Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh
PRIMA GANDHI
A14104052
Oleh :
PRIMA GANDHI
A14104052
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
RINGKASAN
PRIMA GANDHI, 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Ungul
(Studi Kasus Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat). Di bawah bimbingan HENY K. S. DARYANTO.
Sistem ketahanan pangan merupakan persoalan tentang penyediaan bahan
pangan pokok dalam dimensi kuantitas, kualitas, ruang dan waktu bagi seluruh
masyarakat. Dalam bahasa ekonomi masalah ketahanan pangan menyangkut
persoalan ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi. Beras merupakan bahan
pangan pokok bagi 95 persen penduduk Indonesia. Indonesia berhasil
berswasembada beras pada tahun 1984. Dua dasawarsa terakhir ketersediaan beras
nasional hanya mampu memenuhi 90 persen kebutuhan nasional. Ketersediaan
beras dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketersediaan beras adalah luas areal panen (usahatani), produksi beras atau gabah,
dan jumlah penduduk. Peningkatan produksi padi di Indonesia belum mampu
mencukupi permintaan kebutuhan masyarakat dalam negeri yang jumlahya
semakin bertambah setiap tahunnya. Agar stok beras nasional tercukupi
pemerintah melalui Bulog melakukan impor.
Besarnya volume impor beras menimbulkan berbagai pro-kontra di
kalangan masyarakat. Volume impor beras menimbulkan masalah bagi petani padi
di Indonesia, karena ketidakmampuan bersaing dalam permasalah harga.
Konsumen lebih memilih beras impor karena harganya lebih murah dengan
kualitas yang tidak berbeda. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan petani
padi. Pemerintah setiap tahunnya berusaha untuk menurunkan nilai impor beras.
Untuk menurunkan nilai impor beras Indonesia, pemerintah melalui Departemen
Pertanian mengeluarkan beberapa kebijakan pertanian. Kebijakan pertanian yang
dikeluarkan Deptan meliputi kebijakan pertanian untuk komoditas padi, baik dari
segi on farm maupun off farm-nya. Kebijakan dari segi on-farm diantaranya
adalah mengeluarkan beberapa padi varietas unggul, pemberian subsidi untuk
pupuk padi dll. Sedangkan dari segi on farm-nya pemerintah mengeluarkan
beberapa kebijakan yang terkait dengan permodalan, tataniaga beras dan
penyuluhan di bidang pertanian.
Padi pandanwangi merupakan contoh padi varietas unggul yang sudah
ditetapkan oleh negara melalui departemen pertanian. Padi varietas unggul
pandan wangi juga dijadikan komoditas unggulan utama hasil pertanian
pemerintah Kabupaten Cianjur. Status padi varietas unggul ini harus bisa
dibuktikan keunggulan secara ilmiah. Tujuannya agar masyarakat, pemerintah dan
khusuanya petani (pemilik dan penggarap) mengetahui keunggulan padi pandan
wangi dibanding padi jenis lainnya. Analisis usahatani dan tataniaga pertanian
merupakan salah satu alat untuk mengetahui keunggulan suatu usahatani dan
tataniaga komoditas pertanian.
Analisis usahatani, terdiri atas analisis penerimaan, biaya dan pendapatan
usahatani padi pandanwangi. Analisis tataniaga meliputi analisis fungsi, efisiensi,
lembaga, saluran dan marjin tataniaga. Melalui kedua analisis tersebut, dapat
digambarkan dimana letak keunggulan padi pandanwangi. Lembar kuisioner
analisis usahatani diiisi oleh petani pemilik dan penggarap. Hal tersebut
berdasarkan pemilihan petani yang membudidayakan padi pandan wangi yang
bersifat purpossive (sengaja). Wawancara terhadap petugas dari dinas pertanian,
petugas ppl dan pengurus kelompok tani juga dilakukan, hal tersebut dikarenakan
penelitian ini menggunakan metode participatory action riset.
Hasil analisis usahatani menunjukkan pendapatan yang dihasilkan oleh
petani pemilik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap. Hal
itu dapat dilihat dari besarnya rasio R per C atas biaya tunai maupun atas biaya
total petani pemilik (2,42 dan 1,19) dari petani penggarap (1,07 dan 1,08).
Berdasarkan analisis pendapatan, penerimaan dan rasio R per C atas biaya tunai
dan atas biaya total, usahatani yang dilakukan oleh kedua jenis strata yaitu petani
pemilik penggarap dan penggarap masih menguntungkan karena R per C rasionya lebih besar dari satu.
Pendapatan petani (pemilik dan penggarap) masih dapat ditingkatkan lagi
karena dalam berusahatani petani masih belum dapat memksimalkan teknik
budidaya yang lebih efisien. Hasil analisis tataniaga yang dilakukan adalah (1)
Saluran tataniaga yang terbentuk dilokasi penelitian memasarkan beras
pandanwangi murni dan beras pandanwangi campuran. Jumlah saluran yang
memasarkan beras pandanwangi campuran (10 saluran) lebih banyak dibanding
dengan yang murni (6 saluran). Analisis marjin tataniaga, biaya dan keuntungan
tidak dilakukan pada saluran-saluran yang menjual beras pandanwangi campuran
tidak dilakukan. Alasannya adalah beras pandanwangi campuran yang
diperjualbelikan tidak dapat diasumsikan merupakan beras campuran yang
memiliki perbandingan dalam jumlah yang sama, diantara lembaga-lembaga
terkait dalam proses pengolahan dan pengemasannya. (2) Lembaga-lembaga yang
terlibat dalam penyaluran beras dan tingkat petani hingga konsumen akhir adalah
pedagang pengumpul, pedagang besar daerah dan luar daerah, pasar swalayan dan
pedagang pengecer daerah dan luar daerah. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga tersebut berupa fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan),
fungsi pengadaan secara fisik (penyimpanan, pengolahan, pengangkutan) serta
fungsi pelancar (sortasi dan grading). (3) sebaran nilai marjin saluran tataniaga
beras pandanwangi murni jenis super dan kepala, yaitu dari 46,48 persen hingga
58,04 persen. Saluran E2 memiliki persentase nilai marjin beras jenis super yang
terkecil. Dengan demikian, maka saluran E2 adalah saluran yang lebih efisien bagi
konsumen beras jenis super. Saluran A merupakan saluran beras jenis super yang
paling efisien bagi penjual. Hal ini dikarenakan saluran A mempunyai biaya
terkecil dan total keuntungan terbesar untuk beras jenis super dengan nilai
persentase sebesar 13,12 dan 43,41.Untuk beras pandanwangi jenis kepala,
saluran E1 merupakan saluran yang efisien bagi konsumen beras pandanwangi
jenis kepala dengan nilai marjin tataniaga sebesar 48,93 persen. Nilai keuntungan
saluran D1 sebesar 17,67 persen membuat dari harga konsumen membuat saluran
ini efisien bagi penjual.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki segi usahatani
maupun tataniaga pandan wangi. Pertama, petani padi pandan wangi harus
membuka diri untuk menerima dan mencari masukan dari pihak luar (instansi
terkait dan pemerintah) terutama tentang teknik budidaya yang efisien dan efektif,
tujuannya agar dapat menghemat biaya tunai yang dikeluarkan. Kedua,
pemerintah harus menggalakkan dan mengembangkan kembali pembentukan
kelompok tani dengan jalinan mitra usaha antar petani (dalam hal ini kelompok
tani) dengan salah satu pedagang besar. Setelah itu, pemerintah daerah harus
memberikan rangsangan berupa penghargaan dan hadiah kepada petani/kelompok
tani/gabungan kelompok tani yang berprestasi dalam berusahatani padi pandan
wangi baik dari aspek budidaya dan tataniaganya, sehingga banyak petani yang
ingin berusahatani pandan wangi. Ketiga, Pihak pemerintah harus mendorong
para petani yang sudah tergabung dalam suatu kelompok tani dan Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani) untuk melakukan fungsi-fungsi tataniaga, sehingga
dapat meningkatkan nilai jual produknya.
Judul : Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul (Studi Kasus
Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten
Cianjur)
Nama : Prima Gandhi
NRP : A14104052
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
KASUS
BERAS
WARUNGKONDANG
PANDAN
KABUPATEN
WANGI
CIANJUR)
DI
KECAMATAN
ADALAH
KARYA
TINGGI
MANAPUN,
SUMBER
INFORMASI
YANG
Bogor,September2008
Prima Gandhi
A14104052
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 April 1986. Penulis adalah
anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Edison Muchtar dan Ibu
Yenita.
Penulis mengawali jenjang pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-Irsyad,
Bekasi pada tahun 1989, kemudian pada tahun 1990 penulis langsung
melanjutkan ke SD Tunas Jaka Sampurna, Bekasi. Tahun 1996 penulis
melanjutkan ke SMPN 214 Jakarta. Pada Tahun 2004, penulis lulus dari SMAN 3
Jakarta dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian.
Semasa kuliah penulis cukup aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan.
Penulis aktif telibat dalam kepanitiaan maupun organisasi kemahasiswaan intra
kampus dan ekstra kampus. Pada tingkat satu penulis aktif sebagai staff komisi
advokasi DPM TPB IPB (2004-2005). Kemudian penulis pernah aktif di
organisasi peminat ilmu sosial ekonomi pertanian (MISETA) IPB di departemen
PSDM (2005-2006). Penulispun aktif pada organisasi ekstra kampus yaitu
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Penulis mendapat amanah sebagai Ketua
Umum HMI Komisariat Faperta
KATA PENGANTAR
Penulis
PPL
dan
Ketua
Kelompok
Tani
Pandan
Wangi
di
10
Syahril
Ilhami
terima
kasih
atas
semangat
dan
ilmu
11
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem ketahanan pangan merupakan persoalan tentang penyediaan bahan
pangan pokok dalam dimensi kuantitas, kualitas, ruang dan waktu bagi seluruh
masyarakat. Dalam bahasa ekonomi masalah ketahanan pangan menyangkut
persoalan ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi.
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi 95 persen penduduk
Indonesia. Dengan jumlah 205 juta jiwa penduduk Indonesia memerlukan pangsa
energi dan protein sebanyak 55 persen (Saragih,2002). Makanan alternatif lainnya
belum mampu menggantikan beras. Oleh karena itu beras bisa dikatakan sebagai
makanan pokok bangsa Indonesia dengan permintaan di pasaran mencapai 139 kg
per kapita per tahun (BPS, 2006).
Indonesia berhasil berswasembada beras pada tahun 1984. Saat itu
ketersediaan beras nasional mencapai lebih dari 25,90 juta ton. Akan tetapi,
setelah dua dasawarsa ketersediaan beras nasional hanya mampu memenuhi 90
persen kebutuhan nasional. Agar stok beras nasional tetap terjamin pemerintah
melalui Bulog melakukan impor (Malian, 2001).
Ketersediaan beras dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan beras adalah luas areal panen (usahatani), produksi
beras atau gabah, dan jumlah penduduk. Berikut ini disampaikan risalah
perkembangan keragaan produksi padi di Indonesia dan perkembangan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 1971 sampai 2008.
12
Tahun
Jumlah
Penduduk
(orang)
LuasLahan
Panen(Ha)
Laju
Laju
Laju
LajuPertumbuhan Peningkatan
ProduksiPadi Produktifitas Pertumbuhan Pertumbuhan
ProduksiPadiPer Produktifitas
PendudukPer LuasPanen
(Ton/GKP)
(Ku/Ha)
PadiPertahun
Tahun(%)
Tahun(%) PerTahun(%)
(%)
1971
119.208.229 8.324.322
20.483.687
24,61
1980
147.490.298 9.005.065
29.651.905
32,93
2,64
0,91
4,97
3,76
1990
179.378.946
10.502.357
45.178.751
43,02
2,16
1,66
5,24
3,06
1995
194.754.808
11.438.764
49.744.140
43,49
1,71
1,78
2,02
0,22
2000
205.132.458
11.793.475
51.898.852
44,01
1,07
0,62
0,87
0,24
2005
218.868.791
11.839.060
54.151.097
45,74
1,34
0,08
0,87
0,79
2006
222.051.300
11.786.430
54.454.937
46,02
1,45
0,04
0,56
1,01
2007
224.904.900
12.124.827
57.051.679
47,05
1,29
2,87
4,77
1,84
2008
227.779.100
12.299.391
58.268.796
47,38
1,28
1,44
2,13
0,68
Sumber
: Bappenas, UNDP dan Deptan (Diolah)
Keterangan :
1. Jumlah penduduk diatas tahun 2000, merupakan data proyeksi
2. Produksi padi tahun 2008, merupakan angka ramalan Deptan
3. Produktivitas = Produksi Padi per Luas Lahan Panen
Tabel 1 diatas menerangkan bahwa; Pertama, penduduk Indonesia terus
mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang relatif berbeda untuk
setiap periodenya. Selama kurun 1971-1990 laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,40 persen per tahun. Laju pertumbuhan pada periode 1990-2008 menurun
menjadi 2 persen per tahun. Selama periode 2005-2008 laju pertumbuhan
penduduk sekitar 1,34 persen. Kedua, Pemerintah sudah berupaya dalam
meningkatkan produksi beras nasional melalui upaya peningkatan areal panen dan
berbagai upaya peningkatan produktivitas padi. Laju peningkatan pertambahan
areal panen pada periode 1971-2008 sebesar 1,29 persen per tahun. Laju
peningkatan produksi periode 1971-2008 sebesar 4,98 persen per tahun. Pada era
tahun 1980-an laju peningkatan produksi relatif besar dan sempat mengalami
stagnasi pada periode 1990-an. Melalui berbagai upaya peningkatan produksi, di
13
tahun 2007 produksi padi mengalami peningkatan yang cukup besar. Ketiga
mencermati angka-angka laju pertumbuhan masing-masing indikator terlihat
bahwa dari tahun 1995, laju peningkatan luas areal panen dan laju peningkatan
produksi selalu dibawah laju peningkatan penduduk, terkecuali pada tahun 2007
dan 2008. Hal ini menandakan adanya upaya dalam memecahkan stagnasi
pertumbuhan produksi padi di Indonesia.
Produksi padi di Indonesia cenderung stabil. Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2001 menunjukkan angka produksi padi hanya mencapai 50,46 juta Ton
gabah kering giling (GKG) atau menurun sekitar 1,44 juta ton GKG (2,77 persen).
Apabila angka tersebut dibandingkan dengan produksi tahun 2000 yang mencapai
51,90 juta ton GKG, maka produksi tahun 2002 meningkat sebesar 0,75 persen
atau sebesar 50,84 juta ton GKG dibandingkan tahun 2001. Dalam kurun waktu
1984-2002 oleh Badan Pusat Statistik luas panen, produksi dan produktivitas padi
di Indonesia ditunjukkan oleh Tabel 2. Penyebab menurunnya produksi adalah (i)
tidak ditemukannya teknologi yang tepat untuk mengolah lahan di luar Pulau
Jawa; (ii) tidak adanya diversifikasi teknologi pangan; serta (iii) meningkatnya
populasi penduduk di Indonesia (pada Tabel 1).
Tingkat produksi dan produktivitas padi nasional mengalami peningkatan
dari tahun 1971 sampai 2008. Akan tetapi laju pertumbuhan produksi padi dan
laju peningkatan produktivitas padi setiap tahunnya berfluktuasi (Tabel 1). Hal itu
disebabkan oleh berkurangnya luas areal panen.
Peningkatan produksi padi di Indonesia belum mampu mencukupi
permintaan
kebutuhan
Akibatnya pemerintah
mengimpor beras dari luar negeri. Nilai volume impor beras Indonesia dalam
14
kurun waktu 1997-2002 cenderung fluktuatif kecuali tahun 1998 saat puncak
krisis ekonomi. Pada tahun 2004-2006 nilai volume impor beraspun berfluktuatif
tetapi terjadi penurunan yang signifikan nilai impor tahun 2004-2006 dibanding
tahun 1997-2002.
Peningkatan impor beras pada kurun waktu 1997-2002 juga disebabkan
oleh penurunan produksi beras akibat berkurangnya luas panen yang disebabkan
adanya konversi lahan, yang menurunkan luas panen sehingga produktivitas
menurun dari tahun sebelumnya. Selain itu faktor alam seperti El Nino,
kekeringan, perubahan iklim serta cuaca dalam kurun waktu 2003 dan 2004 juga
ikut mempengaruhi produksi dan produktivitas. Perkembangan impor beras
Indonesia sejak tahun 1997-2006 di sajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Impor Beras di Indonesia Tahun 1997-2006
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Jumlah(Ton)
406.000
5.765.000
4.183.000
1.153.000
1.423.000
1.113.000
659.000
459.000
304.000
210.000
15
tersebut lebih rendah dibandingkan beras lokal dari petani dengan kualitas standar
termurah yang harga jualnya paling murah berkisar antara Rp. 3.500 dan Rp.
3.600 per kg. Dampaknya petani lokal merugi karena harga mereka tidak
ekonomis dibandingkan dengan beras impor (Andi Irawan,2007).
Konsumen lebih memilih beras impor karena harganya lebih murah
dengan kualitas yang tidak berbeda. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan
petani padi. Selain itu penyebab penurunan pendapatan petani adalah tingginya
ongkos produksi yang dikeluarkan petani berupa biaya pengolahan lahan (tanah),
penyediaan sarana produksi pertanian (saprotan), biaya input pertanian (seperti
pupuk,benih dan lain-lain), biaya transportasi dan biaya-biaya yang lainnya
mengalami kenaikan. Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya penurunan
pendapatan usahatani petani padi.
1.2
Perumusan Masalah
Dalam rangka pemenuhan pangan penduduk Indonesia yang jumlahnya
terus meningkat, produksi beras dari Pulau Jawa masih diandalkan oleh
pemerintah. Pulau Jawa memegang peranan penting dalam produksi beras, dengan
produksi sekitar 56 persen, selebihnya 22 persen di Pulau Sumatera, 10 persen di
Pulau Sulawesi dan 5 persen di Pulau Kalimantan. Di perkirakan beberapa tahun
kedepan Pulau Jawa tetap akan menjadi produsen utama beras di Indonesia.
Pemerintah tetap mengandalkan Pulau Jawa sebagai produsen beras utama
di Indonesia. Propinsi Jawa Barat yang terletak di Pulau Jawa terus meningkatkan
produksi beras, minimal untuk memenuhi kebutuhan beras bagi penduduknya
sendiri. Peningkatan produksi beras di Jawa Barat dimulai dengan usaha
peningkatan luas panen (ekstensifikasi) yang menghasilkan
kenaikan sebesar
16
3,99 persen. Hal ini harus diikuti oleh peningkatan mutu yang baik sebab saat ini
peningkatan mutu (intensifikasi) padi belum mendapat perhatian serius karena
penurunan produksi padi di Jawa barat rata-rata 0,37 persen per tahunnya (Dinas
Perkebunan dan Hortikultura, 2006).
