Vous êtes sur la page 1sur 30

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah
satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan
merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (Armilawaty, 2007)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur
di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
B. Klasifikasi

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII [1]


Kategori

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Normal

< 120 mmHg

(dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi

120-139 mmHg

(atau) 80-89 mmHg

Stadium 1

140-159 mmHg

(atau) 90-99 mmHg

Stadium 2

>= 160 mmHg

(atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
1

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :


1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 510% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
Stenosis arteri renalis
Pielonefritis
Glomerulonefritis
Tumor-tumor ginjal
Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)


Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
Hiperaldosteronisme
Sindroma Cushing
Feokromositoma
3. Obat-obatan
Pil KB
Kortikosteroid
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
Koartasio aorta
Preeklamsi pada kehamilan
Porfiria intermiten akut
3

Keracunan timbal akut.


C. Etiologi
1) Hipertensi Primer (esensial)
Lebih dari 90% pasien hipertensi merupakan hipertensi esensial, yang tidak
diketahui penyebab aslinya yang dapat mempengaruhi regulasi tekanan darah.
Kemungkinan karena volume darah yang dipompa jantung meningkat, yang
mengakibatkan bertambahnya volume darah di pembuluh arteri. Hipertensi esensial
adalah istilah yang menunjukkan bahwa hipertensi yang terjadi tidak diketahui
penyebabnya. Walaupun begitu, pada kebanyakan pasien dengan hipertensi esensial ini
terdapat kecenderungan herediter yang kuat.
Riwayat keluarga hipertensi meningkatkan kemungkinan bahwa seorang individu
akan mengalami hipertensi. Faktor keturunan bersifat poligenik yang terlihat dari adanya
riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Jika salah satu atau kedua orangtua
mengidap hipertensi, maka kemungkinan anaknya juga terkena hipertensi. Faktor
predisposisi genetik dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
peningkatan reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin.
Hipertensi esensial menyerang empat kali lebih sering pada pria middle age
daripada pada wanita middle age. Faktor-faktor lingkungan yang menjadi faktor
predisposisi yang lebih dapat menyebabkan terjadinya hipertensi esensial antara lain gaya
hidup yang buruk (stres), banyak konsumsi garam, obesitas, merokok.
2) Hipertensi Sekunder
a. Hipertensi Goldblatt
Hipertensi goldblatt dibagi menjadi 2, yang pertama hipertensi Goldblatt dengan
satu ginjal yang memiliki 2 fase. Fase pertama adalah tipe hipertensi vasokonstriktor
yang disebabkan oleh angiotensin namun bersifat sementara. Fase kedua adalah tipe
hipertensi beban-volume. Sebenarnya dalam hipertensi tipe ini tidak terjadi kenaikan
terhadap volume darah maupun curah jantung, tetapi yang meningkat adalah tahanan
perifer total.
Kenaikan awal tekanan arteri pada kasus hipertensi ini disebabkan oleh
mekanisme vasokonstriksi renin-angiotensin. Akibat sedikitnya aliran darah yang
melalui ginjal sesudah penurunan tekanan arteri renalis yang berlangsung akut, ginjal
tersebut akan menyekresi banyak renin. Hal ini mengakibatkan terbentuknya
angiotensin dalam darah. Angiotensin ini kemudian akan meningkatkan tekanan arteri
4

