Vous êtes sur la page 1sur 30

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

Ny S USIA 7 JAM DENGAN KEADAAN BAIK


DI PUSKESMAS WAGIR
MALANG
Asuhan Kebidanan Ini di Susun untuk Memenuhi Tugas
Praktek Klinik Kebidanan I Semester IV

Disusun Oleh :
Nama : Ika Novita Sari
Nim

: B0BO141648

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2015/2016

LEMBAR PENGESAHAN

Ditulis Oleh

: Ika Novita Sari

Nim

: B0BO141648

Judul
: ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL Ny S
USIA 7 JAM DENGAN KEADAAN BAIK DI PUSKESMAS WAGIR-MALANG

.
()
NIP/NIK. .......................................

(..)
Tanda Tangan

Tanggal

Pembimbing Klinik Puskesmas

.
()
NIDN/NIK. .

(..)
Tanda Tangan

Tanggal

Instruktur Praktek Klinik

()
NIDN/NIK.
Pembimbing Akademik

(..)
Tanda Tangan

Tanggal

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Karunia dan Hidayah-nya, asuhan
kebidanan dengan judul ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL
NY.S USIA 7 JAM DENGAN KEADAAN BAIK DI PUSKESMAS WAGIR- MALANG ini
dapat terselesaikan.
Asuhan kebidanan ini berisi tentang pengkajian data, identifikasi diagnose/masalah,
identifikasi masalah potensial, indentifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi, evaluasi
dan catatan perkembangan.
Penulis dalam hal ini banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis pengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dr. Muljo Hadi Sungkono, Sp.OG (K), selaku Pembina Yayasan Kendedes Malang
drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang
dr. Endah Puspitorini, MscIH, DTMPH, selaku PLH Ketua STIKes Kendedes Malang
Dian Hanifah, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan
Dian Hanifah, SST., M.Keb Selaku Pembimbing Akademik
Ulfa Nur Hidayati. SKM, selaku instruktur Klinik Praktek Klinik Kebidanan 1
Drg. Widodo Widjanarko, Selaku Kepala Puskesmas Wagir
Bibit Amd Keb selaku Bidan Kordinator Puskesmas Wagir
Orang tua, teman-teman dan semua pihak yang selalu memberikan dukungan,
membimbing, dan membantu dalam menyelesaikan asuhan kebidanan ini

Penulis menyadari bahawa asuhan kebidanan ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan, semoga asuhan
kebidanan ini bermanfaat bagi pembaca pada umunya dan semoga asuhan kebidanan ini bisa
memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Malang, 20 Juli 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Masalah
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan husus
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis ...
1.3.2 Manfaat Praktis.
1.4 Metode Penulisan..
1.4.1 Studi Kepustakaan.
1.4.2 Observasi
1.4.3 Wawancara.
1.4.4 Mempelajari status.
1.5 Sistematika Penulisan....
1.5.1 PENDAHULUAN.
1.5.2 TINJAUAN TEORI...
1.5.3 TINJAUAN KASUS.....
1.5.4 PEMBAHASAN
1.5.5 PENUTUP.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
2.2 Sistem Penilaian APGAR Scor
2.3 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir di Luar Kandungan
2.4 Adaptasi Psikologis Bayi Baru Lahir di Luar Kandungan
2.5 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
2.6 Penampilan Bayi Baru Lahir
2.7 Penanganan Bayi Baru Lahir
2.8 Imunisasi
2.9 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Varney BBL
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN..
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir yang melewati masa penyesuaian pada minggu
pertama kehidupannya. Sedangakan waktu didalam uterus ibu bayi aman, hangat dan
makan dengan baik. Setelah lahir bayi harus menyesuaikan pada pola untuk makan,
bernapas dan tetap hangat.
Angka Kematian Bayi (AKB) di indonesia juga masih tinggi. Pada tahun 2012 angakanya
tercapai 32 per 1.000 kh atau setara dengan 144.000 orang.
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode
yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi terutama pada
BBLR, pemberian ASI dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare,
pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologi
merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak. Hal ini akan memberikan
kontribusi yang positif dan penurunan angka kematian bayi. Oleh karena itu, peran bidan
dalam mengatasi terjadinya komplikasi pada bayi maka perlu dilakukan asuhan kebidanan
yang memadai dalam rangka melaksanakan fungsi untuk memelihara kesehatan reproduksi
sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan taraf hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya
dapat menurunkan AKI dan AKB.

2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada By Ny S usia 7
jam dan diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang komprehensif
pada bayi baru lahir sesuai dengan standar asuhan dengan menggunakan
pendokumentasian 7 langkah varney dengan pndekatan managemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah praktek ini mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan paada bayi baru
lahir.
a. Melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir normal
b. Mengidentifikasi diagnose dan masalah kebidanan pada bayi baru lahir normal
c. Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin dapat terjadi
pada bayi baru lahir normal
d. Melakukan antisipasi dan tindakan segera atau kolaborasi
e. Melakukan suatu perencanaan pada bayi baru lahir normal
f. Melaksanakan rencana yang telah disusun
g. Mengevaluasi pelaksanaan dari rencana yang telah diberikan kepada klien
1.3 Manfaat
Menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan wawasan secara langsung
dalam memberikan asuhan yang komprehensif secara berkesinambungan pada bayi baru
lahir dengan menggunakan kerangka pikir manajemen kebidanan.
1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan asuhan kebidanan yang di dapatkan dengan cara :


1.4.1 Studi kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari buku-buku referensi yang berkesinambungan
dengan masalah yang ditulis. Tujuan agar mendapatkan data-data yang teoritis dan
bersifat ilmiah.
1.4.2 observasi
Dengan pengamatan secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
1.4.3 Wawancara
Mengadakan Tanya jawab secara langsung kepada klien, keluarga atau tenaga
kesehatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan. Tujuannya adalah
memperoleh data secara langsung dari sumber data.
1.4.4 Mempelajari status
Dengan melihat rekam medic terhadap program pengobatan melalui catatan medic.
1.5 Sistematika Penulisan
1.5.1 BAB I: PENDAHULUAN
Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Metode penulisan dan sistematika
penulisan.
1.5.2 BAB II: TINJAUAN TEORI
Berisi tentang konsep kehamilan, konsep Antenatal Care dan konsep manajemen
kebidanan varney.
1.5.3 BABA III: TINJAUAN KASUS
Membahas tentang pengkajian data, identifikasi masalah, diagnose, identifikasi
masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
1.5.4 BAB IV: PEMBAHASAN
Berisikan tentang pembahasan adanya kesenjangan antara teori dan kasus dan
praktek dilapngan.
1.5.5 BAB V: PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR


2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL)
Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi usia 0-1 bulan. Neonates dapat di bedakan,
yaitu neonatus dini (bayi berusia 0-7 hari) dan neonatus lanjut (berusia 7-28 hari).
(Dr. Lyndon Saputra : 2014 hal :7-8)
Bayi baru lahir atau Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
(Rukiyah dan Yulianti, 2013 hal : 2)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
(Marmi dkk, 2015 hal : 5)
2.1.2

Sistem Penilaian Apgar


Suatu alat bantu yang berguna untuk mengevaluasi perlu tidaknya bayi mendapat
resusitasi adalah sistem penentuan skor Apgar yang diterapkan pada 1 menit dan lagi
pada 5 menit setelah lahir.
Bayi baru lahir cukup bulan yang sehat harus memiliki nilai Apgar 7 10 baik pada
menit pertama maupun pada menit kelima kehidupannya.
Tabel penilaian AGAR Skkor
Tanda
Denyut jantung
Upaya bernafas

Nilai 0
Tidak ada
Tidak ada

Tonus otot

Lunglai

Iritabilitas reflex
Warna

Tidak ada respon


Biru,pucat

Nilai 1
Kurang dari 100
Lambat, tidak
Teratur
Sedikit fleksi di
Ekstermitas
Menyeringai
Tubuh merah muda,
ekstermitas biru

Nilai 2
Lebih dari 100
Baik, menangis
Gerakan aktif
Menangis kuat
Seluruhnya merah
muda

Keterangan :
Nilai 1-3 Asfiksia berat
Nilai 4-6 Asfiksia sedang
Nilai 7-10 Asfiksia ringan (Normal)
(Rukiyah, 2012)
2.1.3

Adaptasi fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Kandungan

a.

Sistem Pernapasan/Respirasi
Selama dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah pelepasan plasenta yang tiba-tiba pada saat kelahiran,
adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Bayi
harus bernapas dengan menggunakan paru-paru.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 16)
Perkembangan paru-paru berlangsung sejak usia kehamilan 24 hari. Untuk
lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini :
Tabel Perkembangan Paru-paru
Usia Kehamilan
Perkembangan Paru-paru
24 hari
Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari
Kedua bronkus membesar
6 minggu
Segmen bronkus terbentu
12 minggu
Diferensiasi lobus
Pernapasan
24 minggu
Terbentuknya alveolus
pertama pada bayi
28 minggu
Terbentuknya surfaktan
normal terjadi dalam
34-36 minggu
Struktur paru-paru sudah
waktu
10
detik
pertama
sesudah
matang
lahir.
Rangsangan
gerakan pernapasan
pertama
terjadi
karena beberapa factor, yaitu :
a) Stimulasi mekanik, yaitu karena tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati
jalan lahir. Tekanan ini menyebabkan cairan di dalam paru-paru (pada bayi normal
jumlahnya 80-100 ml) berkurang sebanyak 1/3 nya dan cairan tersebut diganti
dengan udara.
b) Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan Pao2 (dari 80 ke 15 mmHg) dan kenaikan
Paco2 (dari 40 ke 70 mmHg), serta penurunan Ph merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus.
c) Stimulasi sensorik, yaitu adanya rangsangan suhu dingin mendadak pada bayi saat
meninggalkan suasana hangat di uterus dan memasuki udara luar yang relative lebih
dingin. Perubahan sushu yang mendadak ini merangsang impuls sensorik di kulit
yang kemudian disalurkan ke pusat respirasi.
d) Refleks deflasi hering breur
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1)
Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2)
Mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Sebelum lahir paru-paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paruparu itu sendiri. Ketika dilahirkan, cairan ini meninggalkan paru-paru baik karena di
pompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, maupun karena
bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limfe paru dan menuju duktus
torasikus.

Pernapasan pada bayi baru lahir biasanya adalah pernapasan diafragmatik dan
abdominal. Sementara itu, frekuensi dan dalamnya pernapasan belum teratur,
umumnya antara 30-60 X/mnt dengan periode singkat apnea (kurang dari 15 detik).
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 17-19)
b.

Perlindungan Termal (Termoregulasi)


Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna.
Bayi baru lahir dapat menghasilkan panas melalui gerakan tungkai dan dengan
stimulasi lemak coklat. Bayi rentan mengalami kehilangan panas apabila lingkungan
sekitarnya terlalu dingin. Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan kehilangan panas
tubuh agar bayi baru lahir tidak mengalami hipotermi.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 19)
Hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungan dapat terjadi dalam
beberapa mekanisme, yaitu sebagai berikut :
a) Konduksi
Kehilangan panas melalui konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui
kontak langsung antara tubuh bayi dan objek lain yang lebih dingin. Bendabenda yang dingin tersebut akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atasnya.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 20)
b) Konveksi
Kehilangan panas melalui konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang
terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan
atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada konveksi aliran udara
melalui ventilasi atau pendingan ruangan.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 20)
c) Radiasi
Kehilangan panas melalui radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena
bayi ditempatkan di dekat benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah
dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 21)
d) Evaporasi
Kehilangan panas melalui evaporasi merupakan jalan utama bayi
kehilangan panas. Kehilangan panas dengan cara ini dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri,
karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan, bayi baru lahir yang
terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti
akan mengalami kehilangan panas.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 21)

Pencegahan kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu :


1) Mengeringkan bayi dengan seksama, kecuali bagian telapak tangannya,
verniks tidak perlu dibersihkan.
2) Menyelimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan hangat.
3) Menutup bagian kepala bayi.
4) Menaganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya, kontak kulit
dengan kulit akan membantu perpindahan panas tubuh ibu ke bayi.
5) Menunda menimbang atau memandikan bayi baru lahir, bayi baru lahir
sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat mambahayakan kesehatan bayi baru lahir.
6) Menempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
7) Menjauhkan tempat tidur bayi dan meja pemeriksaan dari jendela atau
pintu.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 22-23)
c.

