Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1. Ahadina Mahyastuti 15/387799/PHK/20939
2. Archi Bela 15/387818/PHK/20958
3. Azalia Meyti A. R 15/387826/PHK/20966
4. Diana Almas 15/38784/PHK/20981
5. I Putu Arwan P. R. 15/387873/PHK/21013
6. Novita Listyaningrum 15/387923/PHK/21063
7. Yohanes Ivan 15/387967/PHK/21107
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pengusaha sebagai pelaku usaha yang melakukan kegiatan ekonomi untuk
memperoleh
keuntungan
sebanyak-banyaknya,
sering
ditemui
melakukan
BAB II
Pembahasan
1. Pengaturan Merger menurut Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.
istilah
penggabungan
sebagai
pengganti
terminologi
diri
kedalam
perseroan
yang
menerima
penggabungan dan;
d. Adanya putusan yang sama yaitu perseroan yang menggabungkan
diri akan bubar
Tujuan dari merger atau penggabungan adalah untuk :1
a. Memperbesar jumlah modal. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
merger merupakan penggabungan perseroan yang mana di dalamnya
termasuk penggabungan modal.
b. Menyelamatkan kelangsungan produksi.
c. Memperbesar sinergi perusahaan
d. Mengurangi persaingan serta menuju pada monopoli strict.
Pengaturan merger dapat ditemukan dalam UU PT dan peraturan
Pelaksananya, dalam UU PT merger disebutkan dalam pasal 26, 62, 122, 123,
126, 127, 128, 129, 132, 133, 152. Selain itu terdapat pula PP No. 27 Tahun
1998 yang menjelaskan ketentuan dalam UU PT. Dalam PP pasal 4 tersebut
menyebutkan
juga
mengenai
syarat-syarat
merger,
akuisisi,
dan
pengambilalihan, yaitu :
1. Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan hanya dapat dilakukan
dengan memperhatikan:
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, cetakan Keempat, PT Citra Aditya Bhakti,
Bandung, Hal 378
peleburan,
pengambilalihan
tidak
mengurangi
setiap
perseroan
yang
akan
melakukan
karena ada beberapa (minimal dua) perusahaan yang bergabung, tetapi salah
satunya tetap berdiri, sedangkan yang lainnya bubar karena melebur kedalam
perusahaan yang masih ada.
Merger terdapat beberapa bentuk :2
1) Merger horizontal, dapat berarti
perusahaan-perusahaan
yang
Munir Fuadi, Hukum tentang Merger, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002, hlm
93.
yang bergerak dibidang yang sama. Hal ini jelas akan berdampak terhadap
personalia karena banyaknya karyawan yang memiliki jabatan dan
deskripsi kerja yang sama, sehingga perusahaan hasil merger akan memilih
karyawan yang dinilai lebih professional diantara karyawan yang memiliki
kualifikasi yang sama.
c. Terhadap Perpajakan
Seiring dilakukannya merger akan menimbulkan permasalahan seperti
adanya kelalaian pembayaran utang pajak dan siapa yang akan
bertanggungjawab membayar utang pajak tersebut. Sehingga kelalaian
utang pajak yang ditagih setelah merger dilakukan dibayar oleh perusahaan
yang mengambil alih. Karena menurut pasal 122 ayat (3) huruf a UUPT:
aktiva dan pasiva perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri
karena hukum menjadi pemegang saham perseroan yang menerima
penggabungan atau perseroan hasil peleburan.
3. Merger yang dilarang Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
1) Unsur merger yang dilarang oleh Undang-undang.
Pasal 28 ayat (1) UU no. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyatakan bahwa:
Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
Dalam ayat tersebut diatas, ada dua unsur mengenai merger yang dilarang:
(1) Penggabungan badan usaha
Yang
dimaksud
dengan
penggabungan
badan
usaha
adalah
kekuasaannya
untuk
secara
sewenang-wenang
Markham, William A. An Overview of Antitrust Law. 2000 (updated in 2010). Diakses dari:
www.markhamlawfirm.com/law-articles/antitrust-law-san-diego/.
PENUTUP
KESIMPULAN SARAN
Kesimpulan
4
Ningrum N Sirait, Asosiasi dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003,
hlm 106