Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah
satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan
merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (Armilawaty, 2007)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur
di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
B. Klasifikasi
Normal
Pre-hipertensi
120-139 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
Stadium 2
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
1
secara akut. Sekresi renin akan mencapai puncaknya dalam 1 jam atau lebih, tetapi
dalam 5-7 hari akan kembali normal karena pada waktu itu arteri renalis juga
meningkat pada keadaan normal sehingga tidak terjadi iskemik ginjal.
Kenaikan kedua pada tekanan arteri disebabkan oleh retensi cairan. Dalam
waktu 5-7 hari cairan akan meningkat cukup tinggi sehingga mengakibatkan kenaikan
tekanan arteri menjadi nilai baru yang dipertahankan. Nilai kuantitatif tekanan yang
dipertahankan ini dipengaruhi oleh derajat kontriksi yang terjadi pada arteri renalis.
Jadi, tekanan tekanan aorta harus meningkat cukup tinggi sehingga tekanan arteri
renalis yang di sebelah distal dari bagian yang mengalami kontriksi akan cukup untuk
menyebabkan keluaran urin yang normal.
Yang kedua adalah hipertensi Goldblatt dengan dua ginjal. Mekanisme
terjadinya hipertensi ini adalah sebagai berikut: ginjal yang mengalami konstriksi
menahan air dan garam akibat menurunnya tekanan arteri renalis pada ginjal tersebut.
Ginjal yang normal juga menahan air dan garam akibat renin yang dihasilkan oleh
ginjal yang mengalami iskemik. Renin ini menyebabkan terbentuknya angiotensin
yang bersirkulasi ke ginjal yang berlawanan dan menyebabkannya juga menahan air
dan garam. Jadi dengan alasan yang berbeda kedua ginjal menjadi penahan garam dan
air yang mengakibatkan hipertensi.
b. Hipertensi Neurogenik
Merupakan hipertensi yang disebabkan oleh rangsangan yang kuat pada sistem
saraf simpatis. Contohnya apabila seseorang menjadi begitu terangsang karena alasan
apapun atau bila saat sedang gelisah, maka sistem simpatis akan sangat terangsang
yang menimbulkan vasokonstriksi perifer di setiap tempat dalam tubuh dan terjadilah
hipertensi akut. Hipertensi neurogenik juga bisa disebabkan oleh baroreseptor yang
dipotong atau bila traktus solitarius yang terdapat pada setiap sisi medula oblongata
dirusak. Hilangnya sinyal saraf normal dari baroreseptor secara mendadak memiliki
pengaruh yang sama pada mekanisme pengaturan tekanan oleh saraf seperti
pengurangan tekanan arteri pada aorta dan arteri karotis secara mendadak. Akibatnya
pusat vasomotor tiba-tiba menjadi sangat aktif dan tekanan arteri rata-rata meningkat,
namun dalam beberapa hari tekanan akan kembali normal. Oleh sebab itu, hipertensi
neurogenik termasuk hipertensi akut.
3) Hipertensi pada Toksemia Gravidarum
Selama masa kehamilan, banyak ibu yang mengalami hipertensi. Hal ini
merupakan manifestasi dari sindrom toksemia gravidarum. Prinsip patoligis yang
menyebabkan hipertensi ini diduga akibat penebalan membran glomerulus (mungkin
terjadi karena proses autoimun), yang mengurangi kecepatan filtrasi aliran dari
glomerulus kedalam tubulus ginjal. Dengan alasan yang jelas, tekanan arteri yang
diperlukan untuk menyebabkan pembentukan urin normal akan ditingkatkan. Selain itu,
nilai tekanan arteri jangka panjang juga meningkat. Pasien-pasien ini cenderung
menderita hipertensi karena konsumsi garam berlebih.
4) Hipertensi Akibat Aldosteronisme Primer
Merupakan tipe lain dari hipertensi beban-volume yang disebabkan oleh aldosteron
dalam tubuh berlebih atau kelebihan jenis steroid yang lain. Sebuah tumor kecil yang
terdapat pada salah satu kelenjar adrenal yang terkadang menyekresikan banyak sekali
aldosteron disebut sebagai Aldosteronisme Primer. Aldosteron memiliki efek dapat
meningkatkan kecepatan reabsorbsi garam dan air oleh tubulus ginjal sehingga akan
mengurangi hilangnya garam dan air dalam urin namun menaikkan volume cairan
ekstraseluler, akibatnya terjadi hipertensi. Bila keadaan ini diteruskan, maka kelebihan
aldosteron tersebut akan menyebabkan perubahan patologis pada ginjal sehingga
mengakibatkan ginjal menahan garam dan air lebih banyak lagi disamping yang
disebabkan oleh aldosteron tersebut. Oleh karena itu, akhirnya hipertensi sering menjadi
parah.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
6
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen.
Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathways
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdengung
4. Mimisan (jarang)
5. Sukar tidur
6. Sesak nafas
7. Rasa berat di tengkuk
8. Mudah lelah
9. Mata berkunang-kunang
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah :
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan saraf
3. Gagal jantung
4. Gangguan fungsi ginjal
5. Gangguan serebral (otak) yg mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik
10
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit Kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak Nafas
6. Gelisah
7. Pandangan Menjadi Kabur Yang Terjadi Karena Adanya Kerusakan Pada Otak, Mata,
Jantung Dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
F. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).
11
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushings; kadar renin dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/
EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
Catatan Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis
bebrapa
kemampuan
hal
yang
seperti
perlu
berjalan, jogging,
diperhatikan
dalam
12
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan
diuretic,
golongan
betabloker,
golongan
antagonis
kalsium,
perdarahan
tubuh
retina
sering
terserang
bahkan
akibat
gangguan
hipertensi
anatara
penglihatan
sampai
lain
mata
kebutaan,
13
kenaikan
TD
diperlukan
(vasokonstriksi
perifer);
pengisian
kapiler
mungkin
lambat/tertunda
15
6. Neurosensori
Gejala:Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode kebas dan
/atau kelamahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan ( diplopia, penglihatan
kabur). Episode epistaksis.
Tanda: Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses
pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman
tangan dan/ atau reflaks tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan
edema atau papilaedema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya
hipertensi.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri
Tanda: Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan. Bunyi nafas tambahan
(krakles/mengi). Sianosis
8. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien
hipotensi postural.
9. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklesosis, penyakit jantung,
diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ginjal. Faktor-faktor resiko etnik, seperti
orang Afrika-Amerika, AsiaTenggara. Penggunaan pil KB atau hormon lain;
penggunaan obat/ alkohol.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body Mass Index) yaitu berat
dalam kg dibagi tinggi dalam m.
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan system kardiovaskuler terutama ukuran jantung, bukti adanya gagal
jntung, penyakit arteri karotis, renal, dan perifer lain serta koarktasio aorta.
4. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme serta bising abdomen,
pembesaran ginjal serta tumor yang lain.
16
INTERVENSI
RASIONAL
dan
kebiasaan-kebiasaan
mungkin
menyokong
natrium
yang
tinggi
dapat
17
3. Identifikasi
pengetahuan
klien
aktivitas
dan
penggunaan
balutan ACE
dan
stoking emboli.
Lanjutkan
dengan
penyuluhan
INTERVENSI
RASIONAL
dewasa
dengan
pengukuran
Hipertensi
faktor
untuk
sistolik
juga
risiko
yang
penyakit
18
2. Catat
keberadaan,
kualitas
tungkai
mungkin
menurun,
curah
jantung.
4. Berikan
lingkungan
nyaman,
aktivitas/keributan
tenang,
kurangi
lingkungan.
mempengaruhi
tekanan
darah
dan
tempat tidur,dll.
tenang
sehingga
menurunkan
tekanan darah.
19
7. Pantau
respon
obat
untuk
mengontrol tindakan.
c. Dx 3 : Gangguan Pola tidur b.d memerlukan waktu yang berlebihan sekunder terhadap
obat-obatan antihipertensi
INTERVENSI
RASIONAL
sebelum tidur.
bertindak
sebagai
stimulan
penghambat tidur.
mempunyai
kualitas
soporfik,
20
meningkatkan
sintesis
serotonin,
sebelum tidur
Memberikan
situasi
kondusif
untuk
tidur.
6. Hindari
mengganggu
bila
Tidur
tanpa
gangguan
lebih
ASKEP KASUS
1.
Pengkajian
1) Data biografi klien
Nama
Tempat dan tanggal lahir
Pendidikan terakhir
Agama
Satus perkawinan
TB/BB
Penampilan umum
Ciri ciri tubuh
Alamat
Orang yang dekat dihubungi
Hubungan dengan klien
Alamat
: Tn. P
: - / umur 67 tahun
: SD tidak tamat
: Islam
: Duda
: 155 cm / 37 kg
: Bersih dan rapi, badan kurus.
: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih
: Karang Patian Pulung - Ponorogo.
: Tn. A
: Cucu.
: Ponorogo.
21
2) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya Tukang Kayu .
