Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penderita gagal ginjal pada waktu lampau sering tidak tertolong, sekarang sekarang
secara efektif dapat dipertahankan baik dengan cara dialisis peritonial maupun
hemodialisis, namun keduanya memberikan pembatasan aktivitas. Cara transplantasi ginjal
telah banyak dilakukan pada pasien yang mengalami gagal ginjal stadium akhir.
Teknik transplantasi organ pertama kali dirintis oleh Carrel Alexis (ahli biologi dan
ahli bedah prancis) yang melakukan implantasi ginjal anjing pada tahun 1896. kejadian ini
menjadi titik awal perkembangan bukan hanya transplantasi tetapi juga bidang bedah
vaskuler, bedah ekspremental dan bedah mikro. (R Syamsuhidajat; Buku ajar ilmu Bedah;
hal 213)
Transplantasi ginjal pertama kali berhasil dilakukan pada kembar identik pada tahun
1954 oleh Murray, Merril, dan Harison di Boston, sejak saat itu telah dilakukan lebih dari
87.000 transplantasi ginjal di Amerika serikat. (Sylvia A. Price; Patofisiologi Konsep Klinis
dan proses-proses Penyakit; Hal 876)
Berdasarkan sumber organ cangkok, dikenal empat macam transplantasi:
Autotransplantasi dikukan pada individu yang sama, sering disebut juga transplantasi
autolog. Organ yang dapat mengalami auto transplantasi umumnya adalah kulit, ginjal,
paklreas, tulang, limpa dan darah (autotransfusi). Dalam praktek penanganan
autotransplantasi ini digunakan dalam penanganan ruda paksa.
Isotransplantasi disebut juga transplantasi isolog atau Syngene adalah transplantasi
antara dua individu yang genetiknya sama. Jenis ini umumnya hanya dapat dilakukan
pada eksperimen.
Alotransplantasi dilakukan pada dua individu yang spesiesnya sama. Pada manusia
disebut homotransplantasi atau transplantasi alogen. Secara klinis homotransplantasi
dapat dilakukanantara dua individu yang ada atau yang tidak ada hubungan keluarga,
bik dari donor hidup maupun dari donor mayat, organ yang dapat dicangkokkan untuk
dengan cara ini adalah setiap organ atau jaringan dengan syarat ada persamaan siste
HLA (human limphocyte antigen sistem A) dan ABO pada kedua individu.
Xenotransplantasi
dilakukan pada individu yang berbeda spesiesnya, misalnya dari hewan kemanusia. (R
Syamsuhidajat; Buku ajar ilmu Bedah; hal 213)
PENGERTIAN
Transplantasi ginjal adalah suatu pengobatan alternatif penyakit ginjal tahap akhir
untuk pasien yang memenuhi kriteria. (Barbara Engram; Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah; hal: 181)
Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup atau kadaver
manusia ke resepien yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir. Ginjal transpalan dari
donor hidup yang cocok dan sesuai pagi pasien (mereka dengan antigen ABO dab HLA
yang cocok) akan lebih baik dari transpalan yang berasal dari donor kadaver. Nefrektomi
terhadap ginjal asli pasien dilakukan untuk transplantasi. Ginjal transpalan diletakkan
difossa iliaka anterior sampai krista iliaka pasien. Ureter dari ginjal transpalan ditanamkan
kekandung kemih atau dianastomiskan ke ureter resepien. (Susanne C. Smeltzer, dkk;
keperawatan medikal bedah; hal 1457)
Alasan beberapa pasien memilih transplantasi ginjal antara lain;
Keinginan pasien untuk menghindari dialisis atau untuk memperbaiki perasaan
sejahtera,
Harapan untuk hidup secara lebih normal,
Biaya transplantasi ginjal yang sukses dibading dengan dialisis adalah sepertinganya.
(Susanne C. Smeltzer, dkk; keperawatan medikal bedah; hal 1457)
KONTRA INDIKASI:
Umur diatas 65 tahun
Pasien dengan penyakit metastase.
Penyakit jantung atau paru-paru.
Adanya infeksi
(Barabara Engram; Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah; hal: 181)
KOMPLIKASI
Dua komplikasi utama dari transplantasi ginjal adalah adalah reaksi imun dan efek
samping dari waktu yang panjang dari pengobatan imnosupresif. Reaksi imun adalah yang
paling serius.
