Vous êtes sur la page 1sur 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

HEMOROID

Disusun Oleh :
1.Akhmad Khaerudin
2. Dewi Retnowati
3. Hanung larasati
4. M. Amarudin
5. Piet Hikmah p
6. Sri Yuli Astuti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dien No. 16 Kalisapu-Slawi
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah keperawatan dewasa II yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
HEMOROID kemudian sholawat

beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar

Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yaiutu Al-quran sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini salah satu tugas dari mata kuliah keperawatan dewasa II di program studi
S1 keperawatan selnjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
2.
3.

Dosen pembimbing Deni Irawan, S. Kep., Ns


Teman-teman kelas 2A
Kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan sealama penulisan
makalah ini
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam

penuliasan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran secara
konstrukif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Slawi,

September 2014

Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat
umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan
luas vena yang terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra
abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan
hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal
yaitu hemoroid yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal
disebut hemoroid eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden
penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang
sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit
hemoroid.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
b.

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien hemoroid
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menyusun pengkajian klien dengan hemoroid
2. Mahasiswa mampu menyusun prioritas diagnosa hemoroid
3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi klien hemoroid
4. Mahasiswa mampu menyusun implementasi klien hemoroid
5. Mahasiswa mampu menyusun evaluasi klien hemoroid

BAB II
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN

Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh


darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir
mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah
pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh yang bermasalah adalah vena
hemoroidalis di daerah anorektal (Keperawatan delken kuswanto.1999)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau
memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2001)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di
spingter anal disebut hemoroid eksternal. (Suzanne C. Smeltzer, 2006)
Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah
(trombus), Perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir yang tetap
berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan yang keluar anus disebut
hemoroid eksterna (wasir luar). (http://www.medicastore.com)

B.

Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk
konstipasi/diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat;
fibroma arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal
sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah
ke dalam system portal. Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah
terjadi aliran balik.

Faktor resiko hemoroid :


1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang
mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,
mempunyai predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi
tipis dan atonis

5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon
kelaksin)
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga
perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio
hordis atau sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang.
3. Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri
hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. (dibuat dengan numberring saja)
contoh:
manifestsi klinis dari hemoroid adalah sebagai berikut:
1. ........................
2. .......................
3. dst
setelah manifestasi dilanjutkan point selanjutnya patofisiologi
patofisiologi isinya(tentang terjadinya proses hemoroid sampai memunculkan tanda dan
gejala seperti dimanifestasi klinis)
4. Penatalaksanaan Medis
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu
dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus.
Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.
1. Gejala hemorroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan:
2. Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
3. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan
menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus.
4. Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk dengan salep,
supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring.
5. Beberapa tindakan nonoperatif untuk hemorroid:

6. Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tehnik terbaru untuk
melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya
7. Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang berukuran kecil.
8. Tindakan bedah konservatif hemorrhoid internal
Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorrhoid dilihat melalui anosop, dan bagian
proksimal diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian
diselipkan diatas hemorrhoid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik
setelah beberapa hari danm dilepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal
bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan beberapa
pasien, namun pasien lain merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan
mengakibatkan hemorroid sekunder dan infeksi perianal.
9. Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan jaringan
hemorroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang
menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan
keluarnya rabas yang berbau angat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
10. Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini cepat dan kurang
menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode paska
operatif.
11. Hemorroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan
sisa yang terlibat dalam proses ini. Selma pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi
secara digital dan hemorroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
kemudian dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang kecil dimaukkan melalui
sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa
Oxigel dapat diberikan diatas luka kanal.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Status
f. Pendidikan
g. Pekerjaan
h. Suku
i. Alamat
j. Orang terdekat yang mudah dihubungi
k. Diagnosa Medis
l. No. RM
m. Tanggal masuk RS
n. Tanggal pengkajian

