Vous êtes sur la page 1sur 17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN1
I.1 Latar Belakang...1
I.2 Rumusan Masalah.....2
I.3 Tujuan Penulisan...........3
BAB II PEMBAHASAN....4
II.1 Pengertian Analgetik...4
II.2 Analgetik Narkotik..6
II.3 Analgetik Non Narkotik..8
II.4 Antiinflamasi..11
II.5 Gout (Pirai)14
BAB III PENUTUP...17
III.1 Kesimpulan...17
III.2 Saran..17

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Farmakologi Toksikologi II dengan judul Analgetik ini dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini, kami mengkaji atau mengulas beberapa hal yaitu
tentang pengertian analgetik, , manfaat herbarium serta cara pengolahan
herbarium.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Kami selaku penulis menyadari bahwa masih perlu adanya penyempurnaan
dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang
bersifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga tugas makalah Farmakognosi dengan tema Pengolahan Herbarium
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta khususnya bagi penulis sebagai
penerapan

dalam kehidupan

sehari-hari serta penambah

wawasan dan

pengetahuan.

Makassar, 17 Januari 2014


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Nyeri sebenarnya memberikan tanda adanya penyakit atau kelainan
dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (inflamasi).
Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik
merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian peristiwa yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan seperti
luka, inflamasi, atau kanker. Nyeri juga dapat dikatakan sebagai perasaan
sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang berkaitan dengan
(ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi
dimana ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Ambang nyeri
didefinisikan sebagai tingkat (level), dimana nyeri dirasakan untuk pertama
kali.
Sangat sulit untuk mengukur rasa nyeri, karena derajat nyeri yang
dialami seseorang tidak hanya bergantung pada stimulus dan persepsinya,
tetapi juga pada interpretasi yang bersangkutan. Penggunaan substansi
analgesik untuk menghilangkan nyeri telah diketahui sekurang-kurangnya
sejak masa Hippocrates. Analgesik adalah obat yang mencegah atau
menghilangkan demam.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan analgetik ?
2. Apa saja yang termasuk jenis analgetik ?
3. Apa itu analgetik narkotik?
4. Apa itu analgetik narkotik?
5. Apa itu antiinflamasi?
6. Apa itu gout?
I.3 Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Memahami dengan benar apa itu analgetik.


Mengetahui apa jenis-jenis dari analgetik.
Memahami dengan benar apa itu analgetik narkotik.
Memahami dengan benar apa itu analgetik non narkotik.
Memahami dengan benar apa itu anti inflamasi.
Memahami dengan benar apa ituu gout.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Analagetik
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran
akan perasaan rasa sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan
sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap
perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses
pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit,
sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psikis yang diakibatkan oleh rasa
sakit.
Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau
kelainan dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses penyembuhan
(inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh.
Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang
fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentangadanya
gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok),
infeksi-infeksi kuman dan kejang-kejang otot. Penyebab rasa nyeri adalah
rangsangan-rangsangan mekanis, fisik atau kimiawi yang dapat menimbulkan
kerusakan kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang
disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung saraf-saraf bebas

di kulit, selaput lendir, atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat


ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat
(SSP) melalui tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di
dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediatormediator nyeri yang terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakininplasmakinin, prostaglandin-prostaglandin dan ion-ion kalium.
Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat dilawan
dengan beberapa cara, yaitu :
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri
perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal.
2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris,
misalnya dengan anestetika lokal.
3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika
sentral (narkotika) atau anestetika umum.
Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut
berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si
pasien. Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetik
non-narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesic
(misalnya asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik
opioid atau visceral analgesic (misalnya morfin). Pembagian diatas juga
didasarkan pada nyeri yang dapat dihilangkan. Analgeik narkotik dapat
menghilangkan nyeri dari derajat nyeri sampai hebat (berat), seperti infark
jantung, operasi (terpotong), viseral (organ) dan nyeri karena kanker.