Reaksi imun yang menolak transplantasi ginjal dapat diperantarai oleh sel atau
hmoral. Penolakan yang diperantarai oleh sel melibatkan llimfosit T. diproduksi sebagai
respon terhadap antigen dari ginjal donor yang dianggap sebagai sel-sel asing. Limfositlimfosit ini menyerang ginjal donor asing dan merusaknya. Penolakan humoral melibatkan
produksi anti body terhadap antigen dari ginjal donor yang dikenali oleh sel plasma
resepien sebagai benda asing. Penolakan dapat terjadi dalam bebrapa jam atau beberapa
tahun setelah transplantasi. (Sylvia A. Price; Patofisiologi Konsep Klinis dan proses-proses
Penyakit; Hal 876)
Ada tiga jenis reaksi imun:
Reaksi imun hiper akut
Penolakan yang cepat terjadi akibat sebelumnya ada pembentukan anti body pengikat
komplemen dalam darah sipenerima. Keerusakan imun tetju lansung pada sel endotel
graft, dan cepatnya kejadian tergantung pada konsentrasi anti body, apabila tinggi
kerusakan dapat terjadi beberapa menit atau beberapa jam. Sedangkan apabila rendah
dapat terjadi dalam 1-2 hari. Pada beberapa kasus, reaksi terjadi segera dan dilihat
dengan jelas oleh dokter bedah pada waltu membuat aliran darah pada melalui
cangkokan; ginjal menjadi lunak, cianosis dengan bercak warn ayang berbeda, yang
sugestif adanya vasokonstriksi internal, trombus terbentuk dalam arteriol dan
glumerulus, yang akan menyebebkan terjadinya infark akibat trombosis vaskuler.
Reaksi imun akut
Dapat terjadi setiap waktu dari beberapa hari sampai beberapa bulan bahkan tahun,
setelah transplantasi, yang mengenai imunitas seluler dan humoral. Penolakan vaskuler
akut ditandai dengan vaskulitis nekrotikan dengan imunoglobulin komplemen
dan
fibrin pada dinding pembuluh darah, tambahan terjadinya trombosis akan menyebebkan
terjadinya infark. Penolakan seluler ditandai dengan infiltrat sel mononuklear, edema
intertisial dan perdarahan bersaman dengan tubulitis.
Reaksi imun kronis
Merupakan penyebab yang penting dari kegagalan cangkokan beberapa bulan atau
beberapa tahun setelah transplantasi. Perubahan vaskuler tampak menonjol,
mengakibatkan terjadinya iskemia pada perenkim ginjal. Terjadi juga fibrosis intertisial
yang progresif dan atopi tubulus. (J.C.E. Underwood; patologi umum dan sistemik;
volume 2 edisi 2; EGC; jakarta 1999)
Penggolongan jaringan atau pemerikasaan histokompatilbilitas untk memperoleh
kecocokan yang paling dekat antara donor dan resipien, serta penekanan respon imun
dengan obat-obatan, merupakan dua cara yang umum dipakai untuk meningkatkan
keberhasilan transplantasi ginjal dan mencegah penolakan. Dua kelompok antigen mayor
telah diketahui sebagai penentu histokompatibilitas yang penting; sistem penggolongan
darah ABO dan antigen leukosit manusia ( HLA= Human Leukocyte Antigens). (Sylvia A.
Price; Patofisiologi Konsep Klinis dan proses-proses Penyakit; Hal 876)
PENGOBATAN
Pada kebanyakan kasus, reaksi imun akut dapat diturunkan dengan meningkatkan
obat-obatan imunosupresif. Yang paling banyak digunakan adalah obat-obatan:
Prednison
Azatioprin
Siklosporin
Metil prednison
Globulin antilimfosit
Muromonab- CD3
.(Barabara Engram; Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah; hal: 181)
PENATA LAKSANAAN PRAOPERATIF
Tujuan praoperatif adalah mengembalikan status metabolik pasien kekadar normal
sedekat mungkin. Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan untuk mendeteksi dan menangani
setiap kondisi yang kemungkinan dapat menyebebkan komplikasi akibat transplantasi.
Sampel jaringan, sampel darah, dan skrining anti bodi dilakukan untuk menentukan
kecocokan jaringan dan sel dari donor dan resepien. Berbagai tes diagnostik harus
psikosial
diarahkan
untuk
mengkaji
kemampuan
pasien
dalam
menyesuaikan diri dengan transpalan, pola kiping, riwayat sisial, ketersediaan dukungan
sosial dan sumber finansial. Riwayat penyakit psikiatrik juga penting untuk dikaji, karena
kondisi psikiatrik sering diperburuk oleh kortikosteroid yang diperlukan untuk
imunosupresi dan transplantasi.
