Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Definisi/Pengertian
Myocardial infark adalah kematian jaringan otot myocard.
Myocardial infark merupakan sumbatan total pada arteri koronaria. Sumbatan ini
mungkin kecil dan focal atau besar dan difus. Pembuluh yang sering terkena adalah
koronaris kiri, percabangan anterior kiri dan arteri circumflex. Pembuluh arteri yang
tersumbat mungkin hanya satu, dua atau tiga tempat.
Myocardial infarct mengacu pada proses kerusakan atau kematian otot
myocardial yang disebabkan karena gangguan aliran darah pada system koronaria.
II.
III.
Etiologi/penyebab
1.
b. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung ke seluruh
tubuh sampai lagi ke jantung. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi
diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis (penyempitan aorta dekat katup) maupun
insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, maupun trikuspidalis)
menyebabkan menurunnya cardiak out put (COP)
c. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Hal-hal
yang menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain : anemia,
hipoksemia, dan polisitemia.
2.
diantaranya
COP.
Oleh
dengan
karena
meningkatnya
itu,
segala
denyut
aktivitas
yang
jantung
untuk
menyebabkan
IV. Patofisiologi
Penyebab sumbatan tidak diketahui. Diperkirakan adanya penyempitan arteri
koronaria yang disebabkan karena penebalan dari dinding pembuluh darah,
vasospasme, emboli atau trombus. Karena penyempitan dinding pembuluh darah
pada arteri koronaria menyebabkan suplay oksigen yang menuju ke jantung
berkurang, jantung yang kekurangan oksigen akan mengubah metabolisme yang
bersifat
aerob
menjadi
anaerob,
perubahan
ini
menyebabkan
penurunan
pembentukan fosfat yang berenergi tinggi dimana hasil akhir dari metabolisme
anaerob ini berupa asam laktat, apabila berlangsung lebih dari 20 menit akan terjadi
ischemia jantung yang meningkat, sehingga akan menyebabkan nyeri dada yang
hebat bahkan karena nyeri dada yang hebat tersebut terjadi shock kardiogenik.
Hemodinamik mengalami perubahan yang menyebabkan berkurangnya curah
jantung. Meningkatkan tekanan ventrikel kiri, retensi air dan garam sehingga dapat
menimbulkan kelebihan cairan dalam tubuh. Perubahan hemodinamik ini bila
berlangsung lama akan menyebabkan jaringan rusak bahkan kematian pada otot
jantung.
V.
Klasifikasi
Ada dua jenis infark miokardial yang saling berkaitan dengan morfologi, patogenisis,
dan penampakan klinis yang cukup berbeda. (Dasar Patologi Penyakit, 1999 : 319)
1.
Infark Transmural
Infark yang mengenai seluruh tebal dinding ventrikel. Biasanya disebabkan oleh
aterosklerosis koroner yang parah, plak yang mendadak robek dan trombosis oklusif
yang superimposed.
2.
Infark Subendokardial
Terbatas pada sepertiga sampai setengah bagian dalam dinding ventrikel yaitu daerah
yang secara normal mengalami penurunan perfusi.
NSTEMI
Infark miokard akut tanpa elevasi ST. Disebabkan oleh suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
STEMI
Infark miokard akut dengan elevasi ST. Disebabkan oleh aliran darah koroner
menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak arteosklerosis yang
sudah ada sebelumnya.
Nyeri dada menetap, nyeri dada bagian tengah dan epigastrium tidak hilang dengan
istirahat atau nitrat, nyeri menyebar secara luas ; dapat menyebabkan arrhythmias,
hypotension, shock, gagal jantung
Gejala yang jarang dikeluhkan kelelahan berat, abdominal distres atau epigastric
distres, nafas pendek.
Banyak pasien tidak memiliki tanda dan gejala di atas yang disebut dengan silent
myocardial infarctions. Meskipun terjadi kerusakan myocardium.
Jika kondisi local atau sistemik akan memicu trombogenesis, sehingga terjadi
thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
NSTEMI
Gejala yang ditimbulkan yaitu :
Nyeri dada dengan lokasi khas atau kadang kala diepigastrium dengan ciri seprti
diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat
atau tertekan.
VII.
Pemeriksaan fisik
a.
Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebih.
Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infark.
o Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat
adanya stemi.
b.
Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark
c.
Dapat ditemukan Mur Mur Mid Sistoloik atau Late Sistolik Apikal bersifat
sementara.