Analgetik non narkotik berasal dari golongan antiinflamasi non steroid


(AINS) yang menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Disebut AINS
karena selain sebagai analgetik, sebagian anggotanya mempunyai efek
antiinflamasi dan penurun panas (antipiretik), dan secara kimiawi bukan
steroid. Oleh karena itu AINS sering disebut (analgetik, antipiretik dan
antiinflamasi) atau 3A.
Minimal ada 4 perbedaan antara AINS dengan analgetik narkotik,
yakni:
1. Struktur kimianya tidak mirip dengan morfin, bahkan masing-masing
golongan AINS juga tidak mirip.
2. Tidak efektif untuk nyeri hebat, nyeri viseral dan nyeri terpotong.
3. Bekerja secara sentral (SSP) dan atau perifer.
4. Tidak menimbulkan toleransi dan adiksi (ketergantungan).
II.2 Analgetik Narkotik
Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari
tumbuhan Papaver somniferum atau dari senyawa sintetik. Zat-zat ini
memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang
terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat
meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia).
Dapat

mengakibatkan

toleransi

dan

kebiasaan

(habituasi)

serta

ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala


abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka
kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam UndangUndang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen
POM. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat

dan nyeri yang bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak
sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Toleransi
ialah adanya penurunan efek, sehingga untuk mendapatkan efek seperti
semula perlu peningkatan dosis. Karena dapat menimbulkan ketergantungan,
obat golongan ini penggunaanya diawasi secara ketat dan hanya untuk nyeri
yang tidak dapat diredakan oleh AINS.
Nyeri minimal disebabkan oleh dua hal, yaitu iritasi lokal (menstimuli
saraf perifer) dan adanya persepsi (pengenalan) nyeri oleh SSP. Pengenalan
nyeri bersifat psikologis terhadap adanya nyeri lokal yang disampaikan ke
SSP. Analgetik narkotik mengurangi nyeri dengan menurunkan persepsi nyeri
atau menaikkan nilai ambang rasa sakit. Analgetik narkotik tidak
mempengaruhi saraf perifer, nyeri tetap ada tetapi dapat diabaikan atau pasien
dapat mentolerirnya. Untuk mendapatkan efek yang maksimal analgetik
narkotik harus diberikan sebelum nyeri yang hebat datang, seperti sebelum
tindakan bedah.
Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, tetapi
potensi, onzet dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun
kuantitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi
dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi
pernapasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak
dipakai untuk nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini
di Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang

digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain


menghilangkan nyeri morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan
mental. Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih
digunakan di Indonesia :
1.
2.
3.
4.
5.

Morfin HCl
Kodein (tunggal/kombinasi dengan parasetamol)
Fentanil HCl
Peitidin
Tramadol
Khusus untuk tramadol secara kimiawi memang tergolong narkotika

tetapi menurut undang-undang tidak sebagai narkotik karena kemungkinan


menimbulkan ketergantungan kecil.
II.3 Analgetik Non Narkotik
AINS merupakan contoh analgetik non narkotik yang paling banyak
digunakan, baaik sebagai analgetik, antiinflamasi atau antipiretik. Beberapa
AINS hanya berefek analgetik dan antipiretik sedangkan yang lain ada yang
mempunyai efek analgetik, antiinflamasi dan antipiretik.
1. Analgetik-Antipiretik
Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur
nyeri dan temperatur. AINS secara selektif dapat mempengaruhi
hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam.
Mekanisme kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang
menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer
(vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di
tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem,
serta pelepasaan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan

brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan menbawa impuls


nyeeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin
sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat
yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan
salisilat daan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat
sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
a. Salisilat
Salisilat merupakan prototipe AINS yang sampai sekarang masih
digunakan. Termasuk salisilat adalah Na-salisilat, aspirin (asam asetil
salisilat), salisilamid, dan metil salisilat. Metil salisilat bersifat toksik
jika tertelan. Oleh karena itu, hanya dipakai topikal untuk
menghangatkan kulit dari anti gatal (anti pruritus).
Golongan salisilat dapat mengiritasi lapisan mukosa lambung. Orang
yang peka pada efek ini akan mengalami mual setelah minum aspirin.
Dalam lambung, PG berperan serta dalam mekanisme perlindungan
mukosa dari asam lambung atau gantrin. PG berfungsi meninngkatkan
sekresi mukus dari bikarbonat yang berfungsi meningkatkan daya
tahan membran mukosaa lambung.
Aspirin selain berefek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi, dalam
dosis kecil juga berfungsi sebagai antitrombosis (antiplatelet). Pada
dosis

kecil

aspirin

dapat

menghambat

agregasi

trombosit

(antikoagulan). Mencegah terbentuknya trombus pada penderita infark


jantung sehingga dapat mengurangi kemungkinan timbulnya stroke.
Efek ini akan meningkat pada orang yang peka sehingga berpotensi
menimbulkan pendarahan.
b. Asetaminofen (Parasetamol)

Obat

ini

bermanfaat

untuk

analgetik

dan

antipiretik.

Efek

antipiretiknya terjadi karena langsung mempengaruhi pusat pengatur


panas di hipotalamus. Parasetamol efektif untuk nyeri kepala karena
kemampuannya menghambat sintesis PG di SSP, tetapi tidak dapat
sintesis PG di perifer, sehingga tidak efektif untuk radang, nyeri otot
dan arthiritis.
Parasetamol merupakan pilihan utama untuk nyeri kepala karena tidak
menimbulkan iritasi lambung. Parasetamol merupakan obat yang
aman jika dipakai sesuai dosis terapinya, namun akan berbahaya jika
over dosis. Jika over dosis dapat menimbulkan efek toksik tanpa
gejalan yang jelas dan dapat menimbulkan kerusakan hati
(hepatotoksik).
Secara klinik, keracunan parasetamol dapat meningkatkan kadar
SGPT dan SGOT. Untuk mengurangi efek hepatotoksiknya dapat di
minimalisir dengan pemberian asetilsistein, suatu obat yang juga
bermanfaat sebagai mukolitik. Maka dari itu, walaupun aman obat ini
sebaiknya hanya diminum jika memang diperlukan. Jika dipakai pada
dosis lazim tetapi dalam jangka panjang parasetamol juga dapat
meningkatkan enzim SPGT dan SGOT yang merupakan parameter
kerusakan hati.
II.4 Antiinflamasi
Inflamasi adalah respon normal terhadap cedera. Ketika terjadi cedera
zat seperti histamin, brandikinin dan PG serta serotonin dilepaskan. Pelepasan
zat-zat diatas menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas

dinding kapiler. Reseptor nyeri mengalami perangsangan, protein dan cairan


keluar dari pembuluh darah kapiler (sel). Aliran darah ke tempat cedera
meningkat, sel fagosit (leukosit) migrasi ke tempat cedera untuk merusak zatzat yang dianggap berbahaya. Jika fagositosis berlebihan justru akan
meningkatkan inflamasi yang ditandai dengan kemerah-merahan, bengkak
(odem), panas, nyeri dan hilangnya fungsi.
Antiinflamasi bekerja mengikat enzim cyclooxigenase dan lipogenase
sehingga menghambat sintesis PG dan leukotrin. Hambatan tersebut antara
lain menyebabkan stabilisasi sel meningkat, permeabilitas membran menurun
(mengurangi odem) dan nyeri berkurang. Berdasarkan cara kerja diatas, ada
dua jenis antiinflamasi yang digunakan dalam klinik yaitu golongan
kortikosteroid dan non steroid.
1. Golongan kortikosteroid
Dari kedua golongan antiinflamasi yang sering digunakan adalah AINS,
karena golongan steroid dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek
samping seperti :
a.
Iritasi lambung
b.
Moon face
c.
Menekan imunitas
d.
Tulang keropos
Kortikosteroid mengurangi aktivitas fosfolipase A2 dan mengikat enzim
lipogenase dan mengurangi terbentuknya leukotrin sehingga mengurangi
radang atau inflamasi. Leukotrin adalah zat kemotaktik bersifat menarik
migrasi sel fagosit ke tempat cedera tetapi jika berlebihan justru dapat
menyebabkan inflamasi.
2. AINS