Ketersedian pangan di Jawa Barat masih ditopang oleh produksi sendiri,
cadangan masyarakat dan impor. Ada beberapa daerah lumbung padi (daerah
penghasil padi utama di propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Cianjur termasuk
salah satu diantaranya.
Kabupaten
Cianjur
merupakan
daerah
agraris
yang
flatform
17
saat terjadinya puncak krisis ekonomi. Hal ini mengakibatkan inflasi yang tinggi,
sehingga berdampak terhadap kenaikan semua barang dan jasa.
Tabel 3. Perbandingan Keadaan Tanaman Padi Sawah Tahun 1995-2001 di
Daerah Kabupaten Tingkat II Cianjur
Tahun LuasTanam(Ha) LuasPanen(Ha) ProduksiBruto(Ton)
1995
114,923
104,630
664,601
1996
107,338
104,430
646,568
1997
102,550
86,846
630,175
1998
128,358
111,021
659,499
1999
116,326
113,948
678,104
2000
110,091
109,430
661,757
2001
109,710
107,430
659,906
Produktivitas(Kw/Ha)
63,52
61,91
72,56
59,40
59,51
60,11
60,15
peningkatan yang cukup baik hingga tahun 1999 (dari 630,175 ton tahun 1997
18
menjadi 678,104 ton pada tahun 1999). Peningkatan produksi pasca krisis terjadi
karena sebagian besar petani menanami kembali lahannya (kecuali tahun 1999
luas lahan yang di tanam menurun dibanding tahun sebelumnya). Namun
peningkatan jumlah produksi tersebut tidak diikuti dengan peningkatan
produktivitas. Angka produktivitas hingga tahun 1999 menurun dibandingkan
tahun 1997 (dari 61,45 Kw per Ha menjadi 59,51 Kw per Ha). Hal itu
menunjukan keberhasilan panen tidak merata di semua wilayah Cianjur.
Peningkatan jumlah produksi pasca krisis ekonomi tidak berlangsung lama, yakni
hanya tahun 1998 dan 1999. Tampak pada Tabel 3 bahwa pada tahun 2000 hingga
2001 produksi padi sawah menurun kembali. Penyebabnya adalah karena luas
lahan tanam dan luas panen mengalami penurunan.
Sebagian besar petani di Kabupaten Cianjur menanami padi varietas
unggul nasional IR 64 dan varietas unggul lokal spesifik (Tabel 4) yaitu
pandanwangi. Tabel 4 menunjukan varietas-varietas yang ditanam oleh petani
padi di Kabupaten Cianjur. Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur
menetapkan padi varietas pandanwangi menjadi komoditas unggulan utama hasil
pertanian di samping tanaman Palawija, sayuran, buah-buahan dan tanaman hias.
Pemerintah Kabupaten Cianjur yang diwakili oleh Dinas Pertanian beserta
jajarannya, menggalakan kembali pembentukan kelompok petani khusus untuk
padi pandanwangi. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan produksi padi
pandanwangi sebagai komoditas unggulan daerah Cianjur dan mempermudah
komunikasi berupa transfer informasi teknologi pertanian antara petani dengan
pemerintah (petugas penyuluhan pertanian, petugas
Pertanian dan
19
PadiSawah(Ha)
PadiLadang(Ha)
Jumlah(Ha)
29.828
4.165
952
8.881
586
246
4.793
1.449
50
250
521
29.828
4.165
952
8.881
586
246
4.793
1.449
50
771
14.939
6.559
2.359
2.845
167
389
14.939
6.559
2.359
2.845
167
389
1.075
4.445
5.52
20
memiliki bentuk dan tekstur serupa, sehingga beras yang beredar di pasaran
sebagian besar merupakan beras pandanwangi campuran.
Pola tataniaga beras pandan wangi dari tingkat petani hingga konsumen
akhir melalui berbagai lembaga tataniaga yang terlibat dalam suatu saluran
tataniaga. Banyaknya mata rantai saluran tataniaga dari tingkat petani hingga
konsumen akhir menyebabkan besarnya perbedaan harga produk yang diterima
oleh petani dan harga produk yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Dalam hal
ini petani sebagai produsen, cenderung untuk menjual gabah kepada lembaga
tataniaga selanjutnya dari pada mengolahnya secara langsung. Semakin banyak
lembaga yang terlibat dalam tataniaga beras, maka semakin besar nilai marjin
tataniaga yang akan terjadi (Primas, 2008).
Berdasarkan
Bagaimana
penerimaan,
biaya
dan
pendapatan
usahatani
padi
3.
21
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
Menganalisis
penerimaan,
biaya
dan
pendapatan
usahatani
padi
3.
1.4
Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam hal
usahatani dan tataniaga beras varietas unggul khususnya komoditi beras
(pandanwangi), terutama bagi instansi terkait seperti Pemerintah Daerah Tingkat
II Cianjur beserta Dinas Pertaniannya dalam rangka mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi beras
pandanwangi sebagai varietas unggul daerah serta memperbaiki sistem tataniaga
yang selama ini dilakukan. Bagi penulis penelitian ini merupakan sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah, serta sebagai
syarat dalam menyelesaikan studi di bangku kuliah. Selain itu, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi penelitian berikutnya yang berkaitan
dengan usahatani dan tataniaga beras.
22
1.5
1. Produk yang diteliti adalah Beras Pandan Wangi, yang difokuskan pada beras
pandan wangi jenis super dan kepala
2. Objek Penelitian adalah petani dan pedagang beras (lembaga tataniaga)
pandanwangi di kabupaten Cianjur yang berjumlah 30 responden dan 24
pedagang yang berdagang di Kabupaten Cianjur, Kota Cianjur, Kota Bogor
dll.
23
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
varietas unggul lokal Javanica. Aroma yang dimiliki oleh padi dan beras ini
adalah aroma daun pandan, maka sejak tahun 1973 padi ini dikenal dengan
sebutan pandanwangi. Deskripsi padi pandanwangi antara lain; Varietas unggul
lokal ini ditanam di dataran sedang dengan ketinggian sekitar 700 m di atas
permukaan laut, umur tanaman 150-160 hari, tinggi tanaman 150 170 cm,
bentuk gabah (endosperm) bulat atau gemuk berperut, berbulu, tahan rontok, berat
24
1.000 butir gabah adalah 30 gr, beraroma daun pandan, kadar amilose 26 persen
dan potensi hasil 6-7 Ton per Ha malai kering pungut.
Jenis padi varietas lokal asli Cianjur ini secara terbatas di tanam pada
areal pesawahan di Kecamatan Warung Kondang, Cugenang, Cianjur dan
sekitarnya dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Termasuk varietas
Javanika (varietas unggul) atau padi bulu dengan ciri-ciri tinggi tanaman rata-rata
diatas 1 meter, tidak tahan rebah, umur panjang (panen 2 kali setahun) dan kurang
respon terhadap pemupukan. Ciri-ciri lainnya adalah tidak tahan terhadap virus
kerdil, rumput dan tungro, rasanya beras enak, wangi dan tidak basi sehingga
harga beras jenis ini cukup mahal. Keunikannya apabila padi ini ditanam di luar
daerah setra produksinya di Cianjur, maka rasanya berbeda dan aroma pandannya
tidak muncul (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur,2002). Daerah-daerah sentra
produksi padi pandanwangi di Kabupaten Cianjur tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Daerah Sentra Produksi padi pandanwangi di Kabupaten Cianjur Tahun
2002
Kecamatan
Jumlah
Jumlah
JumlahKelompok
LuasSawah
Anggota
Petani
Tani
(Ha)
(Orang)
P.Wangi
Total
Produksi
(Ton)
Dikonsumsi
(Ton)
Dijual(Ton)
Wr.Kondang
28
2,597
2,985
760
6,298
348
5,950
Cibeber
20
818
3,200
351
2,080
216
1,864
Cugenang
14
912
2,174
357
1,874
468
1,406
Cilaku
31
412
2,574
210
1,472
143
1,329
Cianjur
14
494
1,206
183
1,088
187
901
Campaka
40
2,800
15
88
12
76
Jumlah
78
4,870
14,939
1,876
12,901
1,374
11,527
25
diantaranya protein, lemak, gula pereduksi, zat besi (Fe), zat tembaga (Cu) dan
kalori. Persentase kadar gula pereduksi lebih besar dibandingkan dengan kadar
protein dan lemak (Tabel 6).
Teknik usahatani padi pandanwangi hampir sama dengan menanam padi
varietas lokal lainnya. Langkah pertama adalah persiapan pengolahan tanah
dimulai dengan pembabatan jerami, pembuatan saluran air sepanjang pematang
dan perbaikan pematang yang dikerjakan dengan menggunakan cangkul dan arit.
Kemudian langkah pengolahan tanah dapat dilakukan dengan mengunakan tenaga
manusia, hewan ataupun mesin. Alat yang biasa digunakan adalah bajak, garu,
papan perata tanah, singkal dan rotari. Langkah berikutnya adalah membuat
persemaian dan pemupukan persemaian. Persemaian dibuat pada bagian sawah
yang airnya terjamin terhindar dari banjir pada waktu hujan serta terhindar dari
gangguan ternak peliharaan. Luas lahan persemaian perhektar antara 450-500
meter persegi. Proses ini dikerjakan dengan tenaga manusia dan mengunakan
cangkul. Setelah itu proses selanjutnya adalah pembenihan dan perlakuan benih.
Benih yang baik adalah benih hasil pemurnian pertumbuhan di lapangan (sawah).
Benih yang diperlukan dalam satu hektar sawah adalah 30-40 kg.Waktu yang
diperlukan dalam penyemaian sehingga menjadi malai antara 160-180 hari.
Setelah berbentuk malai barulah dilakukan persiapan tanam. Proses persiapan
tanam meliputi : (1) Meratakan dan menggaris, (2) Mencabut bibit dan menanam.
Dalam proses tersebut alat yang digunakan adalah alat caplakan, tali, golok dan
koran, sebagai alat pengangkut bibit digunakan tangkai merang padi. Tenaga yang
digunakan adalah tenaga kerja manusia. Proses selanjutnya adalah pemupukan.
Dosis dan jenis pupuk kimia per hektar yang dianjurkan adalah 150-200 kg Urea,
26
SP 36 100-150 kg, KCl 50-75 kg. Apabila mengunakan pupuk organik maka
bahan organik yang digunakan adalah feces atau urine hewan baik unggas
maupun hewan ternak domba, kambing atau sapi, sampah organik dapur berupa
sisa-sisa sayuran, abu hawu dan sampah dapur organik lainnya, sisa tanaman padi
(jerami), pohon pisang serta rumput-rumputan. Dosis pupuk organik yang
diberikan cukup 4-6 ton per hektarnya. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan
adalah pengendalian hama dan penyakit padi pandanwangi. Hama yang dominan
menyerang tanaman padi adalah tikus, keong mas, walang sangit, hama putih dan
Ulat Grayak. Sedangkan penyakit yang banyak menyerang adalah Balst, Tungro.
Untuk menanggulanginya biasanya digunakan pestisida sesuai dengan hama atau
penyakit yang diderita. Kemudian penyiangan dan sanitasi serta pengaturan air di
sawah (irigasi) adalah hal yang harus dilakukan sebelum panen. Panen padi
pandanwangi di panen sekitar 145-155 hari setelah tanam atau 160-190 hari
semai. Alat yang digunakan adalah ani-ani. Setelah padi dipanen
dilakukan
27
Parameter
KadarProtein
KadarLemak
KadarGulaPereduksi
Fe
Cu
Kalori
Satuan
%
%
%
Ppm
Ppm
kg/g
Hasil
8,97
0,32
63,39
4,65
6,42
14,81
2.3
perberasan,
dampak
berbagai
kebijakan
perberasan
terhadap
28
29
tersebut diperoleh bahwa keterpaduan pasar dalam jangka pendek antara PIBC
dengan pasar-pasar di wilayah DKI Jakarta untuk jenis IR dan Cisadane maupun
gabungan keduanya terlihat sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa
pembentukan harga di pasar-pasar lokal hampir seluruhnya ditentukan oleh
kondisi pasar itu sendiri, sehingga informasi harga yang ditentukan di pasar
referensinya kurang berpengaruh.
Penelitian Komara pada tahun 2000, yang bertujuan untuk mengetahui
saluran tataniaga yang terdapat dalam tataniaga komoditas beras di Kabupaten
Karawang, serta lembaga-lembaga apa saja yang terlibat di dalamnya,
menganalisis marjin tataniaga diantara lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat
dalam tataniaga beras serta fungsi-fungsi yang dilakukan oleh Bulog atau Sub
Dolog dan Non Bulog dilihat dari marjin tataniaga serta indeks keterpaduan
pasarnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa saluran tataniaga beras memiliki
banyak alternatif, diantaranya ditelusuri sebanyak dua belas saluran tataniaga.
Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga itu adalah pedagang
pengumpul, huller, pedagang besar daerah, pedagang besar luar daerah, pedagang
pengecer, KUD serta Dolog. Dengan fungsi tataniaga yang dilakukan adalah
fungsi pertukaran (pembeli dan penjualan), dan fungsi fisik (penyimpanan,
pengolahan, pengangkutan) serta fungsi fasilitas (standarisasi dan grading).
Menurut Komara, semakin banyak penambahan fungsi tataniaga dan
lembaga tataniaga yang terlibat akan menghasilkan biaya tataniaga yang semakin
tinggi dan mempengaruhi marjin tataniaga yang terbentuk. Dari analisis marjin
tataniaga dan penyebarannya, saluran tataniaga melalui Bulog lebih efisien
dibandingkan dengan saluran tataniaga melalui KUD. Keterpaduan pasar baik
30
antara Pasar Induk Cipinang (PIC) dengan Bulog maupun dengan KUD
Binamukti dalam jangka pendek masih rendah. Hal ini menunjukan pembentukan
harga pada satu pihak tidak membawa pengaruh bagi pihak lain.
Penelitian Syahroni (2001), bertujuan antara lain untuk menganalisis ; (1)
mekanisme pasar oleh PIC (Pasar Induk Cipinang), (2) pangsa pasar beras PIC
dan tingkat persediaan beras stabil yang perlu dipertahankan PIC dan, (3)
keterpaduan pasar beras melalui Index of Market Connection (IMC) di DKI
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, saluran tataniaga beras dari daerah
hingga konsumen mempunyai enam alternatif pola. Pangsa PIC dalam distribusi
beras untuk wilayah DKI pada tahun 1997 sebesar 57,21 persen dan pada tahun
1998 sebesar 55,56 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pasokan langsung dari
daerah semakin lama semakin meningkat, tetapi juga ada indikasi masuknya
pasokan beras dari daerah Lampung, karena fasilitas transportasi dari Lampung
sama baiknya dengan Cirebon.
Menurut Syahroni, jumlah beras yang harus disediakan di PIC adalah
sebesar 1,784 ton per hari supaya stok beras terjamin. Dengan demikian perlu ada
penambahan sekitar 208 Ton per hari dari kondisi tersebut. Dari data harga tahun
1999 yang dianalisisnya menunjukkan tidak adanya keterpaduan pasar antara
pasar induk dengan pasar eceran, karena besaran koefisien IMC-nya semua lebih
besar dari satu.
31
Nama
TahunPenelitian
NanangF
1998
Hermanto
1998
BambangH
1999
Rinaldi
2002
NanangS
2005
Hasniah
2005
TitaTehyati
2005
Nursakinah
2006
DwiHaryanto
2006
10
DiahMaharani
2007
Judulpenelitian
Alatanalisis
HasilPenelitian
(1)Analisisefisiensi
AnalisisEfisiensi
Sistemtataniagamanggatidakefisien
salurantataniaga,(2) karenakecilnyanilaimarjinpemasarandan
TataniagaMangga
Marjintataniaga
Cangkir,Arumanis
tidakadanyaketerpaduanpasar
danGedongdi
Indramayu
(1)Analisisefisisensi
orientasipemasarandaerahpenghasil
AnalisisDeskripsi
salurantataniaga,
cabaiadalahPasarIndukKramatjati
SistemTataniaga
(2)Marjintataniaga
KomoditasCabai
MerahdiTegal,
Brebesdan
Pemalang
(1)Analisisketerpaduan Persainganditingkatpedagangpengecer
AnalisisSistem
sangatketatdankompetitifhalini
TataniagaGulaPasir pasarsecaravertikal,(2)
Marjintataniaga
ditunjukandengannilaimarjinpengecer
PascaMonopoli
yangkecil
Bulog
HubunganPersepsi
(1)UjiSpearmen,(2)
Persepsicaloternyatatidaktepatyaitu
CaloBerasTerhadap
MarjinTataniaga
sebagaipenghubungdannegositor
Peranandan
Fungsinyadalam
SistemTataniaga
berasdiPasarInduk
Cipinang
AnalisisTataniaga
BerasdiPasar
Tradisionaldan
ModerndiDKI
Jakarta
AnalisisEfisiensi
SistemTataniaga
KomoditasPepaya
Sayurdi
MegamendungGula
PasirPasca
MonopoliBulog
AnalisisEfisiensi
TataniagaIkanHias
AirTawardi
Rancamaya,Bogor
AnalisisEfisiensi
TataniagaIkanHias
AirTawardi
Rancamaya,Bogor
(1)Analisisstrukturpasar, Petaniberdadalamposisiyangpaling
lemahkarenasebagaipricetaker dalam
(2)Marjinpemasaran
salurantataniaga
(1)AnalisisR/Cratio,(2)
Marjintataniaga,(3)
Farmer'sshare
Salurantataniagayangpalingefisien
adalahPetani,Pedagangpengecer,
Konsumenkarenamemilikimarjin
tataniagayangterkecil
(1)AnalisisR/Cratio,(2)
Marjintataniaga,(3)
Farmer'sshare
SaluranTataniagasudahefisienkarena
strukturnyaadalahpasarpersaingan
sempurnadnaefisiensisecaraekonomis
sudahterjadi
(1)AnalisisR/Cratio,(2) Saluranyangpalingsedikitrantainyayaitu
Marjintataniaga,(3)
Petani,PedagangBesar,Eksportir
Farmer'sshare
merupakansaluranyangpalingefisien,
karenememilikimarjintataniagaterkecil
AnalisisEfisiensi
(1)Analisissalurandan
FungsiTataniaga,(2)
TataniagaIkanHias
MarjinPemasaran
AirTawardi
Rancamaya,Bogor
AnalisisEfisiensi
(1)AnalisisPendapatan
TataniagaIkanHias Usahatani,(2)Analisis
AirTawardi
Strukturpasar,(3)Marjin
Rancamaya,Bogor
tataniaga,(4)Farmer's
share
Sistemtataniagapupukureabelumefisien
agarefisienperludibangungudangpupuk
ureadiliniIII(kabupaten)
Ada5salurantataniagajamurtiramputih
diBandung,tidakadasaluranyangefisien
kareanmarjinpemasaranlembagalebih
besardaripadapetani
Sumber : Skripsi Tahun 1998, 1999, 2002, 2005, 2006, dan 2007
32
3.1
3.1.1
Usahatani
Usahatani adalah seluruh organisasi alam, tenaga kerja, modal dan
33
Tanah
Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah, dan
sebagainya. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri,
membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan ataupun
wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur, polikultur,
ataupun tumpangsari.