secara akut. Sekresi renin akan mencapai puncaknya dalam 1 jam atau lebih, tetapi
dalam 5-7 hari akan kembali normal karena pada waktu itu arteri renalis juga
meningkat pada keadaan normal sehingga tidak terjadi iskemik ginjal.
Kenaikan kedua pada tekanan arteri disebabkan oleh retensi cairan. Dalam
waktu 5-7 hari cairan akan meningkat cukup tinggi sehingga mengakibatkan kenaikan
tekanan arteri menjadi nilai baru yang dipertahankan. Nilai kuantitatif tekanan yang
dipertahankan ini dipengaruhi oleh derajat kontriksi yang terjadi pada arteri renalis.
Jadi, tekanan tekanan aorta harus meningkat cukup tinggi sehingga tekanan arteri
renalis yang di sebelah distal dari bagian yang mengalami kontriksi akan cukup untuk
menyebabkan keluaran urin yang normal.
Yang kedua adalah hipertensi Goldblatt dengan dua ginjal. Mekanisme
terjadinya hipertensi ini adalah sebagai berikut: ginjal yang mengalami konstriksi
menahan air dan garam akibat menurunnya tekanan arteri renalis pada ginjal tersebut.
Ginjal yang normal juga menahan air dan garam akibat renin yang dihasilkan oleh
ginjal yang mengalami iskemik. Renin ini menyebabkan terbentuknya angiotensin
yang bersirkulasi ke ginjal yang berlawanan dan menyebabkannya juga menahan air
dan garam. Jadi dengan alasan yang berbeda kedua ginjal menjadi penahan garam dan
air yang mengakibatkan hipertensi.
b. Hipertensi Neurogenik
Merupakan hipertensi yang disebabkan oleh rangsangan yang kuat pada sistem
saraf simpatis. Contohnya apabila seseorang menjadi begitu terangsang karena alasan
apapun atau bila saat sedang gelisah, maka sistem simpatis akan sangat terangsang
yang menimbulkan vasokonstriksi perifer di setiap tempat dalam tubuh dan terjadilah
hipertensi akut. Hipertensi neurogenik juga bisa disebabkan oleh baroreseptor yang
dipotong atau bila traktus solitarius yang terdapat pada setiap sisi medula oblongata
dirusak. Hilangnya sinyal saraf normal dari baroreseptor secara mendadak memiliki
pengaruh yang sama pada mekanisme pengaturan tekanan oleh saraf seperti
pengurangan tekanan arteri pada aorta dan arteri karotis secara mendadak. Akibatnya
pusat vasomotor tiba-tiba menjadi sangat aktif dan tekanan arteri rata-rata meningkat,
namun dalam beberapa hari tekanan akan kembali normal. Oleh sebab itu, hipertensi
neurogenik termasuk hipertensi akut.
3) Hipertensi pada Toksemia Gravidarum

Selama masa kehamilan, banyak ibu yang mengalami hipertensi. Hal ini
merupakan manifestasi dari sindrom toksemia gravidarum. Prinsip patoligis yang
menyebabkan hipertensi ini diduga akibat penebalan membran glomerulus (mungkin
terjadi karena proses autoimun), yang mengurangi kecepatan filtrasi aliran dari
glomerulus kedalam tubulus ginjal. Dengan alasan yang jelas, tekanan arteri yang
diperlukan untuk menyebabkan pembentukan urin normal akan ditingkatkan. Selain itu,
nilai tekanan arteri jangka panjang juga meningkat. Pasien-pasien ini cenderung
menderita hipertensi karena konsumsi garam berlebih.
4) Hipertensi Akibat Aldosteronisme Primer
Merupakan tipe lain dari hipertensi beban-volume yang disebabkan oleh aldosteron
dalam tubuh berlebih atau kelebihan jenis steroid yang lain. Sebuah tumor kecil yang
terdapat pada salah satu kelenjar adrenal yang terkadang menyekresikan banyak sekali
aldosteron disebut sebagai Aldosteronisme Primer. Aldosteron memiliki efek dapat
meningkatkan kecepatan reabsorbsi garam dan air oleh tubulus ginjal sehingga akan
mengurangi hilangnya garam dan air dalam urin namun menaikkan volume cairan
ekstraseluler, akibatnya terjadi hipertensi. Bila keadaan ini diteruskan, maka kelebihan
aldosteron tersebut akan menyebabkan perubahan patologis pada ginjal sehingga
mengakibatkan ginjal menahan garam dan air lebih banyak lagi disamping yang
disebabkan oleh aldosteron tersebut. Oleh karena itu, akhirnya hipertensi sering menjadi
parah.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
6

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen.
Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

Pathways

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdengung
4. Mimisan (jarang)
5. Sukar tidur
6. Sesak nafas
7. Rasa berat di tengkuk
8. Mudah lelah
9. Mata berkunang-kunang
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah :
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan saraf
3. Gagal jantung
4. Gangguan fungsi ginjal
5. Gangguan serebral (otak) yg mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik
10

pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit Kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak Nafas
6. Gelisah
7. Pandangan Menjadi Kabur Yang Terjadi Karena Adanya Kerusakan Pada Otak, Mata,
Jantung Dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
F. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).

