Vous êtes sur la page 1sur 10

APLIKASI REKAYASA GENETIKA DALAM

PEMBUATAN VAKSIN HEPATITIS DENGAN


MENGGUNAKAN BAKTERI Saccharomyces cereviciae
UNTUK MENCEGAH INFEKSI VIRUS HEPATITIS B
Posted January 12, 2012 by aguskrisno in Uncategorized. Leave a Comment
APLIKASI REKAYASA GENETIKA DALAM PEMBUATAN VAKSIN HEPATITIS
DENGAN MENGGUNAKAN BAKTERI Saccharomyces cereviciae UNTUK MENCEGAH
INFEKSI VIRUS HEPATITIS B
APPLICATION OF GENETIC ENGINEERING IN DEVELOPMENT USING BACTERIAL
VACCINE HEPATITIS Saccharomyces cereviciae TO PREVENT HEPATITIS B VIRUS
INFECTION
Asminarti, Dr. H. Moch. Agus Krisno Budianto, M. Kes
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas 246 Malang Telp 464318 psw 120
Abstract
Innovation, especially recombinant DNA biotechnology has opened up new possibilities for
producing live vaccines with ease. To do that required a suitable vector organisms, and
vaccinia virus vectors are currently the most popular addition to cytomegalovirus as a
potential vector potential. Insertion of the DNA molecule into a vector allowing for an
integrated and experience in a multiplication of cells of other organisms that serve as host
cells.To obtain the vaccines are made in genetic engineering that is obtained by means of
recombinant DNA that is the end result of bacteria that have been inserted genes will form a
pure antigen. When the antigen is injected in humans, the human immune system will make
specific compounds called antibodies. The emergence of these antibodies will defend the
body from the influence of foreign substances (antigens) that enter the body.
Key word: Genetic engineering, recombinant DNA, vaccines, Hepatitis
Abstrak
Inovasi bioteknologi terutama rekombinan DNA telah membuka kemungkinan baru untuk
memproduksi vaksin hidup dengan mudah. Untuk melakukan itu dibutuhkan organisme
vektor yang sesuai, dan virus vaccinia merupakan vektor yang paling terkenal saat ini
disamping cytomegalovirus sebagai calon vektor potensiil. Penyisipan molekul DNA ke
dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami
perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.Untuk
memperoleh vaksin yang dibuat dalam rekayasa genetika yakni dengan cara DNA
rekombinan diperoleh hasil akhir yaitu bakteri yang telah disisipi gen ini akan membentuk
antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem kekebalan manusia akan

