Vous êtes sur la page 1sur 10

ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP BERITA

PEMBERIAN VONIS HUKUMAN KEPADA SONY SANDRA


DALAM HARIAN REPUBLIKA
(TELAAH STRUKTUR TEKS TEUN A. VAN DIJK)
oleh
Suci Anggraeni
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI
suci.anggraenii@gmail.com
A. PENDAHULUAN

Angka kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia tercatat terus


mengalami peningkatan. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) mencatat pada tahun 2015 kasus kekerasan seksual yang terjadi adalah sebanyak
6.499 kasus kekerasan seksual, yaitu dalam bentuk perkosaan sebanyak 72% (2.399 kasus),
pencabulan 18 % (601 kasus) dan pelecehan seksual 5 % (166 kasus). Bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, angka kekerasan seksual ini meningkat dari peringkat ketiga ke
posisi peringkat kedua.
Maraknya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan membuat berbagai pihak geram,
termasuk media. Kondisi Indonesia yang oleh beberapa pihak disebut Darurat Kekerasan
Seksual menjadi isu nasional yang tidak disia-siakan oleh media massa, baik cetak maupun
elektronik. Salah satu media cetak yang menyuguhkan informasi secara detail adalah harian
umum atau akrab disebut sebagai koran. Harian umum sebagai media massa selalu
mengabarkan informasi kepada khalayak setiap hari.
Berbagai kasus kekerasan seksual yang mencuat ke permukaan hingga akhir Mei 2016
begitu menyita perhatian masyarakat. Mulai dari kasus pelecehan seksual, pencabulan,
pemerkosaan hingga pembunuhan masih bermunculan dalam pemberitaan di media massa
cetak Indonesia. Salah satu berita yang menjadi perhatian peneliti adalah berita dari harian
umum Republika edisi 20 Mei 2016 yang berjudul Predator Anak Divonis Ringan.
Belum lama ini, majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri memberikan vonis
hukuman kepada Sony Sandra, terdakwa kasus pemerkosaan anak di bawah umur. Putusan
yang diberikan majelis hakim kepada Sony Sandra dinilai terlalu ringan, yakni sembilan
tahun penjara. Mengingat bahwa Sony Sandra dilaporkan melakukan pemerkosaan terhadap
58 anak perempuan. Hal ini tentu membuat masyarakat kecewa, terutama pihak korban. Oleh
karena itu, beberapa pihak menganggap Indonesia belum memiliki hukuman maksimal bagi
pelaku kekerasan seksual terhadap anak.
Banyak hal yang dapat dikupas atau dikaji dari berita yang disajikan oleh harian umum
Republika tersebut. Jika diamati, masing-masing media cetak melihat satu peristiwa dengan
sudut pandang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, peneliti merasa objek berita ini dapat
dibedah dengan menggunakan pisau analisis wacana kritis. Dalam hal ini, peneliti akan
menggunakan pendekatan Teun A. Van Dijk untuk menganalisis berita yang berjudul
Predator Anak Divonis Ringan yang diterbitkan oleh harian Republika edisi 20 Mei 2016.
B. LANDASAN TEORI
Analisis wacana kritis adalah sebuah metode kajian tentang penggunaan bahasa yang
berangkat dari paradigma kritis. Pandangan ini ingin mengoreksi pandangan konstruktivisme
yang hanya membatasi proses terbentuknya suatu wacana sebagai upaya pengungkapan
maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu pernyataan, tanpa
mempertimbangkan proses produksi yang terjadi secara historis maupun institusional.
Pandangan konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan
1

