Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatrik dikalangan masyarakat
saat ini dan yang akan terus menjadi masalah sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan
khususnya komunikasi profesi keperawatan.
Ketidakmampuan individu dalam menghadapi berbagai masalah social dalam kehidupan
menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih mengacu pada kerusakan interaksi social menarik
diri yaitu seseorang cenderung menyendiri dan sering melamun. Pada dasarnya kemampuan
hubungan social berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi
sampai dengan dewasa lanjut, untuk mengembangkan hubungan social positif. Setiap tugas
perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses kemampuan berperan
serta proses hubungan diawali dengan kemampuan saling tergantung. Oleh karena itu, perawat
harus mempunyai kemampuan profesi dalam memberikan asuhan keperawatan. Pemberian
asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Untuk itu perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu
proses keperawatan.
Menurut penelitian WHO, jika provalensi gangguan jiwa di atas 100 jiwa pertahun
penduduk dunia, maka berarti Indonesia mencapai 264 orang per 1000 penduduk yang
merupakan anggota keluarga. Data hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995),
artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini adalah sesuatu yang sangat serius.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang gangguan jiwa
dengan masalah utama kerusakan interaksi social menarik diri.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
- Untuk memperoleh gambaran umum mengenai skizofrenia paranoid/isolasi social menarik diri)
dan perawatannya
- Untuk mengembangkan buah pikiran yang ada manfaatnya bagi masyarakat
- Untuk menambahkan ilmu pengetahuan dan melihat secara langsung atau mengaplikasikan
teori psikiatri yang diperoleh dari bangku perkuliahan melalui praktek lapangan di Rumah Sakit
Jiwa pusat Medan atau sekaligus di dalamnya melatih pembuatan studi kasus ini.
2. Tujuan Khusus
- Membantu penderita agar dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya dalam upaya mencapai
-
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Teoritis Medis
2.1.1. Pengertian
Kerusakan interaksi sosial merupakan kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau mengancam,
kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu beradaptasi dalam suatu
kuantitas yang tidak cukup/berlebihan kualitas interaksi sosial yang tidak efektif. (Marry
C.Townsand, Edisi V, 1998, Hal. 1927)
Menarik diri adalah reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis.
Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindari sumber stresor. Misalnya menjauhi polusi,
sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan
prilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
(Rasmus, 2001, Hal 18)
Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain individu dengan
orang lain. Individu merasa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalannya. Orang lain yang di manifestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan sanggup membagi pengalaman dengan
orang lain. (Standart Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi Pertama, Bandung 1996, Hal 47)
2.1.2 Faktor Predisposisi
Adapun faktor prespitasi adalah dibagi atas 2, yaitu :
A. Faktor Prestasi
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam
perasaan adalah:
Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta
seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik
melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.
Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan
mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan
menyelesaikan masalah.
Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi terutama pada wanita
Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik seperti infeksi,
meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat mencetus gangguan alam perasaan.
(Gail W.Stuart- dkk. Edisi III. 1998)
Faktor Pendukung
Faktor genetik dianggap mempunyai transmin gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau
keturunan.
Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah
yang ditujukan pada diri sendiri.
Teori kehilangan objek merasakan kepada perpisahan traumatik individu dengar benda atau yang
sampai sangat berarti.
Teori organisasi kepribadian mengenai bagian konsep yang negatif dan harga diri rendah
mempengaruhi sistem keyakinan penilaian seseorang terhadap dirinya.
Metode kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh
evaluasi negatif seseorang terhadap diri dunia seseorang di masa depan seseorang.
2.1.3
Respon Adaptif
-
Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama
Interdependen
Respon Maladaptif
-
Menarik diri
Manipulasi
Tergantung
Curiga
Merasa sunyi
Epseploitasi
Menarik diri
Paranoid
Keterangan :
Respon adaptif
Yaitu respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial kebudayaan secara umum yang
berlaku di masyarakat. Dimana individu dalam menyelesaikan masalahnya masih dalam batas
norma.
Menyendiri
Respon yang masih dibutuhkan individu untuk menuangkan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya
Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide pelaksanaan perasaan dalam
hubungan sosial.
Bekerjasama
Suatu kondisi hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi
dan menerima.
Interdependen
Saling ketergantungan antar individu dengan yang lain dalam interaksi sosial dalam membina
hubungan independen.
Respon mal adaptif
Adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya, menyimpang dari
norma-norma sosial kebudayaan suatu tempat.
Menarik diri
Terjadi apabila individu menemukan kesakitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain.
Manipulasi
Individu menganggap orang lain sebagai objek individu serta tak dapat membina hubungan
sosial secara mendalam.
Tergantung
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan untuk mengembalikan rasa
percaya diri.