membuat senyawa khas yang disebut antibodi. Munculnya antibodi ini akan mempertahankan
tubuh dari pengaruh senyawa asing (antigen) yang masuk dalam tubuh.
Kata Kunci: Rekayasa genetika, DNA rekombinan, vaksin, Hepatitis
PENDAHULUAN
Salah satu dari perkembangan IPTEK dewasa ini adalah Rekayasa genetika dalam berbagai
proses dan produknya yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup drastis dan
meminta
perhatian
serius.
Kemajuan dan perkembangan bioteknologi tidak dapat terlepas dari kemajuan dan dukungan
ilmu-ilmu dasar seperti: mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, dan genetika. Kompetensi
menguasai bioteknologi tersebut dapat tercapai manakala pembinaan sumber daya manusia
diorientasikan pada kompetensi meneliti dan menerapkan metode-metode mutakhir
bioteknologi. Kemampuan menguasai dan mengaplikasikan metode-metode mutakhir
bioteknologi (current methods of biotecnology) seperti: kultur jaringan, rekayasa genetik,
hibridoma, kloning, dan polymerase chains reaction (PCR) secara prospektif telah mampu
menghasilkan
produk-produk
penemuan
baru.
Sejak vaksin diperkenalkan Edward Jenner 1796, vaksinasi sering dilakukan untuk
melindungi manusia dan hewan terhadap infeksi virus. Keberhasilan vaksinasi tercermin dari
berkurangnya penyakit-penyakit infeksi pada manusia dan hewan ternak. Puncak
keberhasilan ini terwujud dengan adanya vaksinasi smallpox masal. Vaksinasi smallpox
dilakukan menggllnakan vaksin virus cowpox yaitu virus vaccinia. Produksi vaksin ini relatif
mudah dan stabilitasnya dapat dipertahankan dengan membuat sediaan freeze-dried,
sehingga dapat dikirim keseluruh dunia tanpa pendinginan. Selain itu vaksinasi mudah
dilakukan dan tidak memerlukan peralatan yang mahal. Vaksinasi sekarang menjadi istilah
umum untuk pemaparan antigen terhadap manusia atau binatang dalam membangkitkan
respon kekebalan. Vaksin potensiil merupakan syarat utama untuk tujuan ini sehingga dapat
mengontrol
penyakit
secara
efektif.
Inovasi bioteknologi terutama rekombinan DNA telah membuka kemungkinan baru untuk
memproduksi vaksin hidup dengan mudah. Untuk melakukan itu dibutuhkan organisme
vektor yang sesuai, dan virus vaccinia merupakan vektor yang paling terkenal saat ini
disamping
cytomegalovirus
sebagai
calon
vektor
potensiil.
Virus vaccinia sudah lama dikenal dan digunakan untuk vaksinasi smallpox. Selama
digunakan, sudah tak diragukan lagi keefektifannya dan relatif aman, stabil, serta mudah cara
pemberiannya. Virus vaccinia mempunyai beberapa karakteristik yang khas sehingga
terpilih sebagai vektor untuk menghasilkan vaksin rekombinan hidup. la merupakan virus
DNA, manipulasi genetik dapat dilakukan relatip mudah, ia mempunyai genome yang dapat
menerima banyak DNA asing, mudah ditumbuhkan dan dimurnikan serta mempunyai range
host
yang
lebar
pada
manusia
dan
hewan.
Sifat virus vaccinia memungkinkan dilakukan rekayasa genetika dan mampu
mengekspresikan informasi antigen asing dari berbagai patogen. Bila vaksin hidup hasil
rekombinan ini digunakan untuk vaksinasi binatang maka binatang tersebut akan
memperlihatkan respon imunologis terhadap antigen patogenik yang dimaksud. Beberapa
laporan percobaan telah memperlihatkan vaksinasi binatang percobaan dengan virus
rekombinan berhasil melindungi binatang ini terhadap penyakit yang berhubungan. Beberapa
laporan telah mengekspresikan berbagai penyakit, seperti herpes simplex virus glycoprotein,
influenza virus hemagglutinin, hepatitis B virus surface antigen, rabies virus glycoprotein,
plasmodium knowlesi sporozoite antigen dan sebagainya. Rekombinan ini telah
memperlihatkan
reaksi
kekebalan
terhadap
patogen-patogen
tersebut.
REKAYASA
GENETIKA

Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan mahluk
hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga pencakokan gen
atau
rekombinasi
DNA.
Metodenya
antara
lain
:
1. Transplantasi inti, merupakan pemindahan inti dari suatu sel ke sel yang lain agar
didapatkan individu baru dengan sifat yang sesuai dengan inti yang di terimanya.
2. Teknologi plasmid. Plasmid adalah lingkaran DNA kecil yang terdapat dalam sel bakteri
atau
ragi
di
luar
kromosomnya.
Sifat-sifat
plasmid
antara
lain
:
a)
Merupakan
molekul
DNA
yang
mengandung
DNA
tertentu.
b)
Dapat
beraplikasi
diri.
c)
Dapat
berpindah
ke
sel
bakteri
lain.
d)
Sifat plasmid pada keturunan bakteri sama dengan pasmid induk.
Karena sifat-sifat tersebut plasmid digunakan sebagai vector atau pemindah gen ke dalam sel
target
Rekombinasi DNA adalah proses penggabungan DNA DNA dari sumber yang berbeda.
Tujuannya adalah untuk menyambungkan gen yang ada di dalamnya. Oleh karena itu,
rekombinasi
DNA
disebut
juga
rekombinasi
gen.
Teknologi DNA Rekombinan atau sering disebut juga rekayasa genetika adalah suatu ilmu
yang mempelajari mengenai pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara
penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk
terintegrasi dan mengalami perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan
sebagai sel inang. Manfaat rekayasa genetika ini adalah mengisolasi dan mempelajari
masing-masing gen tentang fungsi dan mekanisme kontrolnya. Selain itu, rekayasa genetika
juga memungkinkan diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu lebih cepat
dan
jumlah
lebih
besar
daripada
produksi
secara
konvensional.
Ada beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika.Yang
pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vektor. Hal tersebut akan dibahas
sebagai
berikut:
1.
Cellular
Enzymes
/
Enzim
seluler
Enzim yang dipakai oleh orang-orang bioteknologi dalam memanipulasi DNA diantaranya
adalah enzim Endonuklease, yaitu enzim yang mengenali batas-batas sekuen nukleotida
spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan bahan-bahan genetik.
Penggunaan enzim ini yang paling umum antara lain pada sekuen palindromik. Enzim ini
dibentuk dari bakteri yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan penyusupan
DNA,
seperti
genom
bacteriophage.
Ada juga DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA. Enzim
ini mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang sama persis ke sel induk
barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari berbagai jenis organisme, yang tidak
mengherankan, karena semua organisme pasti harus meng-copy DNA mereka.
Selain DNA polimerisasi, ada juga enzim RNA polimerisasi yang berfungsi untuk membaca
sekuen DNA dan mensintesis molekul RNA komplementer. Seperti halnya DNA
polimerisasi, RNA polimerisasi juga banyak ditemukan di organisme karena semua
organisme
harus
merekam
gen
mereka
Selanjutnya yang akan dibahas adalah enzim DNA ligase. Enzim DNA ligase merupakan
suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu bahan genetik dengan bahan
genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA ligase ini dapat bergabung dengan DNA (atau
RNA) dan membentuk ikatan phosphodiester baru antara DNA (atau RNA) yang satu dengan
lainnya.
Kemudian, ada pula enzim reverse transcriptases yang berfungsi membentuk blue-print dari
molekul RNA membentuk cDNA (DNA komplementer). Enzim ini dibuat dari virus RNA
yang mengubah genom RNA mereka menjadi DNA ketika mereka menginfeksi inangnya.

