Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Mutu Genetik adalah mutu benih yang berkaitan dengan sifat yang diturunkan oleh
induk kepada anakannya.
Performans adalah bibit berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif yang meliputi
pengukuran, penimbangan dan penilaian.
Ukuran statistik vital sebagai parameter untuk mengetahui performans ternak, merupakan
indicator penilaian kemampuan produksi dan reproduksi ternak yang bersangkutan.
Sabagai standar, diapakai standar Bibit Nasional untuk sapi Bali yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan tahun 1982. Untuk mengetahui sejauh mana performans
sapi Bali di Manokwari, maka artikel ini ditulis berdasarkan hasil kajian yang telah
dilakukan penulis serta melalui dikompilasi bedasarkan review dari berbagai hasil
penelitian yang dilakukan berkaitan dengan usaha pengembangan Sapi Bali di
Manokwari.
Ukuran statistik vital sapi Bali di Manokwari.
Variabel
Tinggi Gumba
Dara
Induk
Calon Pejantan
Pejantan
Panjang Badan
Dara
Induk
Calon Pejantan
Pejantan
Lingkar Dada
Dara
Induk
Calon Pejantan
Pejantan
Berat Badan
Dara
Induk
102
108
110
126
Mokoagouw
(1997)
(2000)
99.96 / 48
104.86 / 7
107.17 / 6
105.50 / 2
104.30 / 96
108.24/88
113
119
122
125
73.4 / 27
83.2 / 25
72.0 / 10
83.3 / 4
82.08 / 48
86.86 / 7
84.67 / 6
88.50 / 2
89.33 / 96
156
164
172
183
96.5 / 27
114.2 / 25
95.4 / 10
119.0 / 4
120.77 / 48
134.43 / 7
128.83 / 6
130.00 / 2
135.36 / 96
197
233
56. 1 / 27
74.7 / 25
116.42 / 48
150.71 / 7
94.16 / 88
139.48 / 88
Calon Pejantan
Pejantan
222
353
53.7 / 10
77.8 / 4
131,83 / 6
134.00 / 2
Catatan: Angka di depan garis miring merupakan hasil pengukuran, sedangkan yang
sesudah garis miring adalah jumlah ternak sample yang diobservasi.
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau
kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius Partanto, Dahlan, 1994)
karakteristik ternak sapi adalah sebagai berikut :
Phylum
Sub Phylum
Class
Sub Class
Ordo
Sub Ordo
Rumpun
Famili
Genus
Sub Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Chordata
Vertebrata
Mamalia
Plasentalia
Ungulata
Archolactyla
Selonodonta
Bavodae
Bos
Taurina, Bisantia, Bibavina, Bubolina, Lepsoburina
Bos Indicus, Bos Taurus, Bos Sondaicus
pelaksanaan seleksi suatu sifat tidak menurunkan tingkat penampilan sifat yang lain.
Alangkah baiknya bila dalam pelaksanaan seleksi suatu sifat tidak hanya menaikkan
tingkat penampilan sifat yang diseleksi, tetapi juga dapat menaikkan tingkat penampilan
sifat yang lain. Dengan demikian sebelum melaksanakan seleksi perlu diketahui adanya
korelasi genetik antar sifat yang satu dengan sifat yang lain. Koefisien korelasi
menggambarkan ada tidaknya, besar kecilnya, serta positif/negatifnya hubungan antar
dua sifat.
Ada tiga pengertian tentang heritabilitas. Pertama, heritabilitas mengukur
kepentingan relative antara pengaruh genetik dan lingkungan untuk suatu sifat pada
masing-masing individu dalam suatu populasi. Kedua, heritabilitas sebagai ukuran yang
menunjukkan tingkat kesamaan penampilan antara tetua dengan anak-anaknya. Ketiga,
heritabilitas menggambarkan hubungan antara nilai fenotipik dengan nilai pemuliaan
(breeding value) untuk suatu sifat dari individu ternak pada suatu populasi.
Pada pengertian pertama, dicontohkan jika pada suatu populasi sapi perah
diketahui bahwa heritabilitas persentasi protein dalam susu 0,45 tidak berarti bahwa
penampilan sifat persentasi protein dalam susu disebabkan oleh pengaruh genetik 45%
dan pengaruh lingkungan 55%, tetapi perbedaan atau keragaman penampilan sifat
tersebut 45% disebabkan oleh keragaman genetik karena aksi gen aditif antar individu
ternak anggota populasi.
Pada pengertian kedua tentang heritabilitas, makin tinggi nilai heritabilitas, makin
mirip sifat-sifat yang dimiliki tetua dengan anak-anaknya. Bila seekor tetua ayam
memiliki masa produksi telur yang lama, maka anak-anaknya juga akan memiliki masa
produksi telur yang lama. Begitu pula bila seekor tetua sapi perah memiliki masa laktasi
yang pendek, anak-anaknya akan memiliki masa laktasi yang pendek pula.