Curiga
Bila individu gagal mengembalikan rasa percaya diri dengan orang lain
2.1.4. Tanda dan Gejala
Apatis, ekpresi sedih, efek tumpul
Komunikasi kurang, klien tidak tampak berkomunikasi dengan pasien lain atau perawat
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
Berdiam di kamar
Menolak berhubungan dengan orang lain, pasien memutuskan atau langsung pergi jika diajak
bicara
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, seperti : perawatan diri dan aktivitas sehari-hari
(Budi Anna Keliat)
2.1.5. Etiologi
Teori biologik dan genetik
Hipotesis neurotransmitter
Pencetus psikososial
(Buku Saku Psikiatri, PenerbitBuku Kedokteran, EGC, hal)
2.1.6. Karakteristik
a. Gangguan pola : tidak nafsu makan atau makan berlebihan
b. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis
c. Kemunduran kesehatan fisik
d. Tinggal di tempat tidur dalam waktu lama
e. Banyak tidur siang
f. Kurang bergairah
g. Tidak mempedulikan lingkungan
h. Immobilitas
i.
Mondar-mandir/sikap menantang, melakukan kegiatan berulang-ulang
j.
Keinginan seksual menurun
(Standar Pelayanan Dari Asuhan Keperawatan Jiwa, hal)
2.1.7. Pengobatan
1. Farmakoterapi
2. Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)
3. Terapi psikologi
4. Terapi social
5. Bila serangan pertama
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap pasien
hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran peserta respon lingkungan yang negatif kondisi
ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya pada orang lain (Budi Anna Keliat S.Kep, M.App,
BSC, 1995)
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktifitas
Perubahan persepsi
Tujuan Keperawatan
e. Lingkungan therapeutik
Lingkungan fisik
Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan pasien maupun orang lain
Cegah pasien tidak berada dalam ruangan sendiri dalam jangka waktu lama
Beri rangsangan sesuai seperti gambar masuk dan gambar hiasan
Lingkungan Sosial
Fasilitasi pasien untuk berperan serta terapi kelompok ekupasi serta terapi keluarga
Libatkan pasien dalam berinteraksi dengan klien lain dan perawat secara bertahap
2.2.5. Evaluasi
1. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
2. Harga diri pasien meningkat
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 37 Tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
No. RM
: 01.62.69
Ruang Rawat
: Singgalang
Tanggal masuk
: 28 April 2012
Suku/Bangsa/Agama
: Batak/Indonesia/Kristen
Status
: Belum menikah
suka menyendiri
rendah diri
merasa kesepian
suka termenung
malas mandi
Keterangan :
:
: klien
:
Jelaskan
Masalah Keperawatan
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
b. Identitas Diri
c. Peran
d. Ideal Diri
e. Harga diri
Masalah Keperawatan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti bagi klien adalah Ibunya
b. Klien tidak aktif dalam kegiatan kelompok/masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien malu karena diejek
lain dan suka menyendiri.
orang
Masalah Keperawatan
No
Data
DS
1 : Klien mengatakan malas bergaul dan lebih sering
menyendiri
Masalah
Kerusakan interaksi
social
menarik diri
berbicara
DS
2 : Klien mengatakan malas bergaul dan berbicara
Kerusakan
komunikasi verbal
Gangguan harga diri
rendah
Defisit Perawatan Diri
Intoleransi aktivitas
apapun
DO : Klien tampak lesu, lebih suka menyendiri, kurang
6
mau beraktivitas
DS : klien mengatakan dirinya tidaak sakit.
Koping individu
inefektif
Koping keluarga
inefektif
inefektif
Isolasi sosial
menarik diri
Gangguan konsep
Diri: Harga diri rendah
Koping keluarga
inefektif
Koping individu
inefektif
Intoleransi
aktivitas
ASUHAN KEPERAWATAN
No
Nama
: Tn. S
Ruangan
: Singgalang
Perencanaan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Tindakan
Rasional
Keperawatan
Tujuan umum :
isolasi sosial
Klien dapat
menarik diri
berkomunikasi
dengan baik pada
orang lain
TUK :
1. Klien dapat
Klien dapat
perasaannya dan
keadaan saat ini
secara verbal
1. Bina hubungan
Hubungan saling
saling percaya :
- Salam perkenalan
percaya sebagai
diri
- Ciptakan
lingkungan yang
dasar utama
interaksi yang
penting
tenang
- Jelaskan tujuan
interaksi
- Buat kontraksi
yang jelas
- Tepat waktu
2. Dorong dan beri
kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya
Ungkapkan
perasaan klien
kepada perawat
sebagai bukti
bahwa klien
Impleme
mempunyai
perawat, rasa
empati akan
meningkatkan
hubungan saling
percaya