memandikan klien dengan air hangat di
15.00
atas tempat tidur.
WIB
- Kemampuan klien belum beraktivitas
dan kebutuhan masih dibantu.
2. Mengobservasi keadaan kulit pasien selama
tirah baring.
E:
DS:DO:
- Klien terpasang restrain.
- KU : lemah, tingkat kesadaran: apatis
dan klien tampak gelisah.

4.

DX. IV

24 Juni I:
2011/
1. Memberikan makanan lewat
16.00
NGT/sonde
WIB
- Klien tampak sedikit tenang
- Klien tidak mual dan muntah
E:
DS:DO:
- Klien tidak nafsu makan
- Klien tampak putus asa

5.

DX. I

25 Juni
2011/
14.00
WIB

14.15
WIB

selang

S:O: KU lemah. Kesadaran: apatis terpasang


NGT, oksigen dan infus
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2
I:
1. Mengobservasi status neurologis dan tandatanda peningkatan TIK
- KU: lemah, kesadaran: Apatis, klien
tamapak gelisah.
2. Mengukur tanda vital
- TD: 120/80 mmHg
- Suhu: 37,2C
- Respirasi : 31x/menit
- Nadi: 90x/menit
E:
S:O:
- Klien masih tampak mengamukngamuk dan menarik selang oksigen
pada hidung dan selang NGT yang

67

6.

DX. II

7.

DX. III

8.

DX. IV

terpasang pada klien.


A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2
25 Juni S: 2011/
O: KU lemah, kesadaran apatis dan klien
14.00
tampak gelisah.
WIB
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjut intervensi 1
I:
14.30
1. Memperhatikan tirah baring pasien
WIB
- Klien tampak masih gelisah dan
menangis
E:
S:O:
- Klien tampak meringai
- Klien menangis kesakitan
- Skala nyeri 4
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjut intervensi 1
25 Juni S:2011/
O: Klien tamapak gelisah dan tidak tenang
A: Masalah belum teratasi
14.40
P: Lanjut intervensi 1,2,3
WIB
I:
1. Memperhatikan tirah baring pasien
- Klien tampak masih gelisah dan
menangis
15.00
2. Membantu memenuhi kebutuhan klien
WIB
- Klien masih tampak gelisah dan
menangis
3. Mengobservasi keadaan kulit pasien selama
tirah baring.
E:
S:O:
- Klien tampak meringai
- Klien menangis kesakitan
- Skala nyeri 4
- Kulit klien tampak bersih dan tidak
ada luka.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut intervensi 1,2,3
25 Juni S:2011/
O: klien terpasang selang NGT

68

9.

DX. I

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjut Intervensi 1,2,3,4
16.00
I:
WIB
1. Memberikan makanan lewat selang
NGT/sonde siang
- Klien tampak sedikit tenang
- Klien tidak mual dan muntah
16.30
2. Memberikan terapi obat sesuai program
WIB
Kalnex injeksi 1 ampul
Vitamin K injeksi 1 ampul
Nicholen injeksi 1 ampul
19.00
3. Memberikan makanan lewat selang
WIB
NGT/sonde malam
- Klien tidak muntah
20.00
4.Memberikan obat oral melalui sonde
WIB
BIO ATP 1 tab
E:
S:O:
- Klien tidak nafsu makan
- Klien tampak putus asa
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut Intervensi 1,2,3,4
27 Juni S:2011/
O: KU lemah. Kesadaran: apatis terpasang
NGT, oksigen dan infus
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut Intervensi 1,2,3
07.00
I:
WIB
1. Mengobservasi status neurologis dan tandatanda peningkatan TIK
- KU: lemah, kesadaran: Apatis, klien
tampak gelisah.
2. mengukur tanda vital
12.30
- TD : 120/80 mmHg
WIB
- Nadi: 80x/menit
- Suhu: 36,6 C
- Respirasi: 19x/menit.
3. Melatih teknik relaksasi
E:
S:O:
- Klien masih tampak mengamukngamuk dan menarik selang oksigen
pada hidung dan selang NGT yang
terpasang pada klien.

69

- Klien tampak gelisah dan marah


A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut Intervensi 1,2,3
10.

DX. II

27 Juni S: 2011/
O: KU lemah, kesadaran apatis dan klien
tampak gelisah.
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjut intervensi 1,2.
07.00
I:
WIB
1. Melakukan personal hygiene: oral hygiene
dan penil hygiene.
- Kemampuan klien belum beraktivitas
dan kebutuhan masih dibantu.
2. Mengobservasi tanda-tanda peningkatan
TIK.
E:
S:O:
- Klien terpasang oksigen, kateter dan
selang NGT.
- KU : lemah, tingkat kesadaran: apatis
dan klien tampak gelisah.
- Skala nyeri 3
- Klien mengeluh kesakitan.
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjut intervensi 1,2.

11.

