Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
lain).
Tindakan
angan.
Berpikir
PERUBAHAN FUNGSI
sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya
yang merupaka motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental
tersebut bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.
D. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN MENTAL
1. Perubahan fisik,
a. Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
interseluler menurun
b. Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa
darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh
darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga
tekanan darah meningkat
c. Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan
dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek
d. Pendengaran: membran timpani atrofi sehingga
terjadi
gangguan
menjadi kurang tajam, dan kulit yang semakin kering dan mengeras menyebabkan indra
peraba di kulit semakin peka.
Pada kemampuan motorik, lansia mengalami penurunan kekuatan yang paling
nyata, yaitu pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang
tegaknya tubuh, lansia pun cepat merasa lelah. Terdapat juga penurunan kecepatan
dalam bergerak dan lansia cenderung menjadi kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang
dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh.
3. Lingkungan
Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman. Lansia tidak
jarang merasa emptiness (kesendirian, kehampaan) ketika keluarganya tidak ada yang
memperhatikannya. Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka muncul
perasaan pada lansia kapan ia akan meninggal.
holistic).
Cobalah untuk mengalihkan penyebab dan berikan rasa aman
2. Depresi
a. Pengertian
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan
komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal,
putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau
agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum
yang terjadi pada lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada
saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia.
Memang, depresi sering disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan
mental klien dengan depresi tetap utuh, sedangkan pada klien demensia,
terjadi peningkatan kerusakan kognitif.
b. Tipe depresi
Terdapat 2 tipe depresi yaitu eksogen atau depresi reaktif dan deprsesi endogen.
Depresi endogen mungkin akan terjadi pada awitan awal dalam
hidupnya.
Individu
dengan
depresi
endogen
betul-betul
dapat
makan.
Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala).
Berat badan berubah drastis
Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor
penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain
yang
mengatakan atau merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya capai".
Secara biologik dipacu dengan perubahan neurotransmitter,
juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri
seringkali terjadi.
Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri.
Gejala sosial ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat
tinggal.
3. Insomnia
a. Pengertian
Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat
mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah.
Perubahan pola tidur dapat berubah tiak bisa tidur sepanjang malam dan sering
terbangun pada malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam
hari.
b. Penyebab insomnia pada lansia
Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka
hari.
Infeksi saluran kemih.
4. Paranoid
a. Pengertian
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka,
membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya.
10
b. Gejala Paranoid
Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau
orang-orang di sekelilingnya
Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-
b. Jenis demensia:
1. Demensia jenis Alzheimer
Patofisiologi: Otopsi menunjukkan adanya plak amiloid (plak senil atau
neuritik) di jaringan otak atau adanya kekusutan neurofibriler (akumulasi simpul
filamen saran pada neuron. Adanya plak dan kekusutan tersebut berkaitan dengan sel
saraf, hilangnya sambungan antar neuron dan akhimya atrofi serebral.
Penyebab :
11
sangat dini (usia 30-40 th) dan bertanggung jawab atas 20% dari semua
kasus demensia jenis ini. Penyakit ini berkaitan denga gengen
abnormal dikromosom 1, 14 dan 21. Adanya apolipoprotein E 4 (apo, E
4) dikromosom 19 terjadi 2 kali lebih banyak pada penderita demensia
sedikit.
Abnormalitas neurotransmiter atau reseptor : Kehilangan asetil kolin
(neurotransmiter kolinergik mayor) berkaitan dengan gejala-gejala
gangguan kognitif (demensia). (peningkatan kadar asetin kolin
merupakan dasar untuk terapi obat yang disetujui FDA untuk demensia).
12
Konfabulasi
Disprientasi waktu, tempat dan orang
Sedikit agnosia, apraksia dan afasia
13
14
15
1. Pendekatan fisik
Perawat mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya cedera
sehingga diharapkan melakukan pendekatan fisik, seperti berdiri disamping
klien, menghilangkan sumber bahaya dilingkungan, memberikan perhatian
dan sentuhan, bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatannya,
memberikan label gambar atau hal yang diinginkan klien.
2. Pendekatan psikologis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung
rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya
memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu
yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut
usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu
sabar, simpatik dan service. Hal itu perlu dilakukan karena perubahan
psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahanperubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk
peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan,
peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan
untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido. Perawat harus sabar
mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan
menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan
. Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan
tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan lahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan
pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban,
bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.
3. Pendekatan spiritual
16
hidup,
keluarga
yang
dirumah
sehingga
menimbulkan
17
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya?
2. Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi, meliputi
Mini Mental Status Exam (MMSE) (Menurut Flostein, MS. Dkk, 1995)
I.
II.
ORIENTASI
Tanyakan hari ini tanggal berapa?
Kemudian tanyakan hal-hal terkait, misalnya sekarang ini musim apa?
REGISTRASI
Bila memungkinkan beri pertanyaan untuk menguji daya ingatnya (memori).
Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata-kata seperti BOLA, BENDERA,
POHON. Dengan jarak per kata 1 detik. Sesudah itu minta pasien untuk
mengulanginya. Jawaban pertama menentukan skornya, tetapi mintalah pasien
untuk mencoba terus (misalnya hingga 6 kali) bila gagal tes ini kurang
bermakna.
III.
IV.
V.
DAYA INGAT
Minta pasien unutk mengingat kembali ketiga kata yang ditanyakan kepadanya
diatas tadi.
BAHASA
18
benar
Pengulangan : minta pasien untuk mengulangi : bukan, itu bukan!,
3. DATA DEMOGRAFI
a. Ras dan suku apa ?
b. Jenis kelamin laki perempuan
c. Pernah sekolah sampai ?
d. Strata 2
e. strata 1
f. Program diploma
g. SMA/ Sederajat
h. SMA (tidak tamat)
i. SMP ke bawah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur b.d ansietas
2. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi
neuron irreversible.
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
dan atau integrasi sensori ( defisit neurologist).
5. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
6. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan
pengaruh penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit.
C. Intervensi Keperawatan
19
a.
b.
c.
a.
Intervensi
Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat efek negative
20
Rasional: gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan mengganggu pemulihan
sehubungan dengan gangguan psikologis dan fisiologis, sehingga irama sikardian
terganggu.
f. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan massage punggung.
Rasional: meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
g. Putarkan music yang lembut atau suara yang jernih.
Rasional: menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan menggaggu tidur.
h. Berikan obat sesuai indikasi seperti amitriptilin.
Rasional: Efektik menangani pseudodemensia atau depresi menigkatkan kemampuan
untuk ttidur, tetapi antikolinergik dapat mencetuskan bingung, memperburuk kognitif an
efek samping hipertensi ortostatik.
2.
neuron irreversible.
21
a.
Intervensi:
Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi
visual. Bantu keluarga mengidentifkasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.
Rasional: mengidentifikasi risiko di lingkungan dan mempertinggi kesadaran perawat
akan bahaya. Klien dengan tingkah laku impulsive berisiko trauma karena kurang
mampu mengendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual berisiko terjatuh
22
keamanan
dengan
menghindari
konfrontasi
yang
23
24
6.
mampu
menerima
kondisi
orang
yang
dicintai
dan
Intervensi:
a. Bantu keluarga mengungkapkan persepsinya tentang mekanisme koping
yang digunakan.
b. Rasional: keluarga dengan keterbatasan pemahaman tentang strategi koping
memerlukan informasi akibat konflik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usi Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia.Jakarta: EGC.
Tamher, S., Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Fifth Edition.
United State of America : Mosby.
Carpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6,
EGC, Jakarta, 2000.
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2, EGC, Jakarta,
1997.
Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003.
26
27