Enzim ini biasa dipakai ketika bertemu dengan gen eukariotik yang biasanya terpisah-pisah
menjadi potongan kecil dan dipisahkan oleh introns dalam kromosom.
2. Natural Vectors / Vektor natural
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam
bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok dengan
tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah memberikan solusi dari masalah ini.
Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang membawa DNA ke dalam sel induk barunya.
Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap berhasil, di dalam vektor, DNA hasil
rekombinan seharusnya benar-benar hanya dibawa setelah sebelumnya DNA rekombinan
digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA
rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari vektor
natural dari alam adalah plasmid dan virus atau bacteriophage.
VAKSIN
Vaksin dihasilkan dari kuman (atau bagian dari tubuh kuman) yang menyebabkan penyakit.
Sebagai contoh vaksin campak dihasilkan dari virus campak, vaksin polio dihasilkan dari
virus polio, vaksin cacar dihasilkan dari virus cacar, dll. Perbedaanya terletak pada cara
pembuatan vaksin tersebut.
Terdapat 2 jenis vaksin, hidup dan mati. Untuk membuat vaksin hidup, virus hidup
dilemahkan dengan melepaskan virus kedalam tisu organ dan darah binatang (seperti ginjal
monyet dan anjing, embrio anak ayam, protein telur ayam dan bebek, serum janin sapi, otak
kelinci, darah babi atau kuda dan nanah cacar sapi) beberapa kali (dengan proses bertahap)
hingga kurang lebih 50 kali untuk mengurangi potensinya. Sebagai contoh virus campak
dilepaskan kedalam embrio anak ayam, virus polio menggunakan ginjal monyet, dan virus
Rubela menggunakan sel-sel diploid manusia (bagian tubuh janin yang digugurkan).
Sedangkan vaksin yang mati dilemahkan dengan pemanasan, radiasi atau reaksi kimia.
Kuman yang lemah ini kemudian dikuatkan dengan Adjuvan (perangsang anti bodi) dan
stabilisator (sebagai pengawet untuk mempertahankan khasiat vaksin selama disimpan). Hal
ini dilakukan dengan menambah obat, antibiotik dan bahan kimia beracun kedalam campuran
tersebut seperti: neomycin, streptomycin, natrium klorida, natrium hidroksida, alumunium
hidroksida, alumunium fospat, sorbitol, gelatin hasil hidrolisis, formaldehid, formalin,
monosodium glutamat, pewarna merah fenol, fenoksietanol (anti beku), kalium difospat,
hidrolysate kasein pankreas babi, sorbitol dan thimerosal (raksa).
Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga menurut Psicianas
Desk Reference). Campuran virus atau bakteri, bahan kimia beracun dan bagian tubuh
binatang yang berpenyakit inilah yang disuntikan kedalam tubuh anak atau orang dewasa
ketika mendapatkan vaksinasi. Menurut CDC AS, bahan tambahan dicampurkan ke dalam
vaksin untuk meningkatkan reaksi imun, mencegah pencemaran mikroba dan memperkuat
formula vaksin, serta untuk memastikan vaksin tersebut stabil, bebas kuman dan aman.
Setidaknya ada empat cara membuat vaksin virus flu dengan target utama menanggulangi
perubahan yang cepat dan kebutuhan yang besar dalam waktu singkat untuk wabah besar.
Empat cara itu: pembuatan vaksin virus yang dimatikan (rujukan WHO saat ini), vaksin virus
hidup yang dilemahkan, vaksin virus hidup rekombinan menggunakan virus baculo, dan
vaksin DNA.
Pembuatan vaksin dengan virus hidup yang telah dilemahkan telah dicoba perusahaan Aviron
di AS. Keuntungan vaksin virus hidup adalah tidak hanya menstimulasi produksi protein
antibodi yang mengenali patogen, tapi juga membuat sejenis sel darah putih, yaitu sel T
limfosit yang punya kelebihan mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi.

VIRUS HEPATITIS B
Virus hepatitis b (HVB), termasuk hepadnavirus, berukuran 42-nm double stranded DNA
virus dengan terdiri dari nucleocapsid core (HBc Ag) berukuran 27 mm, dikelilingi oleh
lapisan lipoprotein di bagian luarnya yang berisi antigen permukaan (HBsAg). HBsAg
adalah antigen heterogen dengan suatu common antigen.
Tersebat di seluruh dunia; endemis dengan variasi musiman. WHO memperkirakan lebih dari
2 milyar orang terinfeksi oleh HBV (termasuk 350 juta dengan infeksi kronis). Setiap tahun
sekitar 1 juta orang meningal akibat infeksi HBV dan lebih dari 4 juta kasus klinis akut
terjadi. walaupun di negara dengan endemisitas HBV rendah, proporsi infeksi kronis yang
tinggi mungkin didapat selama masa anak-anak oleh karena perkembangan menjadi infeksi
kronis sangat tergantung dengan umur. Sebagian besar infeksi tersebut tidak akan dapat
dicegah dengan program imunisasi hepatitis B perinatal oleh karena infeksi terjadi pada anakanak yang ibunya mempunyai HBsAg negatif.
Pemajanan terhadap HBV sering terjadi pada kelompok risiko tinggi, antara lain para
penyalahgunaan obat-obatan dengan suntikan, heteroseksual dengan banyak pasangan,
homoseksual, kontak keluarga dan pasangan seksual dengan orang yang tertular HBV,
petugas kesehatan dan petugas keselamatan umum yang mempunyai risiko terpajan dengan
darah dalam melaksanakan tugasnya, pelanggan dan staf pada lembaga yang menangani
orang cacat, pasien hemodialisa dan teman sekamar di lembaga pemasyarakatan. Manusia
berperan sebagai reservoir.
Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain darah dan produk
darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan pericardial dan synovial;
cairan amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian tubuh lainnya yang berisi darah, organ
dan jaringan tubuh yang terlepas. Ditemukannya antigen e atau DNA virus menunjukkan
bahwa titer virus dalam tubuh orang tersebut tinggi dan tingkat penularan lebih tinggi pada
cairan tersebut.
Gambar Virus Hepatitis B