Metabolisme Karbohidrat
Di dalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari plasenta.
Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir menyebabkan seorang
bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru
lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat ( 1-2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika BBL tersebut mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 23)

d.

Sistem Peredaran Darah


Adaptasi sistem peredaran darah pada bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir terjadi
perubahan fisiologik pada sistem peredaran darah karena paru-paru mulai berfungsi
sehingga proses pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh berubah. Perubahan
tersebut mencakup penutupan foramen ovale pada atrium jantung serta penutupan
duktus arteriosus dan duktus venosus.
Ketika tali pusat diklem dan bayi menarik napas untuk pertama kali, sirkulasi
pada bayi mulai berubah. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat. Darah yang melalui duktus venosus berkurang secara tiba-tiba. Hal ini
menyebabkan penutupan duktus venosus secara pasif dalam waktu 3-2 hari dan
dengan segera mengurangi aliran darah yang melalui vena kava inferior. Ekpansi
paru menurunkan tekanan vascular pulmonal sehingga meningkatkan aliran darah
ke atrium kanan berkurang, sedangkan tekanan atrium kiri meningkat. Perubahan
tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup. Penutupan foramen ovale dapat
terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa bulan.
Peningkatan tekanan oksigen dalam arteri dan penurunan tahanan paru yang
drastis menyebabkan duktus arteriosus mulai menutup. Peningkatan konsentrasi
oksigen dalam darah dan penurunan prostaglandin endogen yang dihasilkan oleh
plasenta membantu penutupan duktus arteriosus. (Di dalam kandungan, janin

mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir menyebabkan seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat ( 1-2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika BBL tersebut mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 26-28)
e.

Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
(selain susu) masih terbatas. Hubungan antara escfagus bawah dan lambung masih
belum sempurna sehingga dapat mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir.
Pada saluran pencernaan bayi baru lahir terdapat mekonium, yaitu zat berwarna
hitam kehijauan yang terdiri atas muskopolisakrida. Mekonium biasanya dilakukan
dalam 12-24 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah terbentuk dan
berwarna kekuningan. Enzim dalam saluran pencernaan biasanya sudah terdapat
pada neonatus, kecuali amylase dan lipase. Amylase baru dihasilkan oleh kelenjar
saliva setelah usia 3 bulan dan oleh pancreas setelah usia 6 bulan. Lipase baru
dihasilkan oleh pancreas setelah usia 6 bulan. (Di dalam kandungan, janin
mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir menyebabkan seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat ( 1-2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika BBL tersebut mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 31)

f.

Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)


Sebelum lahir, janin dilindungi oleh plasenta dari antigen dan stress imunologik.
Setelah lahir bayi terlepas dari plasenta sehiangga ia menjadi rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi karena sistem kekebalan tubuhnya belum matang.
Sistem kekebalan tubuh dibagi yaitu, sistem kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Kekebalan alami yang belum sempurna pada bayi menyebabkan bayi sangat
rentan mengalami infeksi. Oleh sebab itu, meminimalkan kontak antara bayi dan
mikroba (seperti pada praktik persalinan yang aman), pemberian antibody untuk
mencegah infeksi (pemberian ASI dini terutama kolostrum), serta deteksi dini dan
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
Semua bayi baru lahir dan terutama bayi premature, beresiko tinggi terkena
infeksi selama beberapa bulan pertama kehidupannya. Selama periode ini, infeksi
merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Bayi baru lahir
tidak dapat membatasi patogen yang menerobos masuk akibat hipofungsi

mekanisme inflamasi dan imun. Bayi harus dilindungi dari infeksi melalui
penggunaan teknik mencuci tangan yang baik. (Di dalam kandungan, janin
mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir menyebabkan seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat ( 1-2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika BBL tersebut mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 32 dan 35)
g. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relative banyak air. Kadar natrium relative
lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas. Ginjal telah
berfungsi, tetapi belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak
orang dewasa. Laju filtrasi glomerulus pada BBL hanyalah 30-50% dari laju filtrasi
glomerulus pada orang dewasa. Akibatnya, kemampuan mengeluarkan produk
limbah dari dalam darah masih kurang.
Bayi baru lahir sudah harus buang air kecil dalam 24 jam pertama. Jumlah urine
sekitar 20-30 mL/jam dan meningkat menjadi 100-200 mL/jam pada akhir minggu
pertama. Frekuensi BAK pada bayi baru lahir berbeda-beda tergantung pada asupan
cairan. Umumnya BBL akan BAK sekali dalam 24 jam pertama, dua kali dalam 24
jam kedua, dan tiga kali dalam 24 jam ketiga. Bayi yang diberi susu formula
mungkin BAK lebih sering, tetapi jumlah urine pada bayi yang diberi ASI
meningkat setelah 3-4 hari ketika ASI ibu telah muncul menggantikan kolostrum.
Setelah hari keempat, BBL seharusnya sudah BAK setidaknya 6-8 kali setiap 24
jam.( Di dalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari
plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir menyebabkan
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada
bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat ( 1-2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika BBL tersebut mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal:35-36)
a. Sistem Hepatik
Selama periode neonatal, hati menghasilkan zat yang esensial untuk pembekuan
darah. Hati juga mengendalikan jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi,
pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel
darah merah.
Segera setelah lahir, pada hati terjadi perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hati
belum aktif benar pada bayi baru lahir dan umumnya baru benar-benar aktif sekitar