yang inheren dalam setiap wacana yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenisjenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya (Eriyanto, 2005, hlm. 6).
Menurut Fairclough dan Wodak (dalam Eriyanto, 2005, hlm. 7) analisis wacana kritis
melihat wacana pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik
sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan
dialeksis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial
yang membentuknya. Ada beberapa kerangka analisis wacana kritis yang digunakan secara
luas dalam kajian yang mengaitkan antara bahasa dengan kehidupan sosial-kemasyarakatan,
misalnya kerangka van Leeuwen, Mills dan Fairclough, dan lain sebagainya.
Di antara beberapa kerangka tersebut, model AWK dari van Dijk (1998) dikenal
memiliki karakter yang dapat mengaitkan pemberitaan dengan konteks sosialkemasyarakatan, melalui konsep social cognitive (Zifana dan Muniroh, 2013, hlm. 8).
Kerangka AWK van Dijk memandang bahwa wacana tidak cukup hanya didasarkan oleh
pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus
juga diamati (Eriyanto, 2005, hlm. 221). Selain itu, kerangka ini pula dapat menunjukkan
cara di mana praktik-praktik sosial memengaruhi pilihan elemen-elemen linguistik dan
bagaimana pilihan-pilihan tersebut memberikan pengaruh baik kepada struktur maupun
praktik sosial (Zifana dan Muniroh, 2013, hlm. 8)
Kerangka analisis van Dijk ini menerapkan dalam tiga lapisan, yaitu teks, kognisi sosial,
dan konteks sosial. Selaras dengan tujuannya, ketiga lapisan memiliki potensi untuk
mengurai strategi wacana yang telah dibahas ke dalam bagian sebelumnya. Secara ringkas,
gagasan van Dijk ini menyiratkan bahwa jalinan teks tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan dengan dua elemen lainnya dalam satu siklus berbentuk segitiga (Zifana dan
Muniroh, 2013, hlm. 8-9).
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing
bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama struktur makro.
Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati. Kedua, superstruktur.
Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana
bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna
wacana yang dapat diamati dari bagian terkecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi,
anak kalimat, parafrase, dan gambar (Eriyanto, 2005, hlm. 225).
Menurut Littlejohn (1992, hlm. 93-94), antara bagian teks dalam model van Dijk dilihat
saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua teks
dipandang van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida.
Atas dasar tersebut, kajian ini menggunakan kerangka AWK model van Dijk (1998)
karena potensi yang dimilikinya dalam mengelaborasi elemen-elemen wacana secara spesifik
(Zifana dan Muniroh, 2013, hlm. 9). Secara khusus, fokus dalam kajian ini ditujukan kepada
analisis teks dalam teks berita yang berjudul Predator Anak Divonis Ringan dalam harian
Republika edisi 20 November 2016.
C. ANALISIS DATA

KLASIFIKASI TEKS BERITA BERDASARKAN STRUKTUR TEKS VAN DIJK


Klasifikasi terhadap Teks Berita Berjudul Predator Anak Divonis Ringan dalam
Harian Republika Edisi 20 Mei 2016
No.
Elemen Wacana
STRUKTUR MAKRO (TEMATIK)
1.

Topik

Uraian

P1/K1

Pengusaha asal Kediri, Sony Sandra, yang didakwa melakukan


pemerkosaaan terhadap sejumlah anak di bawah umur divonis
bersalah dengan hukuman sembilan tahun penjara oleh majelis
hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri, Kamis (19/5).
2.
Subtopik
P1/K2
Hukuman itu jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa seberat 13
tahun penjara.
SUPER STRUKTUR (SKEMATIK)
3.
Summary
Pengusaha asal Kediri, Sony Sandra, yang didakwa melakukan
1) Judul
pemerkosaaan terhadap sejumlah anak di bawah umur divonis
bersalah dengan hukuman sembilan tahun penjara oleh majelis
hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri, Kamis (19/5).
Bersamaan dengan itu, deskripsikan rasionalisasi putusan
majelis hakim terkait penjatuhan vonis terhadap Sony Sandra.
Setelah itu, dijelaskan kasus yang menjerat Sony Sandra
beserta kronologi pelaku ketika mengeksekusi korbannya.
Kemudian, diikuti dengan pernyataan kekecewaan dari
beberapa pihak seperti pendamping korban, jaksa penuntut
umum, dan pengacara Sony yang sama-sama tidak puas atas
putusan vonis dari majelis hakim. Akhirnya, ditutup oleh
pernyataan Wakil Ketua ICMI dan penegasan oleh pakar
hukum pidana Universitas Trisakti bahwa remisi bagi pelaku
kejahatan seksual terhadap anak sebaiknya dihapus agar pelaku
mendapatkan hukuman maksimal .
2)

Lead

2)
4.