2.
Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja adalah tenaga kerja manusia, dibedakan menjadi tenaga
kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan,
ketrampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan
kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya
34
dengan cara upahan). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga
kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu :
1 pria = 1 hari kerja pria (HKP); 1 wanita = 0,7 HKP; dan 1 anak = 0,5 HKP.
3.
Modal
Unsur lainnya yang mendukung kelancaran suatu kegiatan usahatani
adalah modal. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana
produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal
diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pinjaman uang dari
famili atau tetangga dan lain-lain), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak
sewa.
4.
35
36
produk yang dikonsumsi keluarga petani, dan (3) kenaikkan nilai inventaris
(selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun). Sedangkan pengeluaran
usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Bentuk
pengeluaran usahatani berupa pengeluaran yang diperhitungkan (inputed cost).
Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya
pembelian sarana produksi dan biaya untuk membayar tenaga kerja. Sedangkan
pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenamya
pendapatan kerja petani seandainya bunga modal dan nilai kerja keluarga
diperhitungkan.
Bentuk-bentuk analisis pendapatan usahatani antara lain :
1.
37
38
Rp
R
TC
VC
-------------------------------------FC
Y1
39
40
fungsi tataniaga. Fungsi tataniaga bekerja melalui lembaga tataniaga atau struktur
tataniaga. Pada umumnya fungsi tataniaga di kelompokkan sebagai berikut:
1.
Fungsi pertukaran :
-
2.
3.
Fungsi pelancar
-
41
Informasi
Pasar
Mengetahui
tindakan-tindakan
yang
2.
3.
42
43
keberadaan
lembaga-lembaga
tataniaga
sangat
diperlukan
untuk
dapat
menggerakkan barang dan jasa tersebut dari titik produsen ke titik konsumen.
Limbong dan Sitorus (1987), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor
penting yang harus dipertimbangkan seorang produsen bila hendak memilih pola
penyaluran diantaranya :
1.
2.
Pertimbangan barang meliputi : berapa besar nilai per unit barang tersebut;
berapa besar dan berat barang; apakah mudah sobek atau tidak; bagaimana
sifat teknis dari barang tersebut; apakah berupa barang standar atau
pesanan, dan bagaimana luasnya produk lain perusahaan bersangkutan.
3.
4.
44
45
dapat menghitung marjin tataniaga dan keuntungan, pada penelitian ini perlu di
ketahui harga yang diterima oleh petani, harga beli, biaya-biaya tataniaga dan
harga jualnya.
46
47
3.2
48
KomoditasUnggulBeraspandanwangi
Usahatani
Analisis
Pendapatan
AnalisisR
perCratio
Tataniaga
Analisis
Fungsi
Tataniaga
Analisis
Struktur
Pasar
Analisis
Efisiensi
danmarjin
Tataniaga
ApakahMenguntungkanbagiPetani?
49
IV METODE PENELITIAN
4.1
Cianjur, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Mei hingga Juni
tahun 2008. Alasan yang melatarbelakangi Kecamatan Warung Kondang
dijadikan sebagai lokasi penelitian diantaranya; Warung Kondang merupakan
sentra produksi beras pandanwangi terbesar di Cianjur; produksinya cukup bagus
dibandingkan dengan daerah sentra produksi lainnya (berproduksi setiap musim).
4.2
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan para petani
dan lembaga tataniaga yang ada (pedagang pengumpul, pedagang besar daerah
atau luar daerah dan pedagang pengecer daerah dan luar daerah) dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya. Wawancara dilakukan dengan mempersiapkan
terlebih dahulu daftar pertanyaan (kuisioner) yang akan diajukan. Teknisnya
peneliti mengajukan pertanyaan dengan panduan daftar pertanyaan yang telah
dibuat sebelumnya.
Data yang bersifat sekunder diperoleh melalui laporan-laporan tahunan
tertulis lembaga atau institusi yang terkait dalam penelitian ini, seperti
Perpustakaan Fakultas Pertanian IPB, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya
Informasi IPB, Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Badan
50
Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, Badan Pusat Statistik Pusat Jakarta serta
laporan-laporan lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
4.3
(purposive sampling) dan participatory action riset dengan bantuan petugas dari
Dinas Pertanian Kabupaten Daerah Tingkat II Cianjur, Petugas Penyuluhan
Lapang (PPL) setempat dan Ketua Kelompok Tani desa lokasi penelitian. Namum
dalam pengolahannya dibedakan berdasarkan kepemilikan lahan dengan alasan
perbedaan tersebut mempengaruhi biaya yang dikeluarkan dan harga jual padi
pandanwangi yang selanjutnya menentukan besarnya farmers share. Responden
diambil dari kecamatan yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Kecamatan Warung
Kondang. Jumlah petani responden yang diambil adalah 30 orang dengan alasan
telah memenuhi syarat uji statistik, dimana 15 petani adalah petani pemilik dan
penggarap, sedangkan 15 orang petani lainnya adalah petani penggarap. Sampel
petani pemilik penggarap maupun penggarap yang dipilih merupakan petani yang
menanam pada kedua musim tanam (MT I dan MT II).
Untuk analisis tataniaga, pengambilan contoh responden pedagang
dilakukan dengan sengaja yaitu dengan mengikuti alur tataniaga Beras
pandanwangi dari petani sampai konsumen di lokasi penelitian. Jumlah responden
yang diambil adalah 24 orang yang terdiri dari (1) Pedagang pengumpul yang
dijadikan responden diambil sebanyak 5 orang dari Kecamatan Warung Kondang,
(2) Pedagang besar daerah sebanyak lima orang, (3) Pedagang besar luar daerah
yang dijadikan responden berjumlah lima orang, (4) Pedagang pengecer yang
51
4.4
4.5
Analisis Data
Setelah data diolah selanjutnya adalah dianalisis dengan menggunakan
4.5.1
(penerimaan) dengan input fisik, tenaga kerja dan modal sebagai korbanannya.
Penerimaan total adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu.
52
Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam
proses produksi. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total
pengeluaran
TR
TC
Py
= harga output
Qy
= jumlah output
TFC
53
Biaya penyusutan =
Keterangan
Nb Ns
n
:
Nb
Ns
Suatu usaha dikatakan efisien secara ekonomis dari usaha lain apabila
rasio output terhadap inputnya lebih menguntungkan dari usaha lain. Retum and
Cost Ratio (R per C ratio) merupakan perbandingan antara nilai output terhadap
nilai inputnya atau perbandingan antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran
usahatani.
Dalam penelitian ini untyuk mengetahui keuntungan dari usahatani padi
dipergunakan R per C ratio dengan rumus yang digunakan oleh Soeharjo dan
Patong (1973), yaitu :
R per C ratio = Jumlah penerimaan (Rp.)
Jumlah Biaya (Rp.)
4.5.2
54
4.5.4
55
Psi
Pbi
Ci
Li
4.5.5
56
ij
Vij
Dimana :
T
57
4.5.6
= Jenis pedagang
= Hj / He x 100 persen
dimana :
Hj
He
58
4.6
pandanwangi
adalah
petani
yang
mengusahakan
padi
pandanwangi.
Beras pandanwangi adalah beras murni pandanwangi yang dihasilkan
dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tanpa campuran beras jenis lain.
Saluran Tataniaga adalah saluran yang digunakan oleh lembaga tataniaga
untuk menyalurkan gabah dan Beras pandanwangi dari produsen sampai
konsumen
Lembaga Tataniaga adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsifungsi tataniaga mulai titik produsen yaitu petani serta lembaga perantara yang
lain.
Harga jual petani (Rp.) adalah harga gabah kering pungut (MKP) yang
diterima petani di lokasi penelitian.
Harga beli pedagang (Rp.) adalah harga gabah yang diterima pedagang
pengumpul maupun pedagang besar daerah dan harga beras yang diterima
pedagang baik npedagang besar daerah per luar daerah maupun pedagang
pengecer dalam per luar daerah.
Harga Beras Konsumen (Rp.) adalah harga transaksi antara pedagang
pengecer dan pembeli yang diukur dalam satuan Rp. per kg
Rasio R per C adalah perbandingan antara penerimaan yang diterima
lembaga tataniaga dengan biaya yang dikeluarkannya
59
5.1
Karakteristik Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar dengan jumlah penduduk
2.
3.
4.
60
Cibeber,
Sukaluyu,
Karangtengah,
Ciranjang,
Bojongpicung,
Mande,
61
kecuali di Kecamatan Pacet dan Sukanagara. Wilayah ini setiap harinya memasok
puluhan ton sayur mayur ke Jabotabek .
Letak
strategis
sebagai
lintasan
Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung
62
2.
3.
4.
pekerjaan utama sebagai petani (petani pemilik penggarap dan penggarap). Selain
bertani pekerjaan masyrakat kecamatan ini adalah pedagang, buruh pabrik dan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Berdasarkan letak geografisnya daerah ini berada di bawah kaki Gunung
Gede. Kondisi ini menyebabkan daerah ini mempunyai air yang melimpah.
Kondisi air yang melimpah ini membuat petani menanam sawahnya dengan
sistem mina padi, yaitu menanam padi bersama ikan. Ikan yang mereka
budidayakan pada umumnya adalah ikan mas. Dengan sistem mina padi seperti ini
dirasakan sangat membantu penghasilan petani. Mereka hanya membeli ikan
dibudidayakan baik bibit ikan maupun ikan yang masih kecil tanpa harus
memberikan pakan terhadap ikan. Keuntungan cukup tinggi, sebab tanpa harus
memberikan pakan mereka mampu memanen ikan dalam jumlah yang banyak.
Daerah ini sendiri pada tahun 1990-an areal tanam dan panen antara 700-1000 ha
permusim, saat ini hanya ditanam dan dipanen antara150-200 ha per musim.
63
5.2
64
Uraian
PemilikPenggarap(%)
(n=14)
Penggarap(%)(n=13)
1 StatusUsaha
a.Matapencaharianutama
85,72
84,62
b.Matapencahariansampingan
14,28
15,38
50,71
47,61
64,28
61,54
b.SLTP
23,08
c.SLTA
28,58
7,69
7,14
7,69
23,08
b.515tahun
14,28
c.1525tahun
28,58
30,77
d.>25tahun
57,14
46,15
a.12
7,14
15,38
b.34
35,71
38,47
c.56
57,15
46,15
2 Usiapetani(tahun)
3 Pendidikanpetani
a.SD
d.PerguruanTinggi
4 Pengalamanbertani
a.05tahun
5 Jumlahanggotakeluarga
Ket
: n = jumlah responden
Sumber : Data primer, diolah
* Persentase terhadap harga konsumen
5.2.1
Status Usaha
Pada umumnya responden
65
5.2.2
Usia
Kisaran usia yang produktif untuk menjalankan usaha pertanian berada
pada kisaran usia 15-50 tahun (Soeharjo dan Patong, 1973, dalam Setianingsih et
al, 1993). Pada Tabel 8 tampak usia rata-rata petani pemilik penggarap yaitu
50,71 tahun, sedangkan petani penggarap 47,61 tahun. Maka, petani penggarap
dapat dikatakan lebih produktif karena rataan usia respondennya berada pada
kisaran usia produktif dalam berusahatani. Jika dilihat dari rata-rata usia petani
pemilik penggarap dan penggarap, juga dapat diketahui bahwa rata-rata responden
telah lama berkecimpung dalam usahatani tersebut.
5.2.3
Pendidikan
66
28.58 persen tamatan SLTA dan 7,14 persen tamatan Perguruan Tinggi (PT).
Sementara petani penggarap terdiri dari 61,54 persen tamatan SD; 23,08 persen
tamatan SLTP; 7,69 persen tamatan SLTA dan 7,69 persen tamatan PT.
5.2.4
Pengalaman Usaha
Tingkat pendidikan ataupun pengetahuan yang baik tidaklah cukup untuk
juga
pengalaman
dalam
berusahatani.
Pengalaman
petani
67
dibandingkan dengan petugas PPL. Petugas PPL dilokasi penelitian memang lebih
paham tentang budidaya padi pandanwangi secara konsep teori, namun dalam
prakteknya kurang memahaminya dibanding petani..
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa petani pemilik penggarap yang memiliki
pengalaman usahatani selama 5-15 tahun sebanyak 2 orang (14,28 persen); antara
15-25 tahun sebanyak 4 orang (28,58 persen) dan sisanya sebanyak 8 orang
(57,14 persen) memiliki pengalaman diatas 25 tahun. Petani penggarap yang
memiliki pengalaman dibawah 15 tahun sebanyak 3 orang (23,08 persen); 4 orang
(30,77 persen) berpengalaman 15-25 tahun dan sisanya 6 orang (46,15 persen)
berpengalaman di atas 25 tahun. Dari segi pengalaman di lapangan, temyata
semua responden petani pemilik penggarap memiliki pengalaman bertani padi
pandan wangi diatas 5 tahun. Berarti jika dilihat dari pengalaman, dapat dikatakan
petani pemilik penggarap lebih berpengalaman dibandingkan dengan petani
penggarap.
5.2.5
Kepemilikan Lahan
Penguasaan lahan antara petani pemilik penggarap dengan penggarap tidak
68
5.2.6
5.2.7
Sumber Modal
Sumber permodalan usahatani merupakan hal yang dapat dijadikan
69
70
6.1
6.2
lainnya. Terdapat sedikit perbedaan seperti pada teknik awal proses pengolahan
lahan dan pemanenan. Adapun teknik budidaya padi pandanwangi sebagai
berikut:
1.
Penebaran Benih
Langkah awal dari teknik menanam padi pandanwangi adalah penebaran
benih. Langkah yang harus dilakukan saat penebaran benih adalah petani
mempersiapkan lahan yang akan dijadikan tempat persemaian benih haruslah
lahan yang airnya terjamin sepanjang hari serta terhindar dari banjir ketika hujan
dan terhindar dari gangguan ternak peliharan. Mencangkul tanah merupakan
proses pengolahan lahn yang harus dilakukan ketika sudah mendapat lahan yang
71
Benih dijemur selam 1 hari antara pukul 8.00 s per d 11.00 WIB.
2.
3.
4.
Benih yang telah direndam, setelah diangkat, diperam selama 48 jam (1-2
hari).
72
5.
Alat-alat dan kondisi yang perlu dipersiapkan adalah alat menjemur (penjemuran),
ember, garam, air, karung, bak air, tempat yang teduh dan lembab untuk
memeram.
Padi pandanwangi tidak memiliki waktu dormansi, artinya benih atau
gabah yang baru di panen setelah dikeringkan langsung dapat di semai. Namun
benih yang tidak mengalami masa dormansi pertumbuhannya tidak akan sebaik
benih yang telah mengalami masa dormansi.
Cara menabur benih padi pandanwangi di lahan persemaian adalah (1)
Pilih benih yang telah berkecambah. Setelah itu segera ambil benih tersebut
dengan kerapatan 0,5 genggam tangan (3-5 cm) untuk 0,5 meter persegi (1 petak),
benih sebanyak 1 kg memerlukan persemaian sebesar 15 meter persegi atau 1
hektar sawah memerlukan 450 meter persegi dengan keperluar benih sebesar 3040 kg. Kedua, waktu menebar benih ke lahan persemaian, harus dipastikan tidak
ada air tergenang di dalam area persemaian. Ketiga, benih disebar merata. Dan
yang keempat, melakukan pengaturan air dipersemaian sedemikian rupa dengan
acuan lebih rendah 0,01-0,05 mm dari ketinggian benih yang tumbuh.
Penggunaan pupuk organik sangat dianjurkan saat proses persemaian
berlangsung karena selain dapat manyuburkan tanaman, pupuk organik juga dapat
memudahkan pencabutan bibit saat hendak ditanam. Sebaiknya tidak menutup
benih menggunakan sekam padi, karena dapat menyebabkan tercampurnya benih
73
padi pandanwangi dengan benih padi yang lain. Melakukan penutupan benih
bertujuan untuk mengantisipasi tercecernya benih padi akibat tertimpa air hujan.
Proses penebaran benih biasanya dilakukan pada saat menjelang panen.
Penebaran benih tidak dilakukan lahan untuk menanam padi. Alasan petani
responden menyegerakan penyemaian benih adalah agar bisa memulai proses
pengolahan tanah di sawah setelah panen bisa dilakukan. Jika lahan sudah selesai
diolah, mereka bisa menghemat waktu dan tinggal menunggu bibit yang sedang
disemai tumbuh.
Pada saat penebaran benih dilakukan, sebagian dari petani responden ada
yang mulai menanam bibit ikan ditempat persemaian dan ada yang melakukannya
bersamaan dengan penanaman bibit padi.
2.
74
75
tenaga sapi atau kerbau. Sebagian besar petani responden menggunakan traktor
dalam membajak lahannya.
Ketika lahan dibajak dengan traktor, secara bersamaan petani pun
mempekerjakan orang untuk membersihkan pematang, membuat aliran air dan
merata-ratakan permukaan tanah yang telah dibajak. Setelah lahan menjadi
gembur dan rata, maka lahan siap untuk ditanami.
3.
disemai kemudian diangkat dan diikat terlebih dahulu. Dua hari sebelum
penanaman bibit, petani sudah harus meratakan dasar sawah dan membuat saluran
air baik memanjang pematang ataupun memotong petak sawah. Saluran air juga
harus dibuat pada pinggir pematang yang tinggi (pada sawah terasering).
Kemudian proses selanjutnya adalah membuat garis pada petakan dengan
mengunakan penggaris. Jarak tanam berkisar antara 27x27 cm atau 30x30 cm,
jika menggunakan alat legowo, jarak tanam padi pandanwangi adalah
menggunakan legowo 5.