3 bulan setelah kelahiran. Daya detoksifikasi hati pada bayi baru lahir juga belum
sempurna sehingga pemberian obat harus sangat diperhatikan.( Di dalam
kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari plasenta. Tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir menyebabkan seorang bayi harus
mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat ( 1-2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika BBL tersebut mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 36-37)
a. Sistem Saraf
Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi sempurna, tetapi sudah cukup
berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstrauterin. Sebagai besar fungsi
neurologic berupa refleks primitif, misalnya refleks moro, refleks mencari putting
susu, refleks mengisap dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks
menggenggam, refleks babyskin. Sistem saraf autonomy sangat penting selama
transisi karena merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan
keseimbangan asam-basa, dan mengatur sebagian control suhu. (Di dalam
kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari plasenta. Tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir menyebabkan seorang bayi harus
mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat ( 1-2 jam).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup akan
membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika BBL tersebut mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen, terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 37-38)
2.1.4

Adaptasi Psikologi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Kandungan


Semua bayi baru lahir mengalami pola kejadian spesifik yang sama setelah lahir,
tanpa memandang usia kehamilan dan tipe persalinan yang mereka alami.
Bayi baru lahir umunya menunjukan pola perilaku yang dapat ditebak pada
beberapa jam awal setelah kelahiran, ditandai dengan :
a. Periode Pertama Reaktivitas
Periode pertama reaktivitas dimulai sejak bayi lahir dan berlangsung
selama 30 menit. Karekteristik pada periode ini antara lain : respirasi dan
pernapasan berlangsung cepat dengan irama yang tidak teratur, ekspirasi
mendengkur, terdapat retraksi, memiliki sejumlah mucus, dan bayi menangis
kuat.
Periode ini memungkinkan orang tua untuk berinteraksi dengan bayi
mereka dan menikmati kontak dengan bayi baru mereka. Refleks mengisap
yang kuat pada periode ini menyediakan kesempatan yang baik untuk inisiasi
menyusu, mata bayi terbuka lebih lama dari hari-hari berikutnya sehingga

merupakan waktu yang tepat untuk memulai proses pendekatan (kulit dengan
kulit) karena bayi dapat mempertahankan kontak mata dalam waktu lama.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 50)
b. Fase Tidur
Fase tidur dimulai 30-120 menit awal setelah bayi dilahirkan. Pada fase ini
bayi tidur atau aktivitasnya berkurang. Fase tidur mengacu pada periode
berkurangnya responsivitas. Frekuensi pernapasan dan denyut jantung menurun
kembali ke nilai dasar seiring dengan masuknya bayi dalam fase tidur, warna
kulit cenderung stabil, dan bisa terdengar bising usus. Otot menjadi relaks dan
responsivitas terhadap rangsangan dari luar berkurang.
Selama fase ini sangat sulit sulit untuk berinteraksi dengan bayi, bayi
terlihat tidak tertarik untuk menyusu. Waktu yang tenang ini dapat digunakan
oleh ibu dan bayi untuk tetap dekat dan beristirahat bersama.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 51)
c. Periode Kedua Reaktivitas
Periode ini berlangsung sejak bayi terbangun dan menunjukkan
ketertarikan terhadap rangsangan dari lingkungan. Periode ini berlangsung
selama 2-8 jam pada bayi baru lahir normal. Denyut jantung dan laju
pernapasan meningkat. Frekuensi nadi apical berkisar 120-160 x/mnt sedangkan
frekuensi berkisar 30-60 x/mnt. Peristalsis juga meningkatkan sehingga
bukanlah hal yang jarang bagi bayi baru lahir untuk mengeluarkan mekonium.
Interaksi antara ibu dan bayi selama periode ini didorong jika ibu telah
beristirahat dan menginginkannya, periode ini juga menyediakan kesempatan
bagus bagi orang tua untuk memeriksa bayinya dan mengajukan pertanyaan.
Periode ini, perlu dilakukan pemantauan ketat atas kemungkinan bayi
tersedak saat mengeluarkan mucus yang berlebihan, pemantauan setiap kejadian
apnea, dan mulai melakukan metode stimulasi keinginan atau rangsangan taktil
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 51-52)
2.1.5

Ciri-ciri bayi baru lahir normal


Bayi baru lahir dikatakan normal jika remasuk dalam kriteria sebagai berikut:
a. berta badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
b. panjang badan bayi 48-50 cm
c. lingkar dada bayi32-34 cm
d. lingkaran kepala bayi 33-35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama 180 kali/menit, kemudian turun
sampai 140-120 kali/menit pada saat bayiberumur 30 menit.
f. pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai
pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta
rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
g. kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan dilapisi vekniks kaseosa.
h. rambut lanugo telah hilang, rambut kepalatumbuh baik
i. kuku agak telah agak panjang dan lemas.

j. genitalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah
menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
k. Rekleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.
l. Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
(Sondakh, 2013 hal : 150)
2.1.6

Penampilan Bayi Baru Lahir


a. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi rangsangan terhadap
reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakitatau suara keras yang mengejutkan atau
suara mainan.
b. Keaktifan, Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tanganyang simetris pada
waktu bangun. Adanya tumor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis
adalah normal, tetapi bilahal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala
suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang: kepala: apakah terlihat
simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang menyebabkan
kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan
pada kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kanan atau kiri saja. Atau disisi
kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran
lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol (capput succedaneum)
dikepala hilang dan jika terjadi moulase tunggu hingga kepala bayi kembali
pada bentuknyasemula.
d. Muka wajah: bayi tampak ekspresi; mata: perhatikan kesimetrisan antara mata
kanan dan kiri, perhatikan adanyatanda-tanda perdarahan berupa bercak merah
yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.
e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut ikan,
tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada bayi
normal, bila terdapat sekret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan
bawaan saluran cerna.
f. Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan; perhatikan ada
tidaknya kelainan pada pernafasan bayi karena bayi biasanya masih ada
pernafasan perut.
g. Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan
yang kurang sempurna; bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu diperhatikan bentuk,
gerakannya, fraktur (bila ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices.
h. Kulit dan kuku : dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadangkadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang berlebihan
harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit
dengan warna yang tak rata (cutis marmorata) ini dapat disebabkan karena
temperatur dingin, telapak tangan, telapak kaki atau kukuyang menjadi biru,
kulit
menjadi
pucat
dan
kuning,
bercakbercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong (mongolion spot) akan
menghilang pada umur 1 tahun sampai 5tahun.
i. Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan kemih:
diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang

terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluar tinja, disertai muntah dan
mungkin kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut,
untuk kemungkinan hirschprung/congenital megacolon.
j. Reflek: reflek rooting, bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi; reflek
isap, terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai
reflek menelan; reflek moro ialah timbulnya pergerakan tangan yang simetris
seperti merangkul apabila kepala tiba-tiba digerakkan; reflek mengeluarkan
lidah terjadi apabila diletakkan benda didalam mulut, yang sering ditafsirkan
bayi menolak makanan/minuman.
k. Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5%
berat badan waktu lahir, menunjukkan kekurangan cairan.
(Rukiyah dan Yulianti, 2013 hal : 3-5)
2.1.7 Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Menjaga bayi agar tetap hangat
Langkah awal dalam menjaga bayi agar tetap hangat adalah dengan menyelimuti
bayi sesegera mungkin sesudah lahir. Lalu, tunda memandikan bayi selama
setidaknya 6 jam atau sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal : 62)
2) Membersihkan Saluran Napas
Saluran napas dibersihkan dengan cara mengisap lendir yang ada di mulut dan
hidung, hal ini hanya dilakukan jika diperlukan. Tindakan ini juga dilakukan
sekaligus dengan penilaian skor APGAR menit pertama.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, jalan napas segera dibersihkan.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 62-63)
3) Mengeringkan Tubuh Bayi
Tubuh bayi dikeringkan dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau
handuk yang kering, bersih dan halus. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan
tindakan stimulasi. Bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang
terjadinya pernapasan spontan.
Tubuh bayi dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan
menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk
menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Hindari mengeringkan punggung
tangan bayi, cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi untuk mencari putting
ibunya.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 64)
4) Memotong dan Mengikat Tali Pusat
Ketika memotong dan mengikat tali pusat, teknik aseptic dan antiseptic harus
diperhatikan. Tindakan ini sekaligus dilakukan untuk menilai skor APGAR menit
kelima.

Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat, kemerahan pada kulit sekitar tali pusat,
tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa
bayinya ke fasilitas kesehatan.
( Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 65 dan 67)
5) Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah di mulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.
Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah tali pusat bayi dipotong dan
diikat. Langkah Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir yaitu, lakukan kontak
kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam, biarkan bayi mencari dan
menemukan putting ibu dan mulai menyusu
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 67-68)
6) Memberikan Identitas Diri
Segera setelah IMD, bayi baru lahir di fasilitas kesehatan segera mendapatkan
tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk
menghindari tertukarnya bayi.
Tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan juga perlu menuliskan keterangan
lahir untuk digunakan orang tua dalam memperoleh akte kelahiran bayi.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 70)
7) Memberikan Suntikan Vitamin K1
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua
bayi baru lahir berisiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan, pada semua bayi baru lahir, terutama bayi berat lahir rendah, diberikan
suntikan vitamin K1 sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramaskular pada anterolateral
paha kiri. Suntikan vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum
pemberian imunisasi hepatitis B.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 71)
8) Memberi Salep Mata Antibiotik pada Kedua Mata
Salep mata antibiotic diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata.
Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir. Salep mata antibiotic yang biasa
digunakan tetrasiklin 1%.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 71)
9) Memberikan Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB-0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah
infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 72)
10) Melakukan Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta
kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran.
(Dr. Lyndon Saputra :2014 hal: 73)
2.1.8

Imunisasi
Tabel Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib
Umur
0-7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan

Jenis Vaksin
Hepatitis B
BCG dan Polio 1
DPT 1 dan Polio 2
DPT 2 dan Polio 3
DPT 3 dan POLIO 4
Campak
(Kemenkes RI, 2013)

2.1.9

I.

Manajemen Varney Bayi Baru Lahir


Tanggal
:
Jam :
Tempat
:

Pengkajian
A. Data subjektif
1. Biodata
Nama bayi
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Nama ibu

: untuk menghindari kekeliruan.


: untuk mengetahui usia nenonatus.
: untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
: untuk mengetahui usia bayi.
: untuk memudahkan kunjungan rumah.
: untuk memudahkan memanggil atau
menghindari
kekeliruan
Umur
: untuk mengetahui apakah ibu termasuk berisiko
tinggi/tidak
Pekerjaan
: untuk mengetahui tingkat social ekonomi.
Pendidikan
: untuk memudahkan pemberian KIE.
Agama
: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu.
Alamat
: untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
Nama suami : untuk menghindari terjadinya kekeliruan.
Umur
: untuk mengetahui usia suami.
Pekerjaan
: untuk mengetahui tingkat social ekonomi.
Pendidikan
: untuk memudahkan pemberian KIE.
Alamat
: untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
(Sondakh, 2013 hal :161-162)

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal jam WIB.


Kondisi ibu dan bayi sehat.
(Sondakh, 2013 hal: 162)
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat Prenatal : anak keberapa, riwayat kehamilan yang memengaruhi
BBL adalah kehamilan yang tidak disertai komplikasi
seperti DM, hepatitis, jantung, asma, hipertensi, TBC,
frekuensi antenatal care, di mana keluhan-keluhan
selama hamil, HPHT dan kebiasaan ibu selama hamil.
Riwayat Natal
: berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan,
jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB
bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana
kebutuhan, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan
dan berapa nilai APGAR untuk BBL.
Riwayat Postnatal :
a) Observasi TTV
b) Keadaan tali pusat
c) Apakah telah diberi injeksi vitamin K
d) Minum ASI/PASI, berapa cc setiap berapa jam.
(Sondakh, 2013 hal : 162)
4. Kebutuhan Dasar
a) Pola Nutrisi
: setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya,
apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB,
selanjutnya ditambah 30 cc/kgBB untuk hari berikutnya.
b) Pola Eliminasi
: proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24
jam pertama setelah lahir, konsistensinya agak lembek, berwarna hitam
kehijauan. Selain itu, diperiksa juga urin yang normalnya berwarna
kuning.
c) Pola Istirahat
: pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18
jam/hari.
d) Pola Aktivitas
: pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta
memutar kepala untuk mencari putting susu.
e) Riwayat Psikososial : kesiapan keluarga menerima anggota baru dan
kesanggupan ibu menerima dan merawat anggota baru.
(Sondakh, 2013 hal : 162-163)
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran
: composmetis
Suhu
: normal (36,5-370c)
Pernapasan
: normal (40-60 x/mnt)
Denyut jantung : normal (130-160 x/mnt)
Berat badan
: normal (2500-4000 gram)
Panjang badan : antara 48-52 cm.