3) Riwayat lingkungan hidup
Sekarang klien tinggal di Wisma Kunthi bersama lansia yang lain orang. Jumlah kamar 6
buah dengan kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak
ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur
bersih.
Pertukaran udara an cahaya matahari baik. Tingkat kenyamanan dan privacy terjamin.
4) Riwayat rekreasi
Klien senang nonton TV
5) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK yang bertugas mengurusi masalah kesehatan.
Hampir semua kebutuhan terpenuhi karena panti menyiapkan kebutuhan lansia serta
kegiatan terjadwal secara teratur. Apabila lansia mengalami masalah kesehatan yang
serius panti melakuykan rujukan ke puskesmas maupun rumah sakit.
6) Deskripsi kekhususan
Klien mengatakan selalu melakukan solat 5 waktu dan mendapat pembinaan mental dan
rohani setiap minggu.
7) Status kesehatan
Klien mengatakan pernah mengalami sakit punggung setahun yang lalu. Sekarang klien
mngeluh Pusing, Kalau beraktivitas cepat merasa lelah, penglihatan kabur, kadang
kadang terasa lemah diseluruh tubuh
8) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena
berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
9) Tinjauan sistem
a. Keadaan umum: klien tampak bersih.
b. Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
c. Skala koma glasgow: E=4, V=5, M=6, total15
d. Tanda tanda vital: N: 80 x/mnt; S: 37,20C, RR: 16 x/mnt; TD: 170/90 mmHg.
e. Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus normal.
f. Pendengaran: klien dapat mendengar dengan baik.
10) Sistem kardiovaskuler:
a. Inspeksi: pergerakan dada simetris.
b. Perkusi: terdapat suara pekak.
c. Auskultasi: Irama jantung teratur, suara S1S2 tunggal.
11) Sistem pernafasan:
a. Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan.
b. Perkusi: Suara paru ka/ki sama sonor.
22
23
2.
Analisa Data
No
Data
1.
DS:
-
Etiologi
Masalah
Intoleran aktivitas
debar,
sering O2.
berkeringat.
DO:
-
2.
-
Klien
mengatakan
sering
Defisit
lapang
DO:
-
3.
Diagnosa Keperawatan
a) Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
akan oksigen
b) Resiko tinggi cedera sehubungan dengan penurunan lapangan pandang .
24
4.
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan
1.
Tujuan/ kriteria:
Intoleransi
Aktivitas
sehubungan
diinginkan/
ketidak
diperlukan.
seimbangan
2.
Berpartisipasi -
Rasional
dengan
antara
Intervensi
suplai -
Perhatikan
mengidentifikasikan
tekanan
Melaporkan istirahat.
Mengidentifikasi
faktor
yang
Untuk
melakukan
aktifitas/
1)
tindakan
Untuk
mengidentifikasikan
perubahan yang terjadi
3.
Mencegah
terjadinya kelelahan
4.
Membantu
penyesuaian
terhadap
tubuh
perubahan
aktivitas
5.
Aktivitas mandiri
2)
pasca
Kerusakan sensori
CVA
mempengaruhi
dapat
persepsi
25
2)
Bila
ajarkan
klien
untuk melakukan:
-
dapat
meyebabkan
3)
4)
Klein
masalah
dengan
mobilitas,
[emasangan
resiko
yang
dengan
Anjurkan
keluarga
klien
dan
untuk
memaksimalkan keamanan
di rumah.
26
5.
Implementasi
Waktu/tgl
Implementasi
Evaluasi
5 03 --2002
Memberikan HE tentang:
12.00
Klien kooperatif.
Klien
tampak
serius
6 03 2002
07.30
Mengkaji
keluhan
pasien
rekreasi.
Memotivasi
klien
untuk
Menjelaskan
pada
pasien
Klien kooperatif.
27
untuk
klien
7 03 2002
08.00
Melibatkan
Klien
tampak
serius
memperhatikan
porsi makan .
agar
dapat
mengontrol
Klien kooperatif.
Klien
tampak
serius
mengatakan
akan
tekanan memperhatikan
darah klien.
11.00
Melakukan
terminasi
dan
evaluasi.
Klien
6.
Evaluasi
28
No
Diagnosa Keperawatan
1.
Intoleransi
Evaluasi
2.
Resiko
tinggi
cedera
teman temannya
P: Rencana diteruskan.
DAFTAR PUSTAKA
29
Khatib, Oussama M.N. 2005. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension. WHO
Price, SA. & Wilson, LM. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Syarif, Amir. 2003. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI
Aninomous.
2008.
What
Causes
High
Blood
Pressure?
akses
internet
di
di http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-
2010.
Tekanan
Darah
Tinggi.
Disitasi
dari
30