Cara penularan HBV yang paling sering terjadi antara lain meliputi kontak seksual atau
kontak rumah tangga dengan seseorang yang tertular, penularan perinatal terjadi dari ibu
kepada bayinya, penggunaan alat suntik pada para pecandu obat-obatan terlarang dan melalui
pajanan nosokomial di rumah sakit. Penularan seksual dari pria yang terinfeksi kepada
wanita sekitar 3 kali lebih cepat daripada penularan pada wanita yang terinfeksi kepada pria.
Hubungan seksual melalui anal, baik penerima maupun pemberi, mempunyai risiko sama

terjadinya infeksi. Penularan HBV di antara anggota rumah tangga terutama terjadi dari anak
ke anak. Secara umum, kadang-kadang penggunaan pisau cukur dan sikat gigi bersama dapat
sebagai perantara penularan HBV. Penularan perinatal biasa terjadi pada saat ibu pengidap
HBV dengan positif HBeAg.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Vaksin hepatitis B yang efektif sudah ada sejak tahun 1982. Ada dua jenis vaksin hepatitis B
yan diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat dan Kanada. Kedua jenis vaksin tersebut
aman dan mempunyai daya perlindungan tinggi terhadap semua jenis subtipe HBV. Tipe
pertama dibuat dari plasma seseorang dengan HBsAg positif, tidak lagi diproduksi di
Amerika Serikat tetapi masih digunakan secara luas.
Tipe kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA); vaksin ini dibuat dengan
menggunakan sintesa HBsAg dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae (ragi yang
biasa dipakai untuk membuat kue), kedalam ragi ini di insersi plasmida yang berisi gen
HBsAg. Kombinasi imunoprofilaksis pasif-aktif antara hepatitis B immunoglobulin (HBIG)
dengan vaksin terbukti dapat merangsang terbentuknya anti-HBs sebanding dengan vaksin
yang diberikan sendiri.
Gamabar bakteri Sacaromicces cereviciae

Satu produk rekayasa genetika adalah Vaksin Hepatitis B yang dihasilkan oleh yeast
(Saccharomyces cereviceae) melalui tehnik rekombinan DNA menggunakan hepatitis B
surface antigen (HBsAg). Penggunaan vaksin ini telah meluas di seluruh dunia dan terbukti
efektif dalam menekan jumlah infeksi virus Hepatitis B (HVB). Jenis vaksin rekombinan
yang paling umum digunakan adalah Recombivax HB dan Energix-B, diberikan secara
intramuscular pada bayi yang baru lahir, anak-anak, dan dewasa. Dosis pemberian vaksin
sebanyak 3 kali. Pemberian vaksin telah dikembangkan dengan menyisipkannya ke dalam
tanaman,
misalnya
pada
pisang.
Teknologi DNA rekombinan atau sering juga disebut rekayasa genetika merupakan teknologi
yang memanfaatkan proses replikasi, transkripsi dan translasi untuk memanipulasi,
mengisolasi dan mengekspresikan suatu gen dalam organisme yang berbeda. Biasanya gen
dari organisme yang lebih tinggi diekspresikan pada organisme yang lebih rendah. Teknologi
ini juga memberikan kesempatan yang tidak terbatas untuk menciptakan kombinasi barudari
gen yang tidak ada pada kondisi normal. Melalui rekayasa genetika, akan dihasilkan
kombinasi baru dari materi genetik melalui penyisipan molekul asam nukleat kedalam suatu
sistem DNA vektor (plasmid bakteri, virus dan lain-lain) dan kemudian memasukkan vektor
ini kedalam suatu inang sehingga akan dihasilkan suatu produk gen dalam jumlah banyak.