3.

4.

2. Pemeriksaan fisik
Kepala
: adakah caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan
ubun-ubun tertutup.
Muka
: warna kulit merah.
Mata
: sclera putih, tidak ada perdarahan subconjugtiva.
Hidung
: lubang simetris, bersih, tidak ada sekret
Mulut
: refleks mengisap baik, tidak ada palatoskisis
Telinga
: simetris, tidak ada serumen
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
bendungan vena jugularis.
Dada
: simetris, tidak ada retraksi dada.
Tali pusat
: bersih, tidak ada perdarahan, terbungkus kasa.
Abdomen
: simetris, tidak ada massa, tidak ada infeksi.
Genitalia
:
untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi
perempuan, labia mayora sudah menutupi labio minora.
Anus
: tidak terdapat atresia ani.
Ekstermitas : tidak terdapat polidaktili dan syndaktili
Pemeriksaan Neurologis
a) Refleks Moro/Terkejut : apabila bayi diberi sentuhan
mendadak
terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak
terkejut.
b) Refleks Menggenggam : apabila telapak tangan bayi disentuh dengan
jari pemeriksa, maka ia akan berusaha menggenggam jari
pemeriksaan.
c) Refleks Rooting/mencari : apabila pipi bayi disentuh oleh jari
pemeriksa, maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
d) Refleks Mengisap/sucking : apabila bayi diberi dot/putting, maka ia
berusaha mengisap.
e) Glabella refleks
: apabila bayi disentuh pada daerah os glabella
dengan jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan keningnya
dan mengedapkan matanya.
f) Gland refleks
: apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan
dan kiri. Maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya.
g) Tonic Neck Refleks : apabila bayi diangkat dari tempat tidur
(digendong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya.
Pemeriksaan Antropometri
a) Berat Badan
: BB bayi normal 2500-4000 gram
b) Panjang Badan : PB bayi lahir normal 48-52 cm
c) Lingkar kepala : lingkar kepala bayi normal 33-38 cm
d) Lingkar lengan atas : normal 10-11 cm
e) Ukuran kepala
:
1. Diameter suboksipitobregmatika
Antara foramen magnum dan ubun-ubun besar (9,5 cm).
2. Diameter suboksipitofrontalis
Antara foramen magnum ke pangkal hidung (11 cm)
3. Diameter frontooksipitalis

5.

Antara titik pangkal hidung jarak terjauh belakang kepala (12


cm).
4. Diameter mentooksipitalis
Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)
5. Diameter submentobregmatika
Antara cs hyoid ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
6. Diameter biparietalis
Antara dua tulang parietalis (9 cm)
7. Diameter bitemporalis
Antara dua tulang temporalis (8 cm)
Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a) Adaptasi social : sejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial secara
baik dengan orang tua, keluarga, maupun orang lain.
b) Bahasa
: kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya
melalui tangisan untuk menyatakan rasa lapar, BAB, BAK, dan
kesakitan.
c) Motoric halus : kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil
dari anggota badannya.
d) Motoric kasar
: kemampuan bayi untuk melakukan aktivitas
dengan menggerakkan anggota tubuhnya.
Pemeriksaan Penunjang
Adakah pemeriksaan yang dapat menunjang.
(Sondakh, 2013 hal : 163,164 dan 165)

6.

II. Identifikasi Diagnosa Masalah


Diagnosis
: bayi baru lahir normal, umur jam
Data Subjektif : bayi lahir tanggal jam dengan normal
Data Objektif : HR = normal (130-160 x/mnt)
RR = normal (30-60 x/mnt)
Tangisan kuat, warna kulit merah, tonus otot baik
BB = 2500-4000 gram
PB = 48-52 cm
(Sondakh, 2013 hal : 165)
III. Antisipasi Masalah Potensial
1. Hipotermi.
2. Infeksi
3. Asfiksia
4. Icterus
(Sondakh, 2013 hal : 165)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan bayi setidaknya
6 jam dan membungkus bayi dengan kain kering, bersih, dan hangat agar tidak
infeksi dan hipotermi.
2. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan metode kangguru.
3. Menganjurkan ibu untuk segera memberi ASI.

(Sondakh, 2013 hal : 165)


V. Intervensi
Diagnosis : bayi baru lahir normal, umur.... jam
Tujuan :
1. Bayi tetap dalam keadaan normal
2. Bayi tidak mengalami infeksi dan hipotermi
Kriteria hasil :
1. Bayi dalam keadaan sehat
2. TTV dalam batas normal : HR = 130-160 x/mnt
RR = 30-60 x/mnt
S = 36-370c
Intervensi :
1. Lakukan informed consent
R/ informed consent merupakan langkah awal untuk melakukan tindakan
lebih lanjut.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi silang.
2. Beri identitas bayi
R/ identitas merupakan cara yang tepat untuk menghindari kekeliruan.
3. Bungkus bayi dengan kain kering yang lembut
R/ membungkus bayi merupakan cara mencegah hipotermi
4. Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa
R/ tali pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah infeksi
5. Timbang berat badan setiap hari sesudah dimandikan
R/ deteksi dini pertumbuhan dan kelainan pada bayi
6. Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung dan respirasi setiap jam
R/ deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi
7. Anjurian ibu untuk mengganti popok bayi setelah BAB/BAK.
R/ segrera mengganti popok setiap basah merupakan salah satu cara untuk
menghindari bayi dari kehilangan pnasa.
8. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
R/ ASI merupakan makanan terbaik bayi untuk tumbuh kembang dan
pertahanan tubuh/kebutuhan nutrisi 60 c/kg/hari.
9. Anjrkan ibu cara menyusui yang benar, maka bayi akan merasa nyaman dan
tidak tersedak.
R/ dengan posisi menyusui yang benar maka bayi akan merasa nyaman dan
tidak tersedak.
(Sondakh, 2013 hal : 165-166)
VI. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi
Tanggal
:..........
Jam :...........WIB
(Sondakh, 2013 hal : 166)
VII. Evaluasi
Tanggal

:.........