Story
1) Situasi

Predator Anak Divonis Ringan: Majelis hakim menjatuhkan


vonis hukuman sembilan tahun penjara.
Lead mendeskripsikan bahwa vonis hukuman yang diberikan
bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak masih belum
maksimal.
P1/K1-K2
Pengusaha asal Kediri, Sony Sandra, yang didakwa melakukan
pemerkosaaan terhadap sejumlah anak di bawah umur divonis
bersalah dengan hukuman sembilan tahun penjara oleh majelis
hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri, Kamis (19/5).
Hukuman itu jauh lebih ringan dari tuntutan jaksa seberat 13
tahun penjara.
P2-P3/K1-K3 ; K1-K2
Majelis hakim menyatakan, Sony terbukti bersalah melakukan
tindakan pidana dengan sengaja melakukan tipu muslihat dan
serangkaian kebohongan utuk membujuk anak melakukan
persetubuhan. Vonis didasarkan atas pasal 81 Ayat 2 UndangUndang Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak juncto
Pasal 65 Ayat 1 KUHP. Selain vonis penjara, Sony juga dikenai
denda RP 250 juta subsider empat bulan penjara.

Komentar

Komentar Purnomo Amin Tjahyo


P3/K1-K3
Kendati demikian, majelis hakim mempertimbangkan efek jera
tidak harus dengan pidana yang berat. Kehadiran dalam setiap
persidangan dinilai sudah membawa efek psikologis bagi
terdakwa.
Tidak ada intervensi pihak mana pun menjelang persidangan,

handphone saya matikan sejak kemarin, kata Ketua Majelis


Hakim Purnomo Amin Tjahyo sesaat sebelum persidangan
dimulai.
Komentar Ndaru Swastika Rini
P7/K1&K2
Motif ketiganya, menurut hakim adalah kebutuhan ekonomi.
Sony selalu memberi uang usai melakukan persetubuhan dan
menjanjikan akan memenuhi kebutuhan korban, kata anggota
majelis hakim, Ndaru Swastika Rini, dalam persidangan.
Komentar Bethania Eden
P10/K1
Menurut penuturan pendamping korban, Bethania Eden,
kekerasan seksual berupa pemaksaan persetubuhan kepada
kedua gadis tersebut baru diidentifikasi pada Juni 2015.
Komentar Sudirman Sidabuke
P17/K1-K2
Atas vonis yang dijatuhkan kepada Sony, pengacara Sudirman
Sidabuke mengatakan kecewa. Sudirman juga menyebut
adanya pemerasan yang dialami Sony.
Komentar Banny Nugroho
P18/K1-K2
Sementara itu, Jaksa Penuntun Umum Banny Nugroho
mengatakan pikir-pikir dan akan menentukan sikap dalam
tujuh hari ke depan. Vonis ini jauh dari tuntutan jaksa, tapi
kita harusmengedepankan rasa keadilan, baik bagi korban
maupun terdakwa, ujarnya.
Komentar Sri Astuti Buchari
P21/K1-K2
Sri berharap ada sanksi hukum maksimal bagi Sony, yakni 15
tahun penjara. Jangan sampai hukuman malah diperingan.
Putusan hukum ini menjadi perhatian penting oleh
masyarakat, kata dia.
Komentar Abdul Fickar Hajar
P22/K1
Sedangkan, pakar hukum pidana Universitas Trisakti Abdul
Fickar Hajar mendesak pemerintah melalui Kementrian
Hukum dan HAM (Kemenkumham) menghapus remisi bagi
pelaku kejahatan seksual terhadap anak.
STRUKTUR MIKRO
5.

SEMANTIK
Latar
(latar
dimaknai
sebagai peristiwa
kriminal)

6.

Detil
(deskripsi

P8/K1-K2
Sony Sandra alias Koko sebelumnya dilaporkan melakukan
pemerkosaan terhadap 58 anak perempuan. Kejadian yang
berlangsung di Kota Kediri dan sekitarnya tersebut telah
berlangsung sejak 2013.
P14-P15/K1-K3 ; K1-K4
Sebelum diperkosa, AK diminta meminum obat. Obat tersebut

kronologi
pemerkosaan AK
oleh Sony)

7.

Maksud
(eksplisit
:
deskripsi
mengenai
dasar
putusan
majelis
hakim
terkait
vonis
yang
diberikan kepada
Sony)

8.