Semua AINS bekerja mengikat COX. COX berfungsi mengkonversi asam


arakidonat menjadi PG, tromboksan dan prostasiklin yang akan
merangsang

timbulnya

tanda-tanda

inflamasi.

PG

disintesi

dan

dikeluarkan ketika dibutuhkan. PG mempunyai waktu paruh pendek


sehingga efeknya cepat hilang. Oleh karena itu mengontrol enzim yang
digunakan untuk mensintesis PG sama artinya dengan mengontrol PG itu
sendiri.
AINS diindikasikan untuk nyeri seperti pada sakit kepala, pencabutan
gigi, cedera jaringan dan nyeri persendian. Karena dapat menghambat
sintesis PG pada daeraah tertentu, AINS juga dapat bermanfaat untuk
nyeri karena gout (pirai), dismenore dan arthritis. Dismenore ditandai
dengan adanya kontraktilitas uterus, dan vasokontriksi lokal (iskemia),
dan nyeri. Itu semua terjadi karena sintesis PG yang berlebihan di uterus.
Ibuprofen paling efektif untuk dismenore

karena dapat menghambat

sintesis PG di uterus.
COX ada dua macam, yaitu COX1 dan COX2. COX1 terdapat pada semua
jaringan di lambung dan berfungsi melindungi mukosa. COX 2 terdapat
diotak, ginjal serta ditempat yang mengalami peradangan. Kebanyakan
AINS bekerja menghambat keduanya sehingga dapat menimbulkan iritasi
lambung. Tetapi kalau menghambat COX2 saja tidak menimbulkan efek
samping iritasi lambung karena COX 2 tidak berfungsi melindungi mukosa
lambung.
a. AINS Non Selektif

Non Selektif berarti menghambat COX 1 dan COX2 sehingga dapat


menimbulkan iritasi lambung. Oleh karena itu, jika menggunakan obat
golongan ini harus diminum setelah makan dan tidak digunakan pada
orang yang menderita gastritis daan harus hati-hati pada lansia.
Contoh AINS Non Selektif :
1. Ibuprofen
2. Indometasin
3. Ketorolak
4. Naproksen
5. Diklofenat
6. Ketoprofen
7. Asam mefenamat
8. Fenilbuazon
9. Piroksikam
10. Nabumeton
b. AINS Selektif
AINS selektif adalah yang hanya mengikat COX2 sehinggatidak
menimbulkan

iritasi

lambung.

Contohnya

adalah

celecoxib,

meloxicam, dan refecoxib.


II.5 Gout (Pirai)
Gout ialah penyakit inflamasi khusus yang diakibatkan oleh
penimbunan asam urat di persendian atau di jaringan. Asam urat bersumber
dari hasil metabolisme asam nukleat (DNA/RNA) atau senyawa purin yang
sudah tidak dapat dimanfaatkan tubuh, oleh karena itu harus dibuang. Selain
itu, asam urat juga merupakan hasil metabolisme dari makanan yang banyak
mengandung purin, seperti jeroan dan kacang-kacangan.
Gout dapat terjadi karena over produksi asam urat atau karena
ekskresinya terganggu (tidak efisien). Untuk membedakan kedua hal diatas,
dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya asam urat yang diekskresikan