Saat perataan tanah sebelum menggaris sebaiknya dilakukan pemupukan
dasar, karena pada saat itu lumpur sawah masih lembek sehingga penggunaan
pupuk akan lebih efektif dan efisien. Biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh tenaga
kerja laki-laki dengan alat-alat yang digunakan adalah alat caplakan (penggaris),
alat untuk meratakan tanah yang terbuat dari papan (pangangler) dan tali untuk
membantu mencaplak.
Proses pengangkatan bibit dari tempat persemaian disebut dengan istilah
babut. Teknis dalam mencabut bibit dari tanah di lahan persemaian adalah
76
apakah tumbuh dengan baik ataukah tidak. Jika sebagian tanaman ada yang
terbawa aliran air atau roboh, maka harus dilakukan penyulaman. Di lokasi
penelitian, biasanya proses penyulaman menggunakan tenaga kerja ibu-ibu. Selain
menyulam tanaman, mereka juga harus menyiangi tanaman yang tumbuh liar
disekitar sawah. Tanaman liar (gulma) tersebut berbentuk rumput dan alangalang yang dapat menghambat pertumbuhan bibit padi. Proses penyulaman dan
penyiangan tahap awal dikenal dengan istilah ngarambel awal atau
77
2.
78
5.
79
Penyakit yang sering menyerang padi adalah penyakit balst atau busuk daun (Rice
balst),leher (Neck Rot) dan gelang buku (Node balst), dan penyakit virus tungro.
Petani padi pandanwangi melakukan penyemprotan insektisida untuk
memberantas hama dan penyakit tersebut. Insektisida yang dipakai oleh petani
berupa larutan cair yang dilarutkan bersama air. Jenisnya tergantung dari hama
atau penyakit yang menyerang padi pandanwangi miliknya. Biasanya jenis
pestisida yang digunakan berupa Decis, Arrivo, dsb. Dalam menyemprot pestisida
ke tanaman padi, petani biasanya menggunakan alat seperti sprayer dan
handsbower.
8.
satu.
9.
Panen
Umur tanaman padi pandanwangi mencapai 150-160 hari. Setelah padi
mencapai umur panen, pemanenan harus segera dilakukan. Cara memanen padi
pandanwangi tidak sama dengan jenis padi pada umumnya. Salah satu keunikan
padi pandanwangi adalah cara memanennya. Pemanenan padi pandanwangi
mengunakan alat bernama etem. Alasan penggunaan alat ini adalah karena padi
pandanwangi memiliki postur batang tinggi dan butir padi yang terikat kuat pada
malainya. Kuatnya butiran padi terikat pada malainya itu menyebabkan gabah
pandanwangi sulit untuk dirontokkan dengan mesin perontok atau pun dengan alat
tradisional lainnya (digeubug). Sampai saat ini petani masih menggunakan etem
80
untuk menuainya dan belum ada alat lain yang mampu menggantikannya
sekalipun ilmu dan teknologi pertanian terus berkembang.
6.3
dua, yaitu pertama, pendapatan usahatani pemilik penggarap dan yang kedua,
pendapatan usahatani penggarap. Sumber penerimaan kedua jenis strata petani
dapat berbentuk tunai maupun tidak tunai.
Sumber penerimaan petani sebagian berasal dari produksi gabah dan ikan.
Penerimaan petani yang berbentuk tunai berupa hasil penjualan gabah dan ikan,
sedangkan penerimaan tidak tunai berupa gabah dan ikan yang digunakan untuk
konsumsi keluarga serta jumlah penyimpanan gabah yang akan dijadikan benih
untuk usahatani selanjutnya. Jumlah gabah maupun ikan yang dikonsumsi jauh
lebih kecil dibandingkan dengan yang dijual. Petani pemilik penggarap dan
penggarap lebih memilih untuk menjual gabah dalam jumlah volume yang besar.
Harga gabah pandanwangi yang mahal dan sangat menjanjikan merupakan alasan
mereka untuk melakukan hal tersebut. Tujuannya agar mereka bisa memperoleh
penerimaan yang lebih besar dari hasil penjualannya.
Petani membutuhkan sejumlah biaya input produksi dalam mengolah
lahannya. Terdapat perbedaan antara petani pemilik dan penggarap berkaitan
dengan besarnya jumlah input yang dipakai. Tingkat pengetahuan dan kebiasaan
yang dilakukan oleh petani juga merupakan salah satu penyebab perbedaan
tersebut. Input yang dibutuhkan oleh responden petani di daerah penelitian antara
lain; lahan, benih padi, bibit ikan, pupuk (Urea, SP 36 dan NPK), insektisida dan
tenaga kerja (dari luar keluarga maupun dari dalam keluarga). Biaya input
81
produksi yang harus dikeluarkan oleh petani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya
tunai dan tidak tunai. Pendapatan yang diterima petani pemilik penggarap maupun
penggarap terdiri dari dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai atau biaya total.
82
Tabel 9. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Rata-Rata Per Musim Usahatani Petani
Pemilik Penggarap padi pandanwangi pada Lahan 1 Ha
RataRataperMusim
No
Komponen
JumlahFisik
Tanam(Rp)
1
Penerimaan
PenerimaanTunai
Penjualangabah(kg)
3.065,28 9.195.840,10
Penjualanikan(kg)
72,42 579.332,93
9.775.173,03
TotalPenerimaanTunai
PenerimaanTidakTunai
Konsumsigabahkeluarga(kg)
216,35 649.035,00
KonsumsiIkankeluarga(kg)
7,78 69.992,68
Penyimpanan(kg)
306,88 920.625,00
1.639.652,68
TotalPenerimaanTidakTunai
11.414.825,71
TotalPenerimaanUsahatani
2
Biaya
BiayaTunai
Pembelianbenihpadi(kg)
43,33 303.300,00
41,32 198.350,21
pembelianbibitikan(kg)
pembelianpupuk:
~Urea(kg)
135,80 203.696,12
~SP36(kg)
118,20 212.760,63
~NPK(kg)
41,48 103.708,25
520.165,00
TotalpembelianPupuk
75.000,00
PembelianInsektisida
538.275,00
BiayaPanen(perkg)
BiayaTenagaKerjaLuarKeluarga(HOK)
143,19 2.147.796,40
60.000,00
IuranPajak
157.025,00
Zakat
38.860,00
Biayalainlain
4.038.771,61
TotalBiayaTunai
BiayaTidakTunai
BiayaTenagaKerjaDalamKeluarga(HOK)
11,31 169.684,12
95.100,25
Penyusutanalat
Biayaimbanganpenggunaanlahan
5.315.091,70
5.579.876,07
TotalBiayaTidaktunai
9.618.647,68
TotalBiayaProduksi
3
Pendapatan
5.736.401,43
Pendapatanatasbiayatunai
1.796.178,04
Pandapatanatasbiayatotal
2,42
R/Catasbiayatunai
1,1867
R/Catasbiayatotal
Sumber: Data primer, diolah
83
Total biaya per musim yang dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap
besarnya mencapai Rp. 9.618.647,68, yang terdiri dari 41,99 persen biaya tunai
dan 58,01 persen biaya tidak tunai. Persentase biaya tidak tunai lebih besar
dibanding dengan biaya tunai. Komponen penyusun biaya tidak tunai terbesar
adalah biaya imbangan penggunaan lahan.
Dalam penggunaan insektisida, data yang diperoleh dari petani tidak sama
dalam hal satuan fisik yang digunakan. Oleh karena itu untuk penggunaan
insektisida hanya dapat diketahui dari rataan besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh setiap responden untuk biaya membeli insektisida.
Kegiatan usahatani di daerah penelitian memerlukan tenaga kerja yang
berasal dari tenaga kerja manusia (pria dan wanita), tenaga kerja dan tenaga kerja
mesin. Tenaga kerja manusia berasal dari dalam dan luar keluarga. Petani
menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga disebabkan oleh keterbatasan yang
dimilki oleh tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja dari luar sering disebut
sebagai tenaga buruh tani. Penggunaaan tenaga kerja ternak seperti penggunaan
kerbau atau sapi untuk membajak tidak di temui di daerah penelitian. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar petani telah menggunakan tenaga mesin traktor
untuk membajak (lahan) sawahnya. Selein itu penggunaan mesin traktor lebih
efektif, efisien dan praktis. Sebagian besar petani mempekerjakan tenaga dari luar
untuk membajak lahannya dengan menggunakan mesin traktor. Pembayaran
upahnya di lakukan dengan sistem borongan dengan atau tanpa memberi makan.
Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) diperlukan dalam proses
pemangkasan, pembajakan, penyiangan, penanaman bibit, pengangkutan bibit dari
tempat penyemaian, pemupukan , pemberantasan hama penyakit serta panen padi
84
dan ikan. Sebagian besar tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria,
Tenaga kerja wanita hanya dibutuhkan pada saat pengambilan bibit dari tempat
penyemaian, penanaman bibit dan penyiangan rumput dan gulma.
Penggunaaan tenaga kerja baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
keluarga dikonversikan ke dalam satuan hari orang kerja (HOK). Tenaga kerja
pria dijadikan sebagai standar pokok bagi penentuan satu satuan HOK yang
memiliki rata-rata jam kerja 6 jam per hari. Petani mulai bekerja dari pukul enam
pagi sampai pukul 12 siang. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga rata-rata
responden petani pemilik penggarap 143,19 HOK per per musimnya. Penggunaan
tenaga kerja dari dalam keluarga rata-rata responden petani pemilik penggarap
per musimnya adalah 11,3 HOK. Penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga
lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga.
Pendapatan atas biaya tunai per musim petani pemilik penggarap besarnya adalah
Rp. 5.736.401,43 sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 1.796.178,04.
6.3.2
yang dihasilkan
petani
85
disebabkan
oleh
keinginan
petani
penggarap
beserta
keluarga
untuk
86
di lahan dibanding dengan pemilik. Secara rinci penggunaan input produksi oleh
petani penggarap dapat dilihat dalam Tabel 10.
Pendapatan yang diperoleh petani penggarap dipengaruhi oleh besarnya
biaya yang dikeluarkan, baik dalam bentuk biaya tunai maupun total biaya
keseluruhan yang didalamnya terdapat biaya-biaya yang diperhitungkan.
Pendapatan atas biaya tunai responden petani penggarap besarnya rata-rata Rp.
606.961,99 per musimnya.
Pendapatan responden petani penggarap terlihat jauh lebih kecil (Tabel
10). Penyebabnya adalah besarnya nilai pengeluaran secara tunai, khususnya
biaya bagi hasil atas penggunaan lahan yang jumlahnya Rp. 5.315.091,70.
87
Tabel 10. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Petani Penggarap Pada
Lahan 1 Ha Rata-Rata Per Musim Tanamnya
No
1
Komponen
Penerimaan
PenerimaanTunai
Penjualangabah(kg)
Penjualanikan(kg)
TotalPenerimaanTunai
PenerimaanTidakTunai
Konsumsigabahkeluarga(kg)
KonsumsiIkankeluarga(kg)
Penyimpanan(kg)
TotalPenerimaanTidakTunai
TotalPenerimaanUsahatani
Biaya
BiayaTunai
Pembelianbenihpadi(kg)
pembelianbibitikan(kg)
pembelianpupuk:
~Urea(kg)
~SP36(kg)
~NPK(kg)
TotalpembelianPupuk
PembelianInsektisida
Bagihasilataspenggunaanlahan
BiayaPanen
BiayaTenagaKerjaLuarKeluarga(HOK)
Biayalainlain
TotalBiayaTunai
BiayaTidakTunai
BiayaTenagaKerjaDalamKeluarga(HOK)
Penyusutanalat
TotalBiayaTidaktunai
TotalBiayaProduksi
3
Pendapatan
Pendapatanatasbiayatunai
Pandapatanatasbiayatotal
R/Catasbiayatunai
R/Catasbiayatotal
Sumber: Data primer, diolah
JumlahFisik
RataRataperMusim
Tanam(Rp)
2823,52 8.470.559,60
81,14 730.267,15
9.200.826,75
15,46 139.095,44
70,00 210.000,00
349.095,44
9.549.922,19
42,65 298.535,96
49,46 237.413,08
133,34 200.014,87
122,93 221.271,05
41,48 103.708,25
524.994,17
41.000,00
5.315.091,70
436.389,29
114,94 1.724.163,91
16.276,66
8.593.864,76
11,31 169.684,12
46.666,66
216.350,78
8.810.215,54
606.961,99
739.706,65
1,07
1,08
88
terkesan sangat tidak adil. Namun petani penggarap tidak dapat berbuat
banyak dengan sistem yang berlaku dan sudah mengakar didaerahnya. Menurut
piahk PPL setempat, pihak pemerintah dalam hal ini Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tingkat II Kabupaten Cianjur akan membuat
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang isinya mengatur hubungan anatara
pemilik tanah dan para penggarap tanah mengenai pembagian hasil diantara
mereka. Sistem ini juga menunjukan bahwa teori kapitalis berlaku pada daerah
penelitian
Pada umumnya petani penggarap di lokasi penelitian menggarap lebih dari
satu lahan garapan. Dalam mencukupi kebutuhan sehari-harinya, petani penggarap
tidak hanya mengandalkan hasil dari mengolah lahan garapan milik orang lain.
Biasanya mereka juga mengolah lahan milik sendiri dengan jenis padi lain atau
tanaman Holtikultura seperti (jagung, kol, kubis dll). Untuk jenis padi, padi yang
mereka tanam adalah padi jenis IR 64. Alasan memilih menanam padi IR 64
adalah karena umurnya relatif pendek dibandingkan dengan padi pandanwangi.
Sehingga dalam satu tahun mereka bisa memanennya hingga tiga kali. Tidak
89
90
Rp. 2,42, sedangkan nilai Rasio R per C petani penggarap adalah 1,07. Rasio R
per C atas biaya tunai pada kedua strata petani tersebut menunjukan bahwa
usahatani padi pandanwangi ini menguntungkan dan dapat dikembangkan agar
lebih menguntungkan lagi. Analisis rasio R per C terhadap biaya total
menunjukan bahwa nilai R per C rasio kedua strata petani tersebut diatas satu, ini
menunjukan bahwa kedua strata petani tersebut melakukan usahatani yang
menguntungkan. Secara nominal rasio R per C atas biaya total pemilik penggarap
sebesar 1,19 lebih besar dibanding dengan nilai penggarap 1,08. Dari perhitungan
pendapatan dan rasio R per C, dapat diketahui bahwa usahatani yang dilakukan
oleh petani pemilik penggrap dan penggarap keduanya menguntungkan, namun
secara nominal usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik penggarap lebih
menguntungkan dari pada penggarap. Secara rinci perbandingan produksi gabah,
ikan mas, biaya input usahatani dan R per C Ratio petani pemilik penggarap dan
penggarap dapat dilihat pada Tabel 11. Keterangan lebih rinci mengenai
penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani pada musim tanam I dan II (MT I
dan MT II) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Tabel 11. Perbandingan Produksi Gabah, Ikan mas, Biaya Input Usahatani dan R per C
Ratio Antara Petani Pemilik Penggarap dan Penggarap Pada Lahan 1 Ha Per
Musimnya
Keterangan
PemilikPenggarap
Penggarap
Produksigabah(kg)
3588,51
2893,52
Produksiikan(kg)
80,2
96,6
Penerimaanusahatani(Rp)
11.414.825,71
9.549.922,19
Penerimaantunai(Rp)
9.775.173,03
9.200.826,75
Totalbiaya(Rp)
9.618.647,68
8.810.215,54
Totalbiayatunai(Rp)
4.038.771,61
8.593.864,76
R/Catasbiayatotal
1,19
1,08
R/Catasbiayatunai
2,42
1,07
Sumber: Data primer, diolah
91
Tabel 12. Perbandingan Analisis Usahatani Petani Pemilik Penggarap dan Petani
Penggarap Per Musim Tanamnya
PetaniPemilik
PetaniPenggarap
No Komponen
penggarap
1
Penerimaan
PenerimaanTunai
9.195.840,10
8.470.559,60
Penjualangabah(kg)
579.332,93
730.267,15
Penjualanikan(kg)
9.775.173,03
9.200.826,75
TotalPenerimaanTunai
PenerimaanTidakTunai
649.035,00
Rp
Konsumsigabahkeluarga(kg)
69.992,68
139.095,44
KonsumsiIkankeluarga(kg)
920.625,00
210.000,00
Penyimpanan(kg)
1.639.652,68
349.095,44
TotalPenerimaanTidakTunai
11.414.825,71
9.549.922,19
TotalPenerimaanUsahatani
2
Biaya
BiayaTunai
303.300,00
298.535,96
Pembelianbenihpadi(kg)
198.350,21
237.413,08
pembelianbibitikan(kg)
pembelianpupuk:
203.696,12
200.014,87
~Urea(kg)
212.760,63
221.271,05
~SP36(kg)
103.708,25
103.708,25
~NPK(kg)
520.165,00
524.994,17
TotalpembelianPupuk
75.000,00
41.000,00
PembelianInsektisida
BagiHasilAtasPenggunaanLahan
0,00
5.315.091,70
538.275,00
436.389,29
BiayaPanen(perkg)
BiayaTenagaKerjaLuarKeluarga(HOK)
2.147.796,40
1.724.163,91
60.000,00
Rp
IuranPajak
157.025,00
Rp
Zakat
38.860,00
16.276,66
Biayalainlain
4.038.771,61
8.593.864,76
TotalBiayaTunai
BiayaTidakTunai
BiayaTenagaKerjaDalamKeluarga(HOK)
169.684,12
169.684,12
95.100,25
46.666,66
Penyusutanalat
Biayaimbanganpenggunaanlahan
5.315.091,70
Rp
5.579.876,07
216.350,78
TotalBiayaTidaktunai
9.618.647,68
8.810.215,54
TotalBiayaProduksi
3
Pendapatan
5.736.401,43
606.961,99
Pendapatanatasbiayatunai
1.796.178,04
739.706,65
Pandapatanatasbiayatotal
2,42
1,07
R/Catasbiayatunai
1,19
1,08
R/Catasbiayatotal
Sumber: Data primer, diolah
92
7.1.
produk berupa barang atau jasa dengan arah penyaluran produk dari produsen ke
konsumen. Setiap saluran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang
berbeda pula kepada masing masing lembaga tataniaga yang terlibat dalam
kegiatan tataniaga tersebut. Semakin pendek saluran tataniaga akan memberikan
keuntungan yang lebih besar terhadap produsen dibandingkan dengan saluran
tataniaga yang panjang. Hal ini dijelaskan dengan menggunakan analisis marjin
tataniaga. Lembaga-lembaga tataniaga yang terdapat dalam saluran tataniaga
beras pandanwangi didaerah penelitian adalah sebagai berikut:
1.
petani secara langsung. Mereka membeli gabah dari petani dalam bentuk padi siap
panen yang masih ditanam di sawah dan pembeliannya dilakukan dengan sistem
borongan (istilahnya kemplang). Sebagian besar pedagang pengumpul tingkat
desa tidak mengolah gabah secara langsung menjadi beras. Pedagang pengumpul
yang dijadikan responden, umumnya tidak memiliki Huller (Alat merubah gabah
menjadi beras), sehingga jika ingin melakukan proses pengolahan gabah menjadi
beras harus menyewa Huller yang dimiliki oleh pedagang besar desa setempat.