Praanggapan

akhirnya memberi efek pusing, lemas, dan mual kepada


korban. Dalam kondisi pusing dan mual, AK pun sempat
dipaksa menonton video porno.
Setelah kejadian itu AK tidak pulang ke rumah selama sekitar
empat hari. Dia ditemukan dalam kondisi linglung di kawasan
Simpang Lima Gumul, Kediri, kata Bethania menjelaskan.
Dia menambahkan, ketika pemerkosaaan terjadi, AK masih
berstatus sebagai siswi kelas VI SD. Sementara VD duduk di
bangku SMP.
P2-P3/K1-K3 ; K1-K2
Majelis hakim menyatakan, Sony terbukti bersalah melakukan
tindakan pidana dengan sengaja melakukan tipu muslihat dan
serangkaian kebohongan utuk membujuk anak melakukan
persetubuhan. Vonis didasarkan atas pasal 81 Ayat 2 UndangUndang Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak juncto
Pasal 65 Ayat 1 KUHP. Selain vonis penjara, Sony juga dikenai
denda RP 250 juta subsider empat bulan penjara.
Kendati demikian, majelis hakim mempertimbangkan efek jera
tidak harus dengan pidana yang berat. Kehadiran dalam setiap
persidangan dinilai sudah membawa efek psikologis bagi
terdakwa.
P2-P3/K2-K3 ; K1-K2
Vonis didasarkan atas pasal 81 Ayat 2 Undang-Undang Nomor
23/2002 tentang Perlindungan Anak juncto Pasal 65 Ayat 1
KUHP. Selain vonis penjara, Sony juga dikenai denda RP 250
juta subsider empat bulan penjara.
Kendati demikian, majelis hakim mempertimbangkan efek jera
tidak harus dengan pidana yang berat. Kehadiran dalam setiap
persidangan dinilai sudah membawa efek psikologis bagi
terdakwa.

9.
Nominalisasi
SINTAKSIS
10.
Bentuk kalimat

P19/K2-K3
Sri Astuti Buchari menilai Sony Sandra layak dihukum
seberat-beratnya.
Pertimbangannya tindak kejahatan yang dilakukan dan
banyaknya jumlah korban, ujar Sri kepada Republika di
Jakarta.
P7/K2
Sony selalu memberi uang usai melakukan persetubuhan
dan menjanjikan akan memenuhi kebutuhan korban, kata
anggota majelis hakim, Ndaru Swastika Rini, dalam
persidangan. (aktif)
P14/K1-K3
Sebelum diperkosa, AK diminta meminum obat. Obat
tersebut akhirnya memberi efek pusing, lemas, dan mual
kepada korban. Dalam kondisi pusing dan mual, AK pun
sempat dipaksa menonton video porno. (pasif)

11.

12.

13.

14.
15.

Koherensi

Koherensi
kondisional
(penjelas negatif)

Koherensi
pembeda

Pengingkaran
Kata ganti

STILISTIK
16.
Leksikon

P5/K2
Menurut hakim, ia diketahui mengidap penyakit jantung dan
harus mengonsumsi obat-obatan secara rutin.
P1/K1
Pengusaha asal Kediri, Sony Sandra, yang didakwa
melakukan pemerkosaaan terhadap sejumlah anak di
bawah umur divonis bersalah dengan hukuman sembilan
tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN)
Kediri, Kamis (19/5).
P10/K3
Dalam pengakuannya, VD menyatakan sudah berkali-kali
diperkosa Sony. Sementara AK baru sekali, yakni pada
April, ungkap Bethania yang juga aktivis di Yayasan
Kekuatan Cinta Indonesia.
Tidak ada
Dalam berita ini menggunakan kata ganti berupa nama orang
seperti Sony Sandra, Purnomo Amin Tjahyo, Ndaru Swastika
Rini, Bethania Eden, Sudirman Sidabuke, Banny Nugroho, Sri
Astuti Buchari dan Abdul Fickar Hajar. Selain itu, terdapat
penggunaan inisial seperti I, AK, VD, F, serta penggunaan
pronomina dia.
P1/K1
Pengusaha asal Kediri, Sony Sandra, yang didakwa
melakukan pemerkosaaan terhadap sejumlah anak di bawah
umur divonis bersalah dengan hukuman sembilan tahun
penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri,
Kamis (19/5).
P7/K2
Sony selalu memberi uang usai melakukan persetubuhan
dan menjanjikan akan memenuhi kebutuhan korban, kata
anggota majelis hakim, Ndaru Swastika Rini, dalam
persidangan.
P10/K1
Menurut penuturan pendamping korban, Bethania Eden,
kekerasan seksual berupa pemaksaan persetubuhan kepada
kedua gadis tersebut baru diidentifikasi pada Juni 2015.
P11/K1
VD, tuturnya, sempat mendapat ancaman dari Sony.
P14/K1-K2
Sebelum diperkosa, AK diminta meminum obat. Obat
tersebut akhirnya memberi efek pusing, lemas, dan mual
kepada korban.
Dalam berita ini leksikon yang digunakan banyak berhubungan
dengan istilah yang berhubungan dengan kejahatan seksual:
pemerkosaan, persetubuhan, diperkosa, pemaksaan, korban,