VIII.
-
Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
Interview untuk mengetahui riwayat penyakit
Gambaran ECG berubah ( di dalam 2-12 jam, tetapi ada juga sampai 72-96 jam )
atau
datarnya gelombang T, menunjukkan cedera, : dan atau adanya gelombang Q.
b.
Enzim jantung dan iso enzim : CPK MB (isoenzim yang ditemukan pada otot
jantung ) meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12 24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam : LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam 24-48 jam, dan
memakan waktu lama untuk kembali normal. AST ( aspartat amonitransfarase )
meningkat (kurang nyata / khusus) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam,
kembali normal dalam 3-4 hari.
c.
Elektrolit :
ketidak
seimbangan
dapat
mempengaruhi
konduksi
dan
dapat
mempengaruhi kontraktilitas.
d.
Sel darah putih : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari kedua setelah
IM sehubungan dengan proses inflamasi.
e.
kronis
g.
GDA/oksimetri nadi : dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut
atau kronis.
h.
i.
Foto dada : mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
j.
k.
-
l.
m.
n.
Digital
substraction
angiography
(DSA) :
teknik
yang
digunakan
untuk
IX.
Therapy/tindakan penanganan
Tujuan dari theraphy/tindakan penanganan pada infrak miokard adalah menghentikan
perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan
kesempatan
untuk
penyembuhan)
dan
mencegah
komplikasi
lebih
lanjut
b.
Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat terjadi
dalam jam-jam pertama pasca serangan.
c.
Pasien dalam kondisi bedrest dapat menurunkan kerja jantung sehingga mencegah
kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti memberikan
kesempatan pada sel-selnya untuk memulihkan diri.
d.
e.
b.
Beta Blocker : obat ini dapat menurunkan beban kerja jantung. Bisa juga untuk
mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung
tambahan.
c.
d.
e.
Antiplatelet : obat ini dapat menghentikan platelet untuk membentuk bekuan yang
tidak diinginkan.
f.
Analgetik : pemberian analgetik dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif
diobati dengan nitrat dan antigulan.
g.
X.
Penatalaksanaan
Sasaran perawatan adalah untuk memperbaiki fungsi sirkulasi yang adekuat untuk
menyembuhkan myocardium, untuk membatasi ukuran infark, dan mencegah
kematian.
XI.
Komplikasi
1.
Oedema paru akut adalah timbunan cairan abnormal dalam paru,baik di rongga
interstisial maupun dalam alveoli. Oedema paru merupakan tanda adanya kongesti
paru tingkat lanjut, dimana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler,
merembes ke luar dan menimbulkan dispnu yang sangat berat. Oedema terutama
paling sering ditimbulkan oleh kerusakan otot jantung akibat MI acut. Perkembangan
oedema paru menunjukan bahwa fungsi jantung sudah sangat tidak adekuat.
2.
3.
4.
5.
Rupture miokard adalah sangat jarang terjadi tetapi, dapat terjadi bila terdapat
infark miokardium, proses infeksi, penyakit infeksi, penyakit pericardium atau
disfungsi miokardium lain yang membuat otot jantung menjadi lemah.
6.
Henti jantung adalah bila jantung tiba-tiba berhenti berdenyut, akibatnya terjadi
penghentian sirkulasi yang efektif.
B.
1.
Pengkajian
. Aktifitas
Gejala :
Kelemahan
Kelelahan
Tidak dapat tidur
Pola hidup menetap
Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
Takikardi
Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
2.
Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian
kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin ada
dengan gagal jantung atau ventrikel.
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3.
Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan ,
kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4.
Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5.
6.
Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7.
Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral).
Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher.
Kualitas :
Crushing , menyempit, berat, menetap, tertekan.
Intensitas :
Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
9.
Pernafasan:
Gejala :
dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
dispnea nokturnal
batuk dengan atau tanpa produksi sputum
riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
peningkatan frekuensi pernafasan
nafas sesak / kuat
pucat, sianosis
bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
Menarik diri
C.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
Intoleransi
aktivitas
b/d
ketidakseimbangan
antara
suplai
dan
kebutuhan
O2 myocardial
5.
6.
7.
Resiko gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual &
muntah
D.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1 :
1.
2.
3.
Kaji vena jugularis apakah ada pembendungan atau peningkatan tekanan vena
juguralis menandai gagal jantung untuk memompa secara efektif
5.