93
2.
94
memasarkan beras secara langsung kepada konsumen. Dalam hal ini konsumen
langsung mendatangi Huller yang dimiliki oleh pedagang besar.
3.
dituju oleh para pedagang besar daerah diantaranya pedagang grosir di Pasar
Induk Cipinang (PIC), Bogor, Bandung, dan Sukabumi. Biasanya mereka dikirim
langsung oleh pedagang besar daerah secara kontinu setiap minggu. Pembayaran
yang dilakukan bisa dalam bentuk tunai. Mereka menjual beras kepada konsumen
dengan cara mengirimnya langsung kepada konsumen ataupun melayani di
tempat. Sebagian besar konsumen pandanwangi di PlC adalah restoran, rumah
makan dan catering. Dan pedagang besar luar daerah (khususnya di PIC) beras
disalurkan kepada pedagang besar luar pulau seperti ke Lampung.
4.
Pasar Swalayan
Pasar swalayan merupakan lembaga yang langsung berhadapan dengan
95
5.
Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer merupakan pedagang yang langsung berhadapan
dengan konsumen. Pedagang pengecer terbagi menjadi dua jenis yaitu pedagang
pengecer daerah dan pedagang pengecer luar daerah. Pedagang pengecer daerah
yang dituju oleh para pedagang besar daerah diantarannya toko-toko manisan
yang terdapat di sepanjang jalan Bypass Cianjur dan pedagang beras yang
terdapat di beberapa pasar yang ada di Kabupaten Cianjur. Sedangkan pedagang
pengecer luar daerah ada yang mengecerkannya di pasar atau di toko-toko. Baik
pedagang pengecer daerah ataupun luar daerah tidak melakukan proses
pengemasan ulang karena mereka langsung menjual beras yang telah dibeli dari
pedagang besar daerah dalam kemasan ukuran 5kg, 10 kg, 20 kg, 25 kg dan 50 kg.
Jenis kualitas beras yang dipasarkan juga berbeda seperti Kepala, Super dan Jitay.
Pola tataniaga beras dari tingkat petani hingga konsumen pada lokasi
penelitian digambarkan pada Gambar 3.
81,4 persen (22 Orang)
Pedagang
Pengumpul
(Tengkulak)
PedagangBesar
LuarDaerah
PasarSwalayan
Petani
PadiPW
PedagangBesar
Daerah
Pedagang
Pengecer
Konsumen
96
7.2
konsumen
diperlukan
berbagai
kegiatan
atau
tindakan-tindakan
untuk
97
Tabel 13.
No
LembagaPemasaran
1 Petani
2 PedagangPengumpul
FungsiTataniaga
Pertukaran
Pelancar
Pertukaran
Perlakuan
Penjualan
Permodalan
PenjualandanPembelian
PengadaanSecara
Fisik
Pengolahan,Pengemasan,
PengangkutandanPenyimpanan
Pertukaran
InformasiHargadanPasar,
Sortasi,Permodalandan
Penanggunganresiko
PembeliandanPenjualan
PengadaanSecara
Fisik
Pengolahan,Pengemasan,
PengangkutandanPenyimpanan
Pelancar
InformasiHargadanPasar,
SortasidanGrading,Permodalan
danPenanggunganresiko
Pelancar
3 PedagangBesarDaerah
4 PedagangBesarLuardaerah
Pertukaran
PengadaanSecara
Fisik
Pelancar
5 PedagangPengecer
Pertukaran
PengadaanSecara
Fisik
Pelancar
6 PasarSwalayan
Pertukaran
PengadaanSecara
Fisik
PembeliandanPenjualan
PengangkutandanPenyimpanan
InformasihargadanPasar,
Permodalandanpenanggungan
Resiko
PembeliandanPenjualan
PengangkutandanPenyimpanan
InformasihargadanPasar,
Permodalandanpenanggungan
Resiko
PembeliandanPenjualan
Pengangkutan,pengemasandan
Penyimpanan
98
99
pengumpul dan petani), tetapi sistem jual-beli seperti ini sampai sekarang masih
berlaku.
Fungsi penjualan terjadi saat pedagang pengumpul menjual gabah atau
beras kepada pedagang besar. Sebagian dari mereka merubah gabah menjadi beras
dengan menggunakan fasilitas Huller yang dimiliki oleh pedagang besar tingkat
desa setempat. Selain itu sebagian mereka menjual masih dalam bentuk gabah
kepada pedagang besar. Tidak hanya kepada pedagang besar, beras yang
dihasilkannya dijual juga kepada pedagang pengecer baik di pasar ataupun di
toko-toko.
Pada tingkat pedagang besar daerah, fungsi-fungsi pertukaran yang
dilakukan adalah fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian dilakukan
pada saat membeli gabah atau beras dari pedagang pengumpul. Pedagang
pengumpul yang telah menjadi langganan seorang pedagang besar secara kontinu
akan mengirimkan gabah atau berasnya, sehingga pedagang besar tidak
mengeluarkan biaya transportasi untuk membeli gabah atau beras dari pedagang
pengumpul. Namun selain dari pedagang pengumpul yang menjadi langganannya,
sebagian mereka ada juga yang langsung membeli dari petani. Untuk pembelian
yang berasal dan petani, pedagang besar mengeluarkan ongkos untuk mengangkut
gabah dari petani.
Fungsi penjualan juga terjadi saat pedagang besar menjual kepada
lembaga tataniaga berikutnya, seperti pedagang pengecer daerah atau luar daerah
dan pedagang besar luar daerah. Atau saat mereka beRp.eran sebagai pedagang
pengecer yang menjual beras kepada konsumen yang langsung datang ke tempat
mereka.
100
Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang besar luar daerah tidak
berbeda dengan lembaga-lembaga tataniaga sebelumnya yakni fungsi pembelian
dan penjualan. Fungsi pembelian terjadi saat mereka membeli beras di tempat
yang dikirim oleh pedagang besar daerah. Sementara untuk fungsi penjualan,
terjadi saat mereka menjual beras kepada konsumen (baik rumah tangga, restoran
atau rumah makan dan catering).
Fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan juga dilakukan oleh
pasar swalayan. Pasar swalayan mengadakan pembelian dengan cara memesan
langsung kepada pedagang besar daerah. Sitem pembelian yang dilakukan oleh
pasar swalayan adalah pembayaran sesuai beras yang laku (retur). Fungsi penjulan
mereka lakukan saat mereka melakukan penjualan kepada konsumen. Sistem yang
pembayaran yang merela lakukan saat penjualan adalah tunai (cash).
Adapun fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan dilakukan pula
oleh pedagang pengecer daerah atau luar daerah. Pedagang pengecer mengadakan
pembelian terhadap beras dengan cara dikirim langsung oleh pedagang
pengumpul maupun pedagang besar daerah. Sistem pembelian yang dilakukan
oleh pedagang pengecer ada yang mengunakan sistem pembayaran tunai dan
kredit. Fungsi penjualan terjadi pada saat mereka melakukan penjualan kepada
konsumen. Sistem pembayaran dari penjualan yang terjadi antara pedagang
pengecer dan konsumen sebagai pembeli adalah tunai (cash).
7.2.2
101
1.
menjadi beras. Pengolahan gabah menjadi beras tidak dilakukan oleh petani
sebagai prousennya, tetapi langkah ini dilakukan oleh pedagang pengumpul dan
pedagang besar daerah. Alasan petani tidak mengolah gabah ke bentuk beras
karena diproses pengolahannya sulit dan mahal. padi pandanwangi mempunyai
perlakuan panen yang berbeda dengan padi varietas lain. padi pandanwangi
dipanen dengan keadaan buliran padi masih terikat kuat pada malainya. Padi ini
setelah dipanen kemudian dijemur dalam geugeusan. Hal itu menyebabkan
petani memilih menjual gabahnya. Apalagi mereka pun tidak memiliki fasilitas
Huller untuk mengolahnya menjadi beras.
Pedagang
pengumpul
mengolah
gabah
menjadi
beras
dengan
menggunakan fasilitas Huller yang dimiliki oleh pedagang besar tingkat desa
setempat, sedangkan pedagang besar memiliki sendiri fasilitas Huller. Proses
pengolahan terdiri dari penjemuran, perontokkan dan penggilingan. Penjemuran
dilakukan hingga kadar air berkurang dan malai kering panen (MKP) menjadi
gabah yang siap digiling.
Setelah bentuk gabah menjadi malai kering giling (MKG), maka langkah
selanjutnya yakni memasukkan beras ke dalam mesin penggilingan. Di dalam
mesin penggilingan terdapat beberapa proses yang dilalui. Proses-proses itu
adalah perontokkan buliran padi dari malainya, pemisahan buliran padi dari
sekamnya dan proses pemutihan. Setelah proses penggilingan selesai maka
keluarlah beras yang
102
mencapai di bawah atau sama dengan 50 persen dari keadaan awal (MKP) atau
menyusut hingga mencapai 0 persen lebih
Jenis beras yang keluar dari mesin tergantung yang diinginkan. Misalnya
jika kita menginginkan jenis Kepala berarti harus memisahkan antara kepala dan
patahannya. Pemisahan antara kepala dan patahan bisa dilakukan secara manual
atau menggunakan mesin secara langsung. Biasanya di tingkat pedagang
pengumpul proses pemisahan antara kepala dan patahan bergantung kepada
kualitas mesin penggilingan yang dimiliki oleh pedagang besar tempat
memproses gabahnya. Rata-rata pedagang besar tingkat desa tidak memiliki
fasilitas mesin penggilingan yang langsung dapat memisahkan antara kepala dan
patahan. Oleh karena itu mereka umumnya memisahkannya secara manual.
Jenis kualitas beras yang dihasilkan oleh pedagang pengumpul tergantung
dari yang mereka inginkan. Sebagian besar dari pedagang hanya mengolah sampai
bentuk SLYP atau Super. Hal itu dikarenakan fasilitas Huller yang tersedia pada
pedagang besar tempat pedagang pengumpul mengolah beras adalah mesin
penggilingan yang masih sederhana. Dengan mesin penggilingan yang sederhana
pedagang pengumpul belum dapat menggrade beras secara otomatis. Apabila
melihat segi kualitas beras yang dihasilkan, beras yang dihasilkan tidak sebaik
beras yang dihasilkan oleh pedagang besar yang memiliki kelengkapan sarana dan
prasana serta mesin pabrik yang teknologinya lebih canggih. Tetapi tidak semua
pedagang pengumpul mengolah beras dengan mesin, ada beberapa pedagang
pengumpul yang menghasilkan beras jenis kepala dengan proses secara manual.
Proses pengolahan gabah yang terjadi diantara pedagang pengumpul dan
pedagang besar tidak jauh berbeda. Yang membedakan hanya pada waktu
103
memprosesnya di dalam mesin penggilingan. Hal yang perlu dicatat di sini bahwa
beras yang dihasilkan baik yang berasal dari pedagang pengumpul maupun dari
pedagang besar sebagian besar bukan merupakan beras pandanwangi murni,
melainkan beras pandanwangi yang telah mengalami pencampuran dengan beras
yang lain. Masalah beras pandanwangi oplosan (campuran) sudah merupakan
rahasia umum. Diperoleh keterangan dari salah seorang pedagang besar bahwa
hanya sekitar 10 persen dari pedagang pengumpul maupun pedagang besar daerah
yang memproduksi beras pandanwangi murni. Mereka melakukan hal seperti itu
karena permintaan beras pandanwangi murni yang tetap setiap hari sedangkan
musim panen tenjadi hanya dua kali setiap tahunnya. Ketika permintaan (demand
tetap, sedangkan penawaran (supply)-nya terbatas mendorong mereka melakukan
pencampuran dengan jenis beras yang lain. Beras yang dipakai untuk
mencampurnya bukanlah beras sembarangan, akan tetapi dengan jenis beras yang
bentuknya hampir sama dengan pandanwangi. Biasanya mereka mencampurnya
dengan jenis Cisadane dan jenis padi bulu aromatik lainnya. Proses pencampuran
dilakukan pada saat penggilingan gabah ataupun setelah menjadi beras sebelum
dilakukan pengemasan. Dari lokasi penelitian hanya ada 2 dari 5 pedagang besar
beras pandanwangi yang tidak melakukan proses pencampuran.
Dampak dari kegiatan ini adalah kualitas beras pandanwangi asli tidak
terjaga. Sebab banyak pedagang besar yang membuat label beras dengan
mencantumkan nama asli pandanwangi cianjur atapi produknya tidak sesuai
dengan labelnya.
104
2.
Pengemasan (Packaging)
Nilai jual suatu produk atau suatu komoditas pertanian ditentukan juga
105
bahan yang digunakan untuk mengemas adalah karung goni yang menjadi trade
mark atau ciri khas yang membedakan antara beras pandanwangi dengan beras
yang lain. Karung goni digunakan untuk kemasan beras pandanwangi ukuran 20
kg, 25 kg dan 50 kg.
Selanjutnya dengan alasan efisensi, lembaga tataniaga yang melakukan
pengemasan beras banyak menggunakan kemasan lain, seperti karung plastik dan
kantong plastik. Kantong plastik digunakan untuk kemasan ukuran 5 kg, 10 kg
dan 20 kg. Karung plastik digunakan untuk kemasan ukuran 20 kg, 25 kg dan 50
kg.
Pedagang besar daerah juga melakukan pengemasan beras yang siap untuk
dikonsumsi. Selain itu pasar swalayan juga melakukan pengemasan agar beras
berlabel pasar swalayan yang menjualnya. Kemasan yang digunakan adalah
Kantong plastik digunakan untuk kemasan ukuran 5 kg, 10 kg dan 20 kg. Karung
plastik digunakan untuk kemasan ukuran 20 kg, 25 kg dan 50 kg.
3.
Pengangkutan (Transportasi)
Dalam kegiatan tataniaga, pendistribusian suatu barang (transportasi)
merupakan salah satu faktor yang penting. Sebab dengan kegiatan inilah
diciptakan nilai kegunaan tempat. Apabila fungsi ini dapat dilaksanakan tepat
waktu maka dapat mempunyai nilai waktu atas produk. Sampainya produk dari
produsen hingga konsumen dikarenakan adanya transportasi. Jika transportasi ini
tersendat ataupun terganggu, maka konsumen akan mengalami kesulitan dalam
memperoleh barang yang dibutuhkan, ataupun jika mereka mendapatkannya,
harus membeli dengan biaya yang lebih mahal. Jika transportasi lancar, maka
konsumen dengan mudah mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah.
106
107
Penyimpanan
Komoditas beras merupakan barang yang tidak cepat mengalami
kebusukan dan tahan lama. Namun bukan berarti tidak memerlukan suatu proses
penyimpanan yang baik. Jika proses penyimpanan dan tempat penyimpanan
kurang baik, maka akan mengakibatkan kemasan menjadi rusak, beras menjadi
108
bau apek, masuknya kutu ke dalam beras, bahkan mengakibatkan beras menjadi
busuk. Hal itu akan berdampak pada menurunnya kualitas beras dan menurunkan
nilai jualnya sehingga merugikan suatu lembaga tataniaga. Oleh karena itu proses
penyimpanan beras yang baik dan praktis mutlak diperlukan.
Kegiatan penyimpanan dalam tataniaga Beras pandanwangi dilakukan
antara lain oleh pedagang pengumpul, pedagang besar daerah, pedagang besar
luar daerah dan pedagang pengecer daerah per luar daerah. Sementara petani dan
sebagian pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan sebagaimana
lembaga tataniaga yang lain. Petani tidak melakukan fungsi penyimpanan
dikarenakan ia langsung menjual padinya kepada pedagang pengumpul atau
pedagang besar daerah.
Pedagang pengumpul yang tidak melakukan fungsi penyimpanan, mereka
membeli gabah petani kemudian langsung menjual kembali kepada pedagang
besar daerah tanpa menyimpannya terlebih dahulu. Pedagang pengumpul yang
melakukan fungsi penyimpanan adalah pedagang pengumpul yang mengolah
gabah menjadi beras yang siap untuk dijual. Penyimpanan dilakukan dengan
menyimpan gabah yang telah dibeli dari petani untuk dilakukan proses
penjemuran dan proses pengolahan dengan memanfaatkan fasilitas Huller yang
dimiliki oleh pedagang besar setempat.
Pedagang besar melakukan fungsi penyimpanan dengan cara menyimpan
gabah yang telah dibeli dari petani maupun pedagang pengumpul. Biasanya
pedagang besar memiliki cadangan gabah dalam jumlah volume yang besar yang
disimpan di gudang. Mereka tidak mengolah secara keseluruhan gabah yang
dimilikinya. Mereka hanya mengolah gabah sebatas yang diperlukan. Hal ini
109
7.2.3
Pembiayaan
Modal mutlak diperlukan oleh semua lembaga tataniaga yang terlibat
110
menggunakan modal pribadi dan meminjam kepada sesama petani ataupun pihak
lain. Di daerah penelitian tidak ditemukan seorang petani pun yang meminjam
dari lembaga keuangan baik pemerintah maupun nonpemerintah.
Pada tingkat pedagang baik pengumpul, pedagang besar daerah per luar
daerah dan pedagang pengecer daerah per luar daerah dalam hal permodalan
usahanya sebagian besar menggunakan modal pribadi.
2.
memerlukan informasi pasar dan harga. Informasi pasar diperlukan oleh mereka
untuk mengetahui tentang kondisi pasar, lokasi, jenis mutu, waktu dan harga
pasar.