Hemodialisis sering dilakukan sehari sebelum jadwal prosedur transplantasi untuk
myakinkan kondisi fisik pasien.
Intervensi keperawatan:
Aspek keperawatan pada penata laksanaan praoperatif adalah serupa dengan penata
laksanaan pada pasien yang menjalani bedah abdominal. Penyuluhan praoperatif harus
mencakup informasi mengenai higiene pulmoner pasca operastif, penatalaksanaan nyeri
pilihan, pembatasan diet, jalur intravena dan arterial, selang (kateter indweling dan selang
nasogastrik) dan ambulasi dini. Pasien menerima dari donor dan menghawatirkan
bagaimana si donor akan mentoleransi prosedur bedah.
Kebanyakan pasien yang telah menjalani dialisis selama beberapa bulan atau tahun
memilih untuk menjalani transplantasi. Sedangkan pasien lainnya harus menunggu selama
beberapa bulan atau tahun untuk mendapatkan ginjal transpalan dan akan cemas tentang
pembedahan, kemungkinan menolak, dan memilih untuk kembali melakukan dialisis.
Membantu pasien dalam menghadapi masalah ini merupakan bagian dari peran perawat
dalam melakukan praoperatif.
PENATALAKSANAAN PASCAOPERATIF
Tujuan perawatan setelah transplantasi ginjal adalah untuk mepertahankan
homoestasis sampai ginjal transpalan berfungsi dengan baik. Ginjal yang dapat berfungsi
segera merupakan tanda tanda prognosis yang menggembirakan.
Terapi imunosupresi. Kelansungan ginjal transpalan bergantung pada kemampuan
tubuh untuk meyekat respons imun terhadap ginjal transpalan.untuk mengatasi atau
mengurangi mekanisme pertahanan tubuh, mesikasi imunosupresi seperti azathioprine
(imuran), kortikosteriod (prednison), siklosporin, dan OKT-3 (anti bodi monoklonal) dapat
diberikan. Dosis agen imunosupresif ditingkatkan secara bertahap selama beberapa minggu
lebih, bergantung pada respons imunologis pasien terhadap transpalan. Namun demimikian,
pasien akan mengkomsumsi medikasi anti rejeksi seumur hidup.
Rejeksi tandur. Rejeksi tandur ginjal dan kegagalan dapat terjadi dalalm waktu 24
jam. (hiperakut), dalam waktu 3 sampai 14 hari (akut), atau setelah beberapa tahun (kronis).
Rejeksi akut jarang terjadi pada beberapa tahun pertama setelah transplantasi. Ultrasound
dapat digunakan untuk mendeteksi pembesaran ginjal, sedangkan biopsi renal dan biopsi
renal dan teknik radiografik digunakan untuk mengevaluasi rejeksi transplan. Jika transplan
ditolak pasien akan kembali menjalani dialisis. Ginjal yang ditolak tersebut dapat diangkat
atau tidak tergantung pada kapan penolakan tersebut terjadi (akut vs. kronik) dan risiko
infeksi jika ginjal dibiarkan ditempat.
Intervensi Keperawatan Pascaoperatif
Mengkaji Rejeksi dan Infeksi. Setelah transplantasi ginjal, pasien dikaji terhadap
tanda dan gejala rejeksi transplan: oliguria, odema, demam peningkatan tekanan darah,
pertambahan berat badan, bengkak atau nyeri tekan diseluruh ginjal transplan atau tandur.
Hasil tes kimia darah (BUN dan kreatinin) dan hitung leukosit serta trombosit dipantau
dengan ketat, karena imunosupresi akan menekan pembentukan leukosit dan trombosit.
Pasien dipantau dengan ketat akan adanya infeksi karena kerentanannya untuk mengalami
gangguan penyembuhan dan infeksi akibat terapi imunosupresi dan komplikasi gagal
ginjal.
Infeksi dan rejeksi harus dibedakan karena gangguan fungsi renal dan demam terdapat
kedua kondisi diatas, dan penanganannya.
(yang dihubungkan dengan drainase sistem tertutup) diukur setiap jam. Cairan intra vena
diberikan sesuai dengan volume urine dan kadar elektrolit serum dan sesuai dengan resep
dokter. Hemodialisis mungkin diperlukan jika cairan berlebihan dan muncul hiperkalemia.