11

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushings; kadar renin dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/
EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
Catatan Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis

dan sesuai dengan

bersepeda atau berenang.


b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat

bebrapa

kemampuan

hal

yang

seperti

perlu

berjalan, jogging,

diperhatikan

dalam

pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:


1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

12

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan

diuretic,

golongan

betabloker,

golongan

antagonis

kalsium,

golongan penghambat konversi rennin angitensin.


H. Komplikasi
Organ organ
berupa

perdarahan

tubuh
retina

sering

terserang

bahkan

akibat

gangguan

hipertensi

anatara

penglihatan

sampai

lain

mata

kebutaan,

gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

13

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit keluarga hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, penyakit
jantung koroner, stroke atau penyakit ginjal.
2. Lama dan tingkat tekanan darah tinggi sebelumnya dan hasil serta efek sampinng obat
antihipertensi sebelumnya.
3. Riwayat atau gejala sekarang penyakit jantung koroner dan gagal jantung, penyakit
serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer, diabetes mellitus, pirai, dislipidemia, asma
bronkhiale, disfungsi seksual, penyakit ginjal, penyakit nyata yang lain dan informasi
obat yang diminum.
4. Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium, dan alcohol, jumlah rokok,
tingkat aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan sejak awal dewasa.
5. Riwayat obat-obatan atau bahan lain yang dapat meningkatkan tekanan darah
termasuk kontrasepsi oral, obat anti keradangan nonsteroid, liquorice, kokain dan
amfetamin. Perhatian juga untuk pemakaian eritropoetin, siklosporin atau steroid
untuk penyakit yang bersamaan.
6. Faktor pribadi, psikososial, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil
pengobatan antihipertensi termasuk situasi keluarga, lingkungan kerja, dan latar
belakang pendidikan.
c. Pengkajian data dasar
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
14

Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.


2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung kroner/katup dan
penyakit serebrovaskular, episode palpitasi, presipitasi.
Tanda: Kenaikan TD (pengukuran serial dari

kenaikan

TD

diperlukan

untukmenegakkan diagnosis), Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan


regimen obat), Nadi: denyutan jalas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut
seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis;
denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Denyut apikal:
PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat. Frekuensi/irama : takikardia,
berbagai disritmia. Bunyi jantung: terdengar s2 pada dasar ; s3 (CHF dini) ; s4
(pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Desiran
vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ
[distensi vena jugularis] (kongesti vena). Ekstrimitas: perubahan warna kulit, suhu
dingin

(vasokonstriksi

perifer);

pengisian

kapiler

mungkin

lambat/tertunda

(vasokonstriksi). Kulit-pucat, sianosia dan diaforesis (kongesti, hipoksemia);


kemerahan (feokromositoma).
3. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik
(dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik
cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala:Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa yang lalu).
5. Makanan/Cairan
Gejala: Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolestrol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); gula-gula yang
bewarna hitam; kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhirakhir ini (meningkar/menurun). Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik).

15

6. Neurosensori
Gejala:Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode kebas dan
/atau kelamahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan ( diplopia, penglihatan
kabur). Episode epistaksis.
Tanda: Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses
pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman
tangan dan/ atau reflaks tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan
edema atau papilaedema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya
hipertensi.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri
Tanda: Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan. Bunyi nafas tambahan
(krakles/mengi). Sianosis
8. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien
hipotensi postural.
9. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklesosis, penyakit jantung,
diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ginjal. Faktor-faktor resiko etnik, seperti
orang Afrika-Amerika, AsiaTenggara. Penggunaan pil KB atau hormon lain;
penggunaan obat/ alkohol.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body Mass Index) yaitu berat
dalam kg dibagi tinggi dalam m.
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan system kardiovaskuler terutama ukuran jantung, bukti adanya gagal
jntung, penyakit arteri karotis, renal, dan perifer lain serta koarktasio aorta.
4. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme serta bising abdomen,
pembesaran ginjal serta tumor yang lain.