: Ny. W
: 53 Tahun
: Perempuan
: Islam
: Menikah
: SD
: Swasta
: Jawa
: Jejeg Rt 02/Rw 01, Bumi Jawa, Tegal
: Suami
: Hemoroid
: 104888
: Senin, 13 Januari 2011 Jam 16.00
: Senin, 13 Januari 2011 Jam 17.00

2. Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan
yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, dan pada pengobatan
pasien terdahulu tidak dilakukan pembedahan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ada salah satu keluarga klien yang menderita hemoroid.
6. Riwayat Lingkungan
Klien tinggal di tempat kumuh.
7. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
- TD
- HR
- S

: Cukup
: Composmetis
: 120 / 90 mmHg
: 87 X / menit
: 36,6 C

- RR
: 23 x/menit
2. Head to toe
1) Kepala dan wajah
- Inspeksi : Bentuk kepala bronchiocepalus,Rambut beruban dan
lurus.wajah terlihat pucat, wajah klien terlihat meringis Tidak ada
oedema pada wajah, ada bercak-barcak putih (teniapersikolor) pada
wajah klien.
- Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan.
Tidak ada oedema
2) Mata
- Inspeksi : Kedua mata simetris kiri kanan,Konjungtiva tidak anemis,
Sklera tidak ikterus, reaksi pupil terhadap cahaya isokor, pelebaran pupil
simetris kiri kanan, Mata tidak cekung, Tidak ada tanda-tanda peradangan
pada konjungtiva
- Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, Tekanan bola mata
seimbang kiri kanan fungsi penglihatan baik, lapang pandang normal.
3) Hidung
- Inspeksi : Bentuk lubang hidung simetris kiri kanan, Tidak ada
pengeluaran cairan dari hidung, Mukosa hidung hiperemis, Tidak ada
pernapasan kuping hidung, tidak ada deformitas pada tulang hidung.
- Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan
pada sinus maksilaris, sinus edmodalis dan sinus frontalis, fungsi
penciuman baik
4) Telinga
- Inspeksi : Tidak ada pengeluaran cairan dari telinga,Tidak ada tandatanda radang pada telinga,Keadaan telinga luar bersih, serumen tidak ada,
Membran tympani utuh.
- Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada
tulang mostoideus fungsi pendengaran baik.
5) Mulut/Tenggorokan
- Inspeksi
: Selaput mukosa mulut Nampak kering, Lidah tidak kotor, Fungsi
mengecap dan mengunyah baik,Tonsil tidak meradang, mukosa bibir
lembab
- Palpasi
: Tidak ada massa dan nyeri tekan.
6) Leher
- Inspeksi
leher.
- Palpasi

: Tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada


: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba denyut
nadi karotis dua jari lateral sinistra adam apel.

7) Dada dan paru-paru


- Inspeksi
: Bentuk dada simetris kiri kanan,Pengembangan dada
seimbang mengikuti alur nafas, Frekuensi pernafasan 20 x/menit, Jenis
pernafasan dada,tidak ada retraksi dinding dada.
- Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan,Tidak ada masa pada dinding
dada.

Perkusi
Auskultasi
tambahan.