Pada pengertian ketiga, nilai heritabilitas menggambarkan nilai pemuliaan dari
seekor ternak karena heritabilitas merupakan regresi dari nilai pemuliaan ternak terhadap
nilai fenotipiknya.
h2 = bBV. P
Keterangan:
h2 = heritabilitas
bBV = koefisien regresi nilai pemuliaan ternak terhadap nilai
fenotipiknya
P = nilai fenotipe suatu sifat
Heritabilitas dapat didefinisikan dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti
luas, heritabilitas diberi simbol h2B, didefinisikan sebagai rasio keragaman genetik dengan
keragaman fenotip:
h2B = 2G / 2P
Heritabilitas dalam arti luas menjelaskan tentang keragaman fenotip yang disebabkan
oleh adanya keragaman genetik antar individu dalam populasi. Nilai heritabilitas dalam
arti luas:
Karena 2P > h2B > 0 , maka 0 < h2B < 1
Heritabilitas dalam arti sempit
diberi simbol
keragaman yang disebabkan oleh aksi gen aditif dengan keragaman total.
h2 = 2A / 2P
Jadi, h2 adalah proporsi dari keragaman total yang disebabkan oleh perbedaan nilai biak
antar individu dalam suatu populasi.
Nilai heritabilitas dalam arti sempit dan dalam arti luas:
Karena 2G > 2A maka 0 < h2 < h2B < 1
Jadi kedua nilai heritabilitas berada di antara 0 dan 1, nilai heritabilitas dalam arti sempit
lebih kecil atau sama dengan heritabilitas dalam arti luas.
Suatu sifat memiliki heritabilitas nol artinya semua keragaman fenotip disebabkan
oleh pengaruh lingkungan. Heritabilitas untuk sifat-sifat yang berhubungan dengan
fertilitas rendah berkisar, 0,05 0,15. Dengan demikian keragaman fenotip untuk sifatsifat tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan. Perbaikan penampilan sifat
tersebut sebaiknya dilakukan dengan jalan perbaikan faktor lingkungan, seperti perbaikan
sistem pemeliharaan, perbaikan pakan, perkandangan dan sebagainya. Contoh: produksi
telur ayam sangat dipengaruhi oleh macam sistem pemeliharaan. Pada sistem
pemeliharaan ekstensif tradisional ayam hanya mengalami tiga masa produksi telur
(Prasetyo dkk, 1992). Sedangkan dengan sistem pemeliharaan intensif ayam dapat
bertelur tiap bulan, dengan hanya dua bulan masa kosong (Prasetyo dan Rozi, 2007).
Heritabilitas suatu sifat sama dengan 1,0 berarti sebagian besar keragaman dari
sifat tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan. Namun pada kenyataannya tidak ada
suatu sifat yang heritabilitasnya sama dengan 1. Beberapa sifat kuantitatif pada ternak
memiliki heritabilitas tinggi, berkisar antara 0,65 hingga 0,80. Untuk lebih jelasnya lihat
Tabel 4.1.
Nilai heritabilitas dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan. Heritabilitas rendah
dengan nilai 0 0,20, heritabilitas sedang dengan nilai 0,21 0,40, heritabilitas tinggi
dengan nilai di atas 0,40.
Sifat-sifat yang berhubungan dengan fertilitas, seperti persentase kebuntingan
jumlah anak pada babi, kelinci,anjing, dan daya tetas telur,
umumnya memiliki
bentuk hubungan, ada pula tingkat keeratan hubungan. Ada tiga tingkat keeratan
hubungan: rendah, sedang, dan tinggi.
Penyebab genetik terjadinya korelasi genetik
Korelasi genetik antar sifat pada ternak terjadi karena dua hal. Pertama karena gen
yang bersifat pleiotropik (pleiotropic gen), kedua karena gen berangkai (linked gen).
Menurut Lasley (1978) pleiotropi adalah penyebab utama terjadinya korelasi genetik.
Dalam suatu lengan kromosom terdapat gen yang sangat banyak. Semua gen-gen tersebut
mengekspresikan dirinya. Ada tiga kategori gen-gen untuk mengekspresikan dirinya.
Pertama, satu gen mengekspresikan satu sifat. Kedua, satu gen mengekspresikan banyak
sifat. Ketiga, beberapa gen mengekspresikan satu sifat. Gen-gen yang termasuk dalam
kategori yang kedua disebut sebagai gen pleiotropik. Yang termasuk dalam kategori
ketiga adalah adalah gen-gen berangkai. Gen-gen tersebut lokusnya saling berdekatan.
Kondisi yang demikian menyebabkan gen-gen tersebut tidak pernah terpisah oleh adanya
crossing over selama sinapsis pada saat terjadi pembelahan secara meiosis. sehingga gengen tersebut selalu bersama-sama seolah-olah menjadi satu unit. Dengan demikian pada
saat pewarisan sifat dari tetua kepada keturunannya rangkaian gen tersebut tidak terpisah,
tetap bersama-sama. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya korelasi genetik.