16

5. Pemeriksaan fundus optikus dan system syaraf untuk mengetahui kemungkinan


adanya kerusakan serebrovaskuler.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya beban awal, penurunan curah jantung
sekunder terhadap infark miokard
2. Risiko Tinggi terhadap Penurunan Curah Jantung
3. Gangguan Pola tidur b.d memerlukan waktu yang berlebihan sekunder terhadap obatobatan antihipertensi
C. Intervensi
a. Dx 1 : Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya beban awal, penurunan curah jantung
sekunder terhadap infark miokard

INTERVENSI

RASIONAL

1. Identifikasi faktor penyebab dan

Pengawasan intake diet dipantau untuk

penunjang, misal diet yang tidak

menjaga kestabilan tekanan darah agar

tepat (intake natrium berlebih),

tidak terjadi penumpukan cairan yang

kurangnya pengetahuan tentang

dapat menyembabkan edema jaringan.

pemenuhan hal-hal yang berkaitan


dengan pengobatan.

2. Identifikasi dan awasi intake diet


klien
yang

dan

kebiasaan-kebiasaan

mungkin

terjadinya retensi urin.

menyokong

Pengawasan intake makanan pasien


sangat diperlukan untuk mencegah
bertambahnya volume cairan dengan
intake makanan yang tidak terkontrol.
Intake

natrium

yang

tinggi

dapat
17

Lanjutkan dengan memberikan intake

menyebabkan retensi air.

yang seseuai dengan kebutuhan klien.

3. Identifikasi

pengetahuan

klien

mengenai diagnosa medis, diet,


pengobatan,

aktivitas

dan

penggunaan

balutan ACE

dan

stoking emboli.
Lanjutkan

dengan

penyuluhan

kesehatan jika diindikasikan.

b. Dx 2 : Risiko Tinggi terhadap Penurunan Curah Jantung

INTERVENSI

RASIONAL

1. Pantau tekanan darah. Ukur pada

Perbandingan dari tekanan memberikan

kedua tangan/paha untuk evaluasi

gambaran yang lebih lengkap tentan

awal. Gunakan ukuran manset

keterlibatan/bidang masalah vaskular.

yang tepat dan teknik yang akurat.

Hipertensi berat diklasifikasikan pada


orang

dewasa

dengan

pengukuran

diastolik > 130 dan dipertimbangkan


sebagai peningkatan pertama, kemudian
maligna.
merupakan
ditentukan

Hipertensi
faktor
untuk

sistolik

juga

risiko

yang
penyakit

serebrovaskular dan penyakit iskemia


jantung bila tekanan diastolik 90 115.

18

2. Catat

keberadaan,

kualitas

denyutan sentral dan perifer.

Denyutan karotis, jugularis, radialis dan


femoralis mungkin terpalpasi. Denyut
pada

tungkai

mungkin

menurun,

mencerminkan efek dari vasokonstriksi


dan kongesti vena.

3. Amati warna kulit, kelembaban,


suhu, dan masa pengisian kapiler.

Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan


masa pengisian kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan vasokonstriksi atau
mencerminkan
dekompensasi/penurunan

curah

jantung.

4. Berikan

lingkungan

nyaman,
aktivitas/keributan

tenang,

Membantu untuk menurunkan rangsan

kurangi

simpatis dan meningkatkan relaksasi.

lingkungan.

Batasi jumlah pengunjung dan


lamanya tinggal.

5. lakukan tindakan-tindakan yang

Menurunkan stres dan ketegangan yang

nyaman, seperti pijantan punggung

mempengaruhi

tekanan

darah

dan leher, meninggikan kepala

perjalanan penyakit hipertensi.

dan

tempat tidur,dll.

6. Anjurkan teknik relaksasi, panduan


memijat, aktivitas pengalihan.

Dapat menurunkan rangsangan yang


dapat menimbulkan stres, membuat
efek

tenang

sehingga

menurunkan

tekanan darah.

19

7. Pantau

respon

obat

untuk

mengontrol tindakan.

Respin terhadap terapi obat stepped


(yang terdiri atas diuretik, inhibitor
simpati dan vasodilator) tergantung
pada individu dan efek sinergis obat.
Karena efek samping tersebut, maka
penting untuk menggunakan obat dalam
jumlah paling sedikit dan dosis paling
rendah.

c. Dx 3 : Gangguan Pola tidur b.d memerlukan waktu yang berlebihan sekunder terhadap
obat-obatan antihipertensi

INTERVENSI

1. Berikan tempat tidur yang nyaman,


seperti bantal dan guling.