: Terdengar bunyi sonor pada area paru-paru


: Bunyi nafas vasikuler, tidak ada bunyi nafas

8) Jantung
- Inspeksi
:Bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada
salah satu dinding dada.
- Auskultasi
:Terdengar Bj I lup pada ICS 2 dan 3
Terdengar Bj II dup pada ICS 4 dan 5
- Perkusi
:Terdengar suara pekak pada area dada sebelah kiri.
- Palpasi
:Teraba denyut jantung apeks pada ICS 5 dan 6
9) Abdomen
- Inspeksi
:Permukaan perut datar,Tidak ada lesi,Tidak ada hipo
/hiperpigmentasi kulit, Tidak nampak dalam keadaan acites.
- Auskultasi
:Peristaltik usus 18 x/menit, Bising usus (-).
- Perkusi
:Tidak terdengar bunyi hypertimpani
- Palpasi
: terdapat nyeri tekan, Turgor kulit normal, tidak teraba
adanya pembesaran limpa, teraba adanya massa.
10) Genetalia/Anus
- Inspeksi
: ada perdarahan dan benjolan di anus, benjolan tersebut
terlihat pada saat prolapsi, warna benjolan terlihat kemerahan, dan
benjolan terletak di dalam(internal).
- Palpasi
: benjolan (+) dengan konsistensi keras dan ada
perdarahan
11)
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
- Inspeksi
: Tangan kiri dapat digerakan dengan bebas. Sedangkan
tangan kanan terpasang IVFD RL 28 Tpm, Jari-jari kedua tangan
lengkap kuku bersih tidak ada oedema dan tanda sianosis,Lengan reflex
bisep baik, trisep baik.
- Tonus otot
:
5
5
Ekstremitas Bawah
- Inspeksi
: Kedua kaki dapat digerakan dengan bebas,Jari-jari
kedua kaki lengkap,Tidak ada sianosis,Tidak ada oedema maupun
benjolan.
- Palpasi
: Reflex KPR baik, aciles baik.
- Tonus otot
:5
5
8. PengajianFungsional Gordon
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit : Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting.

Saat sakit

: Keluarga juga mengatakan kesehatan merupakan hal yang


penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa
ke pelayanan kesehatan terdekat.

2.

Pola nutrisi dan metabolic


Sebelum sakit : Ny. W nafsu makan dan biasanya habis 1 porsi makanan dan
minum 8 gelas sehari
Saat sakit

: Ny. W makan hanya setengah porsi dan minum 6 gelas


sehari

3.

Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Karakteristik feses : darah bewarna normal (kuning)
Saat sakit

: Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah


segar), klien mengalami konstipasi karena menahan dari
keinginan BAB untuk menghindari nyeri.

4.

Pola aktifitas dan latihan


Sebelum sakit : Aktifitas klien tidak terganggu
Saat sakit

: Aktifitas klien terganggu karena klien merasa lemah, cepat


kelelahan dan klien sering mengeluh nyeri dan kesakitan.

5.

Pola istirahat tidur


Sebelum sakit : Klien tidur 8 jam sehari
Saat sakit

6.

: Klien tidur 5 jam sehari,Terasa nyeri pada anus saat tidur

Pola persepsi sensoris dan kognitif


Pasien sudah mengenal dengan orang-orang di sekilingnya

7.

Pola hubungan dengan orang lain


Pasien sudah saling mengenal orang-orang disekitarnya

8.

Pola reproduksi / seksual


Klien berjenis kelamin perempuan, tidak mengalami gangguan genetalia

9.

Pola persepsi diri dan konsep diri


a. Citra tubuh
Klien merasa malu karena kondisi kakinya yang tidak simetris
b. Fungsi peran
Klien menyadari perannya.
c. Identitas diri
Klien bernama Ny. W, jenis kelamin perempuan dan berumur 43 tahun.
d. Ideal diri

Klien ingin sembuh.


e. Harga diri
Klien merasa malu dengan keluarganya karena sakit diarenya.
10. Pola mekanisme koping
Jika klien tidak enak badan, maka akan mengeluh karena kesakitan
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan

a. Keluarga semua beragama islam, keluarga yakin semuanya sudah diatur


oleh Allah SWT.

B. ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny.W
Umur
: 43 Tahun
N

Hari/Tgl/

o
1

Jam
Senin, 13 DS :
Januari

DATA

PROBLEM
Nyeri

-Klien mengeluh nyeri dan panas (00132)

2011 Jam pada daerah anus.


17.00

No.Ruangan : 3

- Klien mengeluh nyeri pada saat


duduk dan berbaring terutama saat
tidur malam hari
DO :

ETIOLOGI
akut Terputusnya
kontinuitas
jaringan kulit

-klien terlihat menahan nyeri pada


saat duduk dan berbaring
- Skala nyeri :
P : Pada saat BAB, pada saat duduk
dan berbaring
Q : nyeri seperti teremas
R : pada regio epigastrium
S : skala nyeri 6
T : sering (tlg dicek kembali
PQRST lebih ke data Subyektif
klien)
Tidak ada data tentang terputusnya
kontinuitas jaringan dibaca lagi
konsep hemoroid tentang terjadinya
2

nyeri.
Senin, 13 DS :
Januari

Konstipasi

-klien mengatakan BAB terakhir (00011)