Shock cardiogenik
DX 2:
1.
Pantau/ catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal dan
respon hemodinamik (contoh; meringis, menangis, gelisah, berkeringat, mencekram
dada, napas cepat, TD/ frekuensi jantung berubah)
R : Riwayat verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap faktor pencetus harus
ditunda sampai nyeri hilang. Pernapasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri
dan berhungan dengan cemas, sementara hilangnya stres menimbulkan katekolamin
akan meningkatkan kecepatan jantung dan TD.
2.
Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi ; intensitas (010); lamanya; kualitas (dangkal/menyebar) dan penyebaran.
R : Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu
pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman yang
lain.
3. Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina, atau nyeri IM.
R : Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan
identifikasi komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau perikarditis.
: Penundaan
pelaporan
nyeri
menghambat
peredaan
nyeri/
memerlukan
peningkatan dosis obat. Selain itu, nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan
merangsang saraf simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjut dan mengganggu
diagnostic dan hilangnya nyeri.
5.
Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman (contoh
sprei yang kering/ tak terlipat, gosokkan punggung). Pendekatan pasien dengan
tenang dan dengan percaya.
R : Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta
keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.
DX 3 :
1.
2.
3.
4.
Diskusikan dengan pasien tentang lingkungan ruang (cvcu) dan apa yang bisa
mengantisifasi dalam hari mendatang
R : untuk menghilangkan kecemasan dan membantu pasien untuk menemukan
sumber koping
5.
DX 4 :
1.
2.
Bantu untuk memenuhi kebutuhan aktivitas shari-hari ADL dengan mandiri secara
bertahap
R : agar kebutuhan aktivitas tetap terpenuhi dan melatih kemampuan pasien
3.
4.
DX 5 :
1. kaji tekanan darah
R : Hipotensi terjadi sehubungan terjadinya disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardia
dan rangsang vagal
2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi
R : Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi
3. Adanya murmur atau gesekan
R : Menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung, contoh katup tak baik,
kerusakan septum / fibrasi otot papilar (komplikasi IM)
4. Auskultasi bunyi nafas
R : Krekels menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokardia
5. Pantau frekuensi jantung dan irama
R : Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktifitas sesuai dengan
terjadinya komplikasi.
DX 6 :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/ orang terdekat dan kemampuan/ keinginan untuk
belajar.
R : Perlu untuk pembuatan rencana instruksi individu. Menguatkan harapan bahwa ini
akan menjadi pengalaman belajar. Mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman
dan memberikan penjelasan.
2. Waspada terhadap tanda penghindaran, contoh mengubah subjek dari informasi yang
ada atau prilaku ekstrem (menolak/euforia).
R : Mekanisme pertahanan alamiah seperti marah, menolak pentingnya situasi, dapat
menghambat belajar, mempengaruhi respon pasien dan kemampuan mengasimilasi
informasi. Perubahan untuk mengurangi pola/struktur formal mungkin menjadi lebih
efektif sampai pasien/orang terdekat siap untuk menerima/memahami situasi
tersebut.
3. Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostic
R
DX 7 :
1. Kaji tingkat kebutuhan nutrisi klien
R : mengetahui kebutuhan nutrisi pasien
2. Konsultasikan pasien pada ahli gizi
R : menentukan diet pasien
3. Monitor intake makanan
R : jenis diet ditentukan berdasarkan kondisi sirkulasi
4. Berikan cairan selama 24 jam (sesuai intruksi dokter)
R : untuk mengurangi peningkatan cardiac out put yang diperlukan untuk pencernaan
5. Hindari banyak makan makanan berat yang meningkatkan kebutuhan aliran darah
dan meningkatkan beban kerja jantung
R : mencegah peningkatan kebutuhan aliran darah dan beban kerja jantung
6. Beri makan sedikit tapi sering
R : mengurangi efek mual
D. EVALUASI
DX 1 : perubahan cardiac output tidak terjadi
DX 2 : nyeri berkurang/ hilang
DX 3 : ansietas teratasi
DX 4 : pasien dapat melakukan aktivitas dengan normal
DX 5 : tidak terjadi penurunan curah jantung
DX 6 : pasien mengerti tentang penyakitnya
DX 7 : tidak terjadi gangguan keseimbangan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Faqih,S.Kep.,Ners.2007.Asuhan
Keperawatan
Pada
Klien
Dengan