Jam

:............WIB

S
: data yang diperoleh dari pasien/keluarga
O
: hasil pemeriksaan fisik berserta pemeriksaan diagnostik dan
penunjang/pendukung lain, serta catatan medik
A
: kesimpulan dari data subjektif dan objektif
P
: merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan evaluatif
(Sondakh, 2013 hal : 165)

BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
Hari/Tanggal
: Jumat/12 Agustus 2016
Jam
: 02.00 WIB
Tempat
:
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Bayi
: Bayi Ny S
Umur
: 7 jam
Jenis kelemin
: Perempuan
Tanggal lahir
: 12 Agustus 2016
Jam
: 02.00 WIB
Biodata Penanggung Jawab
Nama ibu
: Ny s
Nama Suami
: Tn F
Umur
: 28 tahun
Umur
: 29 tahun
Suku
: Jawa
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: Sma
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Sitirejo 01/03
Alamat
:
Sitirejo
01/03
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayi lahir secara Normal di BPM Siti Mahmudah pada tanggal 12
agustus 2016 pukul 02.00 WIB dengan jenis kelamin bayi perempuan, berat badan
3100 gram, panjang badan 48 cm.
3. Riwayat antenatal
Trimester I (Jumlah Kunjungan, Keluhan, Terapi)
Ibu mengatakan jumlah kunjungan TM I = 2x di BPM, ibu mengatakan mengeluh
mual, muntah dan mendapat obat vit B6. Bidan menganjurkan ibu untuk makan
sedikit tapi sering, banyak mengkonsumsi gizi seimbang (Nasi, Sayur, Ikan, Ayam,
Telur) air putih dan buah-buahan dan memberitahu tanda bahaya kehamilan.
Trimester II

Ibu mengatakan jumlah kunjungan TM II = 3x di BPM, ibu mengatakan pusing dan


mendapatkan terapi tablet fe. Bidan mengatakan ibu mengkonsumsi obat fe
menggunakan air putih, mengatakan ibu untuk mempertahankan nutrisi.
Trimester III
Ibu mengatakan jumlah kunjungan TM III=4x di BPM, ibu mengatakan sering
kencing dan sakit pinggang dan mendapatkan terapi tablet Fe, Kalk, dan vit C. Bidan
menganjurkan untuk senam hamil, cara mengurangi keluhan sakit pinggang dan
melakukan perawatan payudara.
4. Riwayat Persalinan
Lahir tanggal
: 12 agustus 2016
Pukul
: 02.00 WIB
Tempat persalinan
: Puskesmas wagir
Jenis persalinan
: Normal
Ditong oleh
: Bidan
Jenis kelamin
: Perempuan
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan kondisi bayi baik, bayi bisa menyusu, kehangatan, BAB dan BAK,
warna kulit merah muda
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun (gagal ginjal, jantung
berdebar), menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis)
7. Pola Kebiasaan Bayi
a. Nutrisi
: Bayi diberikan ASI sering dan semaunya
b. Eliminasi
: BAB 1-2 x konsitensi lunak, BAK 6x, lancar
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Penafasan
: 45x/m
Nadi
: 118x/m
Suhu
: 36,70c
BB
: 3100 gram
PB
: 48 cm
LK
: 22 cm
LD
: 33 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi
1) Kepala
: Rambut jarang, tidak ada caput succadenum, tidak ada
cephal hematoma
2) Ubun-ubun : Datar, tidak ada tanda-tanda dehidrasi ubun-ubun besar
dan kecil belum menutup
3) Muka
: Bersih, tidak ada oedema, kulit kemerahan, tidak pucat,
tidak ada icterus

4) Mata
: Bersih, simetris, sclera putih (tidak icterus), conjungtiva
merah muda (tidak anemis),
5) Hidung
: Bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung,
6) Mulut
: Bersih, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, tidak ada
kelainan seperti labyoskisis, palatoskisis
7) Telinga
: Bersih, tidak ada serumen, daun telinga tidak menempel
pada kulit kepala
8) Leher
: Bersih, simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis
9) Dada
: Simetris, retraksi dinding dada
10) Abdomen : Tali pusat, Bersih, masih basah, tidak ada perdarahan,
tidak ada tanda-tanda infeksi
11) Punggung : Tidak ada spina bifida
12) Genatalia
: Bersih, labia mayora sudah menutupi labio minora
13) Anus
: Bersih, tidak ada atresia ani
14) Ekstermitas :
a. Atas
: Bersih, simetris, kuku jari tangan tidak pucat
b. Bawah : Bersih, simetris, kuku jari kaki tidak pucat
15) Kulit
: Warna kemerahan, turgor kulit baik.
b. Perkusi
Abdomen
: Tidak ada kembung
c. Auskultasi
a. Dada
: Tidak ada ronchi, tidak ada wheezing,
b. Abdomen : Bising usus (+)

II.

3. Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan
: 3100 gram
Panjang Badan
: 48 cm
Lingkar kepala
: 34 cm
SOB
: 33 cm
MC
: 36 cm
FO
: 34 cm
Lingkar dada
: 30 cm
Lingkar lengan atas : 12 cm
2) Refleks
Refleks moro
: positif
Refleks rooting
: positif
Refleks sucking
: positif
Graphs/platar
: positif
Graphs walking
: tidak dikaji
Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx
: By. Ny S usia 7 jam dengan keadaan baik
Ds
: Ibu mengatakan bayi lahir secara normal di Puskesmas wagir pada tanggal 12
agustus 2016 pukul 02.00 WIB dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 3100 gram,
panjang badan 48 cm.

III.
IV.
V.

VI.