Komplikasi potensial lain. Ulserasi gastrointestinal dan perdarahan akibat steroid
dapat terjadi. Kolonisasi jamur ditraktus gastrointestinal (terutama mulut) dan kandung
kemih dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid dan antibiotik. Penyakit kardiovaskuler
sangat potensial dan merupakan peryebaba utama kematian setelah transplantasi akibat usia
pada pasien lansia. Masalah lain adalah kemungkinan timbulnya tumor, karen pasien diunit
terapi imunosupresif jangka panjang dapat mengalami malignasi leblih sering dibanding
populasi lain.
Pertimbangan psikologis. Rejeksi ginjal transpalan mesih merupakan masamal
besar begi pasien, keluarga, dan tim pendukung tenaga kesehatan selama beberapa bulan.
Ketakutan akan rejeksi transpalan dan munculnya komplikasi akibat terapi imunosupresisf
(sindrom cushing, diabetes, jerapuhan vaskuler, osteoporosis, glukoma, katarak, dan
jerawat). Merupakan stress psikologik yang berat bagi pasien. Cemas dan ketidakpastian
tentang masa depan serta kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan periode pasca
transplantasi sering merupakan sumber stress bagi pasien dan keluarga,.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien dinasehati
bahwa perawatan tindak lanjut setelah transplantasi diharuskan seumur hidup. Berikan
instruksi tertulis individu tentang diet, medikasi dan cairan, berat badan harian, pengukuran
urine, penata laksanaan masukan dan haluaran, pencegahan infeksi, dimulainya kembali
aktivitas dan menghindari olah raga berat yanag dapat menyebebkan cedera pada ginjal
transpalan.
Perawat bekerja dekat pasien dan keluarga untuk menjamin behwa mereka
memahami kebutuhan untuk terus melanjukan pemakaian agen imunsupresif sesuai resep.
Selain itu pasien dankeluarga diinstruksikan untuk mengkaji dan melaporkan tanda rejeksi
terhadap ginjal transplan, tanda infeksi, atau efek agen imunosupresan yang signifikan.
Donatur organ. adanya sejumlah organ yang tidak adekuat tetap menjadi
penghambat terrbesar terhadap suksesnya penanganan pasien dengan penyakit renal tahap
akhir.
INTERVENSI
Pantau:
RASIONAL
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan
dan
penyimpangan
daru
hasil
yang
dihatapkan
warna
urine
keruh,
berkabut, hematuria)
Disuria
Bengkak atau nyeri tekan pada ginjal
Peningkatan suhu tubuh
Proteinuria
Berat badan bertambah 2 pon atau lebih
setiap hari.
Berikan agen imunosupresif dan evaluasi
hasilnya
Pertahankan terapi IV sesuai dengan
menurun
drastis.
Kecepatan
urine
RASIONAL
Agen imunosupresif membuat pasien lebih
SDp
(sering
diatas
100/mm3
paling
Batuk kronis
Kemerahan,
bengkakn
peningkatan
umum
mempengaruhi
rongga
oleh
bercak-bercak
putih
perawatan
oral
balutan
termasuk
memakai
Tindakan
ini
membantu
mengurangi
pasien
Instruksikan
pasien
dan
keluarga
memakai
meninggalkan
pengunjung
masker
ruangan;
memakai
masker
bila
juga
bila
pasien leukopenik.
INTERVENSI
Kembangkan rencana penyuluhan bekerja
RASIONAL
Kepatuhan pasien perlu untuk kelansungan
normal
laboratorium
untuk
hari,
pastikan
pasien
Pemantauan
pastikan
semua
instruksi
sering
dibutuhkan
untuk
perawatan
laboratorium).
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
kegiatan
diri
ketika
dirumah
sakit,
jika
membantu
pasien
menggabungkan
ginjal.
Memakai
gelang
waspada-medik
diri
dari
kegiatan
olahraga kontak
Rujuk pasien pada bimbingan pekerjaan
Beberapa
meras siap
kehidupan
kebutuhan
pasien
mungkin
mereka
untuk
dengan
memerlukan
menyesuaikan
keadaan
cangkok
ginjalnlya.
Pasien memerlukan dukungan kontinu dari
keluarga
Tekankan
kebutuhan.
Komplikasi sering teratasi jika diidentifikasi
melaporkan
kembalinya
lebih
awal
perlunya
tanda-tanda
untuk
mengatasi
perubahan
lebih awal.
semua
perjanjian
untuk
perawatan lanjut.
(Barabara Engram; Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah; hal: 183-187)
DAFTAR PUSTAKA