pelaku, ancaman, kekerasan seksual, dsb.


RETORIS

17.

18.

Grafis
(adanya
penyebutan data
berupa
jumlah
anak yang menjadi
korban Sony)
Metafora

P8/K1-K2
Sony Sandra alias Koko sebelumnya dilaporkan melakukan
pemerkosaan terhadap 58 anak perempuan. Kejadian yang
berlangsung di Kota Kediri dan sekitarnya tersebut telah
berlangsung sejak 2013.
Penggunaan foto Sony Sandra pascaputusan vonis hakim
sebagai gambar ilustrasi. (lih. Lampiran)
Predator Anak Divonis Ringan
(Sony Sandra dimetaforakan sebagai predator (pemangsa) anak
karena dilaporkan melakukan pemerkosaan terhadap 58 anak
perempuan.
Predator dalam KBBI : binatang yang hidupnya dari
memangsa binatang lain; hewan pemangsa hewan lain)

Keterangan : P (paragraf)
K (kalimat)
Berita yang diproduksi oleh harian Republika ini mengangkat sebuah berita tentang
terdakwa kasus pemerkosaan anak di bawah umur yang dijatuhi vonis hukuman penjara oleh
Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN), Kediri, 20 Mei 2016. Berdasarkan analisis struktur
teks pada tataran makro, berita ini mengangkat topik mengenai vonis hukuman yang
diberikan kepada terdakwa kasus kejahatan seksual terhadap anak. Topik yang dimaksud
adalah pemberian vonis hukuman bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak.
Belum lama ini, majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri memberikan vonis
hukuman kepada Sony Sandra, terdakwa kasus pemerkosaan anak di bawah umur. Putusan
yang diberikan majelis hakim kepada Sony Sandra dinilai terlalu ringan, yakni sembilan
tahun penjara. Mengingat bahwa Sony Sandra dilaporkan melakukan pemerkosaan terhadap
58 anak perempuan. Hal ini tentu membuat masyarakat kecewa, terutama pihak korban. Oleh
karena itu, beberapa pihak menganggap Indonesia belum memiliki hukuman maksimal bagi
pelaku kekerasan seksual terhadap anak.
Dalam berita ini, skema/alur yang dirangkai oleh wartawan yaitu dimulai dari pernyataan
dari deskripsi peristiwa, yaitu pengusaha asal Kediri, Sony Sandra, yang didakwa melakukan
pemerkosaaan terhadap sejumlah anak di bawah umur divonis bersalah dengan hukuman
sembilan tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri, Kamis (19/5).
Bersamaan dengan itu, deskripsikan rasionalisasi putusan majelis hakim terkait penjatuhan
vonis terhadap Sony Sandra. Setelah itu, dijelaskan kasus yang menjerat Sony Sandra beserta
kronologi pelaku ketika mengeksekusi korbannya. Kemudian, diikuti dengan pernyataan
kekecewaan dari beberapa pihak seperti pendamping korban, jaksa penuntut umum, dan
pengacara Sony yang sama-sama tidak puas atas putusan vonis dari majelis hakim. Akhirnya,
ditutup oleh pernyataan Wakil Ketua ICMI dan penegasan oleh pakar hukum pidana
Universitas Trisakti bahwa remisi bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak sebaiknya
dihapus agar pelaku mendapatkan hukuman maksimal.
Harian Republika dalam mengemas alur pemberitaannya memuat komentar atau
pendapat para tokoh yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Para tokoh yang dimaksud,
yaitu Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri Purnomo Amin Tjahyo, Anggota
Majelis Hakim Ndaru Swastika Rini, Pendamping Korban sekaligus Aktivis Yayasan
Kekuatan Cinta Indonesia Bethania Eden, Pengacara Terdakwa Sudirman Sidabuke, Jaksa
7