Do
: Pada buku KIA tercatat bayi lahir normal oleh bidan pada tanggal 12 agustus
2016 pukul 02.00 WIB.
Jenis kelamin : perempuan
BB
: 3100 gram
PB
: 48 CM
Keadaan umum
: baik
Pernafasan
: 45x/m
Nadi
: 118x/m
Suhu
: 36,70c
Tidak ada kelainan dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Antisipasi Masalah Potensial
Icterus dan infeksi neonatorum
Identifikasi Kebutuhan Segera
KIE tentang cara meneteki yang benar dan posisi menyusui yang benar
Intervensi
Tanggal
: 12 agustus 2016
Pukul
: 02.08 WIB
Dx
: By. Ny S usia 7 jam dengan keadaan baik
Tujuan
: setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak terjadi infeksi
neonatorum dan icterus
Kriteria hasil : keadaan umum bayi baik dan tanda-tanda vital normal,tidak ada infeksi
Intervensi
1. Jalin komunikasi dengan keluarga klien
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pemeriksaan
3. Pertahankan suhu tubuh bayi
4. Lakukan perawatan tali pusat
5. Kaji tanda-tanda bahaya pada bayi
a. Hipotermi atau hipertermi
b. Icterus
c. Tanda infeksi
6. Beri imunisasi HB unijeck, menyuntikkan vaksin HB 1/3 paha bagian luar
(IM)
7. Ajarkan pada keluarga cara perawatan bayi sehari-hari
8. Berikan penyuluhan untuk ibu tentang pemberian ASI eksklusif
Implementasi
Hari/Tanggal : 12 agustus 2016
Pukul
: 02.08 WIB
Dx
: Bayi baru lahir By. Ny S usia 7 jam
Implementasi :
1. Menjalin komunikasi dengan keluarga klien
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi menggunakan kain yang
bersih dan kering
4. Melakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan membungkus tali pusat
menggunakan kassa steril
5. Mengkaji tanda-tanda bahaya pada bayi

a. Hipotermi atau hipertermi


b. Icterus
c. Tanda infeksi
6. Memberi imunisasi HB unijeck pada bayi dengan menyuntikkan vaksin HB 1/3 paha
bagian luar (IM)
7. Mengajarkan pada keluarga cara perawatan bayi sehari-hari antara lain :
a. Cara memandikan bayi
b. Cara perawatan tali pusat
c. Mengganti popok bayi setiap kali basah dan kering
8. Memberikan penyuluhan untuk ibu tentang ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja
selama 6 bulan tanpa makanan tambahan dengan frekuensi pemberian sesering
mungkin
VII. Evaluasi
Hari/Tanggal
: 12 agustus 2016
Pukul
: 02.10 WIB
Dx
: By. Ny S usia 7 jam dengan keadaan baik
S
: Ibu mengatakan telah mengerti apa yang disampaikan petugas kesehatan
dan melaksanakan semua anjuran tenaga kesehatan dalam perawatan bayinya
O
: keadaan umum : baik
Suhu
: 36,50c
Nadi
: 112x/m
RR
: 45x/m
Tali pusat
: belum lepas, belum kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
A
: By. Ny S usia 7 jam dengan keadaan baik
P
:
a. Pemberian ASI eksklusif
b. KIE tentang cara perawatan bayi sehari-hari
c. KIE tentang imunisasi dasar pada bayi, seperti : BCG, polio, DPT
dan campak
d. Di pagi hari dejemur bayi nya 10-15 menit
e. KIE tentang kunjungan ulang 5 hari lagi

BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan ini dikelompokkan sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan meliputi :
pengkajian, identifikasi diagnosa dan masalah, antisipasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Menurut tinjauan pustaka dan data subyektif yang harus ada pada bayi baru lahir By Ny
S usia 7 jam, bayi tidak mengalami komplikasi. Jadi dalam pengkajian tidak terjadi
kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Dari kasus diatas ibu sudah mengerti
dengan apa saja yang diinstruksikan oleh petugas kesehatan. Bayi tampak sehat dan minum ASI
baik.
Pada identifikasi masalah/diagnose juga tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan
praktek di lapangan. Karena diagnose pada kasus ini diperoleh dari pengkajian.
Tidak terdapat masalah potensial pada kasus diatas, sehingga tidak memerlukan
kebutuhan segera. Karena bayi baru lahir dalam keadaan normal dan tidak ada komplikasi yang
menyertai.
Pada penyusunan rencana dan pemberian asuhan tidak ada kesenjangan antara teori
dengan praktek di lapangan. Dimana dalam praktek langkah-langkah tersebut pada By S usia 7
jam dengan keadaan baik dapat dilakukan dengan baik, sehingga hasilnya dapat tercpai dengan
maksimal pada evaluasi.
Berdasarkan kasus di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul Bayi Baru Lahir
By. Ny S usia 7 jam dengan keadaan baik di puskesmas wagir dengan tidak ada masalah yang
dialami selama pemeriksaan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Neonatus adalah bayi yang berumur antara 0-28 hari, pada masa ini bayi melakukan
adaptasi pada berbagai sistem tubuh. Oleh karena itu sangan rentan terhadap berbagai
masalah kesehatan.
Banyaknya kasus Angka Keamatian Bayi (AKB) di Indonesia disebabkan oleh banyak
factor yang terjadi pada masa neonatus antara lain : infeksi, asfiksia neonatorum, trauma
kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas,
imaturitas. Pada masa neonatus yang retan ini perlu diwaspadai terjadinya hal-hal diatas dan
perlu diadakan pemantauan pada bayi baru lahir.
Oleh karena itu, asuhan yang adekuat dan menyeluruh perlu dilakukan guna memberikan
penanganan pada kasus yang ada pada neonatus sehingga dapat mengatasi masalah yang
ada.
5.2 Saran
Hendaknya mampu menerapkan pengetahuan yang diterima di kampus dengan kasus yang
ditemui dilapangan sehingga dapat memberikan asuhan yang menyeluruh pada klien.

DAFTAR PUSTAKA
Sondaka Jeni J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Erlangga
Siwi, Elisabeth dkk.2015.Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta : Pustaka
BaruMarmy.2015.Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelaja
Saputra Lyndon.2014.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tanggerang : Binarupa Aksara
Dr. Lydon. 2014. AsuhanNeonatus, Bayi dan Balita. Tanggerang: BinarupaAksara

Vous aimerez peut-être aussi