Pembuatan Vaksin Hepatitis B


Vaksin HBsAg yang dimumikan dari plasma karier dan inaktifasiformalin/panas telah
diproduksi di beberapa laboratorium. Namun dengan terbatasnya persediaan plasma, perlunya
seleksi dan kontrol yang ketat untuk mendapatkan vaksin murni dan bebas sumber infeksi
lain, maka pendekatan lain terus dicari. Problem ini akhirnya dapat teratasi dengan
pendekatan rekombinan DNA. Salah satu sintesis HbsAg yang telah berhasil dari sel ragi
( yeast ) rekombinan. Partikel ini memperlihatkan sifat imunogenik pada binatang percobaan;
pengujian pada manusia telah berhasil menginduksi anti HBs dan melindungi dar iinfeksi
virus hepatitis B. Saat ini setidaknya ada 3 sumber partikel HBsAg yang digunakan untuk
vaksinasi hepatitis B. Terutama HbsAg dimumikan dari plasma karier. Metode ini telah
berhasil dan efikasinya tidak disangsikan. Dua sumber lain yaitu melalui pendekatan
teknologi rekombinan DNA, dengan memasukan gen virus hepatitis B pengkode HBsAg ke
dalam sel ragi dan sel mamalia. Selain itu, HBsAg juga dapat disekresi oleh E coli, namun
jumlahnya relatif kecil, demikian juga sifat antigeniknya.
Tahapan pembuatan vaksin
Virus yang dilemahkan (imunisasi).
Untuk menghasilkan vaksin dibutuhkan HBsAg yang berasal dari virus Hepatitis B, virus
diperbanyak dalam medium tertentu sehingga nantinya dihasilkan virus yang tidak
menyebabkan penyakit namun mampu merangsang sistem imun. Strain ini selanjutnya
dikultur pada kondisi yang sesuai dan virusnya diinaktifkan melalui pemanasan dan proses
kimia. Tahapan berikutnya virus yang telah dilemahkan ini diinjeksikan ke dalam tubuh.

Vaksin
DNA
rekombinan
Vaksin hepatitis B yang diproduksi sel ragi rekombinan telah menjalani pengujian keamanan,
imunogenisitas dan evaluasi klinis. Hasil menunjukkan bahwa vaksin ini aman, antigenik dan
relatif bebas efek samping yang merugikan, bahkan vaksin ini telah dilisensikan dan
diproduksi diberbagai negara. Salah satu keuntungan vaksin dari sel ragi dibanding dari
plasma yaitu siklus produksinya dapat dikurangi, dan konsistensi dari batch ke batch lebih

mudah

diperoleh.

HBs Ag dilepaskan dari sel dengan homogeniser atau disruption menggunakan glass bead.
Pemurnian melalui tahap klarifikasi, ultrafiltrasi, kromatografi dan ultrasentrifugasi serta
diabsorbsi dengan alum hidroksida; sebagai pengawet ditambahkan thiomerosal.
Karakterisisasi partikel dilakukan dengan membandingkan HBs Ag dari plasma antara lain
meliputi berat molekul, komposisi asam amino, densitas dalam CsC12 dan sebagainya.
Analisis imunologis menggunakan antibodi monoklonal memperlihatkan vaksin dari plasma
dan ragi mengandung epitop yang berperan menginduksi antibodi setelah vaksinasi.