Petani pandanwangi di daerah penelitian tidak melakukan fungsi fasilitas
yang berupa fungsi informasi pasar dan harga. Hal itu dikarenakan bagaimanapun
kondisi pasar, apakah kondisi harga yang terjadi sedang membaik ataukah
memburuk, tidak memiliki pengaruh apapun terhadap petani. Mereka tidak akan
mengurungkan niatnya untuk menjual hasil panen sekalipun keadaan harga di
pasaran sedang mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan usahatani padi
merupakan mata pencaharian pokok dan saat panen tiba merupakan waktu bagi
mereka untuk menuai hasilnya. Jika dilihat dari waktu panen pandanwangi, maka
hanya terjadi dua kali setiap tahunnya. Apabila kondisi harga di pasaran
meningkat, maka petani akan mengeruk keuntungan. Sebaliknya jika harga yang
terjadi anjlok atau mengalami penurunan, maka mereka akan mengalami
kerugian.Untung ataupun rugi keduanya merupakan resiko yang harus diterima
oleh petani. Harga yang terjadi diantara petani dan pedagang adalah hasil dari
111
informasi
pasar
maupun
harga
dalam
menjajakan
Beras
kelompok khusus yang mempunyai kriteria mutu dan ukuran yang sama. Tujuan
pengkelasan tersebut adalah untuk membentuk diferensiasi harga bagi konsumen
agar memperoleh nilai jual yang lebih tinggi serta menguntungkan. Suatu proses
menggolongkan beras ke dalam beberapa jenis kualitas yang didasarkan atas
112
standar mutu tertentu sebagian besar dilakukan oleh pedagang besar. Pada tingkat
pedagang
pengumpul
tidak
dilakukan
penggradingan
secara
khusus.
memisahkan beras dari pasir, sekam, kerikil ataupun yang lainnya. Proses sortasi
itu sendiri hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul (yang mengolah gabah
hingga menjadi beras) dan pedagang besar daerah. Sedangkan lembaga-lembaga
tataniaga berikutnya tidak lagi melakukan fungsi sortasi.
4.
Penanggungan Resiko
Kemungkinan terjadinya resiko dapat terjadi dalam berbagai proses
113
Pada tingkat petani resiko tidak menjadi tanggungan mereka. Hal ini
disebakan oleh proses penjualan yang petani lakukan kepada pedagang
pengumpul ataupun pedagang besar adalah sistem ijon. Resiko kerugian yang
ditanggung pihak pedagang pengumpul atau pedagang besar akibat membeli padi
dengan sistem ijon bukanlah menjadi tanggung jawab petani. Keuntungan dan
kerugian menjadi resiko bagi pedagang pengumpul dan pedagang besar daerah.
Pedagang pengumpul biasanya menanggung resiko saat mengirimkan gabah per
beras kepada pedagang besar ataupun saat mengirimkan beras kepada pedagang
pengecer. Jika volume timbang sebelum barang tiba di tempat pedagang besar
tidak sama dengan volume timbang pada saat tiba di tempat pedagang besar, maka
resiko berupa biaya penyusutan menjadi tanggung-jawab pedagang pengumpul.
Begitu pula dalam mengirimkan beras kepada pedagang pengecer, jika kemasan
karung beras ada yang mengalami kerusakan, maka mereka juga yang harus
bertanggung jawab menggantinya dengan yang baru. Namun pada kenyataannya
beras pandanwangi jarang mengalami kerusakan pada saat proses pengirimannya
terutama output yang sudah menjadi beras. Hal ini dikarenakan proses ini sudah
dipersiapkan dengan baik. Akan tetapi bila proses yang dilakukan adalah
pengiriman dalam bentuk gabah, penyusutan yang terjadi kira-kira 10 persen dari
total pengiriman.
Pada tingkat pedagang besar daerah mereka biasanya membayar resiko
pada saat penyimpanan gabah di gudang dari kemungkinan kerusakan atau
gangguan lainnya. Selain itu mereka juga harus menanggung resiko pada saat
mengirimkan barang kepada pedagang pengecer daerah per luar daerah dan
114
kepada pedagang besar luar daerah. Resiko itu berupa biaya penyusutan per
kerusakan kemasan beras pada waktu pengiriman.
Sementara pedagang pengecer daerah per luar daerah harus menanggung
resiko pada saat beras yang belum habis terjual mengalami kerusakan yang
diakibatkan oleh kelalaian dalam proses penyimpanan ataupun dari gangguan halhal yang tidak diinginkan (seperti dimakan tikus, kutu beras dan sebagainya).
115
8.1
tataniaga terakhir hingga petani sebagai produsen. Dari beberapa pola saluran
yang terbentuk, beras pandanwangi yang dijual meliputi dua jenis yaitu
pandanwangi murni dan campuran serta dua kualitas yaitu Kepala dan Super. Hal
ini menyebabkan dalam menghitung biaya dan marjin tataniaga dibedakan
berdasarkan kualitas dan jenis beras.
116
117
petani akan mempengaruhi besarnya marjin atau keuntungan yang akan diperoleh
oleh setiap lembaga yang terkait.
Harga gabah dari masing-masing responden memiliki perbedaan. Hal itu
disebabkan petani responden diambil dari desa yang berbeda di Kecamatan
Warung Kondang. Selain itu harga gabah juga dipengaruhi oleh waktu penanaman
dan panen. Kualitas gabah masing-masing daerah yang berbeda juag
mempengaruhi harga gabah. Harga jual gabah yang berbeda di tingkat petani
kemudian dijadikan data rataan bagi responden petani yang menjual gabah kepada
pedagang pengumpul dan pedagang besar daerah.
Harga jual di tingkat pedagang pengumpul berbeda sebagaimana harga
jual di tingkat petani. Penyebabnya antara lain, perbedaan waktu panen daerahdaerah penghasil padi pandanwangi dan besarnya ongkos yang harus dikeluarkan
untuk membeli dan menjual gabah serta biaya untuk pengolahan gabah. Pedagang
pengumpul membeli gabah dari daerahnya sendiri maupun luar daerah (luar desa
maupun luar kecamatan).
8.1.1
118
dengan istilah beras SLYP (beras pandanwangi campuran). Kualitas dari beras
SLYP pada dasarnya sama dengan kualitas Super. Pola tataniaga pada saluran 1
dapat dilihat pada Gambar 4.
Petani
P.Pengumpul
P.Pengecer
Konsumen
Petani
P.Pengumpul
P.BesarD
Konsumen
119
P.Pengumpul
PB.Daerah
P.Pengecer
konsumen
120
Petani
P.Pengumpull
PBLD(PIC)
Konsumen
PBLD(PB)l
Konsumen
PB.Daerah
121
P.Pengumpul
PB.Luardaerah
Konsumen(Super)
122
diantaranya
biaya
untuk
upah
penjemuran
gabah,
penggilingan,
P.Pengumpul
PB.Daerah
P.Pengecer
Konsumen(Super)
123
Petani
P.Pengumpul
PBLD(PIC)
Konsumen
PBLD(PB)
Konsumen
PB.Daerah
Jenis biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang besar daerah jenis sama
dengan yang terdapat pada saluran 6 kecuali biaya transportasi. Jenis kualitas
beras yang dikirim oleh pedagang besar daerah adalah Kepala. Biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang besar luar daerah pada saluran 7A berupa biaya
bongkar muat dan biaya transportasi. Ongkos transpor kepada konsumen biayanya
124
ada yang dibagi dua dengan konsumen dan ada pula yang ditanggung sepenuhnya
oleh oleh pedagang. Sebagian besar konsumen Beras pandanwangi Campuran di
pasar ini merupakan rumah makan per restoran dan catering serta konsumen
rumah tangga kelas menengah keatas.
Pada saluran 7B jenis biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar hanya
berupa biaya bongkar muat yakni upah yang diberikan pedagang besar kepada
tenaga kerja per buruh yang mengangkut beras dari mobil pedagang besar (kuli
angkut). Mereka langsung menerima kiriman langsung dari pedagang besar yang
berasal dari Cianjur dan pihak konsumen sendiri yang melakukan pembelian di
tempat pedagang.
Petani
P.Pengumpul
PB.Daerah
PengecerLD(Bogor)
Konsumen(Super)
125
Keterangan :
Petani
PBLD(PIC)
Konsumen
PBLD(PasarBogor)
Konsumen
PB.Daerah
Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar hampir sama dengan saluran
8, hanya pada saluran 9 memerlukan biaya transportasi yang lebih besar. Hal itu
126
disebabkan lembaga tataniaga yang dituju berikutnya, yakni pedagang besar luar
daerah yang memerlukan ongkos pengiriman barang yang lebih tinggi dibanding
sebelumnya.
PB.Daerah
PengecerLD(Bogor)
Konsumen(Super)
8.1.2
127
Petani
P.Pengumpul
P.Pengecer.D
Konsumen
128
sebesar Rp. 250 per kg merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh
pedagang pengumpul.
Total biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul jumlahnya
sebesar Rp. 815,5 per kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer daerah
pada saluran A sebesar Rp. 40 per kg, yaitu Rp. 75 per kg untuk transportasi dan
Rp. 14,5 per kg untuk biaya bongkar muat. Dengan demikian total biaya tataniaga
pada saluran ini sebesar Rp. 905 per kg. Secara rinci biaya tataniaga saluran A
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rincian Harga Jual, Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga pada
Saluran A
JenisBiaya
Harga(Rp/Kg)
Persentase(%)*
Petani
Hargajual
Farmer'share
3.000,00
43,48
43,48
3.000,00
43,48
30,00
10,00
250,00
235,00
48,00
242,50
815,50
5.000,00
1.184,50
2.000,00
1,31
0,43
0,14
3,62
3,41
0,70
3,51
11,82
72,46
17,17
28,99
1,31
5.000,00
72,46
75,00
14,50
89,50
6.900,00
1.810,50
1.900,00
1,36
1,09
0,21
1,30
100,00
26,24
27,54
1,36
6.900,00
100,00
905,00
13,12
2.995,00
43,41
3.900,00
56,52
PedagangPengumpul
HargaBeli
Biayatataniaga:
Penjemuran
Sortir
Penggilingan
Pengemasan
Transportasi
Penyusutan50%
TotalBiaya
HargaJual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
Pedagangpengecerdaerah
Hargabeli
Biayatataniaga:
Transportasi
Biayabongkarmuat
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
Konsumen
Hargabeli
TotalBiaya
TotalKeuntungan
TotalMarjin
129
P.Pengumpull
PB.Daerah
P.Pengecer.D
Konsumen
130
Tabel 15. Rincian Harga Jual, Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga pada
Saluran B
JenisBiaya
Harga(Rp/Kg)
Persentase(%)*
Petani
Hargajual
Farmer'share
3.000,00
43,17
43,17
3.000,00
43,17
30,00
10,00
250,00
235,00
48,00
242,50
815,50
5.000,00
1.184,50
2.000,00
1,31
0,43
0,14
3,60
3,38
0,69
3,49
11,73
71,94
17,04
28,78
1,31
5.000,00
71,94
40,00
40,00
80,00
160,00
5.400,00
240,00
400,00
1,05
0,58
0,58
1,15
2,30
77,70
3,45
5,76
1,05
5.400,00
77,70
75,00
48,00
123,00
6.950,00
1.427,00
1.550,00
1,26
1,08
0,69
1,77
100,00
20,53
22,30
1,26
Hargabeli
6.950,00
100,00
TotalBiaya
TotalKeuntungan
TotalMarjin
962,50
2.851,50
13,85
41,03
3.950,00
56,83
PedagangPengumpul
HargaBeli
Biayatataniaga:
Penjemuran
Sortir
Penggilingan
Pengemasan
Transportasi
Penyusutan50%
TotalBiaya
HargaJual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
PedagangBesarDaerah
HargaBeli
Biayatataniaga:
Pengemasan
Transportasi
Penyusutan
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
Pedagangpengecerdaerah
Hargabeli
Biayatataniaga:
Transportasi
Biayabongkarmuat
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
Konsumen
131
Petani
P.Pengumpul
Supermarket(Hero)
Konsumen
Hypermarket(Carefour)
Konsumen
PB.LuarDaerah
132
Tabel 16. Rincian Harga Jual, Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniagaa pada
Saluran C1 dan C2
JenisBiaya
Petani
Hargajual
Farmer'share
PedagangPengumpul
HargaBeli
Biayatataniaga:
Penjemuran
Sortir
Penggilingan
Pengemasan
Transportasi
Penyusutan50%
TotalBiaya
HargaJual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
PedagangBesarDaerah
HargaBeli
Biayatataniaga:
Pengemasan
Transportasi
Penyusutan
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
PasarSwalayan
Hargabeli
Biayatataniaga:
Transportasi
Biayapengemasan
Biayabongkarmuat
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
Konsumen
Hargabeli
TotalBiaya
TotalKeuntungan
TotalMarjin
SaluranC1
Harga(Rp/kg)
SaluaranC2
Harga(Rp/kg)
(%)*
(%)*
3.000,00
41,67
41,67
3.000,00
42,25
42,25
3.000,00
41,67
3.000,00
42,25
30,00
10,00
250,00
235,00
48,00
242,50
815,50
5.000,00
1.184,50
2.000,00
1,31
0,42
0,14
3,47
3,26
0,67
3,37
11,33
69,44
16,45
27,78
1,31
30,00
10,00
250,00
235,00
48,00
242,50
815,50
5.000,00
1.184,50
2.000,00
1,31
0,42
0,14
3,52
3,31
0,68
3,42
11,49
70,42
16,68
28,17
1,31
5.000,00
69,44
5.000,00
70,42
260,00
80,00
80,00
420,00
6.400,00
980,00
1.400,00
1,18
SuperMarket
6.400,00
3,61
1,11
1,11
5,83
88,89
13,61
19,44
1,18
260,00
75,50
80,00
415,50
6.255,25
839,75
1.255,25
1,16
HyperMarket
6.255,00
3,66
1,06
1,13
5,85
88,10
11,83
17,68
1,16
88,89
88,10
65,00
200,00
60,00
325,00
7.200,00
475,00
800,00
1,07
0,90
2,78
0,83
4,51
100,00
6,60
11,11
1,07
55,50
175,00
50,00
105,50
7.100,00
739,50
845,00
1,12
0,78
2,46
0,70
1,49
100,00
10,42
11,90
1,12
7.200,00
1.560,50
2.639,50
4.200,00
100,00
21,67
36,66
58,33
7.100,00
1.336,50
2.763,75
4.100,25
100,00
18,82
38,93
57,75
133
Konsumen(Kepala)
Petani
P.Pengumpul
PB.Luardaerah
Konsumen(Super)
134
pengemasan Rp. 325 per kg; grading Rp. 40 per kg; sortir Rp. 20 per kg; biaya
transportasi Rp. 85 per kg dan besarnya upah timbang sebesar Rp. 5 per kg.
Sementara untuk biaya penyusutan adalah rendemen dari gabah yang dibeli dari
pedagang pengumpul. Rendemen gabah yang dibeli dari pedagang pengumpul
pada tingkat pedagang besar, besarnya berbeda-beda menurut jenis kualitas beras.
Rata-rata rendemen gabah masing-masing untuk jenis Kepala besarnya 50 persen
dan untuk jenis Super besarnya 45 persen. Biaya penyusutan masing-masing
besarnya Rp. 2.201 per kg dan Rp. 1.981 per kg. Total biaya tataniaga pada
saluran 5A dan 5B adalah Rp. 2.866,75 per kg dan sebesar Rp. 2.751,63 per kg.
Perinciannya tampak pada Tabel 17.
135
Tabel 17. Rincian Harga Jual, Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga pada
Saluran D1 dan D2
JenisBiaya
SaluranD1
Harga(Rp/kg)
Petani
Hargajual
Farmer'share
PedagangPengumpul
HargaBeli
Biayatataniaga:
Biayabongkarmuat
Transportasi
TotalBiaya
HargaJual
Keuntungan
Marjin
R/CRatio
PedagangBesarLuarDaerah
HargaBeli
Biayatataniaga:
Penjemuran
Penggilingan
Pengemasan
Grading
Sortir
Upahtimbang
Penyusutan50%
penyusutan45%
Transportasi
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/CRatio
Konsumen
Hargabeli
TotalBiaya
TotalKeuntungan
TotalMarjin
SaluaranD2
Harga(Rp/kg)
(%)*
(%)*
3.000,00
40,82
40,82
3.000,00
43,80
43,80
3.000,00
40,82
3.000,00
43,80
35,00
48,00
83,00
3.800,00
717,00
800,00
1,23
0,48
0,65
1,13
51,70
9,76
10,88
1,23
35,00
48,00
83,00
3.800,00
717,00
800,00
1,23
0,51
0,70
1,21
55,47
10,47
11,68
1,23
3.800,00
51,70
3.800,00
55,47
22,50
185,00
325,00
40,00
20,00
10,00
2.201,25
0,31
2,52
4,42
0,54
0,27
0,14
29,95
22,50
185,00
325,00
40,00
20,00
10,00
0,33
2,70
4,74
0,58
0,29
0,15
28,92
38,96
100,00
5,57
44,53
1,06
100,00
40,17
16,03
56,20
85,00
2.803,75
7.350,00
746,25
3.550,00
1,11
38,15
100,00
10,15
48,30
1,11
1.981,13
85,00
2.668,63
6.850,00
381,38
3.050,00
1,06
7.350,00
2.886,75
1.463,25
4.350,00
100,00
39,28
19,91
59,18
6.850,00
2.751,63
1.098,38
3.850,00
(penggilingan)
hingga
pengemasannya.
Sebagian
mereka
136
menganggap bahwa kualitas beras sangat ditentukan pula dari proses penjemuran
dan penyimpanan gabah, sehingga mereka lebih memilih membeli langsung dari
petani dan melakukan proses pengolahan sendiri mulai dari awal. Selain itu
pedagang besar juga mengiginkan agar petani dapat menikmati hasil jerih
payahnya dengan harga padi yang lebih tinggi dibandingkan dengan menjual ke
pedagang pengumpul (tengkulak). Tidak mengherankan jika harga beli gabah di
tingkat PBD lebih tinggi dibandingkan di tingkat pedagang pengumpul. Mereka
pun menggrade Beras pandanwangi ke dalam 2 jenis sebagaimana pedagang besar
pada saluran-saluran sebelumnya. Biaya pada saluran ini terbagi menjadi dua,
yang pertama biaya tataniaga untuk jenis kepala (E1) dan yang kedua untuk jenis
super (E2 ). Perbedaan utama yang terdapat antara beras kualitas super dan kepala
pada saluran ini adalah besarnya biaya penyusutan (tergantung besarnya rendemen
gabah).
Petani
Konsumen(Kepala)
E1
Konsumen(Super)
E2
P.Besardaerah
137
penggilingan sebesar Rp. 250 per kg; pengemasan sebesar Rp. 235 per kg; biaya
sortir sebesar Rp. 10 per kg; grading sebesar Rp. 20 per kg; biaya bongkar muat
Rp. 20 per kg dan transportasi sebesar Rp. 40 per kg. Biaya penyusutan saluran
E1 besarnya Rp. 1.932,63 per kg, sedangkan saluran E2 Rp. 1.779,86 per kg.