Penuntut Umum Banny Nugroho, Wakil Ketua ICMI Sri Astuti Buchari dan Pakar Hukum
Pidana Universitas Trisakti Abdul Fickar Hajar.
Dari komentar ketua majelis hakim dan anggotanya dapat disimpulkan bahwa putusan
pemberian vonis hukuman terhadap Sony Sandra jelas berdasarkan pasal-pasal yang
tercantum dalam KUHP dan tanpa ada intervensi dari pihak mana pun. Bertolak belakang
dari komentar para sekjen dan ketua majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri dan
anggotanya, tokoh Bethania Eden, Banny Nugroho, Sri Astuti B., dan Abdul Fickar Hajar
justru menilai putusan yang diberikan hakim jauh dari tuntutan yang diberikan, yakni 13
tahun penjara. Selain itu, tokoh Sri Astuti dan Abdul Fickar pun berkomentar bahwa pelaku
kejahatan seksual terhadap anak harus diberi hukuman seberat-beratnya dan remisi bagi
pelaku seharusnya dihapuskan. Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sudirman
Sidabuke selaku pengacara terdakwa, ia berpendapat bahwa vonis yang diberikan kepada
Sony mengecewakan, dan menurutnya ada tindak pemerasan yang dialami kliennya.
Adapun dari aspek semantik, menggunakan detail yang ditujukan kepada korban yaitu
kronologi bagaimana korban mengalami pemerkosaan. Pemberitaan ini pula memunculkan
praanggapan para tokoh, tetapi tidak ditemukan praanggapan yang dimunculkan oleh
wartawan. Seperti yang tertera pada P2-P3/K2-K3 ; K1-K2 berikut di bawah ini.
Vonis didasarkan atas pasal 81 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 23/2002 tentang
Perlindungan Anak juncto Pasal 65 Ayat 1 KUHP. Selain vonis penjara, Sony juga dikenai
denda RP 250 juta subsider empat bulan penjara.
Kendati demikian, majelis hakim mempertimbangkan efek jera tidak harus dengan pidana
yang berat. Kehadiran dalam setiap persidangan dinilai sudah membawa efek psikologis
bagi terdakwa.

Praanggapan lain diberikan oleh tokoh Sri Astuti Buchari, seperti yang tertera pada
P19/K2-K3 berikut.
Sri Astuti Buchari menilai Sony Sandra layak dihukum seberat-beratnya.
Pertimbangannya tindak kejahatan yang dilakukan dan banyaknya jumlah korban, ujar Sri
kepada Republika di Jakarta.

Dari kedua praanggapan tersebut dapat disimpulkan bahwa vonis yang diberikan kepada
Sony Sandra, terdakwa kasus pemerkosaan anak di bawah umur harus memberikan efek jera
kepada pelaku.
Sementara itu, berdasarkan analisis aspek sintaksis, dalam berita ini banyak
menggunakan kalimat pasif yang artinya menonjolkan peran seorang subjek sebagai
penderita. Sebagai contoh, dalam kutipan kalimat di bawah ini.
P14/K1-K3
Sebelum diperkosa, AK diminta meminum obat. Obat tersebut akhirnya memberi efek pusing,
lemas, dan mual kepada korban. Dalam kondisi pusing dan mual, AK pun sempat dipaksa
menonton video porno. (pasif)

Dalam berita ini, umumnya kata ganti yang dipakai merujuk kepada nama orang,
seperti seperti Sony Sandra, Purnomo Amin Tjahyo, Ndaru Swastika Rini, Bethania Eden,
Sudirman Sidabuke, Banny Nugroho, Sri Astuti Buchari dan Abdul Fickar Hajar. Selain itu,
terdapat penggunaan inisial seperti I, AK, VD, F, serta penggunaan pronomina dia.
Untuk lebih menegaskan makna yang ingin disampaikan media kepada pembaca,
wartawan menggunakan leksikon-leksikon yang umum didengar dan diketahui oleh pembaca.
Dalam aspek grafis, berita ini dirangkai hanya pada dua halaman, yakni pada halaman awal
harian Republika edisi 20 Mei 2016 kemudian bersambung ke halaman sembilan. Pada
halaman awal tersebut, judul ditulis dengan cetak tebal. Selain itu, terdapat sebuah gambar
8

yang mendukung dengan topik yang dibahas, yaitu gambar terdakwa kasus kejahatan seksual
terhadap anak, Sony Sandra, menjalani sidang putusan di Pengadilan Negeri Kota Kediri,
Jawa Timur, Kamis (19/05).
D. SIMPULAN