DX. III

27 Juni S:2011/
O: Klien tamapak gelisah dan tidak tenang
A: Masalah belum teratasi
08.00
P: Lanjut intervensi 1
WIB
I:
1. Memperhatikan tirah baring pasien
- Klien tampak masih gelisah dan
menangis
E:
S:O:
- Klien tampak meringai
- Klien menangis kesakitan
- Keadaan kulit masih tampak baik.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut intervensi 1

12

DX. IV

27 Juni S:2011/
O: klien terpasang selang NGT

70

07.00
WIB

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjut intervensi 1,2
I:
1. Memberikan makanan lewat
NGT/sonde
- Klien tampak sedikit tenang
- Klien tidak mual dan muntah
2. Memberikan obat
- Vitamin K dan kalnex
- Piracetam
E:
S:O:
- Klien tidak nafsu makan
- Klien tampak putus asa
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut intervensi 1,2

selang

71

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil Asuhan Keperawatan pada Bpk. KS di Ruang Galilea II kamar


209 C antara teori dan praktek tidak terlalu jauh berbeda. Dari pengkajian hingga
evaluasi dari teori hampir semua sama dengan praktek yang dilakukan saat
praktek. Hanya saja, saat melakukan pemeriksaan fisik pada Bpk. KS hanya
mengkaji data-data fokusnya saja karena melihat kondisi pasien.
A. Pengkajian
Dari data yang dikumpulkan selama pengkajian yang diambil dari:
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan Fisik.
Observasi.
Wawancara.
Studi Rekam Medis.
Pengkajian secara praktek pada kasus hipertensi tidak jauh berbeda

dengan pengkajian secara teori. Pengkajian secara praktek penulis juga


menggunakan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien hiperetensi ini
dilakukan pada bagian-bagian yang fokus saja, karena kondisi pasien yang
lemah dan pasien tidak dapat bekerja sama dengan perawat karena pasien
suka mengamuk-ngamuk sendiri, observasi, wawancara dengan keluarga
klien hipertensi, dan menggunakan studi rekam medis klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil Asuhan keperawatan selama tiga hari di Ruang GALILEA II
tentang Asuhan Keperawatan pada Bpk. KS dengan Diagnosa CVA
Hemoragik dengan riwayat penyakit Hipertensi didapatkan enam diagnosa
keperawatan yaitu:
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

72

3. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan


peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake
nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit yang dialami.
Dari enam diagnosa tersebut di ambil empat prioritas dan melihat data
pengkajian pasien sendiri yaitu:
1. Ansietas berhubungan dengan kondisi dan keadaan yang dialami.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukkan oral.
Diagnosa keperawatan yang diambil pada kasus hipertensi ini diambil
dari data-data pengkajian pasien hipertensi. Dan diagnosa pada teori tidak jauh
berbeda dengan diagnosa keperawatan langsung pada pasien hipertensi.
C. Rencana Tindakan
Rencana tindakan secara teori yang direncanakan tidak jauh berbeda
dengan rencana tindakan serta tindakan yang langsung dilakukan untuk
menangani pasien hipertensi. Dalam memenuhi kebutuhan pasien tidak
terlepas dari semua data yang didapatkan pada saat pengkajian yang telah
dilakukan, serta rumusan diagnosa yang telah di susun sehingga dapat
memberikan acuan terhadap pemenuhan asuhan keperawatan pada pasien,
tindakan yang dilakukan agar dapat meningkatkan kesehatan pasien, serta
dapat mempercepat proses kesembuhan penyakit pasien.
D. Evaluasi

73

Dari hasil Asuhan Keperawatan pada Bpk. KS di Ruang Galilea II


kamar 209 C yang telah di lakukan selama tiga hari hingga, keadaan klien
belum menunjukkan perubahan klien masih suka mengamuk-ngamuk, masih
putus asa dengan keadaannya seperti saat ini, meskipun tim kesehatan
berulang kali menasihatinya. Sehingga masalah ini masih belum teratasi.
Dari keempat diagnosa dibuat intervensi dan diimplementasi, dan dari
keempat diagnosa belum dapat teratasi.
Jadi, secara keseluruhan Asuhan Keperawatan yang di berikan kepada
Bpk. KS belum dapat terpenuhi meskipun proses asuhan keperawatan dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

74

Dari penerapan teori yang diperoleh serta praktek studi kasus yang ada
tidak ada perbedaan pada teori serta penerapan yang ada, semua pembahasan
yang ada pada teori muncul dalam studi kasus yang dilakukan.
B. Saran
Berdasarkan hasil praktek, maka ada beberapa saran yang sekiranya
dapat digunakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan
pada pasien.
1. Bagi pasien
Penanganan yang segera diperlukan untuk meminimalkan
komplikasi yang terjadi pada pasien.
2. Untuk Ruang Galilea II
a. Menindaklanjuti rencana keperawatan yang belum teratasi dengan baik.
b. Lebih sering mengadakan komunikasi dengan pasien untuk membantu
kesembuhan pasien.
3. Untuk STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Tetap mempertahankan RS Bethesda terutama Ruang Galilea II
sebagai lahan praktik klinik. Agar praktikan dan mahasiswa/I praktikan
dapat lebih mengenal mengenai dunia keperawatan dan lebih peduli
dengan sesama terlebih klien kerja kita yaitu pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1997), Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6,
Jakarta; EGC.
Corwin, Elizabeth J, (2009), buku saku Patofisiologi, Jakarta; EGC.
Doenges, Marilyn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

75

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Jakarta; EGC.


http://kerockan.blogspot.com/2010/09/3-pola-hidup-sehat-demi-kesehatan.html.
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/174-mengatasitekanan-darah-tinggi-atau-hipertensi.html.
http://serbaserbi.ariefew.com/artikel/hipertensi/.
http://www.ningharmanto.com/2010/08/hipertensi-darah-tinggi/
http://www.smallcrab.com/kesehatan/87-faktor-risiko-terjadinya-hipertensi.
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/255-diet-hipertensi.html.
Mansjoer, Arif, (1999), Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid Pertama, Jakarta;
penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Vous aimerez peut-être aussi