selama 24 jam. Jika asam urat diekkresikan lebih dari 100mg/dl per hari,
berarti over produksi, tetapi jika kurang berarti ada gangguan ekskresi. Ini
perlu diketahui karena terkait dengan strategi terapi.
Inflamasi dapat terjadi karena adanya deposit asam urat yang
merangsang fagositosit. Makrofag (neutrofil) masuk ke area yang banyak
mengandung asam urat berada untuk melakukan fagositosis terhadap asam
urat. Aktivitas fagositosis menyebabkan peningkatan kadar asam laktat
sehingga pH dipersendian turun, penurunan pH ini justru mengakibatkan
pembentukan kristal asam urat.
Strategi terapi ada bermacam-macam tergantung pada penyebabnya.
Pada umumnyadigunakan lebih dari satu dari beberapa strategi berikut.
1. Mengurangi sintesis asam urat dengan pemberian allupurinol.
2. Meningkatkan sekresi asam urat dengan zat urikosurik, seperti
sulfipirazon dan probenesid.
3. Menghambap fagositosit dengan AINS dan kolkisin.
4. Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung purin.
Obat-obat yang digunakan untuk terapi gout:
1. Allupurinol
Obat ini bekerja menghambat sintesis asam urat dengan mengikat enzim
xantin

oksidase

pada

dua

tahap.

Tahap

pertama

menghambat

pembentukan xantin dari senyawa hipoxantin, tahap berikutnya


menghambat pembentukan asam urat dari xantin. Karena itu, allipurinol
bermanfaat unruk mencegah radang karena asam urat.
2. AINS
Obat golongan ini juga bermanfaat untuk gout, terutama pada serangan
inflamasi akut. Umumnya yang digunakan adalah piroxikam karemna

mempunyai durasi jangka panjang, yaitu 24 jam. Selain itu, kecuali


aspirin AINS juga efektif untuk terapi gout akut dengan pemberian lebih
dari sekali per hari.
3. Kolkisin
Kolkisin mengurangi nyeri dan inflamasi gout tanpa mempengaruhi
sintesis dan ekskresi asam urat. Kolkisin bekerja menghambat migrasi
leukosit dan fagositosis, selain itu juga menghambat pembentukan
leukotrin.
4. Sulfipirazon dan Probenesit
Sulfipirazon dan Probenesit adalah urikosurik atau zat yang mempercepat
eksresi asam urat. Proses sekresi asam urat meliputi filtrasi glomerulus,
reabsobsi tubulus dan sekresi tubulus. Kedua obat diatas bekerja secara
kompetitif

menghambat

reabsorbsi

tubulus

asam

urat

sehingga

ekskresinya meningkat.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, analgetik dan
antipiretik

adalah

obat

atau

senyawa

yang

dipergunakan

untuk

menghilangkan rasa sakit atau nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh
yang tinggi.
III.2 Saran
Mengingat masalah yang dibahas diatas adalah obat analgetik dan
antipiretik, maka sebagai calon-calon farmasist yang masih menuntut ilmu

haruslah kita terus belajar untuk lebih memahami tentang obat-obatan, baik
analgetik maupun yang lainnya.

Vous aimerez peut-être aussi

  • Kia
    Kia
    Document16 pages
    Kia
    Ade Rahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Absen Pembacaan
    Daftar Absen Pembacaan
    Document1 page
    Daftar Absen Pembacaan
    Ade Rahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Document25 pages
    HIPERTENSI
    Ade Rahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Pancreatitis
    Askep Pancreatitis
    Document19 pages
    Askep Pancreatitis
    Ade Rahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • DIURETIK
    DIURETIK
    Document18 pages
    DIURETIK
    Ade Rahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • ANTIARITMIA
    ANTIARITMIA
    Document21 pages
    ANTIARITMIA
    Ade Rahmawati
    Pas encore d'évaluation
  • Gagal Jantung
    Gagal Jantung
    Document17 pages
    Gagal Jantung
    Ade Rahmawati
    Pas encore d'évaluation