Total biaya tataniaga saluran E1 besarnya Rp. 2.542,63 per kg, sedangkan saluran
E2 Rp. 2.389,86 per kg. Perincian biaya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18.
Rincian Harga Jual, Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga pada Saluran
E1 dan E2
JenisBiaya
Petani
Hargajual
Farmer'share
PedagangBesarDaerah
HargaBeli
Biayatataniaga:
Biayabongkarmuat
Transportasi
Penjemuran
Penggilingan
Pengemasan
Grading
Sortir
Upahtimbang
Penyusutan45%
Penyusutan50%
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
Konsumen
Hargabeli
TotalBiaya
TotalKeuntungan
TotalMarjin
SaluranE1
Harga(Rp/kg)
SaluaranE2
Harga(Rp/kg)
(%)*
(%)*
3.345,25
49,56
49,56
3.345,25
51,07
51,07
3.345,25
49,56
3.345,25
51,07
20,00
40,00
30,00
250,00
235,00
20,00
10,00
5,00
0,30
0,59
0,44
3,70
3,48
0,30
0,15
0,07
20,00
40,00
30,00
250,00
235,00
20,00
10,00
5,00
1.779,86
0,31
0,61
0,46
3,82
3,59
0,31
0,15
0,08
27,17
1.932,63
2.542,63
6.750,00
862,13
3.404,75
1,15
28,63
37,67
100,00
12,77
50,44
1,15
2.389,86
6.550,00
814,89
3.204,75
1,14
36,49
100,00
12,44
48,93
1,14
6.750,00
2.542,63
862,13
3.404,75
100,00
37,67
12,77
50,44
6.550,00
2.389,86
814,89
3.204,75
100,00
36,49
12,44
48,93
138
dibedakan menjadi dua jenis yakni saluran F1 untuk jenis Kepala dan F2 untuk
jenis Super (Gambar 19).
Sebagaimana biaya pada saluran E (E1 dan E2), maka biaya tataniaga pada
saluran F1dan F2 juga tidak jauh berbeda. Dalam saluran F hanya menambahkan
biaya transportasi sebagai ongkos jual kepada pedagang pengecer luar daerah,
sehingga total biaya transportasi yang dikeluarkan pedagang besar daerah sebesar
Rp. 48 per kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar untuk saluran F1
sebesar Rp. 2.551 per kg dan saluran F2 sebesar Rp. 2.401 per kg.
Konsumen(Kepala)
Petani
PB.Daerahl
P.PengecerLD
Konsumen(Super)
139
Tabel 19. Rincian Harga Jual, Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga pada
Saluran F1 dan F2
JenisBiaya
Petani
Hargajual
Farmer'share
PedagangBesarDaerah
HargaBeli
Biayatataniaga:
Biayabongkarmuat
Transportasi
Penjemuran
Penggilingan
Pengemasan
Grading
Sortir
Upahtimbang
Penyusutan45%
Penyusutan50%
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
PedagangPengecerLD
HargaBeli
Biayapemasaran:
Transportasi
Biayabongkarmuat
TotalBiaya
Hargajual
Keuntungan
Marjin
R/Cratio
Konsumen
Hargabeli
TotalBiaya
TotalKeuntungan
TotalMarjin
SaluranF1
Harga(Rp/kg)
SaluaranF2
Harga(Rp/kg)
(%)*
(%)*
3.345,25
47,45
47,45
3.345,25
48,83
48,83
3.345,25
47,45
3.345,25
48,83
20,00
48,00
30,00
250,00
235,00
20,00
10,00
5,00
0,28
0,68
0,43
3,55
3,33
0,28
0,14
0,07
20,00
48,00
30,00
250,00
235,00
20,00
10,00
5,00
1.783,46
0,29
0,70
0,44
3,65
3,43
0,29
0,15
0,07
26,03
1.932,63
2.550,63
6.450,00
554,13
3.104,75
1,09
27,41
36,18
91,49
7,86
44,04
1,09
2.401,46
6.100,00
353,29
2.754,75
1,06
35,06
89,05
5,16
40,21
1,06
6.450,00
91,49
6.100,00
89,05
175,00
18,00
193,00
7.050,00
407,00
600,00
1,06
0,26
2,74
100,00
5,77
8,51
1,06
175,00
18,00
193,00
6.850,25
557,25
750,25
1,09
0,26
2,82
100,00
8,13
10,95
1,09
7.050,00
2.743,63
961,13
3.704,75
100,00
38,92
13,63
52,55
6.850,25
2.594,46
910,54
3.505,00
100,00
37,87
13,29
51,17
Bogor
Bogor
8.2
dari sudut pandang konsumen(pembeli) dan sudut pandang penjual. Perbedaan ini
timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara konsumen dan produsen.
Penjual menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila dapat menghasilkan
keuntungan tinggi baginya. Sebaliknya konsumen menganggap sistem tataniaga
140
141
Pada Tabel 20 secara nominal nilai farmers share untuk beras jenis super
terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E2 dan C1, yang masing-masing
besarnya 53,52 persen dan 41,67 persen. Hal itu berarti petani pada saluran E2
mendapatkan bagian sebesar 53,52 persen dan untuk C1 petani hanya
mendapatkan 41,67 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen.
Sedangkan untuk beras jenis kepala kita dapat melihat nilai farmer share
terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E1 dan D1 dengan nilai persentase
51,07 dan 46,48 persen dari harga yang dibayar oleh konsumen
Rata-rata keseluruhan farmers share petani lebih besar dibandingkan
dengan keuntungan yang diterima oleh pedagang (pedagang pengumpul dan
pedagang besar). Mereka bisa saja untuk mengoptimalkan lagi nilai farmers
share-nya, jika melakukan beberapa fungsi tataniaga. Namun, sebagian besar
petani, baik petani pemilik penggarap maupun penggarap langsung menjual padi
malai keringnya dari pada melakukan pengolahan. Apalagi saat ini sebagian besar
petani padi pandanwangi tidak lagi memiliki tempat penjemuran gabah seperti
halnya yang dimiliki oleh petani pada masa lampau. Hal ini disebabkan semakin
banyak dan padatnya penduduk di desa yang memerlukan tempat tinggal,
sehingga banyak prasarana pendukung usahatani di tempat penelitian berlangsung
berubah fungsi menjadi tempat tinggal. Kenyataan ini menunjukan bahwa land
reform sudah terjadi di desa tempat padi pandanwangi dibudidayakan.
Proses pengolahan gabah sendiri memerlukan modal dalam jumlah yang
sangat besar. Hal itu disebabkan pengolahan gabah pandanwangi tidak sama
dengan gabah padi secara umum. Dibandingkan dengan padi yang lain padi jenis
ini memiliki lebih banyak tahapan pengolahannya, mulai dari proses penjemuran
142
hingga pengemasan. Faktor modal juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan petani tidak dapat langsung mengolah gabahnya.
Dalam kasus tataniaga beras pandanwangi ini, khususnya yang berkaitan
dengan analisis nilai marjin, sebaran nilai marjin tataniaga secara umum dapat
dijadikan indikator untuk melihat apakah suatu saluran tataniaga efisien atau
tidak. Melihat kondisi tataniaga yang terjadi, maka dalam hal ini untuk
mengetahui saluran tataniaga yang efisien baik dari perspektif konsumen ataupun
penjual, salah satu caranya adalah dengan membandingkan
saluran yang
Nilai keuntungan
143
144
8.3
Struktur Pasar
Struktur pasar yaitu suatu dimensi yang secara deskriptif menjelaskan
gambaran fisik meliputi apa yang dimaksud dengan industri , pasar, ukuran
perusahaan di dalam suatu pasar , ukuran dari distribusi dan konsentrasi
perusahaan, jenis-jenis dan diferensiasi produk, kondisi keluar masuk pasar dan
hubungan antara penjual dan pembeli, pembeli-pembeli serta penjual-penjual.
Hubungan antara penjual dengan penjual dan pembeli dengan pembeli
disebut sebagai kompetisi. Hubungan kompetisi ini menggambarkan bagaimana
lembaga tataniaga berinteraksi dan mengambil tindakkan sebagai reaksi atas
tindakkan yang dilakukan oleh lembaga tataniaga lainnya dalam satu tingkatan
sistem tataniaga yang sama. Hubungan antara penjual dan pembeli disebut dengan
hubungan negosiasi, hubungan ini terbentuk dari tindakkan dan interaksi antar
penjual dan pembeli.
Hubungan kompetisi dan negosiasi mungkin dapat ditunjukan oleh
karakter individu (bagaimana lembaga a berinteraksi dengan lembaga b) dalam
145
pasar atau agregasi dari semua pelaku pasar (bagaimana semua lembaga
berinteraksi). Agregasi hubungan antara pembeli dan atau penjual disebut dengan
perilaku pasar atau market conduct (Hammond and Dahl, 1977).
Hammond dan Dahl (1977) menyatakan ada empat karakteristik yang
dapat digunakan untuk membedakan struktur pasar, yaitu : (1) jumlah dan ukuran
perusahaan atau produsen, (2) pandangan pembeli terhadap sifat produk, (3)
kondisi keluar masuk pasar dan (4) tingkat pengetahuan seperti biaya, harga dan
kondisi pasar diantara partisipan.
Secara garis besar struktur pasar dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok utama yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar bersaing tidak
sempurna. Ciri-ciri yang terjadi dalam pasar beras Pandan Wangi Murni adalah
didalam pasar terdapat banyak penjual dan pembeli , saluran-saluran tataniaga
pasar hanya menguasai sebagian kecil dari barang yang dipasarkan sehingga tidak
dapat mempengaruhi pembentukan harga (pricetaker) dibuktikan dengan
banyaknya lembaga tataniaga (34 lembaga) pada setiap tingkatannya pada saluran
tataniaga , produk yang dipasarkan bersifat homogen (beras pandan wangi murni
kepala dan super) serta pelaku pasar dapat dengan mudah keluar atau masuk
kedalam pasar karena tidak adanya hambatan (keterikatan).
Berdasarkan ciri-ciri lembaga-lembaga yang membentuk saluran tataniaga,
jumlah pembeli dan penjual maka pasar yang terjadi pada
tataniaga beras
146
9.1
Kesimpulan
1.
2.
Dari analisis marjin tataniaga, sebaran nilai marjin saluran tataniaga beras
pandanwangi murni jenis super dan kepala, yaitu dari 46,48 persen hingga
58,04 persen. Saluran E2 memiliki persentase nilai marjin beras jenis super
yang terkecil. Dengan demikian, maka saluran E2 adalah saluran yang
lebih efisien bagi konsumen beras jenis super. Saluran A merupakan
saluran beras jenis super yang paling efisien bagi penjual. Hal ini
dikarenakan saluran A mempunyai biaya terkecil dan total keuntungan
terbesar untuk beras jenis super dengan nilai persentase sebesar 13,12 dan
43,41.Untuk beras pandanwangi jenis kepala, saluran E1 merupakan
saluran yang efisien bagi konsumen beras pandanwangi jenis kepala
dengan nilai marjin tataniaga sebesar 48,93 persen.
Nilai keuntungan
147
3.
Beras pandanwangi yang beredar di pasaran saat ini sebagian besar adalah
beras campuran. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya saluran tataniaga yang
memasarkan beras pandanwangi campuran dari pada yang murni. Dari segi
tataniaga, beras pandanwangi campuran dan murni untuk kualitas Kepala
dan Super yang ada di Kabupaten Cianjur memiliki banyak alternatif
saluran tataniaga diantaranya terdapat dua puluh tujuh saluran tataniaga.
Dari dua puluh tujuh saluran tataniaga tersebut terdiri dari sepuluh saluran
tataniaga beras pandanwangi murni dan tujuh belas saluran beras
pandanwangi
campuran.
Lembaga-lembaga
yang
terlibat
dalam
148
Dengan nilai 1,05. secara nominal nilai farmers share untuk beras jenis
super terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E2 dan C1, yang masingmasing besarnya 53,52 persen dan 41,67 persen. Hal itu berarti petani
pada saluran E2 mendapatkan bagian sebesar 53,52 persen dan untuk C1
petani hanya mendapatkan 41,67 persen dari harga yang dibayarkan oleh
konsumen.
9.2
Saran
1.
2.
Pemerintah
harus
menggalakkan
dan
mengembangkan
kembali
untuk
melakukan
fungsi-fungsi
tataniaga,
sehingga
dapat
149
lakukan berkembang menjadi usaha agribisnis utuh dari hulu sampai hilir.
Untuk mengawalinya diperlukan pinjaman modal baik dari pemerintah
maupun dari pihak-pihak terkait lainnya. Dalam hal ini diperlukan suatu
keberanian dari petani untuk memulai sesuatu yang baru dan penuh resiko.
3.
4.
150
Sedangkan untuk beras jenis kepala kita dapat melihat nilai farmer share
terbesar dan terkecil terdapat pada saluran E1 dan D1 dengan nilai persentase
51,07 dan 46,48 persen dari harga yang dibayar oleh konsumen. Berdasarkan
pengamatan dan fakta di lokasi penelitian terhadap ciri-ciri dan saluran tataniaga,
jumlah pembeli dan penjual maka pasar yang terjadi pada
tataniaga beras
saran
Pendapatan yang dihasilkan oleh petani pemilik penggarap jumlahnya
lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap. Hal itu dapat dilihat dari
besarnya rasio R per C atas biaya tunai maupun atas biaya total dari responden
petani pemilik penggarap. Berdasarkan analisis pendapatan, penerimaan dan rasio
R per C atas biaya tunai dan atas biaya total, usahatani yang dilakukan oleh kedua
jenis strata yaitu petani pemilik penggarap dan penggarap masih menguntungkan.
Dinas Pertanian yang memiliki tugas untuk memurnikan kembali benih
pandanwangi. Hal itu dilakukan berkaitan dengan adanya praktek pencampuran
151
benih pandanwangi yang dilakukan oleh sebagian petani sebelum disemai ataupun
pencampuran yang dilakukan oleh pedagang. Mengingat pentingnya pemurnian
benih tersebut. Dinas Pertanian memerintahkan kepada salah seorang petani
pandanwangi benama H.Mansyur yang telah berkompeten di bidangnya untuk
melakukan proses penangkaran benih di Desa Bunisari, Kecamatan Warung
Kondang Kabupaten Cianjur. Tujuannya untuk mempertahankan benih padi
pandanwangi yang murni dari kepunahan.
Dinas Pertanian secara sengaja bekerjasama dengan Balai Pengawasan
Sertifikasi Benih (BPSB) melakukan labelisasi benih. Hal itu bertujuan antara
lain, agar sumber benih padi pandanwangi sama; untuk menjaga keseragaman
benih yang tersebar di lapangan, sehingga pandanwangi yang dihasilkan dimana
pun asal tempat menanamnya, bentuknya seragam; dan untuk menjaga kualitas
dari varietas padi pandanwangi itu sendiri.
Beras pandanwangi yang beredar di pasaran saat ini sebagian besar adalah
beras campuran. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya saluran tataniaga yang
memasarkan beras pandanwangi campuran dari pada yang murni. Dari segi
tataniaga, beras pandanwangi campuran dan murni untuk kualitas Kepala dan
Super yang ada di Kabupaten Cianjur memiliki banyak alternatif saluran tataniaga
diantaranya terdapat dua puluh tujuh saluran tataniaga. Dari dua puluh tujuh
saluran tataniaga tersebut terdiri dari sepuluh saluran tataniaga Beras
pandanwangi murni dan tujuh belas saluran beras pandanwangi campuran
Lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyaluran beras dan tingkat petani
hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah per
luar daerah, pasar swalayan dan pedagang pengecer daerah per luar daerah. Fungsi
152
153
sehingga membuat saluran tataniaga ini menjadi efisien bagi penjual beras jenis
kepala.
Keuntungan terbesar baik pada saluran A maupun D1 diperoleh
pedagang pengumpul. Nilai keuntungan yang besar disebabkan oleh keinginan
memperoleh keuntungan yang besar dari lembaga terkait di dalam salurannya. Hal
ini berkaitan pula dengan tataniaga pandanwangi yang sifatnya tidak cepat terjual
seperti beras yang lain, karena pangsa pasarnya terbatas pada kalangan menengah
ke atas.
Pada saluran tataniaga D, E, F pedagang besar merupakan lembaga yang
melakukan fungsi pengolahan hingga pengemasan modern. Jika dilihat secara
nominal dari sebaran nilai marjin, maka dapat disimpulkan bahwa saluran C2
(beras jenis super) dan D1 (beras jenis kepala) adalah saluran yang paling tidak
efisien.
Sebaran nilai marjin saluran tataniaga beras pandanwangi murni jenis
super dan kepala, yaitu dari 46,48 persen hingga 58,04 persen. Dalam
menganalisis biaya tataniaga terbesar maka digunakan angka nominal, sehingga
biaya terbesar terdapat pada saluran tataniaga (beras jenis kepala) D1 yang
besarnya mencapai Rp. 2.886,8 per kg. Hal itu disebabkan oleh jarak antar
lembaga yang terlibat (biaya transportasi) ditambah dengan banyaknya fungsi
tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga. Saluran tataniaga yang
terdapat didalamnya sebagai berikut petani pedagang pengumpul pedagang
besar luar daerah konsumen. Biaya terbesar dikeluarkan oleh pedagang besar
luar daerah sebesar Rp. 2.804 per kg. Pedagang besar luar daerah merupakan
lembaga yang melakukan fungsi pengolahan hingga pengemasan terhadap beras.
154
sistem
jual-beli
diantara
mereka
dengan
sistem
yang
dapat
menguntungkan kedua belah pihak. Sistem penjualan yang dilakukan oleh petani
sebaiknya dilakukan setelah padinya masak dan dipanen terlebih dahulu oleh
petani, sehingga dapat diketahui secara pasti berapa berat gabah yang dipanen.
Dalam hal ini diperlukan adanya upaya dari pemerintah dan instansi pertanian
155
156
harus segera dilakukan untuk menjaga kelestarian jenis plasma nuftah asli
Indonesia yang hanya terdapat di Kabupaten Cianjur ini.