Kebiasaan
mengabaikan

2011 Jam yang lalu terasa sangat keras dan

dorongan

17.00

defekasi

keluar darah segar bersama dengan


feses
-Klien mengatakan saat ini hampir
seminggu belum BAB karena takut
merasakan nyeri dan perdarahan
seperti sebelumnya.
DO :
-Distensi abdomen (+)
-teraba massa pada regio bawah
abdomen
-Pada

saat

pemeriksaan

anus

adanya

benjolan dibawah kulit

kanalisis analis yang nyeri, tegang


berwarna

merah

berukuran 1 cm

kebiru-biruan

Senin, 13 DS :
Intoleransi
-Pasien mengatakan badannya
Januari
aktivitas
terasa lemas dan susah untuk
2011 Jam
(00092)
melakukan aktivitasnya secara
17.00
mandiri
DO

Kelemahan
umum

-Pasien terlihat bedres


-Pasien terlihat di bantu orang lain
saat melakukan aktivitas karena
lelah

C. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri akut (00132) b.d Terputusnya kontinuitas jaringan kulit
2. Konstipasi (00011) b.d Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
3. Intoleransi aktivitas (00092) b.d Kelemahan umum

D. INTERVENSI
NAMA : Ny. W
JAM : 21. 00 WIB
Hari/Tg

No.

l/Jam

Dx

HARI/TANGGAL : Senin, 13 Januari 2011

Tujuan / Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Paraf

Senin,

Setelah dilakukan

a. Teliti

13

tindakan keperawatan

keluhan nyeri,

karakteristik

Januari

2x24 jam dengan

cacat

nyeri & factor

2011

Tujuan : rasa nyaman

intensitasnya

yang

Jam

terpenuhi, klien terbebas

(dengan

berhubungan

21.00

dari distensi abdomen

skala0-10).

merupakan

dengan KH :

b. berikan

suatu hal yang

a. Klien tidak
menyeringai kesakitan.
b. Klien mengungkapkan
verbal (-)
c. Wajah rileks
d. Skala nyeri 0-3

posisi yang
nyaman
c. berikan
bantalan
dibawah
pantat saat
duduk
d. berikan
relaksasi
distraksi
untuk
mengalihkan
rasa nyeri
e. berikan
kompres
dingin pada
daerah anus 34 jam

a.Identifikasi

amat penting
untuk memilih
intervensi yang
cocok & untuk
mengevaluasi
ke efektifan dari
terapi yang
diberikan.
b. Minimalkan
stimulasi/meni
ngkatkan
relaksasi
c.Meminimalkan
tekanan
dibawah pantat
d. Agar nyeri
yang dirasakan
klien dapat
teralihkan
dengan
melakukan
kegiatan.
e. Untuk
meningkatkan
relaksasi dan
untuk
mengurangi
nyeri.

Dewi

Senin,

Setelah Dilakukan

a. Berikan dan

a. Mencegah

13

Tindakan Keperawatan

anjurkan

dehidrasi

Januari

2x24 Jam dengan tujuan

minum

secara oral dan

2011

konstipasi teratasi

kurang

berguna

Jam

dengan KH:
a. Pola BAB normal dan

lebih 2

mengencerkan

21.00

konsistensi feses

liter/hari
b. Anjurkan

lunak
b. Warna feses kuning
c. Klien tidak takut
untuk BAB
Tidak ada nyeri pada saat
BAB