RASIONAL

Meningkatkan kenyamanan tidur serta


dukungan fisiologis/psikologis.

2. Dorong beberapa aktivitas ringan

Aktivitas siang hari dapat membantu

selama siang hari. Jamin pasien

pasien menggunakan energi dan siap

berhenti beraktivitas beberapa jam

untuk tidur malam. Namun, kelanjutan

sebelum tidur.

aktivitas yang dekat dengan waktu tidur


dapat

bertindak

sebagai

stimulan

penghambat tidur.

3. Tingkatkan regimen kenyamanan


waktu tidur, misal mandi air hangat

Meningkatkan efek relaksasi. Catatan:


susu

mempunyai

kualitas

soporfik,
20

dan masase, segelas susu hangat

meningkatkan

sintesis

serotonin,

sebelum tidur

neurotransmiter yang membantu pasien


tertidur dan tidur lebih lama.

4. Instruksikan tindakan relaksasi

Membantu menginduksikan tidur.

5. Kurangi kebisingan dan lampu

Memberikan

situasi

kondusif

untuk

tidur.

6. Hindari

mengganggu

bila

Tidur

tanpa

gangguan

lebih

mungkin, misal membangunkan

menimbulkan rasa segar dan pasien

untuk obat atau terapi.

mungkin tidak mampu kembali tidur bila


terbangun.

ASKEP KASUS
1.

Pengkajian
1) Data biografi klien
Nama
Tempat dan tanggal lahir
Pendidikan terakhir
Agama
Satus perkawinan
TB/BB
Penampilan umum
Ciri ciri tubuh
Alamat
Orang yang dekat dihubungi
Hubungan dengan klien
Alamat

: Tn. P
: - / umur 67 tahun
: SD tidak tamat
: Islam
: Duda
: 155 cm / 37 kg
: Bersih dan rapi, badan kurus.
: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih
: Karang Patian Pulung - Ponorogo.
: Tn. A
: Cucu.
: Ponorogo.
21

2) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya Tukang Kayu .
3) Riwayat lingkungan hidup
Sekarang klien tinggal di Wisma Kunthi bersama lansia yang lain orang. Jumlah kamar 6
buah dengan kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak
ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur

bersih.

Pertukaran udara an cahaya matahari baik. Tingkat kenyamanan dan privacy terjamin.
4) Riwayat rekreasi
Klien senang nonton TV
5) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK yang bertugas mengurusi masalah kesehatan.
Hampir semua kebutuhan terpenuhi karena panti menyiapkan kebutuhan lansia serta
kegiatan terjadwal secara teratur. Apabila lansia mengalami masalah kesehatan yang
serius panti melakuykan rujukan ke puskesmas maupun rumah sakit.
6) Deskripsi kekhususan
Klien mengatakan selalu melakukan solat 5 waktu dan mendapat pembinaan mental dan
rohani setiap minggu.
7) Status kesehatan
Klien mengatakan pernah mengalami sakit punggung setahun yang lalu. Sekarang klien
mngeluh Pusing, Kalau beraktivitas cepat merasa lelah, penglihatan kabur, kadang
kadang terasa lemah diseluruh tubuh
8) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena
berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
9) Tinjauan sistem
a. Keadaan umum: klien tampak bersih.
b. Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
c. Skala koma glasgow: E=4, V=5, M=6, total15
d. Tanda tanda vital: N: 80 x/mnt; S: 37,20C, RR: 16 x/mnt; TD: 170/90 mmHg.
e. Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus normal.
f. Pendengaran: klien dapat mendengar dengan baik.
10) Sistem kardiovaskuler:
a. Inspeksi: pergerakan dada simetris.
b. Perkusi: terdapat suara pekak.
c. Auskultasi: Irama jantung teratur, suara S1S2 tunggal.
11) Sistem pernafasan:
a. Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan.
b. Perkusi: Suara paru ka/ki sama sonor.
22

c. Auskultasi: vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)


12) Sistem integument
a. Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (-), dekubitus
(-), bekas luka (-).
b. Palpasi: turgor kulit normal.
13) Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari,Ngompol (-)
14) Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, kemampuan menggenggam kuat,
otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
15) Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid.
16) Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-), riwayat
penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
17) Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti dengan
frekuensi 3 kali sehari dan setiap makan hanya porsi. Kebiasaan minum kopi (-), susu
(-), peristaltik (+). Klien mengatakan bab tiap hari sekali dengan konsistensi lembek.
18) Sistem reproduksi
Klien mengatakan memiliki 2 orang anak putra dan putri.
19) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap
pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-). Interpretasi klien
terhadap lawan bicara cukup baik.
20) Status kognitif/afektif/sosial
a. Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan kesalahan 6, karena klien
sekolah SD tidak tamat.
b. Mini mental state exam (MMSE) dengan skore 9, karena klien memang tidak
mengerti.

23

2.

Analisa Data
No

Data

1.

DS:
-

Etiologi

Masalah

Klien mengeluh cepat merasa Ketidakseimbangan

Intoleran aktivitas

lelah kalau bekerja, Jantung suplai dan kebutuhan


berdebar

debar,

sering O2.

berkeringat.
DO:
-

Tekanan darah 170 / 90


mmHg, Nadi 80 kali/menit,.
DS:

2.
-

Klien

mengatakan

sering

Defisit

lapang

motorik Resiko tinggi terhadap


merasa pusing dan penglihatan
cedera
atau persepsi.
kabur.
pandang,

DO:
-

Tekanan darah 170 / 90


mmHg, Nadi 80 kali/menit,.

3.

Diagnosa Keperawatan
a) Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
akan oksigen
b) Resiko tinggi cedera sehubungan dengan penurunan lapangan pandang .

24

4.

Perencanaan

No Diagnosa

Tujuan

1.

Tujuan/ kriteria:

Intoleransi
Aktivitas
sehubungan

diinginkan/

ketidak

diperlukan.

seimbangan

2.

Berpartisipasi -

Rasional

Kaji respon terhadap 1.

dalam aktifitas yang aktifitas.

dengan

antara

Intervensi

suplai -

Perhatikan

mengidentifikasikan
tekanan

darah, nadi selama/ sesudah

Melaporkan istirahat.

dan kebutuhan peningkatan dalam - Perhatikan nyeri dada,


toleransi
aktifitas
akan oksigen
dyspnea, pusing.
yang dapat diukur.
Instruksikan tentang
Menunjukkan
tehnik menghemat tenaga,
penurunan
dalam
misal: menggunakan kursi
tanda-tanda
saat mandi, sisir rambut.
intoleransi fisiologi
Melakukan aktifitas
dengan perlahan-lahan.
-

Mengidentifikasi
faktor

yang

Untuk

Beri dorongan untuk

melakukan

aktifitas/

1)

tindakan

aktivitas yang cocok dan


seberapa jauh klien dapat
melakukannya.
2.

Untuk

mengidentifikasikan
perubahan yang terjadi
3.

Mencegah

terjadinya kelelahan
4.

Membantu

penyesuaian
terhadap

tubuh
perubahan

aktivitas
5.

Aktivitas mandiri

Resiko tinggi meningkatkan resiko


membantu
dalam
perawatan
diri
secara
cedera
terhadap cedera.
perubahan
kebutuhan
bertahap
jika
dapat
sehubungan
hidup
Memperagakan ditoleransi.
dengan
tindakan keamanan
penurunan
Beri bantuan sesuai
untuk
mencegah
lapangan
dengan kebutuhan.
1)
Membantu
cedera.
pandang
menurunkan cedera.
Lakukan

untuk mengurangi bahaya


lingkungan.

2)
pasca

Kerusakan sensori
CVA

mempengaruhi

dapat
persepsi

25

2)

Bila

penurunan klien terhadap suhu.

sensitifitas taktil menjadi


masalah

ajarkan

klien

untuk melakukan:
-

Penggunaan lat bantu

yang tidak tepat atau tidak


pas

dapat

meyebabkan

Kaji suhu air mandi dan regangan atau jatuh.

bantalan pemanas sebelum


digunakan.
-

3)

4)

Klein

masalah

Kaji ekstremitas setiap memerlukan

dengan
mobilitas,
[emasangan

hari terhadap cedera yang alat bantu ini dan


tak terdeteksi.
-

Pertahankan kaki tetap

hangat dan kering serta


kulit dilemaskan dengan
lotion emoltion.
3) Lakukan tindakan untuk
mengurangi
berkenaan

resiko

yang
dengan

pengunaan alat bantu.