157
LAMPIRAN
158
Penerimaan
PenerimaanTunai
Penjualangabah(kg)
Penjualanikan(kg)
TotalPenerimaanTunai
PenerimaanTidakTunai
Konsumsigabahkeluarga(kg)
KonsumsiIkankeluarga(kg)
Penyimpanan(kg)
TotalPenerimaanTidakTunai
TotalPenerimaanUsahatani
Biaya
BiayaTunai
Pembelianbenihpadi(kg)
pembelianbibitikan(kg)
pembelianpupuk:
~Urea(kg)
~SP36(kg)
~NPK(kg)
TotalpembelianPupuk
PembelianPestisida
BiayaPanen(perkg)
RataRataper
Musim(Rp)
648.840,00
72.485,34
875.850,00
1.597.175,34
12.156.490,84
649.035,00
69.992,68
920.625,00
1.639.652,68
11.414.825,71
206.117,24
217.187,25
104.166,50
527.470,99
75.000,00
572.475,00
2.430.024,00
60.000,00
164.000,00
38.860,00
4.411.830,21
203.696,12
212.760,63
103.708,25
520.165,00
75.000,00
538.275,00
2.147.796,40
60.000,00
157.025,00
38.860,00
4.038.771,61
149.828,24
95.100,25
Biayaimbanganpenggunaanlahan 5.084.183,40
TotalBiayaTidaktunai
5.329.111,89
TotalBiayaProduksi
8.994.824,89
Pendapatan
Pendapatanatasbiayatunai
5.325.317,56
Pandapatanatasbiayatotal
1.678.335,69
R/Catasbiayatunai
2,45
R/Catasbiayatotal
1,1866
189.540,00
95.100,25
5.546.000,00
5.830.640,25
10.242.470,46
169.684,12
95.100,25
5.315.091,70
5.579.876,07
9.618.647,68
6.147.485,29
1.914.020,38
2,39
1,1869
5.736.401,43
1.796.178,04
2,42
1,1867
BiayaTenagaKerjaLuarKeluarga(HOK)
IuranPajak
Zakat
Biayalainlain
TotalBiayaTunai
BiayaTidakTunai
BiayaTenagaKerjaDalamKeluarga(HOK
Penyusutanalat
MusimTanamI MusimTanamII
(Rp)
(Rp)
159
KonsumsiIkankeluarga(kg)
201.951,80 76.239,08 139.095,44
Penyimpanan(kg)
210.000,00 210.000,00 210.000,00
TotalPenerimaanTidakTunai 411.951,80 286.239,08 349.095,44
TotalPenerimaanUsahatani 8.552.924,18 10.546.920,20 9.549.922,19
2
Biaya
BiayaTunai
Pembelianbenihpadi(kg)
274.258,58 322.813,33 298.535,96
pembelianbibitikan(kg)
219.563,07 255.263,09 237.413,08
pembelianpupuk:
~Urea(kg)
197.637,50 202.392,23 200.014,87
~SP36(kg)
216.667,35 225.874,75 221.271,05
~NPK(kg)
103.250,00 104.166,50 103.708,25
TotalpembelianPupuk
517.554,85 532.433,48 524.994,17
PembelianPestisida
41.000,00 41.000,00 41.000,00
Bagihasilataspenggunaanlaha 5.084.183,40 5.546.000,00 5.315.091,70
BiayaPanen(perkg)
322.835,18 549.943,40 436.389,29
BiayaTenagaKerjaLuarKeluarga(HOK) 1.491.485,81 1.956.842,00 1.724.163,91
Biayalainlain
16.276,66 16.276,66 16.276,66
TotalBiayaTunai
7.967.157,55 9.220.571,96 8.593.864,76
BiayaTidakTunai
BiayaTenagaKerjaDalamKeluarga(HOK 149.828,24 189.540,00 169.684,12
Penyusutanalat
46.666,66 46.666,66 46.666,66
TotalBiayaTidaktunai
196.494,90 236.206,66 216.350,78
TotalBiayaProduksi
8.163.652,45 9.456.778,62 8.810.215,54
3
Pendapatan
Pendapatanatasbiayatunai
173.814,83 1.040.109,16 606.961,99
Pandapatanatasbiayatotal
389.271,73 1.090.141,58 739.706,65
R/Catasbiayatunai
1,02
1,11
1,07
R/Catasbiayatotal
1,05
1,12
1,08
160
Makna Lambang
/isai, melambangkan ketangguhan fisik dan mental.
Warna dasar kuning emas, melambangkan kehidupan yang abadi.
Gunung berwarna hijau, melambangkan kesuburan.
Hamparan warna biru, menunjukkan air yang melambangkan kesetiaan
dan ketaatan.
Dua tangkai padi bersilang berwarna, masing - masing berbutir 17
melambangkan ketentraman dan dinamika kehidupan masyarakat yang
dijiwai semangat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Simpul pita berwarna kuning emas, melambangkan sifat /satuan dan
kesatuan.
Motto Sugih Mukti, melambangkan kesejahteraan
161
Pedagang
BesarDaerah
PB.Pusiterup
Pertukaran
PBSukamulya
Pengadaan
SecaraFisik
PB.Pusaka
PB.Wangun
Pelancar
PB.BurungNuri
Pedagang
BesarLuar
Daerah
PB.Joglo
Pertukaran
PB.Sd.Asih
Pengadaan
SecaraFisik
PB.OKH
PB.BudiAsih
PB.Hikmah
TokoSugihMukti
TokoKrisnaJayaAbadi
Pedagang
Pengecer
Pasar
Swalayan
TokoCianjurAsri
TokoBudiBeras
TokoBerkahUtama
TokoBerasMulia
(Bogor)
TokoBerasAnugrah
(Bogor)
PembeliandanPenjualan
Pengolahan,Pengemasan,
Pengangkutandan
Penyimpanan
InformasiHargadanPasar,
SortasidanGrading,
Permodalandan
Penanggunganresiko
PembeliandanPenjualan
Pengangkutandan
Penyimpanan
Pelancar
InformasihargadanPasar,
Permodalandan
penanggunganResiko
Pertukaran
PembeliandanPenjualan
Pengadaan
SecaraFisik
Pengangkutandan
Penyimpanan
Pelancar
InformasihargadanPasar,
Permodalandan
penanggunganResiko
Hero
Pertukaran
PembeliandanPenjualan
Carefour
Pengadaan
SecaraFisik
Pengangkutan,pengemasan
danPenyimpanan
162
No.Kuisioner
A. IDENTITAS PETANI
1. Nama
: .................................................................................
2. Pekerjaan Utama
: .................................................................................
3. Pekerjaan Sampingan
: .................................................................................
4. Daerah asal
: .................................................................................
: ...............................................Laki-laki//empuan
6. Agama
: ..................................................................................
7. Alamat
: ......................................................Rt........Rw..........
Desa Bunisari, Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
8. Pendidikan formal
9. Pengalaman mengikuti kursus, latihan kerja, penyuluhan kelompok yang diberikan oleh Dinas
/tanian, Penyuluh lapangan, KUD atau Instansi lain, jumlah :...........
a.
.................................................................tahun.............................................
b.
.................................................................tahun.............................................
c.
.................................................................tahun.............................................
10. Keluarga (Mereka yang hidup serumah / menjadi tanggungan petani atau yang ikut mencari
nafkah) Jumlah
: (.........)............................. orang
163
No
Nama
Status
Hubungan
Jenis
Kelamin
Pendidikan
terakhir
Ikutmembantu
Kegiatan
Usahatani*
Ikutmencari
nafkahdiluar
Usahatani*
1
2
3
4
5
6
7
8
: ......................................................Tahun.
: pribadi/pinjaman
B. LAHAN USAHATANI
1. Luas Lahan yang dimiliki (dikuasai) / dikerjakan :
No
1
2
3
4
5
6
7
JenisLahan
Digarap
Sendiri/Orang
lain
Status*
Luas(Ha)
TaksiranNilai
(Rp)
Sawah
Tegalan
Kebun
Kolam
Pekarangan
Kandang
JUMLAH
164
No
1
Jenis
Tanaman/Hewan
LuasHa/jumlah
pohon/hewan
Status*
TaksiranNilai(Rp)
PadiPandanWangi
2
3
4
5
6
TotalLuasLahan
3. Pola pergiliran Tanaman dalam satu tahun
Pola Tanam
Bulan
4. Pola Tanam padi pandanwangi
Bulan
KodePersil
:
10
11
12
(...................................................)
(.......................................)
(...................................................)
(........................................)
Pola Luas:
tanam KodePersil
:
Luas:
165
HargaBeli
(Rp/buah)
Harga
Umur
Nilai
Sewa
Teknis Sekarang
(Rp/buah/ (Tahun)
(Rp)
musim)
Bangunan
Alatalat
~Cangkul
~Kored
~Sabit/Arit
~Golok
~Linggis
~Sprayer
~Traktor
~caplakan
~Panganler
~Ember
~...............
~...............
Bibityang
disimpan
Sarana
Produksi
~Pupuk
~.............
~Pestisida
~............
Ternak
Produksi
Tanamandi
Lapangan
TenagaKerja
Lainlain
~............
~............
166
No
Jenislahan
Area
(Ha)
Dalam
Dalambentuk
bentukcash
barang
(Rp)
Lahansewa
1 1.Sewatetapdibatarkankepadapemiliklahan
2.Bagihasil
Lahanyangdisewakankeoranglain
1.Sewatetapdibayarakanolehpenyewa
2
2.Bagihasil
3.Pembayaranpajak(PBB)
Lahanyangdiusahakansendiri
3
1.Pembayaranpajak(PBB)
Jenis Sarana
Produksi
Harga
(Rp/satuan)
Jumlah
(Satuan)
Jumlah Nilai
(Rp)
Asal
Sistem
Pembelian* Pembaya
ran **
Benih/bibit padi
Pupuk Kimia :
a. Urea
b. SP 36
c. KCl
d. NPK
e. .........
Pupuk Buatan :
a. Pupuk kandang
b. Pupuk kompos
c. Pupuk organik
Obat-obatan
a. Rodentisida
b. Pestisida
c. ...............
Jumlah
Cat :
Ket:
xxxxxxxxxxx
xxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx xxxxxxxxx
Penggunaan sarana produksi ini hanya yang dibeli, harga satuan sarana produksi
diperhitungkan pada tingkat usahatani / petani.
* Asal pembelian : kios saprotan desa, kios saprotan kecamatan, pabrik saprotan, KUD,dll
** Sistem pembayaran : tunai, kredit, dll
167
JumlahNilai
(Rp)
1
Ipedalahan
(PBB)
Iuaran
Pengairan
Iuranwajib
lainnya
(Listrik)
Zakat
Produksi
Perbaikan
lahan
Upahburuh
umum
Pembayaran
bunga
pinjaman
SewaTraktor
SewaTernak
2
3
4
5
6
7
Keteranga
nsatuan
1Tahun
10
11
.....................
12
.....................
13
.....................
14
.....................
Total
168
E. PENDAPATAN USAHATANI
1. Produksi dan Penggunaannya ( masa tanam.............................)
Jenis
Produk
Jumlah
(satuan)
Dikonsumsi
Keluarga
Dipakailagi
dalamUsahatani
Dijual
YangHilang
No Bentuk
Produk*
Lembaga
Pemasaran
HargaJual
(Rp/Kg)
Jumlah
Sistem
Pasaryang
Penjualan(Kg) Pembayaran** dituju
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ket :
* Padi, Gabah atau Beras
** Sistem pembayaran: tunai, kredit, dll.
2. Jika disimpan : a. Bentuk dan Jumlah komoditi yang disimpan..........................................kg
b. Lokasi penyimpanan................................................................
c. Lama penyimpanan..................................................................
169
d. Cara penyimpanan...................................................................
e. Besarnya biaya penyimpanan: Rp.........................................
3. Apakah Bapak / Ibu mengeluarkan biaya pengangkutan ? (Ya / Tidak)
Jika Ya, besarnya biaya pengangkutan Rp. :.........................................................
4. Apakah lembaga tataniaga yang menerima hasil panen dari petani menerapkan suatu
standarisasi ? (Ya / Tidak)
5. Sebelum dijual apakah padi pandanwangi mengalami penyortiran? (Ya / Tidak)
Jika iya, berapa besar biaya penyortiran Rp...................
6. Apakah Bapak / Ibu melakukan proses pengemasan.? (Ya / Tidak)
Jika iya, se/ti apa dan, berapa besar biaya pengemasan Rp.........................
7. Bagaimana dan Siapakah yang menetukan harga jual?....................................................................
........................................................................................................................................................
8.Darimanakah informasi mengenai harga di/oleh?........................................................................
......................................................................................................................................................
9. Apakah kesulitan yang dihadapi dalam sistem tataniaga komoditi padi pandanwangi di
kecamatan Warung Kondang?..............................................................................................
......................................................................................................................................................
10. Apakah jika harga dipasar sedang turun anda tetap melakukan kegiatan panen?
......................................................................................................................................................
11. Adakah pengaruh hari besar terhadap harga padi pandanwangi? (Ada / Tidak ada)
Jika ada apa pengaruhnya?...........................................................................................................
12. Sumber modal (modal sendiri / mendapat bantuan / mendapat pinjaman)
a. Besarnya modal : Rp................................................................................................................
b. Jika mendapat pinjaman dalam bentuk...................................dengan jangka waktu.............Th
c. Apakah ada keterkaitan dengan pemilik modal? (Ya / tidak)
d. Jika ya, apakah petani harus menjual hasil panen ke lembaga terebut?...................................
................................................................................................................................................
------------------=Trima
Kasih=--------------------
170
No.Kuisioner
I. Identitas Pedagang
1. Nama
:.............................................................................
2. Alamat
: Rt / Rw........................... Desa.............................
Kecamatan.......................
:..................tahun(Laki-laki / Wanita)
4. Pendidikan Formal
5. Pendidikan Nonformal
a. ..........................................................................................tahun..........................
b. ..........................................................................................tahun..........................
c. ..........................................................................................tahun..........................
d. ..........................................................................................tahun.........................
6.Pekerjaan utama
:.............................................................................
7. Pekerjaan sampingan
:.............................................................................
8. Klasifikasi Pedagang
:................................................
10.Bentuk Lembaga
: (1) perorangan
(2) Koperasi
(3) Firma / CV
(4) Lainnya................
:....................................................................................
171
No
Bentuk Persentase*
Komoditi*
*
1
Bulan***
5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
*) Padi, Gabah atau Beras
*) Terhadap nilai usaha seluruh komoditi yang diperdagangkan setahun terakhir
**) Tuliskan (B) jika banyak, (C) jika cukup dan (S) sedikit
13.Jumlah pembantu / pegawai tetap :
No
Jenispekerjaan Jumlah(orang)
Status
pekerja*
Lamajenis
pekerjaan
(hari
Upah/hari
(Rp)
1
2
3
4
5
6
*) : (1) anggota keluarga (2) luar anggota keluarga, isikan 1 atau 2, atau 1 dan 2
II. Pembelian
1. Jenis dan bentuk barang yang dibeli (diurutkan berdasarkan volume)
1. .........................................................................................................
2. .........................................................................................................
3. .........................................................................................................
4. .........................................................................................................
2. Apakah Anda menerapkan suatu standarisasi?
3. Apakah Anda melakukan proses sortasi?(Ya / Tidak)
Jika Ya, Berapa biaya sortasi yang dikeluarkan Rp..............................
3. Apakah anda menanggung biaya resiko dari kegiatan penjualan?(Ya / Tidak)
Jika iya, berapa besar biayanya?.........................................
172
No
Sumber
pembelian
Volumepembelian
(Kg)
Hargabeli
(Rp/Kg)
Sistem
Pembayaran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
5. Tata cara pembelian (dalam seminggu terakhir)
No
Uraian
Kegiatanpembelian
1
SumberPembelian
Volume(Kwintal)
Harga(Rp/Kwintal)
Lokasi
Alasanmembelidarisumber
Carapembelian
a.Bebas
b.Kontrak
Carapembayaran
a.Tunai
b.Dibayardimuka
c.Dibayarsebagian
Carapenyerahanbarang
a.Ditempatpembeli
b.Ditempatpenjual
Carapenentuanharga
a.Ditentukanpetani
b.Ditentukanpedagang
c.Ditentukanpemerintah
d.Tawarmenawar
10
Caraperolehaninformasiharga
No. 1 : a. Petani
b.Kelompok tani
c. Pedagang desa
e. Pedagang kabupaten
d. Pedagang kecamatan
f. Lainnya...................
d. Lainnya...............................
c. Kelompok tani
d. Lainnya...............................
173
:..........................................................................buah
b. Kapasitas kendaraaan
:..............................................................................kg
c. Jarak pengangkutan
:..............................................................................Km
174
No
Masalah
(1)=Ya
(2)=Tidak
Hargaterlalutinggi/rendah
Hargaberfluktuasitajam
Ketersediaanbarangtidakkontinyu
Ketersediaanbarangterlalusedikitdibandingkemampuanmembeli
Saranajalanjelek
Fasilitasangkutanlangka
Peraturanpemerintahtidakjelas
Peraturanpemerintahmembatasimasalah
Pungutanpungutanterlalubesar
10
Keterbatasantenagaterampil
11
Keterbatasantenagaburuh
12
Kualitasbarangdapatberubah
13
Kualitasbarangsangatberagam
14
Keterbatasanmodal
15
...............................................
III. Penjualan
1. Apakah Anda menentukan harga jual?
2. Dari manakah informasi tentang harga di/oleh?
3. Jenis dan bentuk barang yang dijual (urutan dari volume terbesar) :
(1). .................................................................
(2). .................................................................
(3). ................................................................
4. Tujuan penjualan / dijual ke
No
Tujuanpenjualan
Volume(kwintal)
Harga(Rp/Kw)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3. Volume penjualan dan /kembangan harga sebulan terakhir( rata-rata / minggu)
175
No
Bulan
Uraian
Kegiatanpembelian
1
Tujuanpenjualan
Volume(Kwintal)
Harga(Rp/Kwintal)
Lokasi
Alasanpenjualan
Carapenjualan(%)
a.Bebas
b.Kontrak
Carapembayaran(%)
a.Tunai
b.Dibayardimuka
c.Dibayarsebagian
Carapenyerahanbarang
a.Ditempatpembeli
b.Ditempatpenjual
Carapenentuanharga
a.Ditentukanpetani
b.Ditentukanpedagang
c.Ditentukanpemerintah
d.Tawarmenawar
10
Caraperolehaninformasiharga
176
: a. Modal sendiri
b. Mendapat bantuan
c.Lainnya.............................
b. Biaya Pengangkutan
c. Biaya Pengemasan
d. Biaya Penyimpanan
e. Biaya Penyusutan
f. Biaya Resiko
g. Biaya Sortasi
h. Retribusi
i. Lain-lain
-------------------oTrima
Kasiho-------------------
177
178