Vaksin Hepatitis B rekombinan (Recombivax HB) Recombivax HB vaccine mengandung


antigen Hepatitis B, amorphous aluminum hidroksiphosfat, yeastprotein yang diberi
formaldehid, dan thimerosal sebagai pengawet. Vaksin Hepatitis B rekombinan ini berasal
dari HepatitisB surface antigen (HBsAg) yang diproduksi dalam sel yeast. Bagian virus yang
mengkode HBsAg dimasukkan kedalam yeast, dan selanjutnya dikultur. Antigen kemudian
dipanen dan dipurifikasi dari kultur fermentasi yeast Saccharomyces cereviceae, antigen
HBsAg mengandung gen adw subtype. Proses fermentasi meliputi pertumbuhan
Saccharomyces cereviceae pada medium kompleks yang mengandung ekstrak Yeast, soy

pepton, dextrose, asam amino, dan garam mineral. Protein dilepaskan dari sel yeast melalui
pengrusakan sel kemudian dipurifikasi dengan metode fisika dan kimia. Selanjutnya potein
dimasukkan ke larutan buffer posfat dan formaldehid, dipercepat dengan menggunakan alum
(potassium aluminium sulfat). Vaksin rekombinan ini memperlihatkan kesamaan dengan
vaksin
yang
diperoleh
dari
plasma
darah.
Vaksin
Hepatitis
B
rekombinan
(Engerix-B).
Engerix-B merupakan DNA rekombinan yang dikembangkan dan dibuat oleh perusahaan
Glaxo Smith Kline. Biological. Mengandung antigen permukaan virus Hepatitis B (HBsAg)
yang telah dipurifikasi dan dikultur dalam sel Saccharomyces cereviceae.
HBsAg yang diekspresikan oleh Saccharomyces cereviceae dipurifikasi dengan cara fisikakimia dan aluminium hidroksida Engerix-B vaccine mengandung antigen hepatitis B yang
telah dimurnikan, aluminum hidroksida, sejumlah yeast protein dan thimerosal yang
digunakan dalam proses produksi, serta 2 phenoxyethanol sebagai pengawet.
Berikut adalah gambar dari proses pembuatan vaksin.

Smber: http://sarungbodol piss.blogspot.com/2010/11/bioteknologi-kedokteran.html


Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari mikrobia yang
bersangkutan.
Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid bakteri yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak
berbahaya). Bakteri atau mikroba ini menjadi tidak berbahaya karena telah dihilangkan
bagian yang menimbulkan penyakit, misalnya lapisan lendirnya.
Bakteri yang telah disisipi gen ini akan membentuk antigen murni.
Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem kekebalan manusia akan membuat senyawa
khas yang disebut antibodi. Munculnya antibodi ini akan mempertahankan tubuh dari
pengaruh senyawa asing (antigen) yang masuk dalam tubuh.
KESIMPULAN
Pembuatan vaksin dengan virus hidup yang telah dilemahkan telah dicoba perusahaan Aviron
di AS. Keuntungan vaksin virus hidup adalah tidak hanya menstimulasi produksi protein
antibodi yang mengenali patogen, tapi juga membuat sejenis sel darah putih, yaitu sel T
limfosit yang punya kelebihan mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi.

Vaksin ini dibuat dengan menggunakan sintesa HBsAg dengan menggunakan


Saccharomycces cerevisiae (ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue) yaitu dengn cara
rekayasa genetika dengan teknologi DNA rekombinan sehingga menghasilkan antibodi bagi
manusia yang dapat mencegah infeksi virus hepatitis B.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2007. Hepatitis B Vaccine. Departement of Health and Human Service Center
For Disease Control andPrevention. Vis-hep-b.pdf
Chin, James MD, MPH. 2000. Manual pemberantasan Penyakit Menular. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas California- Berkeley: APHA
Gunawan, Suriadi. 1991. Hepatitis B dan Pencegahannya melalui Imunisasi di Indonesia.
Jakarta: Artikel: Kepala pusat penelitian penyakit menular badan penelitian dan
pengembangan kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Retnoningrum, Debbie S. 2010. Prinsip Teknologi DNA Rekombinan. Sekaloah Farmasi ITB.
Bioteknologi Farmasi-FA 4202
Susanto, Agus Hery. 2011. DNA rekombinan. http://biomol. wordpress.com/bahan-ajar/
organisme-trans/ (Diakses 28 Desember 2011)
Suwandi, Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT Kalbe Farma

Vous aimerez peut-être aussi