Berita yang terdapat dalam harian Republika edisi Jumat, 20 Mei 2016 ini berjudul
Predator Anak Divonis Ringan. Berita ini memiliki topik pemberian vonis hukuman bagi
pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Adapun subtopik yang dibahas adalah pemberian
vonis hukuman bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak yang dinilai belum maksimal.
Pada bagian analisis super struktur (skematik), terdapat bagian judul, lead dan
komentar. Pendapat atau komentar yang muncul dalam berita ini adalah dari para tokoh
seperti Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Kediri Purnomo Amin Tjahyo, Anggota
Majelis Hakim Ndaru Swastika Rini, Pendamping Korban sekaligus Aktivis Yayasan
Kekuatan Cinta Indonesia Bethania Eden, Pengacara Terdakwa Sudirman Sidabuke, Jaksa
Penuntut Umum Banny Nugroho, Wakil Ketua ICMI Sri Astuti Buchari dan Pakar Hukum
Pidana Universitas Trisakti Abdul Fickar Hajar.
Pada bagian struktur makro, terbagi menjadi tiga bagian, yaitu semantik, sintaksis,
stilistika, dan retoris. Aspek semantik terdapat latar, detail, maksud, praanggapan dan
nominalisasi, tetapi dalam berita ini tidak ditemukan kalimat yang berisi maksud dan
nominalisasi. Praanggapan dari sudut wartawan pun tidak dimunculkan dalam berita ini. Jadi,
di sini wartawan hanya mendeskripsikan kondisi yang ada. Aspek sintaksis berisi bentuk
kalimat, koherensi, pengingkaran dan kata ganti. Namun, kalimat pengingkaran tidak
ditemukan dalam berita ini. Kata ganti yang dipergunakan dalam berita ini merupakan kata
ganti berupa nama orang dan pronomina dia. Aspek stilistika hanya terdapat leksikon,
leksikon yang dipergunakan dalam berita ini adalah leksikon-leksikon yang umum didengar
dan diketahui oleh pembaca. Aspek retoris berisi unsur grafis dan metafora. Unsur grafis
yang ditemukan dalam berita ini adalah judul yang bercetak tebal dan terdapat satu buah
gambar. Metafora ditemukan pada kalimat pernyataan untuk mendeskripsikan gambar.
PUSTAKA RUJUKAN
Eriyanto. (2005). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
Fadhilah, Umi Nur. (2016). Predator Anak Divonis Ringan. REPUBLIKA edisi 20 Mei,
hlm. 1 dan 9.
Komnasperempuan. (2016). Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Mendesak Negara
Hadir Hentikan Kekerasan Terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas, dan
Negara Siaran Pers Komnas Perempuan Catatan Tahunan (Catahu) 2016. Jakarta :
Komnasperempuan.or.id
Littlejohn, Stephen P. (1992). Theories of Human Communication, Fourth Edition.
California: Wadsworth Publishing Company.
Zifana, M dan Fasya, M. (2013). Representasi Presiden Partai Keadilan Sejahtera dalam
Pemberitaan Kasus Daging Sapi Impor di Harian Umum Tempo dan Republika.
Dalam Yanti (Penyunting), Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya
Kesebelas Tingkat Internasional (hlm. 193-199). Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan
Budaya.
Zifana, M dan Muniroh, R.D.D. (2013). Strategi Harian Umum Jurnal Nasional dalam
Mempresentasikan Anas Urbaningrum pada Pemberitaan Kasus Korupsi Hambalang.

Dalam Yanti (Penyunting), Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya


Kesebelas Tingkat Internasional (hlm. 7-14). Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya.

LAMPIRAN

10

Vous aimerez peut-être aussi