4)

Anjurkan

keluarga

klien

dan
untuk

memaksimalkan keamanan
di rumah.

26

5.

Implementasi
Waktu/tgl

Implementasi

Evaluasi

5 03 --2002

Memberikan HE tentang:

12.00

Penyebab terjadinya kelelahan

Klien kooperatif.
Klien

tampak

serius

pada pasien dan alasan timbulnya memperhatikan.


keluhan yang seperti, penglihatan
kabur dan cara cara untuk
mengatasinya agar tidak timbul
cedera.

6 03 2002
07.30

Menemani pasien saat klien


mengikuti senam.

Klien berpartisipasi dalam

Mengukur Nadi pasien setelah kegiatan senam dari awal sampai


melakukan senam .
akhir.

Mengkaji

keluhan

pasien

Nadi 80 Kali / menit

setelah melakukan senam.

Melakukan pemeriksaan fisik,

Tidak mengeluh lelah

dan melibatkan klien dalam kegiatan


08.00-10.30

rekreasi.

Memotivasi

klien

untuk

Klien mengikuti kegiatan


rekreasi dan klien banyak tertawa

beristirahat bila merasa lelah.


11.00

Menjelaskan

pada

pasien

Klien mengatakan mengikuti


saran yang diberikan mahasiswa

tentang pentingya istirahat.

Klien kooperatif.

27

untuk

klien

mengikuti kegiatan senam.

7 03 2002
08.00

Melibatkan

Klien

tampak

serius

memperhatikan

Mendampingi klien makan siang


dan memotivasi untuk meningkatkan

porsi makan .

Klien berpartisipasi mengikuti


kegiatan senam tanpa keluhan

Menjelaskan pada pasien cara lelah


cara untuk menghidari terjadinya
cedera

Menganjurkan pada pasien untuk


melaporkan pada petugas kesehatan
panti bila timbul keluhan .

Meminta Petugas kesehatan Panti

agar

dapat

mengontrol

Klien kooperatif.
Klien

tampak

serius

mengatakan

akan

tekanan memperhatikan

darah klien.
11.00

Mengevaluasi tekanan darah,


nadi dan Pernapasan.

Melakukan

terminasi

dan

evaluasi.

Klien

mengikuti saran yang diberikan.

Tensi 170/80 mmHg, Nadi 70


Kali/menit, RR 18 kali/menit.

6.

Evaluasi

28

No

Diagnosa Keperawatan

1.

Intoleransi

Evaluasi

Aktivitas Tanggal: 7 Maret 2002-03-14

sehubungan dengan ketidak


seimbangan antara suplai dan
kebutuhan akan oksigen

S: Klien mengatakan mengatakan tidak mengeluh


lelah. Merasa agak kuat .
O: nadi 70 Kali/menit, RR 18 Kali/menit, bebas
melakukan aktivitas
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dapt diteruskan.
S: Klien mengatakan tidak merasa pusing dan
penglihatannya tidak kabur.
O: Klien bebas berjalan dan berkomunikasi dengan

2.

Resiko

tinggi

cedera

teman temannya

sehubungan dengan penurunan A: Masalah teratasi sebagian.


lapangan pandang

P: Rencana diteruskan.

DAFTAR PUSTAKA

29

Khatib, Oussama M.N. 2005. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension. WHO
Price, SA. & Wilson, LM. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Syarif, Amir. 2003. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI
Aninomous.

2008.

What

Causes

High

Blood

Pressure?

akses

internet

di

http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=2125 (diakses 21 Januari 2015)


Aninomous. 2008. High Blood Pressure, Factors that Contribute to. akses internet di
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=3053 (diakses 21 Januari 2015)
Armilawaty, dkk.2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi akses
internet

di http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-

risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/ (diakses 22 Januari 2015)


Anonim.

2010.

Tekanan

Darah

Tinggi.

Disitasi

dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi (diakses 22 Januari 2015)

30

Vous aimerez peut-être aussi