tinggi serat

msi

dapat

makanan

melancarkan

pemahaman
tentang

konstipasi

konstipasi

pada saat

saat

hemoroid

hemoroid

sehingga tidak

kambuh

takut untuk

program
dokter

BAB
d. Membantu
melancarkan
proses
defekasi

.
Setelah dilakukan

defekasi
c. Klien dapat
memahami

laktasif sesuai

proses

klien

- Berikan

Senin,

feses
b. Makanan

mengkonsu

tinggi serat.
c. Berikan

-mengubah

-menurunkan

13

tindakan keperawatan

posisi tubuh

resiko kerusakan

Januari

2x24 jam dengan

dengan

jaringan

2011

Tujuan Aktivitas klien

Jam

tidak terganggu dengan

21.00

kriteria hasil:
-Peningkatan dalam
toleransi aktivitas
-Kemajuan aktivitas
klien

Dewi

sering
- Berikan
dorongan
untuk
melakukan
aktifitas

-dorongan klien
melakukan
aktifitas agar
klien lebih
berusaha
melakukan
aktifitas

Dewi

NAMA : Ny. W
JAM

CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TANGGAL : Selas, 14 Januari 2011
(Hari ke 1)

: 08. 00 WIB

IMPLEMENTASI
DATA:
1.Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah
anus, Klien mengeluh nyeri pada saat duduk
dan berbaring terutama saat tidur malam hari,
klien terlihat menahan nyeri pada saat duduk
dan berbaring, Skala nyeri :
P : Pada saat BAB, pada saat duduk dan
berbaring, Q : nyeri seperti teremas, R : pada
regio epigastrium, S : skala nyeri 6, T : sering
2. klien mengatakan BAB terakhir yang lalu

EVALUASI
S:
-Klien masih mengeluh nyeri dan panas
pada daerah anus.
- Klien masih mengeluh nyeri pada saat
duduk dan berbaring terutama saat tidur
malam hari
-klien mengatakan BAB terakhir feses
tidak terlalu keras.

terasa sangat keras dan keluar darah segar

-Klien mengatakan siklus BAB sudah

bersama dengan feses, Klien mengatakan saat

normal

ini hampir seminggu belum BAB karena

-Klien mengatakan badannya terasa

takut merasakan nyeri dan perdarahan seperti

lemas dan susah untuk melakukan

sebelumnya, Distensi abdomen (+), teraba

aktivitasnya secara mandiri


O:

massa pada regio bawah abdomen, pada saat


pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah
kulit kanalisis analis yang nyeri, tegang
berwarna merah kebiru-biruan berukuran 1

-klien terlihat menahan nyeri pada saat


duduk dan berbaring
- Skala nyeri :

P : Pada saat BAB, pada saat duduk dan


cm
3. Pasien mengatakan badannya terasa lemas dan berbaring
susah untuk melakukan aktivitasnya secara

Q : nyeri seperti teremas

mandiri, pasien terlihat bedres, pasien terlihat

R : pada regio epigastrium

di bantu orang lain saat melakukan aktivitas

S : skala nyeri 4

karena lelah

T : sering
- teraba massa pada regio bawah

DIAGNOSA :
1. Nyeri akut (00132) b.d Terputusnya

benjolan dibawah kulit kanalisis analis

kontinuitas jaringan kulit


2. Konstipasi (00011) b.d Kebiasaan

yang nyeri, tegang berwarna merah

mengabaikan dorongan defekasi


3. Intoleransi aktivitas (00092)

abdomen
-Pada saat pemeriksaan anus adanya

kebiru-biruan berukuran 1/2 cm


b.d

Kelemahan umum

-Klien terlihat masih bedres


-Klien terlihat masih di bantu orang lain
saat melakukan aktivitas karena lelah

TINDAKAN :
08.00 WIB
Meneliti keluhan nyeri, cacat intensitasnya

A:
1. Nyeri akut (+)
2. Konstipasi (+)
3. Intoleransi aktivitas (+)

(dengan skala0-10).
09.00 WIB
Memberikan klien posisi yang nyaman
11.30 WIB
Memberikan bantalan dibawah pantat saat
duduk
13.45 WIB
Memberikan dan menganjurkan minum kurang
lebih 2 liter/hari
15.15 WIB

P:
1. Menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi serat.
2. Meneliti keluhan nyeri, cacat
intensitasnya (dengan skala0-10).
3. Berikan pemahaman klien tentang
4.

konstipasi saat hemoroid kambuh


berikan relaksasi distraksi untuk

mengalihkan rasa nyeri


5. berikan kompres dingin pada
daerah anus 3-4 jam.

Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi

6. mengubah posisi tubuh dengan

serat.

sering
7. Berikan dorongan untuk

16.00 WIB

melakukan aktifitas
8. Memberikan dan menganjurkan

Memberikan laktasif sesuai program dokter

minum kurang lebih 2 liter/hari


RTL :
1. Berikan pemahaman klien tentang
konstipasi saat hemoroid kambuh
2. berikan relaksasi distraksi untuk
mengalihkan rasa nyeri
3. berikan kompres dingin pada daerah anus 34 jam.
4. mengubah posisi tubuh dengan sering
5. Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas

NAMA : Ny. W
JAM

Nama Perawat
( Dewi Retnowati)

CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TANGGAL : Rabu, 15 Januari 2011
(Hari ke 2)

: 09. 00 WIB
IMPLEMENTASI

DATA:

EVALUASI
S:

1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah


anus, Klien mengeluh nyeri pada saat duduk

-Klien masih sudah tidak mengeluh nyeri

dan berbaring terutama saat tidur malam

dan panas pada daerah anus.

hari, klien terlihat menahan nyeri pada saat

- Klien mengatakan sudah tidak nyeri pada

duduk dan berbaring, Skala nyeri ,P : Pada

saat duduk dan berbaring terutama saat

saat BAB, pada saat duduk dan berbaring,

tidur malam hari

Q : nyeri seperti teremas, R : pada regio

-klien mengatakan BAB terakhir feses

epigastrium, S : skala nyeri 6, T : sering


2. klien mengatakan BAB terakhir yang lalu
terasa sangat keras , Klien mengatakan saat
ini hampir seminggu belum BAB karena
takut merasakan nyeri dan perdarahan
seperti sebelumnya, Distensi abdomen (+),
pada saat pemeriksaan anus adanya benjolan
dibawah kulit kanalisis analis yang nyeri,

normal dan tidak terlalu keras.


-Klien mengatakan siklus BAB sudah
normal
-Klien mengatakan badannya masih terasa
lemas dan susah untuk melakukan
aktivitasnya secara mandiri
O:
-klien tidak terlihat menahan nyeri pada

tegang berwarna merah kebiru-biruan


berukuran 1 cm
3.Pasien mengatakan badannya terasa lemas,
pasien terlihat bedres, pasien terlihat di
bantu orang lain saat melakukan aktivitas
karena lelah

saat duduk dan berbaring


- Skala nyeri 2
-Pada saat pemeriksaan anus sudah tidak
ada benjolan dibawah kulit kanalisis analis
yang nyeri
-Klien terlihat masih bedres

DIAGNOSA :

-Klien terlihat masih di bantu orang lain

1. Konstipasi b.d Pembesaran Vena Hemoidalis

saat melakukan aktivitas karena lelah

2. Nyeri akut (00132) b.d Terputusnya


kontinuitas jaringan kulit
3. Intoleransi aktivitas (00092)

b.d

Kelemahan umum
TINDAKAN :
10.00 WIB
berikan kompres dingin pada daerah anus 3-4
jam.
11.20 WIB
mengubah posisi tubuh dengan sering
13.45 WIB Memberikan pemahaman klien
tentang konstipasi saat hemoroid kambuh
15.00 WIB Memberikan relaksasi distraksi
untuk mengalihkan rasa nyeri
15.30 WIB
Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas
16.00 WIB
Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
serat.
17.00 WIB
Meneliti keluhan nyeri, cacat intensitasnya
(dengan skala0-10).
19.00 WIB
Memberikan bantalan dibawah pantat saat
duduk

A : Masalah teratasi sebagian


1.Nyeri (+)
2. Intoleransi Aktifitas (+)
P: Lanjutkan Intervensi dengan
1. Meneliti keluhan nyeri, cacat
intensitasnya (dengan skala0-10)
2. berikan kompres dingin pada
daerah anus 3-4 jam
3. mengubah posisi tubuh dengan
sering
4. Berikan dorongan untuk
melakukan aktifitas
5. Memberikan relaksasi distraksi
untuk mengalihkan rasa nyeri

BAB IV
PEMBAHASAN
1.

PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggalSenin, 13 Januari 2011 Jam 17.00. Pasien

adalah Ny.W usia 53 tahun dengan diagnosa Pada pemeriksaan fisik didapatkan
bahwa Hemoroid. Ny. W masih mengalami lemas pada saat beraktivitas. Klien saat ini
terpasang Infus RL 20 tp. Berdasarkan teori bahwa Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh
darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh yang bermasalah adalah vena
hemoroidalis di daerah anorektal (Keperawatan delken kuswanto.1999)
Hal tersebut sesuai dengan pengkajian pada Ny.W. Dari data yang terkumpul
kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang
merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah
keperawatan.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan tinjauan teoriti, pada klien Ny.W dengan diare adalah ada 3 diagnosa
yang diangkat, meliputi :
1. Nyeri akut (00132) b.d Terputusnya kontinuitas jaringan kulit
2. Konstipasi (00011) b.d Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
3. Intoleransi aktivitas (00092) b.d Kelemahan umum
Alasan mengambil diagnose yang pertama Nyeri akut berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan kulit ditandai dengan klien klien mengatakannyeri
dan panas pada daerah anus, nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur
malam hari. Kemudian mengambil diagnosa kedua yaituKonstipasi b.d kebiasaan
mengabaikan dorongan defekasi ditandai dengan klien mengatakan sudah seminggu
tidak BAB dan pada BAB terakhir konsistensi feses padat dan terdapat darah pada
feses klien,. Dan mengambil diagnosa ketigaintoleransi aktivitas b.d Kelemahan
umum, di tandai denganklien yang terlihat badress, lemas dan tidak bisa melakukan
kegiatan secara mandiri .

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul
dikelompkkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah
ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan. Tujuan
bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur
dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur
pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana
keperawatan, pada penyusunan kriteria hasil perawat menyesuaikan dengan waktu
pemberian perawatan yang dilakukan oleh perawat yaitu selama 2x24 jam.
Perencanaan yang dibuat pada Ny.W dengan masalah utama setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka klien akan mendemostrasikan
Hemoroid teratasi.
4.
PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan.
Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang
diberikan pada Ny.W dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang
dimilki oleh klien berdasarkan ilmu ilmu keperawatan dan ilmu ilmu lainnya yang
terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
5.
EVALUASI
Evaluasi pelaksanaan rencana tindakan keperawatan untuk 3 diagnosa keperawatan
dilakukan setiap harinya selama 2 hari. Evaluasi untuk diagnosa pertama pada hari
pertama masalah konstipasi, nyeri, dan intoleransi aktifitas
Evaluasi diagnosa pertama teratasi karena Klien mengatakanBAB terakhir feses tidak
terlalu keras dan siklus BAB klien sudah normal.
Evaluasi diagnosa kedua hari kedua masalah nyeri belum teratasi karena Ny.W masih
merasa nyeri di bagian perut, skala nyeri 2, klien tidak terlihat sedangmenahan nyeri
pada saat duduk dan tidur. Evaluasi diganosa ketiga yaitu Intoleransi aktifitas belum
teratasi, karena klien terlihat masih lemas dan dibantu dalam melakukan aktifitasnya.

BAB V
PENUTUP
1.

KESIMPULAN

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun


kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.
Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat.
Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid
bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial.
2.
SARAN
Dengan di buatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hemoroid ini di
harapkan mahasiswa untuk bisa memahami, mengetahui, dan mengerti tentang cara
pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diare.

Daftar Pustaka
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi